• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali T2 942009033 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali T2 942009033 BAB IV"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

4.1

Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, yang terdiri dari SMP Negeri 1 Musuk sebanyak 8 orang, dari SMP Negeri 2 Musuk sebanyak 10 orang dan dari SMP Negeri 3 Musuk berjumlah 7 orang. Tingkat pendidikan mereka adalah SD berjumlah 5 orang, SMP sebanyak 2 orang, SLTA sebanyak 13 orang , D2 berjumlah 2 orang dan sarjana (S1) sebanyak 3 orang. Pekerjaan pengurus Komite Sekolah bervariasi, petani 7 orang, wiraswasta 5 orang, perangkat desa 2 orang, karyawan swasta 1 orang, pensiunan PNS/TNI 4 orang, dan guru/PNS sebanyak 6 orang. Rata-rata masa kerja mereka sebagai pengurus komite sekolah sudah lebih dari 10 tahun dan tidak pernah diadakan reformasi kepengurusan.

4.2

Analisis Data

(2)

2

sebagai badan pengontrol (Controlling Agency) dan peran sebagai badan penghubung (Mediator Agency). Hasil penelitian peran komite sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini !

Tabel 4. 1

4.2.1 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Pertimbangan (Advisory Agency)

(3)
(4)

4

sekolah, hal ini dikarenakan struktur organisasi sekolah sudah diatur dari Dinas Pendidikan sekolah hanya menentukan personalnya yang akan menduduki struktur organisasi tersebut, dan ketika dimintai pertimbangan komite sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Peran yang paling menonjol sebagai badan pertimbangan adalah dalam memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam penyusunan, pembahasan dan penetapan anggaran sekolah (APBS).

4.2.2 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Pendukung (Supporting Agency)

(5)

5 tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah, memberikan motivasi atau penghargaan (baik berupa materi maupun non materi) kepada guru, staf dan siswa, memberikan otonomi professional kepada guru dalam melaksanakan tugas -tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru, memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam penyebarluasan narkoba di sekolah, serta mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkannya bersama-sama pihak sekolah.

(6)

6

Peraturan Bupati Boyolali yang ditetapkan setiap tahun. Peran yang paling menonjol sebagai badan pendukung adalah dalam memberikan otonomi professional kepada guru dalam melaksanakan tugas -tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru dan dalam hal memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam penyebarluasan narkoba di sekolah.

4.2.3 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Pengontrol (Controlling Agency)

(7)

7 dan alat penunjang kegiatan sekolah serta penggunaan keuangan sekolah secara bertahap dan berkesinambungan.

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa peran komite sekolah sebagai badan Pengontrol (Controlling Agency) baik di SMP N 1 Musuk, SMP N 2 Musuk maupun SMP N 3 Musuk semuanya termasuk dalam kategori rendah (1,75≤x<2,50). Ini berarti sebagian besar responden menyatakan bahwa komite sekolah belum dengan baik menjalankan perannya sebagi badan pengontrol.Dari 5 indikator peran komite sebagai badan pengontrol terdapat 1 peran yang tergolong paling rendah yaitu dalam mengevaluasi program sekolah secara proporsional yang meliputi : penggunaan perlengkapan dan alat penunjang kegiatan sekolah serta penggunaan keuangan sekolah secara bertahap dan berkesinambungan. 4.2.4 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Penghubung (Mediator Agency)

(8)

8

hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan disekitar sekolah; menampung dan dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan yang diajukan oleh masyarakat,serta menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa peran komite sekolah sebagai badan Penghubung (Mediator Agency) di SMP N 1 Musuk dan SMP N 2 Musuk termasuk dalam kategori cukup

(2,50≤x<3,25) sedangkan di SMP N 3 Musuk

termasuk kategori rendah (1,75≤x<2,50). Ini berarti sebagian besar responden menyatakan bahwa komite sekolah sudah berperan dengan cukup baik sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakat. Dari 4 indikator peran komite sebagai badan penghubung terdapat 1 peran yang tergolong paling rendah yaitu dalam menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Peran yang paling menonjol sebagai badan penghubung adalah dalam hal menampung dan menganalisis gagasan, pandangan, ide, usulan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

(9)

9 Dari hasil analisis data, dari ke empat peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali hanya peran komite sekolah sebagai badan penghubung yang termasuk dalam kategori cukup, sedangkan tiga peran lainnya tergolong masih rendah. Selanjutnya dibahas setiap aspek peran komite sekolah sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di di tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.

4.3.1 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Pertimbangan (Advisory Agency)

(10)

10

anggaran sekolah (APBS) komite sekolah sudah memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam penyusunan dan pembahasannya. Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan komite sekolah,1

Setiap tahun rata-rata komite diundang oleh pihak sekolah hanya 2 kali, satu kali rapat dengan dewan guru dan satu kali rapat pleno komite. Masalah yang sering dibicarakan dalam rapat dengan dewan guru adalah rencana kerja tahunan sekolah, peningkatan mutu/les untuk kelas 3, masalah pengembangan ruang/ pembangunan dan APBS/keuangan. Dalam rapat dengan dewan guru kami juga pernah menerima informasi dari sekolah tentang visi, misi dan tujuan sekolah, serta kurikulum sekolah (KTSP). Mohon maaf, saya sendiri sudah lupa apa visi maupun misi sekolah. Dalam rapat pleno komite menentukan besarnya iuran/dana orang tua/wali murid serta masalah ketertiban siswa.

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa komite sekolah belum cukup terlibat dalam merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah maupun dalam penyusunan kurikulum sekolah (KTSP) namun dalam hal merumuskan dan menetapkan rencana strategis pengembangan sekolah dan rencana kerja tahunan sekolah termasuk penyusunan APBS komite sekolah sudah cukup memberikan pertimbangan dan masukan walaupun komite sekolah selalu diundang ketika sekolah mengadakan pembahasan tentang rencana

1

(11)

11 kerja tahunan sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil FGD, salah satu peserta FGD mengatakan :2

Setiap tahun sekali kami mengadakan pembahasan rencana kerja tahunan sekolah termasuk mengadakan revisi visi,misi dan tujuan sekolah serta kurikulum sekolah (KTSP), dan kami selalu mengundang komite sekolah dalam kegiatan tersebut.Namun komite sekolah jarang memberikan masukan tentang visi, misi, tujuan dan kurikulum sekolah, komite sekolah lebih banyak memberikan masukan masalah pendanaan dan kegiatan siswa.

Dalam hal memberikan masukan dalam menetapkan tata tertib sekolah yang meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, komite sekolah sudah cukup berperan. Hal ini terlihat dalam menetapkan jam masuk sekolah yaitu pukul 07.15, dalam hal penentuan seragam sekolah dan dalam menetapkan angka kredit pelanggaran siswa.

Komite sekolah dalam hal memberikan masukan dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sudah cukup berperan, ini terlihat dalam APBS dialokasikan dana untuk pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.

Peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah secara keseluruhan termasuk dalam kategori rendah, ini berarti komite sekolah di tiga SMP Negeri di Kecamatan Musuk Kabupaten

2

(12)

12

Boyolali belum banyak memberikan pertimbangan dan masukan kepada sekolah dalam rangka merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah, penyusunan kurikulum sekolah (KTSP), rencana strategis pengembangan sekolah dan rencana kerja tahunan sekolah, tata tertib sekolah maupun penggunaan sarana dan prasarana sekolah. Hal ini bertentangan dengan pendapat Fattah (2004) yang menyatakan bahwa MBS mempunyai tujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat atau local stakeholders mempunyai keterlibatan yang tinggi.

4.3.2 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Pendukung (Supporting Agency )

(13)

13 pendidikan di sekolah. Penggalangan dana yang dilakukan komite sekolah masih terbatas dari orang tua/wali murid, saat ini komite tidak lagi menggalang dana dari orang tua/wali murid untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah, penyebabnya adalah semua siswa SMP di kecamatan Musuk dibebaskan dari iuran untuk biaya operasional sekolah, sekolah dilarang menarik dana dari orang tua/wali murid karena pemerintah telah memberikan dana BOS kepada semua sekolah berdasarkan jumlah murid disetiap sekolah. Kondisi ini didukung oleh hasil wawancara dengan Komite Sekolah,3

Biasanya komite sekolah menggalang dana dari orang tua/wali murid secara rutin untuk membantu penyelenggaraan pendidikan disekolah dan untuk pengembangan sekolah yang besarnya ditentukan pada rapat pleno komite, dengan adanya dana BOS dari pemerintah, saat ini sekolah dilarang menarik iuran dari orang tua/wali murid baik untuk biaya penyelenggaraan pendidikan maupun untuk pengembangan sekolah, jadi saat ini komite sekolah tidak melakukan penggalangan dana dari orang tua/wali murid.

Hal ini didukung pula oleh wawancara dengan komite sekolah,4

Komite belum pernah melakukan pendekatan kepada dunia usaha agar memberi bantuan dana kepada sekolah maupun siswa yang tidak mampu,karena di Musuk tidak ada

3

(14)

14

perusahaan atau pabrik, selama ini penggalangan dana yang kami lakukan sebatas dari orang tua/wali murid. Dana yang terkumpul kami serahkan sepenuhnya untuk dikelola sekolah, kami tidak ikut mengelola, dan kami juga tidak membuat pedoman tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah, karena menurut informasinya pedoman pengelolaan dana sudah diatur oleh pemerintah kabupaten.

Dari wawancara tersebut menunjukkan bahwa komite sudah berperan dalam penggalangan dana dari orang tua/wali murid, namun belum berperan dalam pengelolaan dananya. Demikian juga komite belum berperan dalam membuat pedoman tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah karena sudah ada pedoman pengelolaan dana dari pemerintah daerah.

Dalam hal memberikan persetujuan dalam kegiatan sekolah dibidang non akademik maupun dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah yang tidak sesuai dengan rencana kerja masih dikategorikan rendah, hal ini terjadi karena bila ada perubahan kegiatan dari rencana awal pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah dengan pemberitahuan kepada ketua komite sekolah, tanpa harus mengundang seluruh anggota komite.

Kondisi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan komite sekolah,5

Komite sekolah datang kesekolah hanya bila diundang, rata-rata 2 kali dalam satu tahun,

5

(15)

15 pada saat rapat perencanaan sudah kami

sampaikan, kalau ada perubahan dari rencana awal kepala sekolah untuk berkoordinasi dengan ketua komite, tanpa harus mengundang semua pengurus.

Wujud dari komite sekolah memberikan otonomi professional kepada guru dalam melaksanakan tugas - tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru adalah bahwa komite sekolah tidak pernah mencampuri pelaksanaan proses pembelajaran disekolah, bahkan komite sekolah tidak pernah membicarakan pelaksanaan pembelajaran didalam kelas, semua diserahkan tanggung jawab kepada kepala sekolah. Demikian juga dalam hal komite sekolah memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam penyebarluasa narkoba di sekolah komite mendukung, namun pelaksanaan sepenuhnya diserahkan kepada sekolah.

(16)

16

pemerintah memberikan dana BOS yang mencukupi) diselesaikan dengan mencari dukungan dana dari orang tua wali murid, baik untuk les kelas 3 maupun untuk pengembangan gedung.

Secara umum peran komite sekolah sebagai badan pendukung (Supporting Agency) di tiga SMP N Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali belum banyak memberikan dukungan, baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, walaupun demikian sudah ada komite sekolah yang membantu tenaga dan peralatan dengan melatih tari dan ekstrakurikuler karawitan di rumah salah satu pengurus komitenya. Hal ini sejalan dengan pendapat Fattah (2004) yang menyatakan bahwa MBS mempunyai tujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat atau local stakeholders

mempunyai keterlibatan yang tinggi.

4.3.3 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Pengontrol (Controlling Agency)

(17)

17 sekolah. Demikian pula dalam hal melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran (out put) pendidikan maupun dalam pengawassan program sekolah yang meliputi: pengawasan penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawasan keuangan secara berkala dan berkesinambungan belum dilakukan secara proporsional. Hal ini terjadi karena pengurus komite sekolah yang ada lebih bersifat pasif, mereka datang ke sekolah hanya bila diundang oleh pihak sekolah dan rata-rata hanya 2 kali dalam satu tahun. Pertemuan/rapat antara pengurus komite sekolah sendiri juga belum dilakukan secara rutin. Pengawasan keuangan secara berkala telah dilakukan oleh ketua komite sekolah, dengan membubuhkan tandatangan pada laporan penggunaan keuangan.

(18)

18

4.3.4. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan

Penghubung (Mediator Agency)

Peran komite sekolah sebagai badan penghubung(Mediator Agency) termasuk dalam kategori cukup. Komite sekolah telah melakukan kerja sama dengan masyarakat/orangtua/walimurid dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan, demikian juga komite sekolah telah membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan disekitar sekolah, hal ini terbukti tidak ada keluhan dari masyarakat disekitar sekolah berkaitan dengan kegiatan sekolah, masyarakat disekitar sekolah telah ikut menjaga keamanan sekolah, bahkan ada diantara warga masyarakat yang merelakan rumahnya untuk tempat penitipan sepeda anak-anak. Komite sekolah belum bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industry berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, hal ini karena kurikulum di SMP tidak ada materi siswa magang, seperti kurikulum SMK.

(19)

19 dari komite sekolah yang diajukan ke sekolah. Dalam hal menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah dilakukan bersama-sama dengan sekolah, tidak dilakukan sediri oleh komite sekolah, hal ini terlihat dari setiap proposal yang di buat sekolah baik proposal untuk mendapatkan Beasiswa Siswa Miskin (BSM), proposal pengajuan dana pendamping BOS, proposal rehap gedung ataupun proposal tambahan ruang harus selalu mendapat persetujuan (ditandatangani) oleh ketua komite sekolah. Selama ini komite sekolah belum menyampaikan usulan langsung kepada pemerintah daerah, hal ini karena mekanisme pengajuan proposal ke Pemda harus melalui sekolah dengan persetujuan komite sekolah. Secara keseluruhan peran komite sekolah sebagai badan penghubung termasuk dalam kategori cukup.

(20)

20 tahun terakhir ini tidak diberdayakan, karena di sekolah kami komite sekolah terlibat dalam hampir semua kegiatan sekolah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah. Sebagai contoh dalam kegiatan ekstrakurikuler karawitan komite sekolah terlibat aktif melatih dan memfasilitasi dengan peralatan yang digunakan, karena sekolah tidak mempunyai perangkat karawitan maka karawitan dilaksanakan di rumah salah seorang anggota komite. Demikian juga dalam hal bantuan tenaga, karena tidak ada guru seni tari maka salah satu anggota masyarakat yang merupakan lulusan sekolah seni tari membantu mengajar tari di sekolah. Walaupun komite tidak menggalang dana dari orang tua/wali murid tetapi peran komite sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah kami. Saat ini bersama komite kami sedang mengadakan pendekatan kepada pemerintah, dalam hal ini kepala desa untuk menambah area tanah sekolah dari kas desa, karena tanah sekolah kurang luas.

Salah satu faktor penyebab komite sekolah belum melaksanakan perannya secara optimal baik sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai mediator adalah komite sekolah tidak mengetahui peran dan fungsinya, hal ini terlihat dari hasil wawancara

6

(21)

21 dengan pengurus komite, ketika ditanya tentang peran dan fungsi komite, rata-rata mereka tidak mengetahuinya. Berikut ini salah satu hasil wawancara dengan komite sekolah,7

Sebagai pengurus komite sekolah kami tidak mengetahui apakah peran dan fungsi komite sekolah, kami belum pernah mengikuti sosialisasi tentang komite sekolah. Saya menjadi pengurus komite karena dulu menjadi anggota BP 3, sejak tahun 1995, pada saat itu semua anggota BP 3 menjadi pengurus komite, sampai sekarang saya masih menjadi pengurus komite.

Pendapat ini sesuai dengan hasil FGD yang menyatakan bahwa rata-rata pengurus komite sekolah tidak mengetahui tugas pokok dan fungsinya sebagai komite sekolah, sehingga sekolah perlu memberikan penerangan/pembekalan kepada pengurus komite supaya komite sekolah dapat menjalankan peran dan fungsinya secara optimal. Selama ini memang pihak sekolah belum pernah mengadakan sosialisasi kepada pengurus komite tentang tugas dan fungsi komite.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu ketua komite yang menunjukkan bahwa pernah ada sosialisasi dari Kabupaten tentang komite sekolah kepada ketua–ketua komite di Kecamatan Musuk, namun dari pihak sekolah maupun komite tidak mensosialisasikan kepada

7

(22)

22

anggota komite yang lain, berikut hasil wawancaranya, 8

Pernah ada sosialisasi tentang komite sekolah (kalau tidak salah tahun 2008) dari Kabupaten, yang diundang ketua komite beserta kepala sekolah SD/SMP/SMA se Kecamatan Musuk, tetapi tidak kami tindak lanjuti dengan sosialisasi ke pengurus yang lain, karena tidak wajib.

Faktor lain yang menyebabkan komite sekolah belum melaksanakan perannya adalah rendahnya tingkat pendidikan pengurus komite sekolah, dari 25 responden hanya 20% (5orang) yang tingkat pendidikannya diatas SLTA (Diploma dan Sarjana), 20% lagi lulusan sekolah dasar dan rata-rata berpendidikan SLTA (52%) sehingga mereka pasif, hanya datang kesekolah bila ada undangan saja, ada kesan bahwa keberadaan komite sekolah hanya merupakan badan pelengkap yang harus ada di sekolah, hal ini terlihat bahwa banyak pengurus komite yang menjadi pengurus sudah lebih dari 10 tahun, bahkan sejak menjadi anggota BP 3 sampai sekarang masih menjadi pengurus. Hal ini terungkap dalam FGD, salah seorang peserta FGD mengatakan:9

Memang benar rata-rata pengurus komite tidak pernah diganti, sehingga mereka sungkan kalau mau datang kesekolah, sehingga kurang komunikasi antara komite dengan sekolah.

8

(23)

23 Sebaiknya minimal 1 bulan sekali komite datang

ke sekolah, dan 1 semester sekali mengadakan pleno komite untuk membahas kemajuan sekolah.

Dalam FGD muncul suatu usulan untuk memberdayakan komite sekolah dilakukan dengan memberikan insentif/gaji kepada pengurus komite, karena tidak mendapat imbalan maka pengurus menjadi pasif, namun usulan ini ditolak oleh sebagian besar peserta FGD, berikut salah satu pendapat peserta :10

Saya sangat tidak setuju kalau komite sekolah di gaji, karena tujuan pembentukan komite sekolah adalah untuk membantu sekolah, salah satuanya untuk menggalang dana dari masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Memang benar selama ini komite belum berperan secara aktif, hal ini karena pengurus komite sekolah tidak memahami tugas dan fungsinya, sementara pihak sekolah tidak memberdayakan komite sekolah secara optimal.

Sebenarnya peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mengingkatkan mutu sekolah sangatlah besar, oleh karena itu komite sekolah perlu di berdayakan agar dapat melaksanakan perannya secara baik dan optimal.

10

Gambar

Tabel 4. 1

Referensi

Dokumen terkait

dapat ditarik pula kesimpulan bahwa permainan yang disusun menunjang keterampilan anak-anak (80%), permainan dapat meningkatkan kemauan anak-anak untuk berlatih (80%),

Kurikulum pendidikan kepramukaan yang mencakup aspek nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disusun sesuai dengan

No Satuan Kerja Kegiatan Volume Pagu

[r]

[r]

[r]

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara Efisiensi Waktu Kerja dengan Produktivitas Kerja dengan nilai koefisien

[r]