PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI
KRIAN-SIDOARJO
(Tinjauan Historis dan Aktivitasnya dari Tahun 1992-2016 M)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh : Umi Rosidah NIM. A0.22.12.100
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pondok Pesantren Modern al-Amanah di Junwangi Krian Sidoarjo ( Tinjauan Historis dan Aktivitasnya dari Tahun 1992-2016 M)”. Adapun fokus penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren modern al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo? (2) Bagaimana perkembangan pondok pesantren modern al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo? (3) Bagaimana respon masyarakat terhadap eksistensi pondok pesantren modern al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo?.
Dalam skripsi ini menggunakan metode sejarah yang dilakukan dengan empat cara yaitu heuristik, verifikasi atau kritik, interpretasi dan historiografi. Lalu untuk menerangkannya penulis menggunakan pendekatan historis dan sosiologi. Penggunaan pendekatan historis ini diharapkan bisa menampilkan kronologi sejarah secara runtut yang dilakukan dengan menelusuri sumber-sumber pada masa lampau. Sedangkan pendekatan sosiologi digunakan untuk mengungkap bagaimana kondisi masyarakat saat didirikannya Pondok Pesantren Modern al-Amanah sehingga pondok ini bisa berkembang pesat hingga sekarang. Disamping itu, penulis juga menggunakan suatu teori siklus yang digagas oleh Arnold J. Toynbee. Menurut Toynbee gerak sejarah berjalan melalui tingkatan-tingkatan, diantaranya yaitu: (1) Genesis of Civilitation (Lahirnya kebudayaan), (2) Growth of Civilitation (Perkembangan Kebudayaan) dan (3) Decline of Civilitation (Kemerosotan Kebudayaan). Dari ketiga tingkatan tersebut, ada hal-hal yang mempengaruhi akan terjadinya gerak sejarah tersebut. hal-hal itulah yang akan dianalisis dan diungkap oleh penulis dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis menemukan bahwa (1) pondok pesantren modern al-Amanah berdiri pada tahun 1992, didirikan oleh KH.
Nurcholis Misbah dengan dibantu oleh istrinya Hj. Rif‟atul Mahmudah dan
ABSTRACT
This thesis entitled "Al-Amanah Modern Boarding School in Junwangi Krian Sidoarjo (Historical Overview and Activity of the Year 1992-2016 M)". The focus of the research will be discussed in this paper are (1) How does the history of the al-Amanah modern boarding school in Junwangi, Krian, Sidoarjo? (2) How is the development of al-Amanah modern boarding school in Junwangi, Krian, Sidoarjo? (3) How is the public response to the existence of al-Amanah modern boarding school in Junwangi, Krian, Sidoarjo?.
In this paper takes a history method with four away, that is heuristik, verifikasi, interpretation and historiograpy. And then uses historical approach and sociology approach. Use of this historical approach is expected to display the timeline of history coherently done by tracing the sources in the past. While the sociological approach is used to reveal how the current state of society founded al-Amanah Modern boording school, so this cottage could grow rapidly until now. In addition, the author also uses a cycle theory initiated by Arnold J. Toynbee. According to Toynbee movement of history running through the tiers, such as: (1) Genesis of civilitation (Birth of the culture), (2) Growth of civilitation (Cultural Development) and (3) Decline of civilitation (Deterioration of Culture). From the third level, there are things that will affect the occurrence of the movement of history. things that will be analyzed and disclosed by the authors in this study.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
MOTTO ... vii
BAB II SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI-KRIAN-SIDOARJO A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ... 21
B. Proses Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah .... 24
C. Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah... 30
1. Pada Awal Pendirian Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ... 30
a. KH. Nurcholis Misbah ... 30
b. Ibu Rif‟atul Mahmudah ... 35
c. Ustad Nur Rokhim ... 36
BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MODERN AL –
AMANAH DI JUNWANGI KRIAN SIDOARJO TAHUN 1992-2016
A. Perkembangan dalam Bidang Lembaga Pendidikan ... 36
1. Madrasah Aliyah Bilingual ... 43
2. SMP Bilingual Terpadu ... 47
3. SD Antawirya ... 50
B. Perkembangan dalam Bidang Peningkatan Sarana dan Prasarana ... 51
1. Tempat tinggal / asrama ... 52
2. Tempat Ibadah ... 57
3. Gedung tempat belajar mengajar ... 59
4. Gedung tempat Ustadz dan Ustadzah ... 61
5. Ruang Kesehatan (POSKESTREN) ... 62
6. Gedung perpustakaan ... 63
7. Dapur Umum ... 64
8. MCK ... 64
9. Lapangan Olah Raga ... 65
C. Perkembangan dalam Bidang Kuantitas Santri dan Pengurus ... 68
1. Perkembangan Jumlah Santri ... 68
2. Perkembangan Jumlah Pengurus ... 70
BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI KRIAN-SIDOARJO A. Respon masyarakat di dalam lingkungan Pondok Pesantren Pesantren Modern Al-Amanah terhadap eksistensi Pondok Pesantren Modern al-Amanah ... 75
1. Santri ... 75
2. Ustadz dan ustadzah ... 78
B. Respon masyarakat di luar lingkungan Pondok Pesantren Modern Amanah terhadap eksistensi Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ... 83
1. Alumni Pondok Pesantren Modern al-Amanah ... 83
2. Wali Santri ... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam menuju perubahan
yang lebih baik, dalam menjamin kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara, pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan anak bangsa
dan juga sebagai wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan hak setiap manusia di dunia.
Di Indonesia, hak tersebut dicantumkan dalam UUD 1945 Pasal 31,
yang berbunyi pendidikan merupakan hak setiap warga negara.1 Dalam hal
ini, negara bertanggung jawab dalam mengatasi masyarakat dari kebodohan,
meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta menjaga moralitas
bangsa agar tidak terjerumus dalam kehancuran. Oleh karena itu, pendidikan
diperlukan manusia, agar secara fungsional manusia diharapkan mampu
memiliki kecerdasan (intelligence, spiritual, emotional) untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggungjawab, baik secara pribadi, sosial maupun
profesional.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang dikenal dengan Pendidikan
Nasional, adalah “Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
1“UUD 1945”, dalam
2
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama dan kebudayaan Indonesia”.2Di Indonesia mayoritas penduduknya menganut agama rahmatan lil „alamin yaitu agama Islam.
Dengan demikian, dalam menyesuaikan kondisi masyarakat Indonesia, maka
dibentuklah suatu wadah yang bisa mewujudkan cita-cita bangsa yaitu
pendidikan yang berakar pada nilai-nilai agama. Dalam membentuk karakter
generasi muda yang tangguh, berbudi luhur dan bermoral, maka pendidikan
yang berlandaskan pada Islam sangatlah dibutuhkan dalam bangsa ini.
Di Indonesia, lembaga pendidikan Islam yang memerankan
peranannya baik dilihat dari struktur internal ataupun prakteknya, terdapat
empat kategori pendidikan Islam. Pertama, Pendidikan pondok pesantren.
Kedua, pendidikan madrasah. Ketiga, pendidikan umum yang bernafaskan
Islam. Keempat, pelajaran agama Islam yang diselenggarakan di lembaga
pendidikan umum sebagai satu mata pelajaran saja. Dari keempat kategori
tersebut, pondok pesantren yang mempunyai peranan paling besar dalam
membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dalam sejarah pondok pesantren, tidak bisa dipungkiri, bahwa
pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah “mendarah daging” di
Indonesia. Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pesantren adalah
bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mujamil Qomar bahwa pondok pesantren merupakan lembaga
2Dedi Djubaedi, “Pemanduan Pendidikan Pesantren
3
pendidikan Islam tertua di Indonesia sebagaimana menjadi kesepakatan para
peneliti sejarawan Indonesia.
Pada mulanya pondok pesantren didirikan oleh para penyebar Islam,
sehingga kehadiran pesantren diyakini mengiringi dakwah Islam di negeri
ini.3Nurcholis Madjid berpendapat bahwa pesantren tidak hanya identik
dengan makna keIslaman, tetapi juga mengandung makna keaslian
(indigenous) Indonesia, sebab keberadaannya mulai dikenal di bumi Nusantara pada periode abad ke 13-17 M, dan di Jawa pada abad ke 15-16 M.
Pendapat ini seolah mendapat justifikasi dengan tidak ditemukannya lembaga
pondok pesantren di negara-negara Islam lainnya.
Kata Pondok berasal dari kata Arab funduq yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat
penampungan sederhana bagi para santri yang jauh tempat
tinggalnya.4Menurut Greertz yang dikutip oleh Wahjoetomo, istilah pesantren
diturunkan dari bahasa India Shastri, yang berarti ilmuan Hindu yang pandai
menulis. Maksudnya, pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai
membaca dan menulis. Greetz beranganggapan bahwa istilah pesantren
merupakan modifikasi dari para Hindu.5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai
asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Namun,
3
Mujamil Qomar, Pesantren dari transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi
(Jakarta: Erlangga, ), 61.
4
ZamaskhsyariDhofer,TradisiPesantrenStudiTentangPandanganHidupKyai(Jakarta: LP3S, 1983), 18.
5
4
pondok pesantren secara definitive tidak dapat diberi batasan yang tegas,
melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang
memberikan pengertian pondok pesantren.
Dalam perkembangan pondok pesantren, terdapat beberapa
kategorisasi pesantren. Beberapa ahli telah membuat kategorisasi pesantren
berdasarkan dari tinjauan yang berbeda. Ustad Arifin menggolongkan
pesantren dengan melihat dari segi kurikulum. Menurutnya kategorisasi ada
tiga macam jenis pesantren, yaitu pesantren modern, pesantren
tahassus(tahassusilmu alat, ilmu fiqh/ushu fiqh,ilmu tafsir/hadits,ilmu
tasawuf/thariqat, danqira’at al-Qur’an) dan pesantren campuran.6
Era globalisasi yang penuh dengan persaingan yang tinggi, membuat
pesantren mereposisi diri dengan menyuguhkan sesuatu yang sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pada abad 21 ini daya saing strategis akan
didapatkan hanya oleh mereka yang mampu memenuhi standart global yakni
kualitas yang bisa diterima internasional.7 Salah satu dasar yang paling
dibutuhkan dalam dunia global saat ini adalah bahasa, terutama bahasa
Inggris yang menjadi bahasa Internasional. Tidak banyak pesantren yang
menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan sehari-hari, hanya
beberapa pesantren yang menerapkan hal itu. Salah satu diantaranya adalah
Pondok Pesantren Modern al-Amanah.
6
Mujamil, Pesantren dari transformasi, 16.
7
5
Pondok Pesantren Modern al-Amanah adalah pondok pesantren yang
berada di kawasan arek, Sidoarjo. Letak pesantren ini tepatnya berada di jalan
Junwangi no. 178, Krian, Sidoarjo. Pondok Pesantren Modern al-Amanah ini
merupakan jenispondok pesantren modern karena menerapkan dua kurikulum
yaitu kurikulum di bawah naungan Depag. dan kurikulum yang dibuat oleh
pendiri. Pendiri pesantren al-Amanah bernama KH. Nurcholis Misbah.
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah didirikan secara resmi pada
tahun 1992 yang ditandai dengan sebuah pengajian umum sebagai simbol
berdirinya pesantren. Berkat kegigihan dan ketekunan KH. Nurcholis Misbah,
berdirilah sebuah pesantren yang cukup berkembang pesat. Berawal dari
anak-anak kecil sekitar yang belajar mengaji di sebuah rumah kontrakan kecil
yangbeliau tempati. Kemudian dengan ihtiyar yang sungguh-sungguh, hanya
dengan bekal batu bata merah yang terkumpul sejumlah lima ribu biji dan
uang kas sebesar lima puluh ribu beliau mulai mendirikan pesantren.
Pesantren modern yang beliau dirikan, bukanlah pesantren modern
secara pengertiannya. Namun yang dimaksudkan modern disini adalah
falsafah dan cara berfikir dalam sistem pendidikannya. Maksudnya, dengan
memasuki kawasan pesantren, orang bisa mengambil pelajaran tertentu dan
merasakan suasana pendidikan karena seluruh komponen pesantren (manusia,
alam, bahkan bangunan) merupakan bagian dari sarana pendidikan. Oleh
karena itu, disetiap sudut didalam pesantren terdapat sepatah kata yang bisa
6
Selain itu, alam sekitarpun mendapat perhatian besar, karena ia juga
sumber ilmu. Berbagai realitas alam terdapat gerakan dan proses yang bila
disimak secara cermat dapat memberikan pelajaran yang amat baik bagi
pengembangan nalar maupun akhlak. Sehingga di Pondok Pesantren Modern
Al-Amanah juga terdapat proses pendidikan yang dilakukan di kelas alam.
Berkat kearifan terhadap alam sekitar, Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
berhasil mendapat beberapa penghargaan diantaranya dinobatkan sebagai
Juara Lomba Penghijauan Pesantren se-Kabupaten Daerah Tingkat II
Sidoarjo pada tahun 1999 dan tahun 2000.
Disamping itu, bahasa juga menjadi komponen penting dalam
“kemodernan” al-Amanah, karena peranannya yang amat besar untuk
membuka pintu-pintu ilmu. Oleh sebab itu, bahasa keseharian yang dipakai di
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ini adalah bahasa Arab dan Bahasa
Inggris.
Fokus kajian pada penelitian ini adalah terkait dengan sejarah dan
perkembangan pondok pesantren yang berkembang secara pesat baik ditinjau
dari segi fisik atau bangunan dan aktivitasnya. Dalam penelitian ini penulis
akan mengungkap perubahan-perubahan apa saja yang nampak pada
pesantren mulai dari awal berdirinya pada tahun 1992 hingga kesuksesan
yang diraih di tahun 2016 ini.
Alasan pemilihan tahun dari tahun 1992-2016 dikarenakan pada tahun
7
memiliki pondok (tempat mukim) serta mulai ada santri yang menetap disana.
Sedangkan tahun 2016 dipilih karena pada tahun ini KH. Nurcholis Misbah
masih berjuang melebarkan sayapnya dengan membangun gedung baru yang
akan ditempati oleh Madrasah Aliyah. Pada tahun 2016 ini masih banyak
perubahan yang akan dilakukan. Dengan adanya perubahan yang terjadi,
maka pondok pesantren ini sudah bisa dikatakan berkembang dan mengalami
kemajuan. Perkembangan dan kemajuan inilah yang perlu diperhatikan dan
ditulis sebagai adanya bukti sejarah.
Kegigihan dan ketekunan KH. Nurcholis Misbah dalam membangun
pesantren yang penuh dengan kreativitas dan karakter tersebut menjadikan
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah mempunyai tempat yang cukup
dipandang oleh masyarakat dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan
lainnya.Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo(Tinjauan Historis dan Aktivitasnya Tahun 1992-2016 M)”.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa objek dalam penelitian ini
adalah Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo.
Fokus penelitian ini adalah terkait tentang sejarah dan perkembangan Pondok
Pesantren Modern Al-Amanah tahun 1992-2016. Oleh karena itu dapat
dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini, yakni:
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di
8
2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di
Junwangi, Krian, Sidoarjo Tahun 1992-2016?
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap eksistensiPondok Pesantren
Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Segala aktivitas yang dilakukan, pasti tidak terlepas dari tujuan atau
maksud yang hendak dicapai, begitu juga dalam penelitian ini seperti yang
dikatakan oleh Sutrisno Hadi dalam buku Metodologi Research, bahwa suatu
research khususnya dalam ilmu pengetahuan empirik pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji suatu kebenaran
pengetahuan.8
Begitu pula dengan penelitian ini mempunyai maksud dan
tujuan.Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Modern
al-Amanah, Junwangi, Krian, Sidoarjo
2. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Modern al-Amanah,
Junwangi, Krian, Sidoarjo tahun 1992-2016
3. Untuk mengetahui dan menganalisis respon masyarakat terhadap
eksistensiPondok Pesantren Modern al-Amanah, Junwangi, Krian,
Sidoarjo
D. Kegunaan Penelitian
Adapun Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
8
9
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang kajian
sejarah, yang harus kita ketahuai dan kita jaga serta kita lestarikan.
Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pengayaan literatur sejarah
pondok pesantren modern khususnya di kota Sidoarjo
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi jurusan Sejarah dan Kebudayaan, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai informasi dan bahan pembelajaran mengenai sejarah
yang masih ada hingga saat ini, khususnya di daerah Sidoarjo.
b. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan wacana
untuk memperluas pengetahuan, serta diharapkan penulis dan semua
pihak yang berkepentingan dapat melihat secara jelas, bahwa disekitar
kita masih terdapat sejarah yang perlu diungkap kebenarannya dan
harus diketahui.
c. Bagi pembaca, penelitian ini bisa memberikan gambaran mengenai
perkembangan pondok pesantren modern al-Amanah khususnya dan
pengaruhnya terhadap masyarakat. Selain itu, pembaca dapat menilai
secara kritis, analitis serta dapat mengambil hikmah dari
perkembangan dalam pondok pesantren modern al-Amanah
khususnya.
d. Bagi umum, dapat digunakan sebagai informasi dalam pengembangan
10
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Berkaitan dengan judul yang dibahas, maka dalam melakukan
rekontruksi sejarah, pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan ini
adalah mengunakan pendekatan historis dan pendekatan Sosiologi.
Penggunaan pendekatan historis ini diharapkan bisa menampilkan
kronologi sejarah secara runtut, karena suatu realitas itu tidak berdiri sendiri
melainkan ada hal-hal yang mempengaruhinya.9 Pendekatan historis
dilakukan dengan menelusuri sumber-sumber pada masa lampau.10 Maka
dalam hal ini penulis akan menelusuri sumber-sumber yang berkaitan dengan
faktor pendukung yang mempengaruhi perkembangan Pondok Pesantren
Modern al-Amanah, terutama tentang peluang dan tantangan yang dihadapi,
sehingga penulis bisa mengungkap sejarah danperkembangan Pondok
Pesantren Modern al-Amanah secara kronologis.
Sedangkan Pendekatan Sosiologi digunakan untuk mengungkap
bagaimana kondisi masyarakat saat didirikannya Pondok Pesantren Modern
al-Amanah sehingga pondok ini bisa berkembang pesat hingga sekarang.
Disamping menggunakan pendekatan historis dan pendekatan
sosiologi, dalam penelitian ini penulis juga menggunakan suatu teori yang
digunakan untuk menganalisis sehingga suatu kajian sejarah jauh lebih
menarik dan ilmiah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
9
D.N. Aidit, Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis (Jakarta: Jajasan Pembaharuan, 1962), 127.
10
11
adalahteorisiklus yang digagas oleh Arnold J. Toynbee. Menurut
Toynbeegerak sejarah berjalan melalui tingkatan-tingkatan sebagai berikut11:
1. Genesis of Civilitation (Lahirnya kebudayaan)
Suatu kebudayaan terjadi atau muncul karena adanya Challenge and Respon, tantangan dan jawaban antara manusia dan alam sekitar. Alam sebagai tempat tinggal manusia, tidak selamanya akan memenuhi
kebutuhan manusia. Dan manusia tidak akan selamanya terlena akan
kekayaan alam yang ada tanpa harus diolah dan dilestarikan. Alam akan
memberikan tantangan kepada manusia untuk memberikan pengalaman
hidup yang akan berkembang menjadi suatu kebudayaan.Setelah alam
memberi tantangan kepada manusia, kemudian manusia pun memberi
jawaban akan tantangan alam sehingga menimbulkan suatu kebudayaan.
2. Growth of Civilitation (Perkembangan Kebudayaan)
Dari kondisi alam yang baik sehigga menimbulkan lahirnya
kebudayaan. Selanjutnya kebudayaan tersebut mengalami perkembangan,
yang digerakkan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak kebudayaan itu.
Pihak-pihak kebudayaan itu adalah suatu kelompok manusia yang
menjadi sebuah masyarakat.
11Radit, “Teori Sejarah Menurut ARNOLD J. TOYNBEE”, dalam
http://indonesiadalamsejarah.blogspot.co.id/2014/04/teori-sejarah-menurut-arnold-j-toynbee.html
12
3. Decline of Civilitation (Kemerosotan Kebudayaan)
Kehancuran atau kemerosotan suatu kebudayaan diakibatkan karena
tidak adanya daya tarik lagi dalam kebudayaan itu serta kehilangan
kewibawaan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa siklus
sejarah memberikan pandangan bahwa dalam suatu kebudayaan ada masa
kemunculannya, perkembangan dan kehancuran. Demikian pula dengan
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah juga mengalami masa Lahir dan
perkembangan. Untuk saat ini, Pondok Pesantren Modern Al-Amanah telah
menempuh dua fase yang pertama, yaitu kelahiran dan perkembangan.
Lahirnya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah disebabkan karena adanya
tantangan dari alam dan jawaban yang digagas oleh manusia. Dalam hal ini,
tantangan yang terlihat adalah sebuah zaman globalisasi yang menyebabkan
kurangnya moral sehingga KH. Nurcholis Misbah tertantang untuk
membangun pondok yang bisa menjawab tantangan zaman.
Dalam fase kedua, yakni perkembangan kebudayaan, Pondok
Pesantren Modern Al-Amanah juga mengalami perkembangan yang pesat
karena mampu menggerakkan dan membuat inovasi-inovasi yang baru
sehingga bisa menjawab tantangan zaman yang menimbulkan daya tarik
terhadap masyarakat. Selama masih mempunyai daya tarik dan kewibawaan
yang cukup, maka Pondok Pesantren Modern Al-Amanah akan mampu
13
F. Penelitian terdahulu
Penulis belum pernah menemukan tulisan ilmiah yang memfokuskan
pada tulisan tentang sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Modern
al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo tahun 1992-sekarang.
Dalam penelitian terdahulu dari berbagai penelusuran yang telah
penulis lakukan terhadap berbagai literatur, telah ditemukan beberapa karya
ilmiah yang membahas tentang Pondok Pesantren Modern al-Amanah
Junwangi, Krian, Sidoarjo. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ely Khurnia,“Sistem Organizing Pondok Pesantren Modern Al- Amanah Junwangi Krian- Sidoarjo”.Surabaya: Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel, 2014. Adapun fokus pembahasannya adalah tentang
sistem pengorganisasian di Pondok Pesantren Modern al-Amanah
Junwangi, Krian, Sidoarjo. Disini peneliti terdahulu memaparkan tentang
bagaimana proses pembagian tugas yang baik dalam sebuah organisasi.
Hal ini jelas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan sekarang
karena penulis lebih menekankan pada sejarah dan perkembangan
Pondok Pesantren Modern al-Amanah.
2. Maziyyatul Muslimah, “Studi Analisis Kemampuan Siswa Kelas II IPA
Dalam Ta’bir Syafawi di MA Bilingual Krian Sidoarjo”,Surabaya:
Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2013. Adapun ruang
lingkup pembahasan dalam skripsi terdahulu lebih kecil karena hanya
14
Bilingual. Sedangkan untuk skripsi ini tentang sejarah perkembangan
Pondok Pesantren Modern al-Amanah.
3. Nurut Toharotul Qibtiyah,“Strategi Membangun Citra (Building Image) Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Krian-Sidoarjo”,Surabaya: Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel, 2013. Adapun fokus
pembahasannya adalah tentang Strategi Pondok Pesantren Modern
al-Amanah dalam membangun citra di mata masyarakat. hal ini jelas
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis karena penulis
memfokuskan kajiannya tentang sejarah dan perkembangan Pondok
Pesantren Modern al-Amanah.
4. Mardwi Asdiyanto, “Studi Korelasi Pemahaman Materi Al-Akhlaq Lil Banin dengan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi Krian sidoarjo”, Surabaya: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2005. Adapun fokus pembahasannya adalah tentang
akhlak santri dalam pengaplikasian pemahaman materi Al-Akhlak Lil Banin.
5. Intan Instina Zahra, “Pengaruh Interaksi Guru dan Santri Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern al-Amanah Junwangi Krian”,Surabaya: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2004. Adapun fokus bahasan skripsi ini adalah tentang pengaruh hubungan
guru dan santri terhadap prestasi belajar Bahasa Arab, sedang dalam
penelitian yang penulis tulis adalah tentang tinjauan historis dan aktivitas
15
6. Nuril Trisniawati, “Analysis of Grammatical Errors in Speaking English
By Students AT Islamic Modern Boarding School “Al-Amanah” Krian”,
Surabaya: Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel,
2014. Adapun fokus pembahasan dalam skripsi terdahulu ini adalah
tentang kesalahan tata bahasa dalam percakapan santri di pondok
pesantren modern al-Amanah. Sedang dalam penelitian yang penulis tulis
adalah tentang kajian historisnya.
7. Muh. Nur Salim, “Etos Belajar Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi-Krian”,Surabaya: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2001. Adapun fokus pembahasannya adalah tentang
semangat belajar santri di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah. Dalam
penelitian terdahulu ini penulis mendiskripsikan faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi etos belajar santri. Sedangkan dalam
penelitian yang akan penulis tulis, terkait dengan sejarah dan
perkembangan Pondok Pesantren Modern al-Amanah.
Dari sekian penelitian terdahulu, fokus bahasan mereka lebih banyak
mengenai aktivitas sosial santriwan-santriwati dan materi pembelajaran yang
diajarkan di Pondok pesantren Modern al-Amanah. Sedangkan dalam fokus
penelitian ini, penulis lebih menekankan pada sejarah dan perkembangan
Pondok Pesantren Modern al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo Tahun
1992-2016.
Dengan demikian, maka kesimpulan dari penelitian yang terdahulu
16
sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi ini otentik. Penelitian
ini akan menekankan sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Modern
al-Amanah tahun 1992-2016. Ini yang belum memperoleh perhatian dalam
penelitian terdahulu.
G. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari Bahasa Yunani yaitu mothodos yang berarti cara atau jalan. Metode sejarah merupakan cara atau teknik dalam
merekontruksi peristiwa masa lampau, melalui empat tahap yang harus
ditempuh dalam metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan
historiografi.12 Melalui metode ini, penelitian diarahkan untuk selalu
mengutamakan aspek rasionalitas agar diperoleh hasil yang dapat dipercaya,
terhadap data yang ditemukan. Melalui tahapan metode sejarah ini, penulis
berusaha menjelaskan tentangsejarah dan perkembangan Pondok Pesantren
Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo tahun 1992-2016. Adapun tahapan-tahapan metode penelitian sejarah dijelaskan sebagai berikut
1. Heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber atau data)
Adalah kegiatan mengumpulkan berbagai sumber atau data sejarah
yang mempunyai hubungan dengan penulisan penelitian ini. Adapun
penegertian sumber sejarah adalah segalah sesuatu yang bisa dipergunakan
sebagai alat atau bahan untuk merekontruksi, mendeskripsikan atau
melukiskan kembali peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau. Terkait
dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian
12
17
kualitatif, sehingga teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
mengunakan observasi ataustudi lapangan, yaitu dengan cara mengkaji, menelaah atau memeriksa berbagai sumber atau data yang terkait, baik itu
sumber atau data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari
lapangan.
Sumber primer dari penelitian ini adalah terkait dengan SK
Pendirian Pondok dan sekolah-sekolah yang ada dalam lingkungan
pondok, daftar santriwan-santriwati, hasil wawancara kepada yang
bersangkutan atau pelaku sejarah dan buku-buku karya KH. Nurcholis
Misbah, diantaranya seperti buku yang berjudul Kecil Biasa, Muda Biasa,
Tua Juga Biasa (Seri I).
Sedangkan sumber sekunder dari penelitian ini berupa buku-buku
literatur yang berkaitan dengan perkembangan pondok pesantren dan
tulisan-tulisan dari KH. Nurcholis Misbah serta catatan-catatan
santriwan-santriwati terkait perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah.
2. Verifikasi Sumber.
Setelah data terkumpul, maka yang harus dilakukan adalah
menyeleksi, menilai, menguji untuk mendapatkan keabsahan sumber.
Verifikasi ini digunakan untuk menentukan otentisitas (keaslian sumber)
dan kredibilitas (tingkat kebenaran informasi) sumber sejarah.13 Verifikasi
ini terdiri dari:
13
18
a. Kritik Ekstern (Otentisitas)
Yaitu suatu usaha meneliti atau menguji keaslian sumber yang
telah diperoleh, sehingga validitas sumber tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Kritik Intern (Kredibilitas)
Yaitu suatu usaha setelah mengetahui asli atau tidaknya data
atau dokumen yang didapatkan selanjutnya di teliti kebenarannya dan
kesesuaiannya dari isi data tersebut.14 Dalam artian apakah data
tersebut bisa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini dilakukan kritik intern, dengan cara membaca,
mempelajari, memahami dan menelaah secara mendalam berbagai sumber
yang telah didapatkan. Langkah berikutnya adalah membandingkan antara
isi sumber yang satu dengan yang lain guna menemukan keabsahan
sumber dan mengambil data yang bisa dipercaya. Melalui kritik tersebut,
diharapakan agar penulisan skripsi ini dapat menggunakan sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran juga disebut analisis sejarah, analisis
berarti menguraikan. Analisis sejarah adalah menguraikan sumber-sumber
atau data-data yang telah dikumpulkan, dikritik, dibandingkan kemudian
14
19
disimpulkan agar dapat dibuat penafsiran sehingga bisa diketahui
kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang dibahas.
Upaya yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis
peristiwa-peristiwa sejarah berdasarkan data yang telah dikumpulkan
dengan maksud agar dapat menguasai masalah yang dibahas. Selanjutnya
dilakukan sintesis sebagai penyatuan data yang telah diperoleh sesuai
dengan kerangka penulisan.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah.
Historiografi adalah penulisan, pemaparan atau pelaporan dari hasil
penelitian.15 Pada laporan penelitian ini penulis berusaha menuangkan
fakta-fakta yang diperoleh dari berbagai sumber yang diperoleh, baik itu
sumber primer ataupun sumber sekunder sehingga bisa menghasilkan
karya ilmiah yang bisa diperhitungkan dalam khazanah keilmuan
khususnya yang berkaitan dengan historiografi Islam.
H. Sistematika Pembahasan
Agar bisa memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka
diperlukan sebuah sistemasi terhadap isi dengan membagi dalam beberapa
bab dan masing-masing bab akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Dalam
penelitian ini terdiri lima bab, adapun sistematika bahasan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
15
20
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian dan
sistematika bahasan. Intinya bab ini merupakan pengantar secara sekilas
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.
Pembahasan mengenai metodologi juga diuraikan dengan menggunakan
beberapa teori sebagai bahan landasannya.
Bab kedua merupakan langkah awal pembahasan yang berisi
penjelasan mengenai sejarah berdirinyaPondok Pesantren Modern al-Amanah
yang menjelaskan tentang latar belakang birdirinya pondok pesantren modern
al-Amanah dan orang-orang yang berperan dalam pendirian pondok pesantren
modern al-Amanah.
Bab ketiga akan menjelaskan mengenaiperkembanganPondok
Pesantren Modern al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo. Dalam bab ini
penulis memaparkan mengenai perkembangan Pondok Pesantren Modern
al-Amanah, baik ditinjau dari segi lembagapendidikan, sarana dan pra-sarana,
jumlah santri dan pengurus.
Pada bab empat akan dipaparkan tentangrespon masyarakat terhadap
eksistensiPondok Pesantren Modern al-Amanahterhadap masyarakat.
Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MODERN
AL-AMANAH DI JUNWANGI-KRIAN-SIDOARJO
A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
Pengertian sejarah secara obyektif adalah peristiwa yang telah
dialami oleh manusia pada masa lalu. Sidi Gazalba sebagai seorang
budayawan telah menafsirkan sejarah lebih luas, sejarah adalah gambaran
masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang
disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta tersebut dengan
tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang
apa yang berlaku.1
Dalam sejarah terdapat tiga unsur penting yang saling
berhubungan, yaitu: manusia sebagai pelaku sejarah, ruang yang
menunjukkan tempat/lokasi peristiwa terjadi dan waktu yang menunjukkan
kapan terjadinya suatu peristiwa.2 Dalam merekonstruksi sejarah, ketiga
unsur tersebut harus ditampilkan agar bisa menjelaskan secara aktual dan
kronologis. Suatu peristiwa bisa dikatakan sejarah apabila peristiwa
tersebut bisa mempengaruhi dan mengubah lingkup sosial dan mempunyai
arti penting dari aktualitas manusia masa lampau tersebut.
1
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu (Jakarta: Bratara, 1966), 11.
2
22
Sebagai suatu peristiwa masa lampau, maka sejarah memiliki
karakteristik tertentu. Adapun karakteristik yang dimaksud yaitu3:
1. Peristiwa sejarah bersifat unik, artinya hanya sekali terjadi
2. Peristiwa dalam sejarah ditunjukkan dengan adanya suatu perubahan.
3. Peristiwa terjadi karena bersifat kausalitas atau sebab-akibat
4. Memenuhi arti penting dalam kehidupan manusia.
Dalam sejarah bercerita tentang peristiwa yang satu dengan yang lain,
bagaimana satu peristiwa terjadi akibat dari peristiwa sebelumnya, dan
bagaimana peristiwa yang lain menimbulkan peristiwa berikutnya.4 Hal ini
sesuai dengan salah satu karakteristik pada nomor tiga yakni bersifat
kausalitas. Oleh sebab itu, mengkaji tentang latar belakang atau
sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa diperlukan dalam kajian sejarah.
Begitu pula dengan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah, pasti ada
faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya pondok pesantren ini.
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah didirikan oleh seorang kiai yang
cukup sederhana bernama KH. Nurcholis Misbah. Kiai yang awalnya
hanya seorang perantau biasa yang bercita-cita luar biasa, yaitu mendirikan
sebuah pesantren yang bisa mengembangkan intelektual dan spiritual,
pesantren yang proses belajarnya berjalan 24 jam, serta sebuah pesantren
yang bisa memberikan santri-santrinya sebuah pengalaman dengan cara
memberikan teori-teori dan disertai dengan praktek.
3
Ibid., 8.
4
23
Jadi tidak hanya teori saja yang diberikan tetapi juga
mempraktekkannya dan menerapkan dalam tindakan sehari-hari sehingga
menjadi kebiasaan yang positif.Misalnya seperti selalu berbicara baik dan
sopan kepada orang tua, disiplin dalam mengatur waktu dalam artian
menggunakan waktu luang dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat
dan taat dalam beribadah.
Semua impian itu dilatarbelakangi oleh keluarga KH. Nurcholis
Misbah yaitu kakek dan nenek yang juga memiliki sebuah pesantren.
Terlahir dari keluarga yang mempunyai spiritualitas tinggi dan dibesarkan
dalam lingkungan pesantren, mendorong beliau untuk bisa melakukan hal
yang sama seperti kakek dan neneknya untuk mendirikan pesantren dan
meneruskan dakwah Islam. Tidak hanya itu, saat memasuki jenjang
sekolah, beliau juga menuntut ilmu dilingkungan pesantren sehingga
banyak relasi yang beliau kenal di pesantren. Sejak kecil sudah hidup
dilingkungan pesantren, tentunya mendorong beliau memimpikan untuk
mendirikan pesantren pula.5
Keluarga adalah guru pertama yang menjadi penentu utama dalam
membentuk kepribadian dan karakter anak. Sosialisasi yang baik dan
pembiasaan terus menerus yang diterapkan dalam keluarga, baik berupa
pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan dan nilai-nilai kultur
masyarakatnya dapat menumbuhkan dan membentuk kepribadian individu.
Dengan kata lain, seluruh kompleksitas dari kelakuan, pikiran dan
5
24
perasaan itu secara tidak sadar telah terbentukdengan adanya pengalaman
individu dan kultur masyarakatnya.6Individu tidak hanya dibentuk oleh
kultur, tetapi juga turut membentuk, mengubah dan mempertahankan suatu
kultur tersebut.7
Demikian pula dengan KH. Nurcholis Misbah yang memiliki banyak
pengalaman di pesantren, membentuk pribadi beliau menjadi pribadi yang
tangguh, berwibawa dan memiliki kepribadian yang baik. Pengalaman
beliau di pesantren, tentunya memberikan pengetahuan yang luas tentang
mana pesantren yang baik dan kurang baik. Sehingga membuat beliau
berkeinginan untuk mendirikan sebuah pesantren sendiri dengan
mengubah hal-hal yang kurang baik serta mempertahankan yang
baikdalam pesantren yang beliau impikan.
B. Proses Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah adalah sebuah lembaga
pendidikan Islam yang terletak di Dsn. Kwagen, Ds. Junwangi, Kec.
Krian, Kab. Sidoarjo. Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
telah memberikan wacana baru bagi dunia pendidikan Islam khususnya di
daerah Krian karena pada saat itu masih jarang sekali ada pondok
pesantren yang berbasis modern.8 Disamping itu, Pondok Pesantren
Modern Al-Amanah juga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
memberikan pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta
6
Sartono Kartodirdjo, Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah (Yaogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990, Cet. 2), 38-40.
7
Ibid., 38.
8
25
kepribadian diri individu yang tidak hanya menekankan pada aspek
moralitas Islami (keagamaan) saja, tetapi juga pada aspek-aspek
keterampilan yang kompeten. Keterampilan dalam hal ini adalah
keterampilan dalam mengaplikasikan bahasa asing (Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris) secara produktif.
Berdirinya Pondok Pesantren Modern al-Amanah adalah
wujudidealisme dari pendirinya, yaitu KH. Nurcholis Misbah. Dalam
sejarahnya, sebelum terwujudnya Pondok Pesantren Modern al-Amanah di
Junwangi Krian, KH. Nurcholis Misbah telah mencoba untuk mendirikan
sebuah pusat pengembangan Islam (Islamic Center) di Mojosantren, desa yang tidak jauh dari desa Junwangi. Hal ini tidak terlepas dari perjalanan
hidup beliau yang pernah menjalani kehidupannya di Mojosantren.
Pada tahun 1984, beliau berdomisili di Mojosantrendan memulai
untuk menyiarkan agama Islam. Upayanya tersebut mendapat respon
positif dari masyarakat sekitar.9 Hal ini tercipta karena Desa Mojosantren
dahulunya terkenal sebagai desa santri yang kemudian mengalami
pergeseran karena industri. Sehingga semangat untuk mengembalikannya
menjadi desa santri lagi mendapat sambutan yang positif dari warga desa.
Langkah pertama yang diambil oleh beliau adalah mengadakan
berbagai kegiatan, diskusi, dan pengajian dengan aneka lapisan
masyarakat. kemudian setelah berbagai kegiatan tersebut terlaksana
9Khutma‟ul Isti‟adah, “Studi Tentang Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Din
26
dengan baik, mulailah beliau mengumpulkan para tokoh masyarakat untuk
menyampaikan gagasan beliau mendirikan Pusat Pengembangan Islam.
Gagasan tersebut mendapat sambutan luar biasa, baik dari kaum
muda, sesepuh dan para pengusaha. Dalam waktu singkat suasana
keagamaan di desa Mojosantren mulai terasa. Pembangunan gedung yang
telah direncanakan juga mulai terealisasi, sumbangan dari tokoh
masyaraakat mulai mengalir lancar dan dalam waktu singkat
pembangunan gedung lantai pertama hampir selesai. Namun tak terduga,
ada perbedaan cara dalam membangun dan mengambangkan Pusat
Pengembangan Islam tersebut. Sehingga timbul kesalahpahaman yang
mengakibatkan sebagian masyarakat marah dan memutuskan
dukungannya hingga bangunan tidak bisa dilanjutkan.10
Kemudian pada tahun 1987, beliau memutuskan untuk hijrah dan
mulai mencari tempat baru yang bisa menerima gagasan beliau. Dari
beberapa desa yang beliau lihat, yang menurut beliau cocok adalah desa
Junwangi. Tempatnya sekitar 1 km dari desa Mojosantren. Di desa
Junwangi beliau sekeluarga memenpati rumah kontrakan yang cukup
sederhana.
Kegagalan beliau di Mojosantren memberikan pelajaran yang
cukup berharga bagi beliau. Sehingga untuk mewujudkan idealismenya,
beliau menggunakan cara yang berbeda dari cara yang telah diterapkannya
sebelumnya. Di desa Junwangi beliau tidak banyak melibatkan tokoh
10 Nurut Toharotul Qibtiyah, “Strategi Membangun Citra (
27
masyarakat. Apalagi kondisi masyarakat di desa Junwangi, masyarakatnya
minim sekali pengetahuan agamanya, hal ini dibuktikan dengan
banyaknya masyarakat yang melakukan kebiasaan bermain judi, remi,
domino dan catur.
Disamping itu, pemuda-pemudinya juga banyak yang jadi
pengangguran sehingga waktunya terbuang sia-sia digunakan untuk
“cangkruk”. Bahkan desa ini terkenal di desa tetangga sebagai tempat
bermain judi.11Selain itu, satu musholla kecil di desa itu juga tak ada
jamaahnya kecuali pemilik musholla dan seorang putranya.
Dalam merealisasikan gagasan beliau dalam mendirikan pesantren,
beliau mulai dari langkah-langkah kecil. Pertama, beradaptasi dengan para
pemuda dan masyarakat sekitar dengan cara bergaul, mengalir, mengikuti
kegiatan masyarakat, khusunya kaum muda seperti ikut bermain catur
dengan harapan mereka menerima kehadiran beliau. Hal ini dilakukan
bukan bermaksud untuk ikut-ikutan terjerumus, tetapi pendekatan ini
beliau lakukan atas nama dakwah agama.
Kedua, pelan-pelan beliau memberikan teladan, semisal ketika
masuk waktu shalat, beliau dengan istri berangkat ke mushalla.12 Beliau
berusaha untuk menghidupkan mushalla kecil dengan aktif berjamaah
shalat lima waktu, khususnya maghrib, isya dan subuh. Hal itu mendapat
respon positif dari sebagian masyarakat, sedikit demi sedikit mulai banyak
yang mengikuti.
11
Nur Rohim, Wawancara, Sidoarjo, 18 April 2016
12Nurut, “Strategi Membangun”
28
Setelah musholla mulai hidup, muncul gagasan baru untuk
mengadakan pengajian bagi anak-anak kecil. Sedikit demi sedikit mulai
terjadi perubahan yang baik. Namun melihat hasil pengajian di Mushalla
kurang memuaskan, maka beliau memutuskan untuk membuka pengajian
anak-anak kecil di rumah kontrakannya.
Di rumah kontrakan yang cukup sederhana, beliau bersama
istrinya, Ibu Rif‟atul Mahmudah mulai menerima santri putri anak
tetanggadan mengajari mengaji al-Qur‟an. Sedikit demi sedikit mulai ada beberapa anak tetangga lainnya yang ikut mengaji. Melihat semakin
banyak anak yang datang mulailah beliau mengumpulkan dana untuk
pembangunan tempat yang digunakan untuk mengaji. Sedikit demi sedikit
beliau mengumpulkan dana untuk membeli batu bata dan pasir. Langkah
kecil tahap demi tahap telah beliau lalui. Hingga berhasil untuk
membangun pondasi pada tanah wakaf yang diberi oleh Ibu Kamsini.
Seiring berjalannya waktu, dua ruang kamar telah berupa
bangunan. Satu ruang digunakan untuk langgar dan satu lainnya digunakan
sebagai asrama. Hanya berbekal dua ruang tersebut, KH. Nurcholis
Misbah mulai menegaskan langkahnya dengan meresmikan dan
mendaftarkan pondok pesantren yang beliau bangun. Tepatnya pada bulan
Agustus tahun 1992, Pondok Pesantren Modern Al-Amanah telah terdaftar
di Kantor Departemen Agama Kabupaten Sidoarjo sebagai TPA/TPQ
29
Madrasah Diniyah juga terdaftar di Kantor Departemen Agama Kabupaten
Sidoarjo dengan nomor Kd. 13. 15 / 4 PP. 008 / 1351/ 2007.
Pendirian Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ini ditandai
dengan diadakannya sebuah pengajian umum sebagai simbol
peresmiannya. Ketika itu beliau mendatangkan Ibu Uci Nurul Hidayati
(Pasuruan) dan KH. Sholeh Qosim (Sepanjang) sebagai penceramah.
Pengajian itu berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi babak baru dalam
upaya mewujudkan pondok pesantren.13 Seiring berjalannya waktu,
jumlah santri semakin bertambah dan satu, dua mulai ada yang datang dari
luar desa. Lalu pada tahun 1993, mulai ada dua santri dari desa tetangga
yang mukim dan tinggal di pondok.14
Sementara itu, untuk merumuskan karakter pesantren yang beliau
rintis, beliau mengunnjungi banyak pesantren untuk menentukan bentuk
pesantren yang akan beliau bangun. Dari banyak pesantren yang telah
beliau kunjungi, akhirnya beliau memutuskan untuk berkiblat pada
pesantren modern. Modern dalam hal ini mempunyai arti bahwa pesantren
yang beliau dirikan adalah sebuah pesantren yang cara berfikirnys lebih
terbuka dan lebih bisa menerima sesuatu hal yang baru.
Disamping itu, alasan beliau memilih bentuk pesantren modern
karena di daerah sidoarjo pada saat itu kurang adanya persaingan,
13Intan Instina Zahra, “Pengaruh Interaksi Guru dan Santri terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab
di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi Krian Sidoarjo”, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah, Surabaya, 2004).
14
30
sehingga lebih banyak peluang untuk bisa berkembang secara pesat.15 Hal
ini terbukti dari jumlah santri yang semakin bertambah tahun maka
bertambah pula santri yang mondok. Hingga sekarang santri yang mukim
mencapai± 1.500 santri. Dengan segala upaya dan usahanya, beliau kini
berhasil mewujudkan cita-citanya yang mulia dan luar biasa.
C. Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok
Pesantren Modern Al-Amanah
1. Pada Awal Pendirian Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
a. KH. Nurcholis Misbah
1) Biografi KH. Nurcholis Misbah
KH. Nurcholis Misbah atau lebih dikenal dengan
panggilan “Cak Nur” lahir pada tanggal 15 Agustus 1959 di
Sumbersari, Kediri. Ayahnya bernama Misbah. Awalnya nama
beliau hanya Nurcholis yang artinya cahaya yang bersih.
Namun karena banyaknya orang yang juga menggunakan
nama itu, akhirnya untuk membedakannya beliau
mencantumkan nama ayahnya dibelakang namanya.16
Saat kecil, beliau tinggal bersama tiga saudaranya dan
kedua orang tuanya. Ibunya bekerja sebagai penjual daging
kambing, setiap pagi beliau mendapat tugas untuk
mengantarkan daging kambing ke tempat penjualan di pasar
15
Ibid.
16
31
untuk dijual. Hidup dalam keterbatasan ekonomi, membuat
beliau belajar bekerja keras.
Masa kecilnya ia habiskan di Kediri, selama disana
beliau menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Kedungsari.
Kemudian saat malam hari, beliau belajar mengaji disebuah
masjid dekat rumahnya, yaitu masjid milik Kyai Mughni.
Disana beliau belajar mengenai huruf-huruf arab, cara
membaca dan menulis al-Qur‟an dengan benar, tajwid dan bacaan-bacaan shalat.
Semua pelajaran beliau ikuti dengan baik, tetapi hanya
satu pelajaran yang sulit beliau ikuti yaitu hafalan. Karena
tidak bisa menghafal doa qunut, beliau harus turun tingkat,
kembali mengikuti ngaji dari awal lagi. Lalu karena malu dan
bosan akhirnya beliau pindah ngaji ke masjid gupit, tempatnya
lumayan jauh dari rumah, letaknya di ujung desa.
Kemudian stelah lulus dari SD, beliau pindah ke
Jombang. Disana beliau tinggal disebuah desa yang dikelilingi
dengan pesantren, di sebelah timur ada Darul Ulum Rejoso, di
sebelah barat ada Mambaul Ulum Den Anyar, di sebelah utara
ada Tambak Beras dan di selatan ada Tebuireng.
Selama empat tahun tinggal di Jombang, beliau
bersekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA) Kauman Utara
32
Tambak Beras. Disana beliau mempelajari Fiqh (Fathul
Qorib), Nahwu (Imrithi) dan Sejarah (Khulasoh Nurul Yaqin).
Kemudian beliau masuk ke sebuah pesantren di Kediri,
yaitu Pesantren al-Hikmah, Purwoasri. Pada awalnya beliau
tidak terbiasa dengan hidup seorang santri. Saat menjadi santri
beliau termasuk anak yang nakal, jarang mengikuti ngaji,
sering dimarahi kyai, dan suka berkelahi. Selama dua setengah
tahun beliau menghabiskan waktunya untuk nyantri disana.
Kemudian setelah lulus, beliau melanjutkan kuliah ke
Yogyakarta. Kurang lebih sekitar 5 tahun beliau tinggal di
Yogyakarta. Namun sayang beliau mengenyam bangku kuliah
tidak sampai selesai. Beliau lebih aktif di kampung tempat
tinggalnya daripada di kampus. Pengalam beliau yang penuh
dengan suka cita dan lama tinggal di pesantren mendorong
beliau untuk membangun sebuah pesantren impian.
2) Peranannya dalam perkembangan Pondok Pesantren Modern
Al-Amanah
KH. Nurcholis Misbah adalah pendiri Pondok
Pesantren Modern Al-Amanah. Statusnya sebagai kiai sangat
disegani dan dihormati oleh santri-santrinya. Kiai adalah figur
yang berperan sebagai penyaring informasi dalam memacu
33
sekitarnya.17 Ciri budaya pesantren yang komunal
menempatkan kiai sebagai pencetus gagasan dan penjaga
tradisi keagamaan. Sehingga kiai mempunyai peran sebagai
penyampai/memberikan informasi-informasi baru dari luar
lingkungan yang dianggap baik dan membuang informasi yang
dianggap kurang baik.18
Istilah kiai mempunyai pengertian yang plural.
Menurut asal-usulnya, perkataan kiai dalam bahasa Jawa
dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda. diantaranya
sebagai berikut:
a) Sebutan gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap keramat; umpamanya, Kiai Garuda Kencana
dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton
Yogyakarta.
b) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
c) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli
agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin
pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada
para santrinya. Selain gelar kiai, ia juga sering disebut
17
Hiroko Horikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial (Jakarta: P3M, ), 232-236.
18
34
seorang „alim (Orang yang pengetahuan keIslamannya
luas).19
Dari ketiga jenis asal-usul gelar kiai diatas, maka dalam hal
ini kiai yang dimaksud disini adalah gelar kiai pada nomor tiga,
gelar kiai yang didapatkan karena telah memiliki dan menjadi
pemimpin di pesantren.
Figur KH. Nurcholis Misbah yang menjadi pemimpin dari
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah memiliki peranan yang
cukup besar bagi tumbuh kembangnya Al-Amanah. Dalam hal ini
peran beliau terhadap Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
sangat kuat. Sebagaimana yang telah dituliskan oleh Hiroko diatas,
bahwa kiai berperan sebagai penyaring informasi. Maka KH.
Nurcholis Misbah juga berperan dalam menyaring informasi dari
luar lingkungan dan mengambil yang baik untuk dijadikan
panduan dalam membangun Pondok Pesantren Modern
Al-Amanah.
Disamping itu, sebagai sentral dalam komunitas pesantren.
Maka segala keputusan yang dibuat oleh KH. Nurcholis Misbah
juga sangat berpengaruh dalam membawa pesantren mencapai
tujuan. Dengan demikian, beliau menjadi tokoh kunci yang
19
35
menentukan corak kehidupan pesantren yang telah dibangunnya.
Mau dikembangkan kearah mana pesantren yang telah beliau
bangun.Selain itu, Sebagai seorang yang diidolakan oleh
santri-santrinya, beliau juga sangat berperan dalam memberikan
wejangan dan motivasi kepada para santrinya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga peran yang telah dimainkan oleh KH. Nurcholis Misbah dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah,
diantaranya sebagai berikut:
1) Sebagai penyaring informasi dari luar lingkungan pesantren
untuk dijadikan panduan dalam membuat perubahan dan
inovasi-inovasi baru bagi perkembangan Pondok Pesantren
Modern Al-Amanah yang lebih baik.
2) Sebagai pembuat keputusan dalam menentukan corak
kehidupan pesantren, khususnya Pondok Pesantren Modern
Al-Amanah.
3) Sebagai suri tauladan bagi santri-santrinya, sehingga segala
perilaku dan ucapannya menjadi contoh bagi santrinya. Dalam
hal ini KH. Nurcholis Misbah selalu memberikan
tausiah-tausiah yang bisa memotivasi semangat belajar santrinya.
b. Ibu Rif‟atul Mahmudah
Ibu Rif‟atul Mahmudah adalah istri dari KH. Nurcholis
36
dengan sangat baik. Ibu dari lima orang anak itu telah
menunjukkan keahliannya dalam mengurus rumah tangga dan
selalu memberikan dukungan kepada suaminya. Pepatah
mengatakan, di balik suami yang hebat terdapat istri yang kuat.
Sebagai istri seorang pemilik pondok, tentunya Ibu Rif‟atul
Mahmudah mempunyai panggilan Bu Nyai. Beliau telah berperan
aktif dalam membantu suaminya mewujudkan cita-cita untuk
mendirikan pondok pesantren. Sesuai dengan sejarahnya, pada
awal pendirian pondok yang bermula dari satu santri, beliaulah
yang membantu suaminya untuk mengajar ngaji di rumah
kontrakannya. Sampai sekarangpun beliau juga berperan dalam
mengurusi santri-santri terutama santri putri. Setiap sore hari beliau
berkeliling asrama putri untuk memantau keadaan disana. Beliau
juga sering memberikan nasehat-nasehat kepada santri putri.
c. UstadNur Rohim
Ustad Nur Rokhim adalah santri yang sejak awal telah
membantu dan mendukung gagasan KH. Nurcholis Misbah untuk
mendirikan pesantren. Ustad Nur Rohim menjadi santri sejak KH.
Nurcholis Misbah tinggal di Mojosantren. Saat KH. Nurcholis
Misbah merintis di Mojosantren, Ustadz Nur Rohim sudah ikut
serta dalam membantu beliau. Ketika itu, Ustad Nur Rohim
mendapatkan tugas dari beliau untuk mencari dana sebagai
37
Mojosantren. Sebagai seorang santri yang mendapat kepercayaan
dari gurunya, Ustad Nur Rohim menjalankan tugasnya dengan
sangat baik.
Selain itu, saat KH. Nurcholis Misbah memutuskan untuk
hijrah di Junwangi, Ustad Nur Rohim juga masih mendukung.
Setiap harinya Ustad Nur Rohim mengaji. Mengaji yang
dimaksudkan bukanlah mengaji Al-Qur‟an pada umumnya karena pada saat itu Ustad Nur Rohim sudah memiliki kemampuan untuk
baca tulis Al-Qur‟an, yang dimaksud mengaji dalam hal ini adalah belajar intelektual dan saling bertukar gagasan.20
Saat Pondok Pesantren Al-Amanah mendirikan Madrasah
Aliyah yang bernama MA. Bilingual, Ustad Nur Rohimlah yang
diamanti untuk menjadi kepala sekolah. Peran Ustad Nur Rohim
dalam mengembangkan pesantren, khususnya MA. Bilingual tidak
perlu diragukan lagi. Di tangan Ustad Nur Rohim, MA.Bilingual
mendapatkan berbagai prestasi dan mampu bersaing dengan
sekolah-sekolah lainnya.
Meskipun sudah terlihat berhasil namun Ustad Nur Rohim
tetap rendah hati, tidak ingin dikatakan sebagai seorang tokoh yang
ikut berperan dalam mengembangkan Pondok Pesantren Modern
20
38
Al-Amanah karena menurutnya ia hanyalah sebuah paku kecil yang
menempel di triplek.21
2. Pada Masa Perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
a. Ustad dan Ustadzah
Selain ketiga figur diatas, kemajuan pondok pesantren
Modern Al-Amanah tidaklah lepas dari peran ustad dan ustadzah
berkompeten yang mengajar disana. Ustadz adalah sebutan guru
laki-laki yang mengajarkan ilmunya pada santri. Sedangkan
ustadzah adalah sebutan untuk guru perempuan.
Berkat ustad dan ustadzah yang memiliki kemampuan luar
biasa, semua santri pondok pesantren modern Al-Amanah menjadi
santri yang tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuannya saja,
tetapi juga pandai dalam hal spiritual. Hal ini menjadikan
santri-santri lulusan pondok pesantren modern Al-Amanah menjadi
lulusan yang bermutu. Berikut beberapa ustadz dan ustadzah yang
berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan pondok
pesantren modern al-Amanah:
1) Ustad Fahrizal Ishaq
Ustad fahrizal adalah salah satu ustad yang mengajar di
pondok pesantren modern al-Amanah. Ustad fahrizal juga
merupakan menantu dari KH. Nurcholis Misbah. Beliau
21
39
menikah dengan putri pertama dari KH. Nurcholis Misbah
pada tahun 2010.
Kemudian pada tahun 2015, beliau diamanati untuk
menjadi kepala sekolah di Madrasah Aliyah Bilingual.
Dipondok beliaulah yang bertanggung jawab atas pondok
putra.
2) Ustad Kundaru
Ustad Kundaru adalah seorang ustad lulusan dari pondok
pesantren Gontor. Beliau masuk pertama kali ke pondok
pesantren modern al-Amanah pada tahun 2013. Di pondok
pesantren modern al-Amanah beliau menempati posisi yang
cukup strategis, yaitu sebagai ketua pengasuh santri putra.
Sebagai ketua pengasuh, beliau bertanggung jawab penuh
terhadap hal-hal apa saja yang berkaitan dengan santri putra.
3) Ustadzah Zanuba
Ustadzah Zanuba adalah putri pertama dari pengasuh
pondok. Saat kecil beliau dibesarkan dilingkungan pondok,
beliau juga menjadi saksi sejarah bagaimana perjuangan KH.
Nurcholis dalam mendirikan pondok pesantren modern
al-Amanah ini.
Setelah lulus SD beliau menuntut ilmu di Pondok Pesantren
Gontor Putri. Berkat kecerdasan beliau, seusai dari pondok,
40
Al-Azhar, Mesir. Kemudian setelah berhasil lulus dari sana,
beliau kembali ke rumah dan ikut membantu ayahanda
tercintanya mengembangkan pondok. Beliau mengamalkan
ilmu yang telah beliau peroleh dengan sangat baik. Di samping
itu, beliau juga diamanati untuk menjadi pemimpin pondok
putri.
4) Ustadzah Dwi Rahayu
Ustadzah Dwi Rahayu adalah seorang lulusan dari Gontor
putri. Beliau melanjutkan S2 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Beliau masuk pertama kali di pondok pesantren modern
al-Amanah pada tahun 2009. Saat ini beliau diamanati sebagai
ketua pengasuh santri putri. Disamping itu, beliau juga menjadi
guru di SMP Bilingual Terpadu.
Ustadzah Dwi adalah nama panggilan beliau. Beliau
terkenal sebagai seorang ustadzah yang disiplin dan tegas
terhadap santri. Dibalik ketegasan beliau, sebenarnya beliau
adalah orang yang lembut dan bertanggung jawab tinggi.
Semua beliau lakukan untuk kebaikan para santri.
Disamping ustad dan ustadzah yang berkompeten,
kemajuan dan perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
juga didukung oleh faktor manajemen yang baik didalamnya dan kerja
BAB III
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH
DI JUNWANGI KRIAN SIDOARJO TAHUN 1992-2016
A. Perkembangan dalam Bidang Lembaga Pendidikan
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan sempurna. Dari
sekian banyak makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT., manusialah
yang memiliki akal pikiran sehingga bisa membedakan antara yang baik
dan buruk. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan tidak
mengerti apapun. Lalu dengan belajar seseorang bisa mengetahui sesuatu
hal yang baru. Belajar bisa memberikan ilmu pengetahuan yang bisa
membawa seseorang ke tingkat yang lebih mulia. Maka dalam hal ini
menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi seseorang yang ingin hidupnya
menjadi lebih baik.
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
Dalam pandangan Islam, ilmu menempati kedudukan yang sangat
penting.1 Hal ini dibuktikan dengan Firman Allah dalam QS.Al-
Mujadalah ayat 11 yang artinya:
1Uhar Suharsaputra, “Islam dan Ilmu”, dalam
42
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat(derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan) dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”2
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman
dan berilmu akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang
dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu dan
dengan ilmu bisa membuat seseorang sadar betapa kecilnya manusia
dihadapan Allah. Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya ilmu bagi
kehidupan manusia. Maka dari itu, menuntut ilmuadalah kewajiban bagi
manusia agar manusia bisamenjadi lebih humanis. Oleh karena itu,
pendidikan dan lembaga pendidikan sangat dibutuhkan untuk mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan.
Hakikat pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan
manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia dan mengangkat harkat martabat mereka. Dengan
demikian, pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam khususnya,
merupakan sarana yang amat strategis bagi pelestarian bangsa dan
kebudayaan.3 Untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dibutuhkan
sebuah lembaga pendidikan yangberkualitas karena pendidikan merupakan
kunci kemajuan. Sebagaimana pernyataan Fazlur Rahman bahwa setiap
2
Dapartemen Agama RI, Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 543.
3