• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAYANG KULIT SEBAGAI INSPIRASI LUKISAN EKSPRESIONISTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WAYANG KULIT SEBAGAI INSPIRASI LUKISAN EKSPRESIONISTIK."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

oleh Wahyu Cahyono NIM 10206241005

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PERSETUJUAN

Tugas Akhir Karya Seni (TAKS) yang berjudul Wayang Kulit Sebagai Inspirasi Lukisan Ekspresionistik ini telah di setujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 7 April 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

(3)

iii

PENGESAHAN

Tugas Akhir Karya Seni (TAKS) yang berjudul Wayang Kulit Sebagai Inspirasi Lukisan Ekspresionistik ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada 7 April 2015 dan dinyatakan LULUS.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tandatangan tanggal Drs. Mardiyatmo, M.Pd : Ketua Penguji ... 7 April 2015 Susapto Murdowo, M.Sn : Sekertaris ... 7 April 2015 Drs. Djoko Maruto, M.Sn : Penguji 1 ... 7 April 2015 Sigit Wahyu Nugroho, M.Si : Penguji 2 ... 7 April 2015

Yogyakarta, 7 April 2015 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Dekan,

(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Wahyu Cahyono

NIM : 1020614105

Program Studi : Pendidikan Seni Rupa

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Menyatakan bahwa karya imiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang di tulis orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 7 April 2015 Penulis

(5)

v MOTTO

 Jadilah orang yang dikagumi, jangan hanya jadi seorang pengagum.  Orang yang sukses adalah orang yang pandai membagi waktunya.  Memperjuangkan untuk orang lain itu baik, namun lebih baik berjuang

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan tugas akhir ini kepada:

• Kedua orang tuaku Ibu Nurrohyani, Bapak Slamet Triyono yang telah memberikan semua dukungan dan kasihnya kepada saya.

• Pakdhe Fredericus Purnomo, yang merelakan rumahnya disulap menjadi studio lukis yang berantakan.

• Adikku Singgih Widiatmoko, yang selalu membantu memperbaiki printer disaat macet.

• Sahabatku Moses Gusmao Pereira dan Cipriano Jose Pereira, yang selalu menemani, menghibur saat-saat pengerjaan tugas akhir ini hingga selesai. • Sahabatku Sofyan BRJ, semua bikers Mercy dan seluruh himpunan Old Big

Motorcycles Jogjakarta, yang tak henti-hentinya memberikan support kepada saya untuk segera menyelesaikan studi ini.

• Sahabatku Gigih Endra Utama Putra, Agam Akbar Pahala, Kukuh Bayu Lumbono, Dahina Bimanti, Anggoro Adhi Nugroho, dan Riyan Kristianto yang telah memberikan persahabatan sejatinya, hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

(7)

vii

(8)

ix

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan ... 5

F. Manfaat ... 6

BAB II KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN ... 7

A. Pengertian Seni Lukis... 7

B.Wayang Kulit ... 15

C. Metode Penciptaan dan Pendekatan...17

BAB III PENCIPTAAN DAN HASIL PEMBAHASAN ... 23

A. Konsep dan Tema Lukisan ... 23

B. Alat Bahan dan Teknik Visualisasi...25

C. Bentuk Lukisan ... 30

BAB IV PENUTUP ... 62

(9)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I. Karya Nasirun yg berjudul “Imajinasi” ... 19

Gambar II. Karya Affandi yang berjudul “Perahu Nelayan” ... 20

Gambar III. Karya Putu Suta Wijaya yang berjudul “The dance of remembering” ... 20

Gambar IV. Pisau Palet ... 25

Gambar V. Kuas ... 25

Gambar VI. Cat Minyak ... 26

Gambar VII. Cat tembok yang dicampur lem FOX untuk warna dasar kanvas .... 26

Gambar VIII. Proses pewarnaan blockig pada kanvas... 27

Gambar IX. Proses sketsa langsung pada bidang kanvas ... 27

Gambar X. Proses pewarnaan dasar pada objek lukisan ... 28

Gambar XI. Proses pemberian warna menggunakan pisau palet ... 28

Gambar XII. Visualisasi lukisan berjudul “Tumpesing Angkara”... 30

Gambar XIII. Visualisasi lukisan berjudul “Goro-goro, geger gara-garane guru” 33 Gambar XIV. Visualisasi lukisan berjudul “Wahyu Mintaraga” ... 36

Gambar XV. Visualisasi lukisan berjudul “Sigra bala kang tumingal” ... 39

Gambar XVI. Visualisasi lukisan berjudul “Kala-kala” ... 43

Gambar XVII. Visualisasi lukisan berjudul “Gagahan” ... 47

Gambar XVIII. Visualisasi lukisan berjudul “Dasamuka Tiwikrama” ... 50

Gambar XIX. Visualisasi lukisan berjudul “Bale Sigala-gala” ... 53

Gambar XX. Visualisasi lukisan berjudul “Wilkataksini” ... 56

(10)

xi

DAFTAR TABEL

(11)

xii

WAYANG KULIT SEBAGAI INSPIRASI LUKISAN EKSPRESIONISTIK Oleh:

Wahyu Cahyono 10206241005

ABSTRAK

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep, menjelaskan alat bahan yang digunakan, dan menjelaskan bentuk lukisan yang terinspirasi dari wayang kulit sebagai karya lukis TAKS dengan judul Wayang Kulit Sebagai Inspirasi Lukisan Ekspresionistik.

Metode penciptaan lukisan melalui tahap observasi antara lain dengan studi pustaka, pengamatan dan dokumentasi, selanjutnya tahap improvisasi yakni proses berkarya melalui sketsa langsung pada kanvas sesuai dengan konsep yang diharapkan penulis, dan selanjutnya tahap visualisasi yakni pengungkapan perasaan dalam bentuk lukisan, dalam penggarapannya penulis menggunakan media cat minyak di atas kanvas dengan perpaduan teknik pisau palet dan kuas yang dikerjakan menggunakan pendekatan Ekspresionistik.

Setelah dilakukan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Tema lukisan merupakan penggambaran dari konflik yang ada di dalam cerita wayang kulit, (2) konsep lukisan merupakan representasi wayang kulit yang diungkapkan melalui gaya lukisan ekspresionistik dengan objek kepala wayang, dimana penggambaran susunan kepala tersebut mewakili watak dan karakter tokoh. Dalam pembuatan lukisan penulis banyak menggunakan perpaduan dari goresan pisau palet dan kucuran-kucuran cat, (3) teknik visualisasinya menggunakan media cat minyak di atas kanvas dengan teknik sapuan kuas

blocking dan pisau palet. Proses pembuatan karya dimulai dari tahap blocking

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Pagelaran Wayang kulit merupakan ungkapan dan peragaan pengalaman religius yang merangkum beberapa unsur lambang seperti bahasa, gerak, tari, suara, sastra, warna dan rupa. Wayang kulit mampu menyajikan kata-kata mutiara yang meliputi pendidikan, pengetahuan, penyadaran, dan hiburan. Lukisan estetisnya mampu menyajikan imajinasi puitis untuk petuah-petuah religius yang mempesona dan menggetarkan jiwa manusia, di dalam cerita wayang termuat nilai-nilai historis dan budaya yang begitu kuat, wayang juga merupakan simbol personifikasi dari perwatakan manusia dimana ada tokoh baik dan tokoh jahat dimana keduanya saling melengkapi. Tokoh baik juga tak selamanya berjalan dengan kebaikannya, begitu juga dengan tokoh jahat tidak selamanya ia dipenuhi oleh kejahatan.

(13)

Prabu Pandu Dewayana dan Dewi Kunthi, juga Dewi Madrim yang menurunkan keturunan Pandawa, konflik dasar yang menyebabkan perang besar ini terjadi ketika orang tua dari Kurawa dan Pandawa telah meninggal. Kerajaan Astina yang dikuasai oleh Kurawa selalu dihasut oleh patihnya Sengkuni untuk merebut kerajaan Amarta yaitu kerajaan yang ditinggali oleh Pandawa. Hingga suatu saat terjadilah perang besar itu, dan dituliskan dalam kitab Mahabarata. Sementara di dalam kitab Ramayana sendiri membeberkan tentang cerita percintaan Rama dan Shinta. Hingga suatu ketika Shinta diculik oleh Rahwana raja dan kemudian terjadilah perang antara prjurit Rama Wijaya dengan prajurit Rahwana raja yang menewaskan beribu-ribu prajurit dalam tempo yang singkat, hingga kemenangan ada dipihak Rama Wijaya karena bantuan dari bala kera yang di pimpin oleh Prabu Sugriwa dan Resi Hanoman.

(14)

3

saja. Luapan emosional dan keinginan penulis melukis dengan gaya ekspresif divisualkan dengan objek-objek wayang kulit. Wayang kulit dianggap sebagai objek yang bagus, hal ini berkaitan dengan cerita yang terkandung dalam dunia pewayangan yang tak pernah lepas dari konflik kehidupan disetiap alur ceritanya. Wayang kulit juga dijadikan objek lukisan oleh banyak seniman, seperti seniman Pelukis Wayang Kaca, Subandono, Subandi, dan Pelukis Ekspresionisme Nasirun yang mengangkat wayang kulit sebagai inspirasi lukisannya.

(15)

Terkadang manusia tidak menyadari lingkungan sekelilingnya adalah ide yang bagus.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat ditemukan beberapa identifikasi masalah diantaranya:

1. Wayang Kulit merupakan ungkapan dan peragaan religius.

2. Wayang Kulit merangkum banyak unsur, diantaranya unsur lambang, gerak, tari, suara, sastra, warna dan rupa.

3. Wayang Kulit merupakan simbol dari perwatakan manusia, dimana ada sifat baik dan sifat buruk.

4. Wayang Kulit juga merupakan gambaran dari konflik kehidupan manusia. 5. Di dalam cerita Wayang Kulit banyak memuat suritauladan baik.

6. Wayang kulit dirasa penulis bagus untuk diangkat dalam lukisan ekspresionistik.

7. Ekspresionisme adalah aliran yang menggambarkan konflik dan juga tekanan batin yang berat. Sama seperti dalam cerita pewayangan, terdapat adegan-adegan konflik, indifidualisasi, dan fragmantisme.

C. Batasan Masalah

(16)

5

pertarungan untuk pertaruhan harga diri atau perebutan wahyu dan kekuasaan, yang kemudian digambarkan dengan visualisasi objek kepala wayang dengan badan setengah dada sebagai penggambaran karakter dan watak dalam lukisan ekspresionistik.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penciptaan lukisan ekspresionistik yang terinspirasi dari wayang kulit?

2. Bagaimana Tema lukisan ekspresionistik yang terinspirasi dari wayang kulit? 3. Bagaimana proses pembuatan lukisan ekspresionistik yang terinspirasi dari

wayang kulit?

4. Bagaimana bentuk visualisasi lukisan ekspresionistik yang terinspirasi dari wayang kulit?

E. Tujuan

1. Mendeskripsikan lukisan ekspresionistik yang terinspirasi dari konflik wayang kulit.

2. Mendeskripsikan Tema lukisan yang teinspirasi dari konflik wayang kulit. 3. Mendeskripsikan proses visualisasi dalam pembuatan lukisan yang terinspirasi

dari wayang kulit.

(17)

F. Manfaat

Hasil laporan penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat berguna bagi generasi penerus, dan memberikan sumbangan tertulis untuk Universitas tentang

(18)

7 BAB II

KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN

A. Pengertian Seni lukis 1. Struktur Seni Lukis

Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan. Menurut The Liang Gie dalam buku “Filsafat Keindahan” (2004:69), seni adalah hasil dari campur tangan dan pengolahan budi manusia secara tekun untuk mengubah benda-benda alamiah bagi kepentingan rohani maupun jasmani.

Sedangkan seni lukis menurut Soedarso, SP dalam buku “Tinjauan Seni” (1990:11), Seni Lukis adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seni lukis adalah ungkapan perasaan manusia tentang sesuatu yang indah, dalam bentuk gambar atau bidang dua dimensional melalui garis dan warna sehingga menghasilkan sesuatu yang indah dan menarik.

(19)

a. Faktor ideoplastis

Faktor ini bersifat rohani yang mendasari penciptaan seni lukis diantaranya adalah: ide, pengalaman, emosi, fantasi dan sebagainya.

b. Faktor Fisikoplastis

Faktor ini berupa hal-hal yang menyangkut persoalan teknis, seperti pengorganisasian elemen fisik seperti garis, tekstur, ruang, bidang dan sebagainya.

Table 1 Struktur Seni Lukis

2. Pengertian Tema dan Konsep a. Pengertian Tema dalam Seni Lukis

Dharsono Sony Kartika (2004), Tema pokok ialah rangsangan cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.

Sesuai dengan pengertian diatas dapat disimpulkan tema merupakan pokok pikiran yang mendasari sesuatu hal, dalam seni rupa tema berarti pokok pikiran

Seni Lukis

Faktor Idioplastis Faktor Fisikoplastis • Ide

• Unsur-unsur Visual: Garis, warna, bentuk, ruang, tekstur.

• Organisasi unsur Visual: Unity, balance, ritme, kontras, repetisi, aksentuase.

• Alat dan bahan: Kanvas, kuas, cat minyak, pisau palet, dst.

(20)

9

yang menjadikan dasar penciptaan seni lukis. Jadi tema lukisan penulis merupakan hasil dari pengalaman yang ada, menjadikan sebuah dasar dalam proses penciptaan karya seni untuk tugas akhir ini yakni “Wayang Kulit Sebagai Inspirasi Lukisan Ekspresionistik” sebagai tema lukisan.

b. Pengertian Konsep dalam Seni Lukis

Konsep pokok pertama atau utama yang mendasari keseluruhan pemikiran, konsep biasanya hanya dalam pikiran atau kadang-kadang tertulis secara tersirat. Dalam penyusunan ilmu pengetahuan diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus menerus, kemampuan abstrak (menyusun kesimpulan) tersebut dinamakan pemikiran konseptual. Pembentukan konsep merupakan konkretisasi indera, suatu proses pelik yang mencakup metode, pengenalan seperti perbandingan analisis abstraksi, idealis dan bentuk-bentuk dedukasi yang pelik. Keberhasilan konsep tergantung pada ketetapan pemantulan realitas obyektif di dalamnya. Konsep sangat berarti dalam berkarya seni. Ia dapat lahir sebelum, bersamaan maupun setelah pengerjaan sebuah karya seni. Konsep dapat menjadi pembatas berpikir kreator maupun penikmat dalam melihat dan mengapresiasi karya seni. Sehingga kreator dan penikmat dapat memiliki persepsi dan kerangka berpikir yang sejajar (Mikke Susanto, 2011:227).

(21)

biasanya berasal dari pengalaman pribadi ataupun keadaan yang ada atau terjadi dihadapan mata pelukis

Dalam tugas akhir ini konsep penciptaan penulis didasarkan pada dua hal yaitu impuls dan motivasi. Impuls adalah dorongan keras, seolah-olah dipaksa untuk menciptakan sesuatu, tetapi belum mengetahui apa wujudnya nanti, akan tetapi dorongan tersebut timbul secara sadar, sehingga seniman bisa memfantasikan dorongan yang demikian disebut motivasi.

3. Unsur Seni Lukis

Seni lukis adalah gabungan dari berbagai macam unsur yang membentuk suatu sistematika dan berproses menjadi karya lukis. Bila unsur-unsur tersebut dijabarkan akan menjadi beberapa bagian diantaranya adalah:

a. Garis

Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejaja dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus, dan lain-lain. Hal inilah yang menjadi ukuran garis. Garis tidak ditandai dengan sentimeter, akan tetapi dengan ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang bersifat panjang-pendek, tinggi-rendah, besar-kecil, dan tebal-tipis. Sedang arah garis hanya ada tiga yaitu:

1) Horisontal 2) Vertikal 3) Diagonal

(22)

11

maupun tekstur (Mikke Susanto, 2011:148). Garis mempunyai banyak peranan dalam seni lukis antara lain:

1) Garis mempunyai peranan sebagai garis 2) Garis mempunyai peranan sebagai lambang

3) Garis punya peranan untuk menggambarkan sesuatu secara representatif 4) Garis mempunyai simbol ekspresi dari ungkapan seniman

b. Shape (bangun)

Shape atau Bangun adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan karena dibatasi oleh adanya warna yang berdeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya teksture (Dharsono Sony Kartika, 2004:41).

c. Tekstur (nilai raba sebuah permukaan)

Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukan rasa permukaan yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberi rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwujudan bentuk pada karya seni rupa secara nyata dan semu (Dharsono Sony Kartika, 2004:47). d. Warna

(23)

di bidang seni murni atau seni terapan.bahkan lebih jauh dari itu warna sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia. Warna mempunyai banyak peranan yaitu:

1) Warna sebagai warna

2) Warna sebagai representasi alam 3) Warna sebagai simbol

4) Warna sebagai ekspresi 4. Prinsip penyusunan

a. Dasar-Dasar Penyusunan (Prinsip Desain)

Penyusunan atau komposisi dari unsur-unsur estetik merupakan prinsip pengorganisasian unsur dalam desain. Hakekat suatu komposisi yang baik, jika suatu proses penyususna unsur pendukung karya seni, senantiasa memperhatikan prinsip prinsip komposisi sebagai berikut:

1) Harmoni (Selaras)

Harmoni atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian. Juga merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal (Mikke Susanto, 2011:175). 2) Kontras

(24)

13

kontras merupakan bumbu komposisi dalam mencapai bentuk (Dharsono Sony Kartika, 2004:55).

Sedangkan Kontras menurut Mikke Susanto dalam buku “Diksi Rupa,” (2011:227), kontras adalah perbedaan yang mencolok dan tegas antara elemen-elemen sebuah tanda yang ada pada sebuah komposisi atau desain. Kontras dapat dimunculkan dengan menggunakan warna, bentuk, tekstur, ukuran ketajaman. Kontras digunakan untuk member ketegasan dan mengandung oposisi-oposisi seperti gelap-terang, cerah-buram, kasar-halus, besar-kecil dan lain-lain. Dalam hal ini kontras dapat pula member peluang munculnya tanda-tanda yang dipakai sebagai tampilan utama maupun pendukung sebuah karya.

3) Repetisi (Irama)

Repetisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Repetisi atau ulang merupakan selisih antara dua wujud yang terltak pada ruang dan waktu, maka sifat paduaannya bersifat satu matra yang dapat diukur dengan interval ruang, serupa dengan interval waktu antara dua nada musik berun tun yang sama (Dharsono Sony Kartika, 2004:57)

b. Hukum Penyusunan (Azas Desain) 1) Kesatuan (Unity)

Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan atau komposisi diantara hubungan unsur mendukung karya, sehiungga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh (Dharsono Sony Kartika, 2004:59).

2) Keseimbangan (Balance)

(25)

secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan. Ada dua macam keseimbangan dalam penyusunan bentuk, yaitu

a) Formal Balance (Keseimbangan formal)

Keseimbangan formal adalah keseimbangan pada pihak berlawanan dari satu poros.

b)Informal Balance (Keseimbangan informal)

Keseimbangan informal adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari susunan unsur atau kontras dan selalu asimetris.

3) Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan dalam desain, pada dasarnya dalah kesederhanaan selektif dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik dalam desain (Dharsono Sony Kartika, 2004:62)

4) Emphasis (Aksentuasi)

Desain yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian (center of interest), caranya yaitu dapat dicapai dengan melalui perulangan ukuran serta kontras antara tekstur, nada warna, garis ruang, bentuk atau motif. aksentuasi melalui perulangan, misalnya kain bermotif (kain bergambar) dengan beberapa warna, hijau, dan biru, didekatkan pada kain polos berwarna hijau, maka warna hijau dalam kain bermotif akan nampak menonjol. Aksentuasi melalui ukuran, suatu bentukyang lebih besar akan tampak menarik perhatian karena besarnya. Akan tetapi ukuran dari benda yang menjai titk pusat perhatian harus sesuai antara perbandingan dimensi terhadap ruang tersebut. Aksentuasi dengan kontras: dalam ruangan yang sebagian besar terdiri dari tekstur yang halus atau licin, satu bidang dengan dengan tekstur yang kasar akan sangat menarik perhatian. Aksentuasi melalui susunan: tata letak dari unsur visual dengan benda-benda lain yang diatur sedemikian sehingga mengerahkan pandangan orang ke tempat atau objek yang menjadi pusat perhatian (Dharsono Sony Kartika, 2004:63).

5) Proporsi

(26)

15

memainkan peranan penting dalam menentukan proporsi (Dharsono Sony Kartika, 2004:64).

B. Wayang Kulit.

Wayang kulit purwa adalah wayang yang berbahan kulit yang membawakan cerita yang bersumber dari mahabarata dan Ramayana (Mikke Susanto, 2011:437).

Menurut Wiwien Widyawati R (2009), Melihat sebuah pertunjukan wayang, sebenarnya yang dilihat adalah pertunjukan lakon. Oleh karena itu, kedudukan lakon dalam pakeliran sangat penting sifatnya. Melalui garapan lakon, terungkap nilai-nilai kemanusiaan yang dapat memperkaya pengalaman kejiwaan.

Dikalangan pedalangan pengertian Lakon sangat tergantung dengan konteks pembicaraannya. Lakon dapat diartikan alur cerita, atau judul cerita, atau dapat diartikan sebagai tokoh utama dalam cerita (Wiwien Widyawati R, 2009:434).

Selain itu lakon merupakan salah satu kosa kata bahasa Jawa, yang berasal dari kata laku yang artinya perjalanan atau cerita atau rentetan peristiwa. Jadi lakon wayang adalah perjalanan cerita wayang atau rentetan peristiwa wayang. Perjalanan cerita wayang ini berhubungan dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan sebagai pelaku dalam pertunjukan sebuah lakon. Kemudian di dalam sebuah cerita wayang akan muncul permasalahan, konflik-konflik dan penyelesaiannya ini terbentang dari awal sampai akhir pertunjukan (jejer sampai dengan tancep kayon) dengan wujud kelompok unit-unit yang lebih kecil yang disebut adegan. Unit adegan yang satu dengan adegan yang lain, saling terkait, baik langsung maupun yang tidak langsung membentuk satu sistem yang disebut lakon (Mertosedono,1992:75).

(27)

sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Secara umum wayang mengambil cerita naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem tersebut, dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan).

Mikke Susanto (2011:436), mengatakan bahwa wayang sebagai boneka atau sebentuk tiruan manusia atau hewan yang digunakan untuk memerankan tokoh, dalam sebuah pertunjukan drama tradisional, yang biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.

(28)

17

hingga saat ini tetap bisa berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

C. Metode Penciptaan dan Pendekatan 1. Metode penciptaan

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau obyek dengan maksud merasakan kemudian memahami melanjutkan suatu penelitian dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Dalam proses penciptaan ini penulis melakukan observasi hal-hal yang dilakukan antara lain: 1)Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari landasan teori serta informasi yang cukup membantu. Sebagai dasar pembahasan penciptaan karya. Data tersebut diperoleh dengan cara mencatat, membaca buku-buku atau majalah yang searah dengan ide-ide tema yang dimunculkan. Selain itu penulis juga banyak mendapat ide dari sumber-sumber lain seperti televisi (siaran-siaran di televisi), katalog pameran seni rupa, internet dan surat kabar.

2)Dokumentasi

(29)

3)Acuan Karya Seni

Penulis sering mengamati karya-karya lukisan yang menjadi acuan sebagai bahan referensi. Karya-karya lukis yang menjadi acuan adalah karya yang dikagumi dan memberi inspirasi pada karya penulis antara lain Nasirun, Affandi, Putu Sutawijaya.

b. Improvisasi

Improvisasi, ekspresi yang spontan tidak disadari dari sesuatu yang ada di dalam, yang bersifat spiritual, penciptaan atau pertunjukan biasanya juga tanpa rencana lebih dahulu serta (biasanya) pengerjaannya hampir dengan seadanya. Dalam berkarya seni rupa (Mikke Susanto, 2011:194). Dalam proses berkarya, penulis mengeksplorasi melalui sketsa dengan menambah atau mengurangi obyek hingga sesuai yang diharapkan dan dapat mencapai apa yang ingin disampaikan oleh penulis.

c. Visualisasi

(30)

19

2. Pendekatan Penciptaan a. Pendekatan Ekspresionistik

Pendekatan ekspresionistik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mempelajari lebih dalam acuan karya lewat studi hasil karya seniman pelukis ekspresionisme seperti Nasirun, Affandi, dan Putu Sutawijaya.

Seni lukis Ekspresif adalah gaya melukis yang bersifat tepat (dan kadang dikerjakan dengan cepat, ingat kata “ekspres”) dalam memberikan atau mengungkapkan gagasan, gambaran,perasaan atau maksud. Sehingga dalam melukis pada umumnya dikaitkan dengan menggores atau sifat goresannya yang terkesan kuat dan emosional. Ekspresif atau ekspresionisme adalah istilah aliran yang berusaha melukiskan aktualitas yang sudah di distorsi kea rah suasana kesedihan, kekerasan, atau tekanan batin yang berat. (Mikke Susanto, 2011: 116).

Seperti pada lukisan-luksian Nasirun yang banyak dipengaruhi oleh objek

wayang dan batik yang diolah dengan gaya ekspresionistik dengan tema yang

mengangkat responnya terhadap situasi sosial, politik dan budaya yang sedang

berkembang sehingga karya-karyanya selalu relevan.

(gambar I. Karya nasirun yang berjudul “Imajinasi” Sumber, http://www.google.co.id/ekspresionisme/gambar)

(31)

dan pengolahan komposisi yang tepat. Kesan Ekspresionisme sangat kental sekali dalam lukisan-lukisan Affandi melalui warna, makna, dan goresan-goresannya.

(gambar II. Karya Affandi yang berjudul “Perahu Nelayan Bali” Sumber, http://www.google.co.id/ekspresionisme/gambar.)

Putu Suta Wijaya juga mereview akan hal yang sama tentang paham ekspresionistik dalam karya-karyanya. Objek yang di tampilkan selalu ada kaitannya dengan hubungan batin yang berat, dimana putu mencoba memasukkan ciri khasnya melalui goresan dan komposisi yang terangkum dalam paham ekspresionisme.

(32)

21

3. Alat Bahan dan Teknik a. Alat Bahan

Alat dan bahan atau material tentu saja harus dipilih, harus diperhitungkan tidak semata pada nilai guna, tapi juga kemampuannya untuk memberikan cita rasa sentuhan estetis tentunya. Dalam buku seni rupa modern (Dharsono Sony Kartika, 2004:8). Material aatau bahan adalah bahan dasar untuk membuat medim seperti: pigmen (zat warna), pasir, batu. Kayu, kertas, logam, semen dan lain sebagainya. Lukisan yang akan penulis tampilkan menggunakan bahan cat minyak pisau palet dan kanvas. Pemilihan bahan dan alat ini didasari atas pertimbangan bahwa cat minyak yang digoreskan menggunakan pisau palet dapat membuat tekstur dan greget yang mempunyai nilai artistik.

b. Teknik

Dalam lukisan yang ditampilkan penulis, teknik yang digunakan dalam lukisan ini adalah cat minyak dengan teknik basah. Mikke Susanto (2011:395), menjelaskan bahwa teknik basah merupakan teknik menggambar atau melukis yang menggunakan medium yang bersifat basah memakai mediun air atau minyak cair, seperti cat air atau cat minyak. Teknik basah merupakan kebalikan dari teknik kering yang tidak menggunakan medium yang bersifat basah.

4. Tahap Penciptaan

Tahap-tahap penciptaan Tugas Akhir Karya seni diantaranya:

(33)

b)Konsentrasi (Concentration), sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap dalam perkara yang diahadapi.

c) Inkubasi (Incubation), mengambil waktu atau jarak meninggalakan perkara, istirahat, waktu santai. Mencari kegiatan-kegiatan yang melepaskan persoalan yang diahadapi, tetapi ini adalah tahap pematangan maturasi spiritual. Dalam tahap ini justru akan terbentuk sentesis-sintesis dari segala jalur atau arus pemikiran.

d)Iluminasi (Ilumination), tahap AH, mendapatkan ide, gagasan, pemecaham,penyelesaian, cara kerja, jawaban baru.

(34)

23 BAB III

PENCIPTAAN DAN HASIL PEMBAHASAN

A. Konsep dan Tema Lukisan 1. Konsep

Dalam karya tugas akhir karya seni ini penulis menggunakan teknik kuas dan pisau palet dan menggayakan bentuk pada objek yang penulis rasakan estetik melalui goresan pisau palet tetapi objek tersebut tetap representatif. Penulis menggunakan gaya lukisan ekspresionistik dalam proses penciptaanya. Gaya lukisan ekspresionistik yang digunakan penulis banyak menggunakan pisau palet sebagai goresan spontan (ekspresif), penulis juga memadukan efek kucuran cat sebagai repetisi garis untuk mengolah bidang lukisan. Bentuk visualisasi wayang kulit yang diangkat dalam lukisan digambarkan kepala-kepala dengan badan setengah dada, dimana susunan kepala dengan badan setengah dada ini mewakili dari watak dan karakter baik dan buruk figur tokoh wayang yang digambarkan.

2. Tema

(35)
(36)

25

B. Alat Bahan dan Teknik visualisasi 1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut a. Pisau Palet

Pisau palet digunakan penulis untuk membuat guratan dan tekstur timbul dan untuk menimbulkan efek ekspresif.

(gambar IV. Pisau palet. Sumber, dokumentasi pribadi)

b. Kuas

Kuas digunakan untuk mengoleskan warna pada objek lukisan. Kuas disini juga digunakan untuk membuat efek cipratan juga kucuran cat pada lukisan.

(gambar V. Kuas. Sumber, dokumentasi pribadi)

(37)

a. Cat Minyak

Penulis menggunakan Cat minyak merk Talens sebagai pewarna.

(gambar VI. Cat Minyak. Sumber, dokumentasi pribadi)

b. Kanvas

Kanvas yang digunakan penulis adalah kanvas mentah dan diolah sendiri menggunakan lem kayu merk fox dan cat tembok yang mempunyai kandungan acrylic emulsion.

(gambar VII. Cat tembok yang dicampur lem fox untuk warna dasar kanvas. Sumber, dokumentasi pribadi)

2. Teknik visualisasi

(38)

27

diinginkan juga agar dapat mengusai objek yang akan dilukis, baik warna ataupun bentuk. Selanjutnya proses perenungan dan imajinasi sebagai upaya untuk mendapatkan ide yang penulis ingin ungkapkan juga untuk mendapatkan nilai-nilai estetik, dilanjutkan dengan menuangkan kedalam sebuah karya seni dengan beberapa tahapan:

1. Pertama yang di lakukan adalah memblok bidang kanvas dengan warna dasar.

(gambar VIII. Proses pewarnaan blocking pada kanvas. Sumber, dokumentasi pribadi)

2. Membuat sketsa langsung pada bidang kanvas menggunakan kuas etherna kecil ukuran 4.

(39)

3. Setelah proses sketsa selesai dibuat, dilanjutkan dengan proses pewarnaan dasar objek wayang yang dibuat pada bidang kanvas, tentunya dengan warna yang diinginkan.

(gambar X. Proses pewarnaan dasar pada objek lukisan. Sumber, dokumentasi pribadi)

4. Setelah proses pewarnaan dasar pada objek selesai dan dirasa kering, ditambahkan goresan pisau palet, kucuran cat, dan cipratan-cipratan.

(40)

29

Dalam pemakaian teknik penulis cenderung mengkombinasikan segala teknik. Teknik merupakan keahlian dalam menggunakan bahan dan alat untuk menvisualisasiakan ide. Berikut teknik yang digunakan:

a. Teknik Blocking

Teknik ini dilakukan dengan cara memblock bidang kanvas yang sudah disiapkan dengan warna dasar abu-abu, cara mewarnakan menggunakan kuas yang berukuran besar hingga permukaan kanvas rata dengan warna dasar abu-abu. Teknik ini juga digunakan pada pewarnaan dasar objek-objek lukisan dengan warna merah kecoklatan. Setelah objek terdasari oleh warna yang sudah ditentukan baru kemudian masuk ke teknik pisau palet.

b. Teknik Pisau palet

Teknik ini dilakukan dengan cara mengoreskan pisau palet secara acak dan berulang-ulang ke media sehingga kanvas terwarna oleh cat minyak, cara ini dilakukan utuk mendapatkan tekstur dan efek goresan ekspresif.

3. Finishing

(41)

C. Bentuk Lukisan

1. Deskripsi Lukisan “Tumpesing Angkara”

(gambar XII. Visualisasi lukisan berjudul “Tumpesing Angkara”)

(42)

31

bagian atas nampak objek-objek wayang yang dikategorikan dalam klasifikasi tokoh baik. Tampak di sisi paling kiri adalah Bratasena sebutan R.Werkudara saat muda, pada bagian tengah adalah R.Arjuna dan disebelah kanannya adalah R.Gatotkaca. Sementara pada bidang bagian bawah terdapat wayang yang diklasifikasikan sebagai tokoh antagonis. Yaitu pada sisi kiri adalah sosok raja kala atau biasa disebut dengan sebutan Bethara Kala, pada bagian tengah adalah gambaran kala sebagai anak buah dari Bethara Kala, dan sebelah kanan adalah gambaran dari manusia setengah kala. Nampak pada kedua bidang penggambaran objek wayang dibuat dengan proporsi yang hampir sama besarnya.

Pembagian bidang menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah yang mana pada masing-masing bidang terdapat beberapa objek wayang dengan ruang hampa berwarna abu-abu muda berada di tengah yang ditambahi kucuran cat berwarna merah seperti penghubung antara kedua bidang. Hal ini dibuat berdasarkan komposisi simetris yang tak lain bertujuan untuk mengolah keseluruhan bidang kanvas mencapai keseimbangan (Balance).

Penyederhanaan pada background diterapkan pada lukisan ini, yaitu dengan cara memberikan warna background dengan warna polos yaitu dengan warna abu-abu muda. Hal ini bertujuan untuk membuat kontras dan menguatkan objek utama sebagai bagian yang ditonjolkan dalam lukisan.

(43)

Warna yang digunakan dalam objek lukisan ini adalah warna-warna primer dan juga warna tambahan lain sebagai Aksentuasi dan Harmoni. Warna Netral disini diletakkan pada bagian Background dengan menggunakan warna abu-abu muda yaitu perpaduan dari warna putih (Titanium White) dengan sedikit warna hitam (Black). Warna merah pada objek lukisan menggunakan warna (

Scarlet) dan kombinasi coklat kemerahan (Burnt sienna), warna merah scarlet dan warna burnt sienna ini dimunculkan lagi dalam kucuran cat yang turun kebawah dari objek wayang bagian atas untuk membuat repetisi garis dan harmoni yang dihasilkan dari efek kucuran cat tersebut. Warna gelap yang ditimbulkan dalam lukisan ini menggunakan perpaduan warna hitam dan coklat tua (Burnt umber) yang memberikan warna gelap diantara objek-objek wayang dalam lukisan ini sehingga objek utama terlihat menonjol. Warna coklat (Ochree)

dan kuning (Lemon yellow) ditorehkan menggunakan pisau palet dengan goresan yang menyala-nyala di gunakan sebagai penekanan Aksentuasi pada lukisan ini. Warna putih (Titanium white) dengan dicampur sedikit warna coklat digunakan untuk mewarna gigi pada objek lukisan raksasa pada bagian bawah.

Tekstur dalam lukisan ini dibuat menggunakan warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna dalam lukisan.

(44)

33

2. Deskripsi Lukisan “Goro-goro, geger gara-garane guru”

(gambar XIII. Visualisasi lukisan berjudul “Goro-goro, geger gara-garane guru”)

(45)

seimbang. Lukisan ini menggunakan gaya klasik dimana bidang kanvas terlihat penuh dengan objek utama dan objek-objek pendukung. Bidang dalam lukisan ini Nampak penuh dengan berbagai macam objek wayang kulit, dimana terlihat pada bagian tengah-tengah bidang terdapat objek binatang celeng sebagai Center of Interest pada lukisan ini. Di atas objek binatang celeng adalah tokoh Bathara Guru dan di sebelah kiri kanannya adalah Bathara Narada dan Bathara Bayu. Sementara pada bidang bagian kiri bawah objek binatang celeng terdapat objek Dewa Ganesha, disebelah kanan bawah adalah objek Kala berwarna hitam dan berambut merah yang merupakan Tiwikrama dari Bathara Wisnu, di sebelah kanannya lagi adalah sosok dari Bathara Yamadipati dan objek-objek lain yang berada di atas dan bawahnya merupakan objek pendukung yang juga merupakan gambaran dari dewa-dewa lainnya sebagai Background.

Garis outline dibuat menggunakan kuas kecil kangrui ukuran 0,5 dengan penekanan-penekanan tertentu yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai aksentuasi.

Warna yang digunakan dalam lukisan ini cenderung banyak menggunakan warna merah (Scarlet) dan kuning kecoklatan (Ochree), warna ini juga berperan sebagai aksentuasi ketika ditorehkan menggunakan pisau palet secara menyala-nyala. Di dalam lukisan ini juga terdapat warna-warna lain sebagai pendukung. Seperti warna ungu campuran dari merah (Scarlet) dan biru

(Blue marine) dan warna merah muda, campuran dari warna merah (Scarlet)

(46)

35

memunculkan objek binatang celeng sebagai Center of Interest. Warna pada

background lebih condong dengan warna-warna gelap guna memunculkan kontras yang mendorong objek di depannya agar terlihat lebih menonjol, warna yang digunakan adalah campuran coklat tua (Burnt umber) dan hitam (black)

dengan kilatan pisau palet warna coklat (Ochree), coklat kemerahan (Burnt sienna), dan merah(Scarlet). Warna putih yang digunakan untuk mewarna gigi objek dalam lukisan menggunakan warna putih (Titanium White). Warna kuning yang digunakan untuk mewarna gading Dewa Ganesha menggunakan warna

(Lemon Yellow) di padukan dengan warna putih (Titanium White) campuran kedua warna yang mempunyai tones berdekatan ini di terapkan untuk membuat Harmoni di dalam lukisan.

Tekstur dalam lukisan ini dibuat menggunakan warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna dalam lukisan sehingga membentuk suatu permukaan bidang kanvas yang tidak rata.

(47)

3. Deskripsi Lukisan “Wahyu Mintaraga”

(gambar XIV. Visualisasi lukisan berjudul “ Wahyu Mintaraga”)

(48)

37

bagian kanan terdapat objek tokoh-tokoh pandawa bila diurutkan dari atas ke bawah adalah Sadewa, Nakula, Bratasena, Arjuna, Prabu Baladewa, Puntadewa, dan Prabu Kresna. Sementara pada bidang bagian kiri terdapat objek wayang Bathara Guru sebagai Center of Interest.

Penyederhanaan background di terapkan dalam lukisan ini dengan warna abu-abu muda yang mendasari lukisan ini. Warna dasar abu-abu ini memberikan kesan kontemporer pada lukisan ini. Disamping itu warna netral ini juga berfungsi sebagai warna yang dapat mengangkat objek utama yang digarap menggunakan warna-warna yang tegas.

Garis outline dibuat menggunakan kuas kecil kangrui dengan ukuran yang bervariasi dan penekanan-penekanan tertentu pada garis outline yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai batasan bentuk pada objek, disamping itu garis outlen juga berperan sebagai Aksentuasi dalam lukisan ini.

Warna yang digunakan dalam lukisan ini banyak menggunakan warna coklat (Ochree) dan warna cream campuran antara coklat (Ochree) dengan putih

(49)

garis outline dalam lukisan ini. Warna coklat kemerahan (Burnt sienna) dan kombinasi warna lain seperti merah (Scarlet) coklat kekuningan (Ochree) di letakkan sesuai kebutuhan dan pertimbangan Estetis lainnya yang ditorehkan menggunakan pisau palet.

Tekstur dalam lukisan ini dibuat pada bagian tubuh objek wayang yang dibuat menggunakan warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna yang digunakan dalam lukisan ini.

Kucuran cat yang berada diantara objek wayang di buat menggunakan cat dengan komposisi pengencer lebih banyak, sehingga dapat menimbulkan efek kucuran seperti yang terlihat pada lukisan di atas. Dilihat dari pembuatannya kucuran cat ini dipengaruhi oleh unsur Estetis yang membentuk suatu susunan Repetisi garis dan Harmoni, dimana lukisan ini terlihat lebih menarik jika ditambahi dengan efek tersebut.

(50)

39

4. Deskripsi Lukisan “Sigra Bala Kang Tumingal”

(gambar XV. Visualisasi lukisan berjudul “Sigra Bala Kang Tumingal”)

(51)

menggambarkan para prajurit amarta, dan di sisi kiri menggambarkan prajurit astina.

Lukisan ini dibuat dengan penyederhanaan background sehingga objek lebih terlihat jelas. Penyederhanaan background ini dibuat dengan warna netral yaitu warna dasar abu-abu muda yang di letakkan pada belakang objek lukisan ini.

Garis outline dibuat menggunakan kuas kecil kangrui ukuran 0,5 dengan penekanan-penekanan tertentu yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai batasan bentuk pada objek, disamping itu garis outline juga berperan sebagai Aksentuasi dalam lukisan ini.

Warna yang digunakan dalam lukisan ini lebih condong menggunakan warna-warna panas, terlihat dari objek lukisan yang banyak objek yang menggunakan warna merah, kilatan-kilatan goresan pisau palet dengan warna merah (Scarlet) dan warna orange terdapat pada mahkota objek-objek wayang dalam lukisan ini. Warna pada wajah prajurit menggunakan warna merah muda campuran antara (Titanium white) dengan merah (Scarlet), pada objek lain ada juga wajah yang menggunakan warna merah (Scarlet) dan warna coklat ochre tua campuran dari warna coklat (Ochree) dan coklat kemerahan (Burnt sienna).

warna (Ochree) dipadukan dengan sedikit warna coklat tua (Burnt umber)

(52)

41

aksentuasi. Warna pada objek kuda menggunakan warna dasar coklat tua (Burnt umber) yang diberi beberapa goresan pisau palet menggunakan warna coklat kemerahan (Burnt sienna) dan beberapa goresan pisau palet (Ochree), warna merah muda perpaduan dari warna merah (Scarlet) dan warna putih (Titanium White) Nampak pada bidang atas, warna kucuran cat direspon dengan cat berwarna ungu campuran dari warna biru (Blue marine) dan sedikit merah

(Scarlet). Warna merah (Scarlet) juga digunakan pada objek tombak yang berada di belakang objek utama, disamping itu gambar tombak membentuk repetisi bentuk dan ritme, sedangkan pada mata tombak dan pedang yang di bawa oleh objek wayang prajurit diwarna menggunakan warna hitam (Black).

Tekstur dalam lukisan ini sangat diantara warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna sehingga menimbulkan tonjolan-tonjolan permukaan yang kasar pada bidang kanvas.

Pada background belakang bisa dilihat kucuran cat yang mengalir dari atas kebawah, pada efek ini cat diencerkan dengan perbandingan media pengencer lebih banyak sehingga dapat menimbulkan efek yang demikian. Efek ini membentuk suatu repetisi garis dengan pengulangan kucuran cat yang ada. Efek kucuran cat ini jika dilihat juga akan membentuk suatu irama (Ritme)

(53)

dipengaruhi oleh unsur estetis, dimana lukisan ini terlihat lebih menarik jika ditambahi dengan efek tersebut.

Sama dengan lukisan-lukisan lainnya, dimana setiap lukisan mempunyai unsur kesatuan (Unity) yang mempersatukan beberapa teknik dan efek goresan menjadi satu karya utuh. Warna merah yang dominan pada lukisan ini berfungsi sebagai perwujudan dari ekspresi, dan sebagai warna yang berfungsi untuk menyatukan keseluruhan unsur dalam lukisan ini, yaitu sebagai pemersatu

(54)

43

5. Deskripsi Lukisan “Kala Kala”

(gambar XVI. Visualisasi lukisan berjudul “ Kala-kala”)

Lukisan berjudul “Kala-Kala” ini di kerjakan dengan media cat minyak di atas kanvas horizontal berukuran 150cm x 170cm. dengan menggunakan komposisi asimetris. Dimana komposisi ini mengesankan liarnya tatanan pada bidang lukisan namun tetap berada di bawah kontrol unsur-unsur seni rupa lainnya. Pada bidang sebelah kanan terdapat sosok tokoh wayang Bhatara kala dengan posisi setengah badan dan tangan berada dibagian dada, objek ini menjadi

(55)

berdasarkan pertimbangan estetis guna menghasilkan suatu Harmony dalam lukisan ini.

Lukisan ini dibuat dengan penyederhanaan background sehingga objek lebih terlihat jelas. Penyederhanaan background ini terlihat dengan warna netral sebagai warna dasar abu-abu muda pada belakang objek lukisan ini. Disamping itu pewarnaan warna netral pada background ini bertujuan untuk membuat Kontras antara objek dengan latar belakang.

Unsur garis outline sendiri dibuat menggunakan kuas kecil kangrui ukuran 0,5 dengan penekanan-penekanan tertentu yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai batasan bentuk pada objek, disamping itu garis outlen juga berperan sebagai aksentuasi dalam lukisan ini.

Warna yang digunakan lebih cenderung dengan warna-warna panas seperti yang terlihat di dalam lukisan ini, di dalamnya banyak menggunakan tones warna merah seperti warna merah (Scarlet), merah muda campuran warna merah (Scarlet) dengan warna putih (Titanium white), warna coklat kemerahan

(Burnt sienna), coklat tua (Burnt umber), hitam (Black), coklat kekuningan

(56)

45

membantu memunculkan objek-objek wayang. Goresan pisau palet berwarna

(Ochree) dan kuning (lemon yellow) juga ditorehkan oleh penulis pada bagian objek Bathara Kala. Pada bidang bagian kiri objek-objek wayang Kala diwarna menggunakan beberapa perpaduan, ada beberapa objek kala yang diwarna menggunakan warna merah muda perpaduan antara warna merah (Scarlet)

dengan warna putih (Titanium white). Warna coklat kekuningan (Ochree) dan juga warna coklat kemerahan (Burnt sienna) juga nampak digunkan sebagai warna objek wayang kala. Pada bidang bagian kiri memang lebih banyak menggunakan kilatan goresan pisau palet berwarna merah (Scarlet), efek kucuran dan cipratan cat berwarna coklat (Burnt sienna), (Burnt umber), merah (Scarlet)

nampak dibidang bagian kiri. Pada bagian kanan juga Nampak efek kucuran cat berwarna merah (Scarlet) dan sedikit warna orange, kucuran ini di buat menggunakan perbandingan pengencer yang lebih banyak sehingga cat dapat secara mudah mengucur ke bawah. Dilihat dari segi pembuatannya kucuran cat ini dipengaruhi oleh unsur estetis, dimana lukisan ini terlihat lebih menarik jika ditambahi dengan efek tersebut.

Efek dari kucuran cat ini juga berperan sebagai repetisi dan irama dengan pengulangan-pengulangan hasil dari efek tersebut yang sama di beberapa bidang lukisan ini.

(57)

kanvas terdapat tonjolan bervariasi akibat dari tebal atau tipisnya cat yang ditorehkan.

(58)

47

6. Deskripsi Lukisan “Gagahan”

(gambar XVII. Visualisasi lukisan berjudul “Gagahan”)

Lukisan berjudul “Gagahan” ini dikerjakan dengan media cat minyak di atas kanvas horizontal berukuran 100cm x 130cm. Dengan menggunakan komposisi simetris yang mengesankan ketenangan dan keagungan, ditambah lukisan ini menggunakan gaya klasik dengan tatanan objek yang memenuhi seluruh bidang kanvas. Sementara dalam lukisan ini terdapat Repetisi objek Bratasena sebagai point of interest yang diletakkan di tengah-tengah bidang lukisan.

(59)

perbedaan betuk yang sedikit sekali. Sementara pada bidang bagian atas terdapat objek-objek pendukung yang diambil dari tokoh-tokoh kurawa, diantaranya adalah Prabu Duryudana, begawan Dorna, dan Kartamarma. Pada bidang bagian bawah juga terdapat beberapa objek-objek pendukung yang merupakan kumpulan dari tokoh kurawa juga. Objek tersebut diantaranya adalah Durmagati, Salya, Patih Sengkuni, dan Dursasana. Susunan pada objek pendukung ini dibuat dengan posisi kepala yang menghadap ke atas, bawah, dan depan untuk memunculkan harmoni dan ritme dalam lukisan ini.

Unsur garis dibuat melalui garis tepian bentuk (Outline), dengan penekanan-penekanan tertentu yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai batasan bentuk pada objek, disamping itu garis outline juga berperan sebagai aksentuasi dalam lukisan ini.

Warna dalam lukisan ini banyak menggunakan warna merah dan coklat

(Ochree). Pada background warna yang digunakan dominan menggunakan perpaduan merah. Pada wajah-wajah objek pendukung misalnya, menggunakan warna merah muda campuran dari warna merah (Scarlet) dengan warna putih

(Titanium white) dengan perbandingan lebih banyak campuran warna putihnya. Sementara objek utama menggunakan warna coklat (Ochree) dengan teknik pisau palet yang mengkombinasikan warna ochre muda campuran dari coklat (Ochree)

dan putih (Titanium white). Objek utama dijadikan sebagai Point of interest

(60)

49

perpaduan dari warna coklat tua (Burnt umber), warna gelap ini juga berperan sebagai pengatur kontras antara objek background. Warna hitam (Black) juga digunakan untuk mewarna wajah pada objek Bratasena.

Repetisi bentuk dalam lukisan ini diwujudkan pada ketiga objek Bratasena pada bagian tengah bidang lukisan dan dari ketiga objek tersebut satu objek yang berada di tengah menjadi sorotan utama pada lukisan ini, objek Bratasena yang berada di tengah-tengah ini dijadikan sebagai Point of interest

atau Center of interest.

Tekstur dalam lukisan ini dibuat menggunakan warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna dalam lukisan sehingga menimbulkan tekstur atau permukaan yang tidak rata, dimana di atas permukaan bidang kanvas terdapat tonjolan bervariasi akibat dari tebal atau tipisnya cat yang ditorehkan.

(61)

7. DeskripsiLukisan “Dasamuka Tiwikrama”

(gambar XVIII. Visualisasi lukisan berjudul “Dasamuka Tiwikrama”)

(62)

51

objek binatang anjing dengan kepala yang menghadap ke belakang merupakan penggambaran wujud dari Aji Pancasona yang dimiliki Dasamuka.

Unsur garis dibuat melalui garis tepian bentuk (Outline), dengan penekanan-penekanan tertentu yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai batasan bentuk pada objek.

Warna yang digunakan dalam lukisan ini adalah warna-warna panas, seperti yang digunakan dalam background menggunakan warna merah dan warna gelap campuran antara merah (Scarlet) dan hitam (Black) ditambah dengan sedikit campuran biru (Deep Blue). Pada objek wajah Dasamuka menggunakan warna orange, dengan perpaduan goresan pisau palet warna merah (Scarlet) dan warna coklat kekuningan (Ochree) ditambah lagi warna cream muda dengan perpaduan antara warna putih (Titanium white). Sedang pada mata objek dasamuka menggunakan warna kuning dan garis outline merah. Pada bagian bibir objek dasamuka ini menggunakan warna merah muda campuran antara merah

(Scarlet) dengan putih (Titanium white). Pada gigi objek ini menggunakan warna putih (Titanium white). Sementara pada bidang bagian bawah terdapat objek binatang anjing yang menggunakan warna dasar ungu, campuran antara warna merah (Scarlet) warna biru (Deep blue) dan sedikit warna putih (Titanium white). Warna pada goresan pisau palet pada objek binatang anjing ini menggunakan warna merah muda dengan komposisi campuran antara merah

(63)

Repetisi atau pengulangan bentuk dalam lukisan ini diwujudkan pada wajah objek Dasamuka, dimana setiap wajah mempunyai kesamaan bentuk yang di ulang penggambarannya. Disamping objek ini berperan sebagai repetisi bentuk, objek Dasamuka adalah objek utama pada lukisan ini yang dijadikan sebagai Point of interest atau Center of interest.

Tekstur dalam lukisan ini dibuat menggunakan warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna dalam lukisan sehingga menimbulkan tekstur atau permukaan yang tidak rata, dimana di atas permukaan bidang kanvas terdapat tonjolan bervariasi akibat dari tebal atau tipisnya cat yang ditorehkan.

(64)

53

8. Deskripsi Lukisan “Bale Sigala-gala”

(gambar XIX. Visualisasi lukisan berjudul “Bale sigala-gala”)

(65)

Kunthi, di sebelah kanannya adalah R.Arjuna dan disebelah kanannya lagi adalah R.Puntadewa. Sementara pada bidang bawahnya terdapat objek R. Nakula, dan sebelah kanannya adalah R. Sadewa. Pada bidang bagian bawah sendiri terdapat objek binatang Gangkrangan Putih atau binatang sejenis musang tapi berwarna putih.

Penataan bidang yang tersusun seperti dalam lukisan di atas merupakan bagian dari pengolahan komposisi simetris,dimana objek-objek ditata rapi yang tidak lain bertujuan untuk mengolah keseluruhan bidang kanvas mencapai keseimbangan (Balance).

Garis outline dibuat menggunakan kuas kecil kangrui ukuran 0,5 dengan penekanan-penekanan tertentu yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai aksentuasi.

Sedangkan jika dilihat pada background lukisan ini tersusun oleh Repetisi dan Harmoni garis yang dihasilkan oleh efek kucuran cat akrilik dengan perbandingan pengencer lebih banyak sehingga cat dapat mudah mengucur kebawah dan membentuk efek seperti pada lukisan di atas.

(66)

55

gelap diantara objek-objek wayang dalam lukisan ini sehingga objek utama terlihat menonjol. Warna coklat (Ochree) dan kuning (Lemon yellow) ditorehkan menggunakan pisau palet dengan goresan yang menyala di gunakan sebagai penekanan warna objek pada lukisan ini. warna putih (Zinc White) digunakan untuk mewarna objek Gangkrangan putih dengan perpaduan sentuhan goresan pisau palet warna coklat kekuningan

(Ochree) dan kuning muda (Lemon yellow).

Tekstur dalam lukisan ini tersusun dari warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna dalam lukisan, sehingga membentuk suatu permukaan yang tidak rata.

Warna merah yang menjadi dominan di dalam lukisan ini di letakkan secara merata dan seimbang pada seluruh bidang, mulai dari warna pada

(67)

9. Diskripsi lukisan “Wilkataksini”

(gambar XX. Visualisasi lukisan berjudul “Wilkataksini”)

(68)

57

perbandingan bentuk objek yang sangat kontras, objek Hanoman digambarkan sangat kecil di bandingkan dengan objek Wilkataksini.

Unsur garis outline sendiri dibuat menggunakan kuas kecil kangrui ukuran kecil yang variatif. Garis outline dibuat dengan mempertimbangkan tebal tipis garis dan pekanan-penekanan tertentu yang dilakukan dengan pertimbangan estetis sebagai batasan bentuk pada objek, disamping itu garis outlen juga berperan sebagai aksentuase dalam lukisan ini.

Warna yang digunakan lebih cenderung dengan warna-warna panas seperti yang terlihat di dalam lukisan ini, di dalamnya banyak menggunakan tones warna merah seperti warna merah (Scarlet), merah muda campuran warna merah (Scarlet) dengan warna putih (Titanium white) digunakan untuk mewarna bagian mulut pada objek wilkataksini, sementara warna coklat kemerahan (Burnt sienna) di letakkan secara acak dalam lukisan ini, warna ini berfungsi sebagai warna penyeimbang Balance diantara warna-warna kontras. Dengan beberapa aksentuasi kucuran cat, menambah efek ekspresif pada lukisan ini. Warna merah

(Scarlet) digoreskan pada warna dasar coklat tua menggunakan pisau palet dibeberapa bidang seperti yang nampak pada wajah objek Wilkataksini, hal ini bertujuan untuk memunculkan warna merah menyala (Scarlet) dengan meletakkan warna gelap di bawah goresan-goresan pisau palet. Perpaduan warna gelap coklat tua (Burnt umber) dan hitam (Black) nampak pada bagian-bagian gelap dalam lukisan ini dibuat sebagai warna kontras untuk membantu memunculkan objek utama. Goresan pisau palet berwarna (Ochree) dan kuning

(69)

Wikataksini sebagai warna penggambaran dari tubuh objek Wilkataksini. Pada bidang bagian kiri objek Hanoman diwarna menggunakan warna putih

(Zinc white) dengan perpaduan sedikit warna merah keunguan. Pada bagian kanan nampak efek kucuran cat berwarna merah (Scarlet), kucuran ini di buat menggunakan perbandingan pengencer cat minyak yang lebih banyak sehingga cat dapat secara mudah mengucur ke bawah. pembuatan kucuran cat ini dipengaruhi oleh unsur estetis, dimana lukisan ini terlihat lebih menarik jika ditambahi dengan efek tersebut.

Efek dari kucuran cat ini juga berperan sebagai repetisi garis dan irama dengan pengulangan-pengulangan garis hasil dari efek tersebut yang sama di beberapa bidang lukisan ini.

Tekstur dalam lukisan ini dibuat menggunakan warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna dalam lukisan sehingga menimbulkan tekstur atau permukaan yang tidak rata dimana diatas bidang kanvas terdapat tonjolan bervariasi akibat dari tebal atau tipisnya cat yang ditorehkan.

(70)

59

10. Diskripsi lukisan “Prang Tanding”

(gambar XXI. Visualisasi lukisan berjudul “Prang Tanding”)

(71)

bidang bagian kiri bawah terdapat objek Boma Narakasura dengan garudanya yang bernama Kyai Wilmuna.

Penyederhanaan background di terapkan dalam lukisan ini dengan warna abu-abu muda yang mendasari lukisan ini. Warna dasar abu-abu ini memberikan kesan kontemporer pada lukisan ini. Disamping itu warna netral ini juga berfungsi sebagai warna yang dapat menonjolkan objek utama yang digarap menggunakan warna-warna yang tegas.

Garis outline dibuat menggunakan kuas kecil kangrui dengan ukuran yang bervariatif dan penekanan-penekanan tertentu yang dilakukan atas pertimbangan estetis sebagai batasan bentuk pada objek, disamping itu garis outlen juga berperan sebagai aksentuasi dalam lukisan ini.

(72)

61

Tekstur dalam lukisan ini terlihat pada bagian tubuh objek wayang yang dibuat menggunakan warna-warna berbahan cat minyak yang ditorehkan dengan menggunakan pisau palet secara berulang-ulang dan acak sesuai dengan susunan komposisi warna yang digunakan dalam lukisan ini.

Kucuran cat yang berada diantara objek wayang di buat menggunakan cat dengan komposisi pengencer lebih banyak, sehingga dapat menimbulkan efek kucuran seperti yang terlihat pada lukisn di atas. Dilihat dari pembuatannya kucuran cat ini dipengaruhi oleh unsur estetis, dimana lukisan ini terlihat lebih menarik jika ditambahi dengan efek tersebut. Efek dari kucuran cat ini juga berperan sebagai repetisi dan irama garis dengan pengulangan-pengulangan hasil dari efek tersebut yang sama di beberapa bidang lukisan ini.

(73)

61 Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tema Lukisan merupakan gambaran dari konflik yang terjadi dalam cerita wayang kulit, dimana penulis mengamati lebih dalam tentang cerita dan wujud wayang kulit sebagai personifikasi manusia.

2. Konsep lukisan yang diciptakan merupakan representasi dari konflik yang tejadi di dalam cerita wayang kulit yang diungkapkan melalui gaya lukisan Ekspresionistik. Objek wayang kulit digambarkan dengan susunan objek kepala dengan badan setengah dada, pengambilan objek kepala wayang bertujuan untuk mewakili karakter dan watak dari figur wayang tersebut. Gaya lukisan ekspresionistik yang digunakan penulis banyak menggunakan pisau palet sebagai goresan spontan (ekspresif), penulis juga memadukan efek kucuran cat sebagai aksentuasi dan repetisi untuk mengolah bidang lukisan.

3. Teknik visualisasi karya seni penulis menggunakan media cat minyak di atas kanvas, dalam proses pembuatannya menggunakan teknik sapuan kuas

(74)

62

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Gie, The Liang. 2004. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB).

Martosoedono. 1992. Wayang dan Sejarahnya. Jakarta: Tiga Aksara

Soedarso, SP. 1990. Tinjauan Seni, Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sana.

Sony Kartika, Dharsono. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains. Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt Lab & Djagat Art House Yogyakarta & Bali.

Suwaryono, Dan. 1957. Kritik Seni. Yogyakarta: Akademi Seni Rupa Indonesia. Widyawati R, Wiwien. 2010. Ensiklopedi Wayang. Yogyakarta: Media Abadi. __________________. 2009. Ensiklopedi Wayang. Yogyakarta: Pura Pustaka. Website

Gambar

Table 1 Struktur Seni Lukis

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan kuesioner, seseorang dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah responden sekaligus. Selanjutnya berdasarkan pengertian bahwa minat merupakan

Obligasi diklasifikan sebagai hutang jangka panjang yang memiliki karakter antara lain pembayran bunga rutin secara periodik dengan tingkat bunga mengambang maupun tingkat

[r]

Special Treatment Benefits merupakan mafaat yang hanya didapatkan oleh konsumen yang menggunakan jasa dengan tingkat intensitas komunikasi yang tinggi, dan terdapat

Penerapan model pembelajaean word square dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara klasikal, banyaknya jumlah siswa yang tuntas sebelum di terapkanya model pembelajaran

Hasil penelitian menunjukan bahwa prestasi belajar (nilai rata-rata siswa) dipengaruhi oleh motivasi dan keuletan siswa dalam belajar, sehinngga metode pembelajaran yang tepat

Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata skor penilaian yang diperoleh dari 5 aspek yaitu : 1) Petunjuk pengisian angket praktikalitas sudah dibuat dengan jelas

Customer Relationship Management (CRM) merupakan salah satu strategi pemasaran jasa dalam menarik perhatian, pemeliharaan kepuasan nasabah serta meningkatkan