• Tidak ada hasil yang ditemukan

PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI KRIAN SIDOARJO : TINJAUAN HISTORIS DAN AKTIVITASNYA DARI TAHUN 1992-2016 M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI KRIAN SIDOARJO : TINJAUAN HISTORIS DAN AKTIVITASNYA DARI TAHUN 1992-2016 M."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI

KRIAN-SIDOARJO

(Tinjauan Historis dan Aktivitasnya dari Tahun 1992-2016 M)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh : Umi Rosidah NIM. A0.22.12.100

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pondok Pesantren Modern al-Amanah di Junwangi Krian Sidoarjo ( Tinjauan Historis dan Aktivitasnya dari Tahun 1992-2016 M)”. Adapun fokus penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren modern al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo? (2) Bagaimana perkembangan pondok pesantren modern al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo? (3) Bagaimana respon masyarakat terhadap eksistensi pondok pesantren modern al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo?.

Dalam skripsi ini menggunakan metode sejarah yang dilakukan dengan empat cara yaitu heuristik, verifikasi atau kritik, interpretasi dan historiografi. Lalu untuk menerangkannya penulis menggunakan pendekatan historis dan sosiologi. Penggunaan pendekatan historis ini diharapkan bisa menampilkan kronologi sejarah secara runtut yang dilakukan dengan menelusuri sumber-sumber pada masa lampau. Sedangkan pendekatan sosiologi digunakan untuk mengungkap bagaimana kondisi masyarakat saat didirikannya Pondok Pesantren Modern al-Amanah sehingga pondok ini bisa berkembang pesat hingga sekarang. Disamping itu, penulis juga menggunakan suatu teori siklus yang digagas oleh Arnold J. Toynbee. Menurut Toynbee gerak sejarah berjalan melalui tingkatan-tingkatan, diantaranya yaitu: (1) Genesis of Civilitation (Lahirnya kebudayaan), (2) Growth of Civilitation (Perkembangan Kebudayaan) dan (3) Decline of Civilitation (Kemerosotan Kebudayaan). Dari ketiga tingkatan tersebut, ada hal-hal yang mempengaruhi akan terjadinya gerak sejarah tersebut. hal-hal itulah yang akan dianalisis dan diungkap oleh penulis dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis menemukan bahwa (1) pondok pesantren modern al-Amanah berdiri pada tahun 1992, didirikan oleh KH.

Nurcholis Misbah dengan dibantu oleh istrinya Hj. Rif‟atul Mahmudah dan

(7)

ABSTRACT

This thesis entitled "Al-Amanah Modern Boarding School in Junwangi Krian Sidoarjo (Historical Overview and Activity of the Year 1992-2016 M)". The focus of the research will be discussed in this paper are (1) How does the history of the al-Amanah modern boarding school in Junwangi, Krian, Sidoarjo? (2) How is the development of al-Amanah modern boarding school in Junwangi, Krian, Sidoarjo? (3) How is the public response to the existence of al-Amanah modern boarding school in Junwangi, Krian, Sidoarjo?.

In this paper takes a history method with four away, that is heuristik, verifikasi, interpretation and historiograpy. And then uses historical approach and sociology approach. Use of this historical approach is expected to display the timeline of history coherently done by tracing the sources in the past. While the sociological approach is used to reveal how the current state of society founded al-Amanah Modern boording school, so this cottage could grow rapidly until now. In addition, the author also uses a cycle theory initiated by Arnold J. Toynbee. According to Toynbee movement of history running through the tiers, such as: (1) Genesis of civilitation (Birth of the culture), (2) Growth of civilitation (Cultural Development) and (3) Decline of civilitation (Deterioration of Culture). From the third level, there are things that will affect the occurrence of the movement of history. things that will be analyzed and disclosed by the authors in this study.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

MOTTO ... vii

BAB II SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI-KRIAN-SIDOARJO A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ... 21

B. Proses Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah .... 24

C. Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah... 30

1. Pada Awal Pendirian Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ... 30

a. KH. Nurcholis Misbah ... 30

b. Ibu Rif‟atul Mahmudah ... 35

c. Ustad Nur Rokhim ... 36

(9)

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MODERN AL –

AMANAH DI JUNWANGI KRIAN SIDOARJO TAHUN 1992-2016

A. Perkembangan dalam Bidang Lembaga Pendidikan ... 36

1. Madrasah Aliyah Bilingual ... 43

2. SMP Bilingual Terpadu ... 47

3. SD Antawirya ... 50

B. Perkembangan dalam Bidang Peningkatan Sarana dan Prasarana ... 51

1. Tempat tinggal / asrama ... 52

2. Tempat Ibadah ... 57

3. Gedung tempat belajar mengajar ... 59

4. Gedung tempat Ustadz dan Ustadzah ... 61

5. Ruang Kesehatan (POSKESTREN) ... 62

6. Gedung perpustakaan ... 63

7. Dapur Umum ... 64

8. MCK ... 64

9. Lapangan Olah Raga ... 65

C. Perkembangan dalam Bidang Kuantitas Santri dan Pengurus ... 68

1. Perkembangan Jumlah Santri ... 68

2. Perkembangan Jumlah Pengurus ... 70

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH DI JUNWANGI KRIAN-SIDOARJO A. Respon masyarakat di dalam lingkungan Pondok Pesantren Pesantren Modern Al-Amanah terhadap eksistensi Pondok Pesantren Modern al-Amanah ... 75

1. Santri ... 75

2. Ustadz dan ustadzah ... 78

B. Respon masyarakat di luar lingkungan Pondok Pesantren Modern Amanah terhadap eksistensi Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ... 83

1. Alumni Pondok Pesantren Modern al-Amanah ... 83

2. Wali Santri ... 86

(10)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 95

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam menuju perubahan

yang lebih baik, dalam menjamin kelangsungan kehidupan berbangsa dan

bernegara, pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan anak bangsa

dan juga sebagai wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia. Pendidikan merupakan hak setiap manusia di dunia.

Di Indonesia, hak tersebut dicantumkan dalam UUD 1945 Pasal 31,

yang berbunyi pendidikan merupakan hak setiap warga negara.1 Dalam hal

ini, negara bertanggung jawab dalam mengatasi masyarakat dari kebodohan,

meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta menjaga moralitas

bangsa agar tidak terjerumus dalam kehancuran. Oleh karena itu, pendidikan

diperlukan manusia, agar secara fungsional manusia diharapkan mampu

memiliki kecerdasan (intelligence, spiritual, emotional) untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggungjawab, baik secara pribadi, sosial maupun

profesional.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang dikenal dengan Pendidikan

Nasional, adalah “Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

1“UUD 1945”, dalam

(12)

2

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada

nilai-nilai agama dan kebudayaan Indonesia”.2Di Indonesia mayoritas penduduknya menganut agama rahmatan lil „alamin yaitu agama Islam.

Dengan demikian, dalam menyesuaikan kondisi masyarakat Indonesia, maka

dibentuklah suatu wadah yang bisa mewujudkan cita-cita bangsa yaitu

pendidikan yang berakar pada nilai-nilai agama. Dalam membentuk karakter

generasi muda yang tangguh, berbudi luhur dan bermoral, maka pendidikan

yang berlandaskan pada Islam sangatlah dibutuhkan dalam bangsa ini.

Di Indonesia, lembaga pendidikan Islam yang memerankan

peranannya baik dilihat dari struktur internal ataupun prakteknya, terdapat

empat kategori pendidikan Islam. Pertama, Pendidikan pondok pesantren.

Kedua, pendidikan madrasah. Ketiga, pendidikan umum yang bernafaskan

Islam. Keempat, pelajaran agama Islam yang diselenggarakan di lembaga

pendidikan umum sebagai satu mata pelajaran saja. Dari keempat kategori

tersebut, pondok pesantren yang mempunyai peranan paling besar dalam

membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Dalam sejarah pondok pesantren, tidak bisa dipungkiri, bahwa

pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah “mendarah daging” di

Indonesia. Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pesantren adalah

bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Mujamil Qomar bahwa pondok pesantren merupakan lembaga

2Dedi Djubaedi, “Pemanduan Pendidikan Pesantren

(13)

3

pendidikan Islam tertua di Indonesia sebagaimana menjadi kesepakatan para

peneliti sejarawan Indonesia.

Pada mulanya pondok pesantren didirikan oleh para penyebar Islam,

sehingga kehadiran pesantren diyakini mengiringi dakwah Islam di negeri

ini.3Nurcholis Madjid berpendapat bahwa pesantren tidak hanya identik

dengan makna keIslaman, tetapi juga mengandung makna keaslian

(indigenous) Indonesia, sebab keberadaannya mulai dikenal di bumi Nusantara pada periode abad ke 13-17 M, dan di Jawa pada abad ke 15-16 M.

Pendapat ini seolah mendapat justifikasi dengan tidak ditemukannya lembaga

pondok pesantren di negara-negara Islam lainnya.

Kata Pondok berasal dari kata Arab funduq yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat

penampungan sederhana bagi para santri yang jauh tempat

tinggalnya.4Menurut Greertz yang dikutip oleh Wahjoetomo, istilah pesantren

diturunkan dari bahasa India Shastri, yang berarti ilmuan Hindu yang pandai

menulis. Maksudnya, pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai

membaca dan menulis. Greetz beranganggapan bahwa istilah pesantren

merupakan modifikasi dari para Hindu.5

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai

asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Namun,

3

Mujamil Qomar, Pesantren dari transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi

(Jakarta: Erlangga, ), 61.

4

ZamaskhsyariDhofer,TradisiPesantrenStudiTentangPandanganHidupKyai(Jakarta: LP3S, 1983), 18.

5

(14)

4

pondok pesantren secara definitive tidak dapat diberi batasan yang tegas,

melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang

memberikan pengertian pondok pesantren.

Dalam perkembangan pondok pesantren, terdapat beberapa

kategorisasi pesantren. Beberapa ahli telah membuat kategorisasi pesantren

berdasarkan dari tinjauan yang berbeda. Ustad Arifin menggolongkan

pesantren dengan melihat dari segi kurikulum. Menurutnya kategorisasi ada

tiga macam jenis pesantren, yaitu pesantren modern, pesantren

tahassus(tahassusilmu alat, ilmu fiqh/ushu fiqh,ilmu tafsir/hadits,ilmu

tasawuf/thariqat, danqira’at al-Qur’an) dan pesantren campuran.6

Era globalisasi yang penuh dengan persaingan yang tinggi, membuat

pesantren mereposisi diri dengan menyuguhkan sesuatu yang sesuai dengan

yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pada abad 21 ini daya saing strategis akan

didapatkan hanya oleh mereka yang mampu memenuhi standart global yakni

kualitas yang bisa diterima internasional.7 Salah satu dasar yang paling

dibutuhkan dalam dunia global saat ini adalah bahasa, terutama bahasa

Inggris yang menjadi bahasa Internasional. Tidak banyak pesantren yang

menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan sehari-hari, hanya

beberapa pesantren yang menerapkan hal itu. Salah satu diantaranya adalah

Pondok Pesantren Modern al-Amanah.

6

Mujamil, Pesantren dari transformasi, 16.

7

(15)

5

Pondok Pesantren Modern al-Amanah adalah pondok pesantren yang

berada di kawasan arek, Sidoarjo. Letak pesantren ini tepatnya berada di jalan

Junwangi no. 178, Krian, Sidoarjo. Pondok Pesantren Modern al-Amanah ini

merupakan jenispondok pesantren modern karena menerapkan dua kurikulum

yaitu kurikulum di bawah naungan Depag. dan kurikulum yang dibuat oleh

pendiri. Pendiri pesantren al-Amanah bernama KH. Nurcholis Misbah.

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah didirikan secara resmi pada

tahun 1992 yang ditandai dengan sebuah pengajian umum sebagai simbol

berdirinya pesantren. Berkat kegigihan dan ketekunan KH. Nurcholis Misbah,

berdirilah sebuah pesantren yang cukup berkembang pesat. Berawal dari

anak-anak kecil sekitar yang belajar mengaji di sebuah rumah kontrakan kecil

yangbeliau tempati. Kemudian dengan ihtiyar yang sungguh-sungguh, hanya

dengan bekal batu bata merah yang terkumpul sejumlah lima ribu biji dan

uang kas sebesar lima puluh ribu beliau mulai mendirikan pesantren.

Pesantren modern yang beliau dirikan, bukanlah pesantren modern

secara pengertiannya. Namun yang dimaksudkan modern disini adalah

falsafah dan cara berfikir dalam sistem pendidikannya. Maksudnya, dengan

memasuki kawasan pesantren, orang bisa mengambil pelajaran tertentu dan

merasakan suasana pendidikan karena seluruh komponen pesantren (manusia,

alam, bahkan bangunan) merupakan bagian dari sarana pendidikan. Oleh

karena itu, disetiap sudut didalam pesantren terdapat sepatah kata yang bisa

(16)

6

Selain itu, alam sekitarpun mendapat perhatian besar, karena ia juga

sumber ilmu. Berbagai realitas alam terdapat gerakan dan proses yang bila

disimak secara cermat dapat memberikan pelajaran yang amat baik bagi

pengembangan nalar maupun akhlak. Sehingga di Pondok Pesantren Modern

Al-Amanah juga terdapat proses pendidikan yang dilakukan di kelas alam.

Berkat kearifan terhadap alam sekitar, Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

berhasil mendapat beberapa penghargaan diantaranya dinobatkan sebagai

Juara Lomba Penghijauan Pesantren se-Kabupaten Daerah Tingkat II

Sidoarjo pada tahun 1999 dan tahun 2000.

Disamping itu, bahasa juga menjadi komponen penting dalam

“kemodernan” al-Amanah, karena peranannya yang amat besar untuk

membuka pintu-pintu ilmu. Oleh sebab itu, bahasa keseharian yang dipakai di

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ini adalah bahasa Arab dan Bahasa

Inggris.

Fokus kajian pada penelitian ini adalah terkait dengan sejarah dan

perkembangan pondok pesantren yang berkembang secara pesat baik ditinjau

dari segi fisik atau bangunan dan aktivitasnya. Dalam penelitian ini penulis

akan mengungkap perubahan-perubahan apa saja yang nampak pada

pesantren mulai dari awal berdirinya pada tahun 1992 hingga kesuksesan

yang diraih di tahun 2016 ini.

Alasan pemilihan tahun dari tahun 1992-2016 dikarenakan pada tahun

(17)

7

memiliki pondok (tempat mukim) serta mulai ada santri yang menetap disana.

Sedangkan tahun 2016 dipilih karena pada tahun ini KH. Nurcholis Misbah

masih berjuang melebarkan sayapnya dengan membangun gedung baru yang

akan ditempati oleh Madrasah Aliyah. Pada tahun 2016 ini masih banyak

perubahan yang akan dilakukan. Dengan adanya perubahan yang terjadi,

maka pondok pesantren ini sudah bisa dikatakan berkembang dan mengalami

kemajuan. Perkembangan dan kemajuan inilah yang perlu diperhatikan dan

ditulis sebagai adanya bukti sejarah.

Kegigihan dan ketekunan KH. Nurcholis Misbah dalam membangun

pesantren yang penuh dengan kreativitas dan karakter tersebut menjadikan

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah mempunyai tempat yang cukup

dipandang oleh masyarakat dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan

lainnya.Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo(Tinjauan Historis dan Aktivitasnya Tahun 1992-2016 M)”.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa objek dalam penelitian ini

adalah Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo.

Fokus penelitian ini adalah terkait tentang sejarah dan perkembangan Pondok

Pesantren Modern Al-Amanah tahun 1992-2016. Oleh karena itu dapat

dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di

(18)

8

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah di

Junwangi, Krian, Sidoarjo Tahun 1992-2016?

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap eksistensiPondok Pesantren

Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Segala aktivitas yang dilakukan, pasti tidak terlepas dari tujuan atau

maksud yang hendak dicapai, begitu juga dalam penelitian ini seperti yang

dikatakan oleh Sutrisno Hadi dalam buku Metodologi Research, bahwa suatu

research khususnya dalam ilmu pengetahuan empirik pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji suatu kebenaran

pengetahuan.8

Begitu pula dengan penelitian ini mempunyai maksud dan

tujuan.Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Modern

al-Amanah, Junwangi, Krian, Sidoarjo

2. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Modern al-Amanah,

Junwangi, Krian, Sidoarjo tahun 1992-2016

3. Untuk mengetahui dan menganalisis respon masyarakat terhadap

eksistensiPondok Pesantren Modern al-Amanah, Junwangi, Krian,

Sidoarjo

D. Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

8

(19)

9

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang kajian

sejarah, yang harus kita ketahuai dan kita jaga serta kita lestarikan.

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pengayaan literatur sejarah

pondok pesantren modern khususnya di kota Sidoarjo

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi jurusan Sejarah dan Kebudayaan, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai informasi dan bahan pembelajaran mengenai sejarah

yang masih ada hingga saat ini, khususnya di daerah Sidoarjo.

b. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan wacana

untuk memperluas pengetahuan, serta diharapkan penulis dan semua

pihak yang berkepentingan dapat melihat secara jelas, bahwa disekitar

kita masih terdapat sejarah yang perlu diungkap kebenarannya dan

harus diketahui.

c. Bagi pembaca, penelitian ini bisa memberikan gambaran mengenai

perkembangan pondok pesantren modern al-Amanah khususnya dan

pengaruhnya terhadap masyarakat. Selain itu, pembaca dapat menilai

secara kritis, analitis serta dapat mengambil hikmah dari

perkembangan dalam pondok pesantren modern al-Amanah

khususnya.

d. Bagi umum, dapat digunakan sebagai informasi dalam pengembangan

(20)

10

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Berkaitan dengan judul yang dibahas, maka dalam melakukan

rekontruksi sejarah, pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan ini

adalah mengunakan pendekatan historis dan pendekatan Sosiologi.

Penggunaan pendekatan historis ini diharapkan bisa menampilkan

kronologi sejarah secara runtut, karena suatu realitas itu tidak berdiri sendiri

melainkan ada hal-hal yang mempengaruhinya.9 Pendekatan historis

dilakukan dengan menelusuri sumber-sumber pada masa lampau.10 Maka

dalam hal ini penulis akan menelusuri sumber-sumber yang berkaitan dengan

faktor pendukung yang mempengaruhi perkembangan Pondok Pesantren

Modern al-Amanah, terutama tentang peluang dan tantangan yang dihadapi,

sehingga penulis bisa mengungkap sejarah danperkembangan Pondok

Pesantren Modern al-Amanah secara kronologis.

Sedangkan Pendekatan Sosiologi digunakan untuk mengungkap

bagaimana kondisi masyarakat saat didirikannya Pondok Pesantren Modern

al-Amanah sehingga pondok ini bisa berkembang pesat hingga sekarang.

Disamping menggunakan pendekatan historis dan pendekatan

sosiologi, dalam penelitian ini penulis juga menggunakan suatu teori yang

digunakan untuk menganalisis sehingga suatu kajian sejarah jauh lebih

menarik dan ilmiah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

9

D.N. Aidit, Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis (Jakarta: Jajasan Pembaharuan, 1962), 127.

10

(21)

11

adalahteorisiklus yang digagas oleh Arnold J. Toynbee. Menurut

Toynbeegerak sejarah berjalan melalui tingkatan-tingkatan sebagai berikut11:

1. Genesis of Civilitation (Lahirnya kebudayaan)

Suatu kebudayaan terjadi atau muncul karena adanya Challenge and Respon, tantangan dan jawaban antara manusia dan alam sekitar. Alam sebagai tempat tinggal manusia, tidak selamanya akan memenuhi

kebutuhan manusia. Dan manusia tidak akan selamanya terlena akan

kekayaan alam yang ada tanpa harus diolah dan dilestarikan. Alam akan

memberikan tantangan kepada manusia untuk memberikan pengalaman

hidup yang akan berkembang menjadi suatu kebudayaan.Setelah alam

memberi tantangan kepada manusia, kemudian manusia pun memberi

jawaban akan tantangan alam sehingga menimbulkan suatu kebudayaan.

2. Growth of Civilitation (Perkembangan Kebudayaan)

Dari kondisi alam yang baik sehigga menimbulkan lahirnya

kebudayaan. Selanjutnya kebudayaan tersebut mengalami perkembangan,

yang digerakkan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak kebudayaan itu.

Pihak-pihak kebudayaan itu adalah suatu kelompok manusia yang

menjadi sebuah masyarakat.

11Radit, “Teori Sejarah Menurut ARNOLD J. TOYNBEE”, dalam

http://indonesiadalamsejarah.blogspot.co.id/2014/04/teori-sejarah-menurut-arnold-j-toynbee.html

(22)

12

3. Decline of Civilitation (Kemerosotan Kebudayaan)

Kehancuran atau kemerosotan suatu kebudayaan diakibatkan karena

tidak adanya daya tarik lagi dalam kebudayaan itu serta kehilangan

kewibawaan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa siklus

sejarah memberikan pandangan bahwa dalam suatu kebudayaan ada masa

kemunculannya, perkembangan dan kehancuran. Demikian pula dengan

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah juga mengalami masa Lahir dan

perkembangan. Untuk saat ini, Pondok Pesantren Modern Al-Amanah telah

menempuh dua fase yang pertama, yaitu kelahiran dan perkembangan.

Lahirnya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah disebabkan karena adanya

tantangan dari alam dan jawaban yang digagas oleh manusia. Dalam hal ini,

tantangan yang terlihat adalah sebuah zaman globalisasi yang menyebabkan

kurangnya moral sehingga KH. Nurcholis Misbah tertantang untuk

membangun pondok yang bisa menjawab tantangan zaman.

Dalam fase kedua, yakni perkembangan kebudayaan, Pondok

Pesantren Modern Al-Amanah juga mengalami perkembangan yang pesat

karena mampu menggerakkan dan membuat inovasi-inovasi yang baru

sehingga bisa menjawab tantangan zaman yang menimbulkan daya tarik

terhadap masyarakat. Selama masih mempunyai daya tarik dan kewibawaan

yang cukup, maka Pondok Pesantren Modern Al-Amanah akan mampu

(23)

13

F. Penelitian terdahulu

Penulis belum pernah menemukan tulisan ilmiah yang memfokuskan

pada tulisan tentang sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Modern

al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo tahun 1992-sekarang.

Dalam penelitian terdahulu dari berbagai penelusuran yang telah

penulis lakukan terhadap berbagai literatur, telah ditemukan beberapa karya

ilmiah yang membahas tentang Pondok Pesantren Modern al-Amanah

Junwangi, Krian, Sidoarjo. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ely Khurnia,“Sistem Organizing Pondok Pesantren Modern Al- Amanah Junwangi Krian- Sidoarjo”.Surabaya: Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel, 2014. Adapun fokus pembahasannya adalah tentang

sistem pengorganisasian di Pondok Pesantren Modern al-Amanah

Junwangi, Krian, Sidoarjo. Disini peneliti terdahulu memaparkan tentang

bagaimana proses pembagian tugas yang baik dalam sebuah organisasi.

Hal ini jelas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan sekarang

karena penulis lebih menekankan pada sejarah dan perkembangan

Pondok Pesantren Modern al-Amanah.

2. Maziyyatul Muslimah, “Studi Analisis Kemampuan Siswa Kelas II IPA

Dalam Ta’bir Syafawi di MA Bilingual Krian Sidoarjo”,Surabaya:

Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2013. Adapun ruang

lingkup pembahasan dalam skripsi terdahulu lebih kecil karena hanya

(24)

14

Bilingual. Sedangkan untuk skripsi ini tentang sejarah perkembangan

Pondok Pesantren Modern al-Amanah.

3. Nurut Toharotul Qibtiyah,“Strategi Membangun Citra (Building Image) Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Krian-Sidoarjo”,Surabaya: Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel, 2013. Adapun fokus

pembahasannya adalah tentang Strategi Pondok Pesantren Modern

al-Amanah dalam membangun citra di mata masyarakat. hal ini jelas

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis karena penulis

memfokuskan kajiannya tentang sejarah dan perkembangan Pondok

Pesantren Modern al-Amanah.

4. Mardwi Asdiyanto, “Studi Korelasi Pemahaman Materi Al-Akhlaq Lil Banin dengan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi Krian sidoarjo”, Surabaya: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2005. Adapun fokus pembahasannya adalah tentang

akhlak santri dalam pengaplikasian pemahaman materi Al-Akhlak Lil Banin.

5. Intan Instina Zahra, “Pengaruh Interaksi Guru dan Santri Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern al-Amanah Junwangi Krian”,Surabaya: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2004. Adapun fokus bahasan skripsi ini adalah tentang pengaruh hubungan

guru dan santri terhadap prestasi belajar Bahasa Arab, sedang dalam

penelitian yang penulis tulis adalah tentang tinjauan historis dan aktivitas

(25)

15

6. Nuril Trisniawati, “Analysis of Grammatical Errors in Speaking English

By Students AT Islamic Modern Boarding School “Al-Amanah” Krian”,

Surabaya: Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel,

2014. Adapun fokus pembahasan dalam skripsi terdahulu ini adalah

tentang kesalahan tata bahasa dalam percakapan santri di pondok

pesantren modern al-Amanah. Sedang dalam penelitian yang penulis tulis

adalah tentang kajian historisnya.

7. Muh. Nur Salim, “Etos Belajar Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi-Krian”,Surabaya: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel, 2001. Adapun fokus pembahasannya adalah tentang

semangat belajar santri di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah. Dalam

penelitian terdahulu ini penulis mendiskripsikan faktor-faktor apa saja

yang dapat mempengaruhi etos belajar santri. Sedangkan dalam

penelitian yang akan penulis tulis, terkait dengan sejarah dan

perkembangan Pondok Pesantren Modern al-Amanah.

Dari sekian penelitian terdahulu, fokus bahasan mereka lebih banyak

mengenai aktivitas sosial santriwan-santriwati dan materi pembelajaran yang

diajarkan di Pondok pesantren Modern al-Amanah. Sedangkan dalam fokus

penelitian ini, penulis lebih menekankan pada sejarah dan perkembangan

Pondok Pesantren Modern al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo Tahun

1992-2016.

Dengan demikian, maka kesimpulan dari penelitian yang terdahulu

(26)

16

sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi ini otentik. Penelitian

ini akan menekankan sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Modern

al-Amanah tahun 1992-2016. Ini yang belum memperoleh perhatian dalam

penelitian terdahulu.

G. Metode Penelitian

Kata metode berasal dari Bahasa Yunani yaitu mothodos yang berarti cara atau jalan. Metode sejarah merupakan cara atau teknik dalam

merekontruksi peristiwa masa lampau, melalui empat tahap yang harus

ditempuh dalam metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan

historiografi.12 Melalui metode ini, penelitian diarahkan untuk selalu

mengutamakan aspek rasionalitas agar diperoleh hasil yang dapat dipercaya,

terhadap data yang ditemukan. Melalui tahapan metode sejarah ini, penulis

berusaha menjelaskan tentangsejarah dan perkembangan Pondok Pesantren

Modern Al-Amanah di Junwangi, Krian, Sidoarjo tahun 1992-2016. Adapun tahapan-tahapan metode penelitian sejarah dijelaskan sebagai berikut

1. Heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber atau data)

Adalah kegiatan mengumpulkan berbagai sumber atau data sejarah

yang mempunyai hubungan dengan penulisan penelitian ini. Adapun

penegertian sumber sejarah adalah segalah sesuatu yang bisa dipergunakan

sebagai alat atau bahan untuk merekontruksi, mendeskripsikan atau

melukiskan kembali peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau. Terkait

dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian

12

(27)

17

kualitatif, sehingga teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah

mengunakan observasi ataustudi lapangan, yaitu dengan cara mengkaji, menelaah atau memeriksa berbagai sumber atau data yang terkait, baik itu

sumber atau data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari

lapangan.

Sumber primer dari penelitian ini adalah terkait dengan SK

Pendirian Pondok dan sekolah-sekolah yang ada dalam lingkungan

pondok, daftar santriwan-santriwati, hasil wawancara kepada yang

bersangkutan atau pelaku sejarah dan buku-buku karya KH. Nurcholis

Misbah, diantaranya seperti buku yang berjudul Kecil Biasa, Muda Biasa,

Tua Juga Biasa (Seri I).

Sedangkan sumber sekunder dari penelitian ini berupa buku-buku

literatur yang berkaitan dengan perkembangan pondok pesantren dan

tulisan-tulisan dari KH. Nurcholis Misbah serta catatan-catatan

santriwan-santriwati terkait perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah.

2. Verifikasi Sumber.

Setelah data terkumpul, maka yang harus dilakukan adalah

menyeleksi, menilai, menguji untuk mendapatkan keabsahan sumber.

Verifikasi ini digunakan untuk menentukan otentisitas (keaslian sumber)

dan kredibilitas (tingkat kebenaran informasi) sumber sejarah.13 Verifikasi

ini terdiri dari:

13

(28)

18

a. Kritik Ekstern (Otentisitas)

Yaitu suatu usaha meneliti atau menguji keaslian sumber yang

telah diperoleh, sehingga validitas sumber tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

b. Kritik Intern (Kredibilitas)

Yaitu suatu usaha setelah mengetahui asli atau tidaknya data

atau dokumen yang didapatkan selanjutnya di teliti kebenarannya dan

kesesuaiannya dari isi data tersebut.14 Dalam artian apakah data

tersebut bisa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam

melakukan penelitian.

Dalam penelitian ini dilakukan kritik intern, dengan cara membaca,

mempelajari, memahami dan menelaah secara mendalam berbagai sumber

yang telah didapatkan. Langkah berikutnya adalah membandingkan antara

isi sumber yang satu dengan yang lain guna menemukan keabsahan

sumber dan mengambil data yang bisa dipercaya. Melalui kritik tersebut,

diharapakan agar penulisan skripsi ini dapat menggunakan sumber yang

dapat dipertanggungjawabkan.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran juga disebut analisis sejarah, analisis

berarti menguraikan. Analisis sejarah adalah menguraikan sumber-sumber

atau data-data yang telah dikumpulkan, dikritik, dibandingkan kemudian

14

(29)

19

disimpulkan agar dapat dibuat penafsiran sehingga bisa diketahui

kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang dibahas.

Upaya yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis

peristiwa-peristiwa sejarah berdasarkan data yang telah dikumpulkan

dengan maksud agar dapat menguasai masalah yang dibahas. Selanjutnya

dilakukan sintesis sebagai penyatuan data yang telah diperoleh sesuai

dengan kerangka penulisan.

4. Historiografi

Historiografi merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah.

Historiografi adalah penulisan, pemaparan atau pelaporan dari hasil

penelitian.15 Pada laporan penelitian ini penulis berusaha menuangkan

fakta-fakta yang diperoleh dari berbagai sumber yang diperoleh, baik itu

sumber primer ataupun sumber sekunder sehingga bisa menghasilkan

karya ilmiah yang bisa diperhitungkan dalam khazanah keilmuan

khususnya yang berkaitan dengan historiografi Islam.

H. Sistematika Pembahasan

Agar bisa memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka

diperlukan sebuah sistemasi terhadap isi dengan membagi dalam beberapa

bab dan masing-masing bab akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Dalam

penelitian ini terdiri lima bab, adapun sistematika bahasan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

15

(30)

20

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian dan

sistematika bahasan. Intinya bab ini merupakan pengantar secara sekilas

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.

Pembahasan mengenai metodologi juga diuraikan dengan menggunakan

beberapa teori sebagai bahan landasannya.

Bab kedua merupakan langkah awal pembahasan yang berisi

penjelasan mengenai sejarah berdirinyaPondok Pesantren Modern al-Amanah

yang menjelaskan tentang latar belakang birdirinya pondok pesantren modern

al-Amanah dan orang-orang yang berperan dalam pendirian pondok pesantren

modern al-Amanah.

Bab ketiga akan menjelaskan mengenaiperkembanganPondok

Pesantren Modern al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo. Dalam bab ini

penulis memaparkan mengenai perkembangan Pondok Pesantren Modern

al-Amanah, baik ditinjau dari segi lembagapendidikan, sarana dan pra-sarana,

jumlah santri dan pengurus.

Pada bab empat akan dipaparkan tentangrespon masyarakat terhadap

eksistensiPondok Pesantren Modern al-Amanahterhadap masyarakat.

Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan

(31)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MODERN

AL-AMANAH DI JUNWANGI-KRIAN-SIDOARJO

A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

Pengertian sejarah secara obyektif adalah peristiwa yang telah

dialami oleh manusia pada masa lalu. Sidi Gazalba sebagai seorang

budayawan telah menafsirkan sejarah lebih luas, sejarah adalah gambaran

masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang

disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta tersebut dengan

tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang

apa yang berlaku.1

Dalam sejarah terdapat tiga unsur penting yang saling

berhubungan, yaitu: manusia sebagai pelaku sejarah, ruang yang

menunjukkan tempat/lokasi peristiwa terjadi dan waktu yang menunjukkan

kapan terjadinya suatu peristiwa.2 Dalam merekonstruksi sejarah, ketiga

unsur tersebut harus ditampilkan agar bisa menjelaskan secara aktual dan

kronologis. Suatu peristiwa bisa dikatakan sejarah apabila peristiwa

tersebut bisa mempengaruhi dan mengubah lingkup sosial dan mempunyai

arti penting dari aktualitas manusia masa lampau tersebut.

1

Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu (Jakarta: Bratara, 1966), 11.

2

(32)

22

Sebagai suatu peristiwa masa lampau, maka sejarah memiliki

karakteristik tertentu. Adapun karakteristik yang dimaksud yaitu3:

1. Peristiwa sejarah bersifat unik, artinya hanya sekali terjadi

2. Peristiwa dalam sejarah ditunjukkan dengan adanya suatu perubahan.

3. Peristiwa terjadi karena bersifat kausalitas atau sebab-akibat

4. Memenuhi arti penting dalam kehidupan manusia.

Dalam sejarah bercerita tentang peristiwa yang satu dengan yang lain,

bagaimana satu peristiwa terjadi akibat dari peristiwa sebelumnya, dan

bagaimana peristiwa yang lain menimbulkan peristiwa berikutnya.4 Hal ini

sesuai dengan salah satu karakteristik pada nomor tiga yakni bersifat

kausalitas. Oleh sebab itu, mengkaji tentang latar belakang atau

sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa diperlukan dalam kajian sejarah.

Begitu pula dengan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah, pasti ada

faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya pondok pesantren ini.

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah didirikan oleh seorang kiai yang

cukup sederhana bernama KH. Nurcholis Misbah. Kiai yang awalnya

hanya seorang perantau biasa yang bercita-cita luar biasa, yaitu mendirikan

sebuah pesantren yang bisa mengembangkan intelektual dan spiritual,

pesantren yang proses belajarnya berjalan 24 jam, serta sebuah pesantren

yang bisa memberikan santri-santrinya sebuah pengalaman dengan cara

memberikan teori-teori dan disertai dengan praktek.

3

Ibid., 8.

4

(33)

23

Jadi tidak hanya teori saja yang diberikan tetapi juga

mempraktekkannya dan menerapkan dalam tindakan sehari-hari sehingga

menjadi kebiasaan yang positif.Misalnya seperti selalu berbicara baik dan

sopan kepada orang tua, disiplin dalam mengatur waktu dalam artian

menggunakan waktu luang dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat

dan taat dalam beribadah.

Semua impian itu dilatarbelakangi oleh keluarga KH. Nurcholis

Misbah yaitu kakek dan nenek yang juga memiliki sebuah pesantren.

Terlahir dari keluarga yang mempunyai spiritualitas tinggi dan dibesarkan

dalam lingkungan pesantren, mendorong beliau untuk bisa melakukan hal

yang sama seperti kakek dan neneknya untuk mendirikan pesantren dan

meneruskan dakwah Islam. Tidak hanya itu, saat memasuki jenjang

sekolah, beliau juga menuntut ilmu dilingkungan pesantren sehingga

banyak relasi yang beliau kenal di pesantren. Sejak kecil sudah hidup

dilingkungan pesantren, tentunya mendorong beliau memimpikan untuk

mendirikan pesantren pula.5

Keluarga adalah guru pertama yang menjadi penentu utama dalam

membentuk kepribadian dan karakter anak. Sosialisasi yang baik dan

pembiasaan terus menerus yang diterapkan dalam keluarga, baik berupa

pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan dan nilai-nilai kultur

masyarakatnya dapat menumbuhkan dan membentuk kepribadian individu.

Dengan kata lain, seluruh kompleksitas dari kelakuan, pikiran dan

5

(34)

24

perasaan itu secara tidak sadar telah terbentukdengan adanya pengalaman

individu dan kultur masyarakatnya.6Individu tidak hanya dibentuk oleh

kultur, tetapi juga turut membentuk, mengubah dan mempertahankan suatu

kultur tersebut.7

Demikian pula dengan KH. Nurcholis Misbah yang memiliki banyak

pengalaman di pesantren, membentuk pribadi beliau menjadi pribadi yang

tangguh, berwibawa dan memiliki kepribadian yang baik. Pengalaman

beliau di pesantren, tentunya memberikan pengetahuan yang luas tentang

mana pesantren yang baik dan kurang baik. Sehingga membuat beliau

berkeinginan untuk mendirikan sebuah pesantren sendiri dengan

mengubah hal-hal yang kurang baik serta mempertahankan yang

baikdalam pesantren yang beliau impikan.

B. Proses Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah adalah sebuah lembaga

pendidikan Islam yang terletak di Dsn. Kwagen, Ds. Junwangi, Kec.

Krian, Kab. Sidoarjo. Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

telah memberikan wacana baru bagi dunia pendidikan Islam khususnya di

daerah Krian karena pada saat itu masih jarang sekali ada pondok

pesantren yang berbasis modern.8 Disamping itu, Pondok Pesantren

Modern Al-Amanah juga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang

memberikan pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta

6

Sartono Kartodirdjo, Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah (Yaogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990, Cet. 2), 38-40.

7

Ibid., 38.

8

(35)

25

kepribadian diri individu yang tidak hanya menekankan pada aspek

moralitas Islami (keagamaan) saja, tetapi juga pada aspek-aspek

keterampilan yang kompeten. Keterampilan dalam hal ini adalah

keterampilan dalam mengaplikasikan bahasa asing (Bahasa Arab dan

Bahasa Inggris) secara produktif.

Berdirinya Pondok Pesantren Modern al-Amanah adalah

wujudidealisme dari pendirinya, yaitu KH. Nurcholis Misbah. Dalam

sejarahnya, sebelum terwujudnya Pondok Pesantren Modern al-Amanah di

Junwangi Krian, KH. Nurcholis Misbah telah mencoba untuk mendirikan

sebuah pusat pengembangan Islam (Islamic Center) di Mojosantren, desa yang tidak jauh dari desa Junwangi. Hal ini tidak terlepas dari perjalanan

hidup beliau yang pernah menjalani kehidupannya di Mojosantren.

Pada tahun 1984, beliau berdomisili di Mojosantrendan memulai

untuk menyiarkan agama Islam. Upayanya tersebut mendapat respon

positif dari masyarakat sekitar.9 Hal ini tercipta karena Desa Mojosantren

dahulunya terkenal sebagai desa santri yang kemudian mengalami

pergeseran karena industri. Sehingga semangat untuk mengembalikannya

menjadi desa santri lagi mendapat sambutan yang positif dari warga desa.

Langkah pertama yang diambil oleh beliau adalah mengadakan

berbagai kegiatan, diskusi, dan pengajian dengan aneka lapisan

masyarakat. kemudian setelah berbagai kegiatan tersebut terlaksana

9Khutma‟ul Isti‟adah, “Studi Tentang Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Din

(36)

26

dengan baik, mulailah beliau mengumpulkan para tokoh masyarakat untuk

menyampaikan gagasan beliau mendirikan Pusat Pengembangan Islam.

Gagasan tersebut mendapat sambutan luar biasa, baik dari kaum

muda, sesepuh dan para pengusaha. Dalam waktu singkat suasana

keagamaan di desa Mojosantren mulai terasa. Pembangunan gedung yang

telah direncanakan juga mulai terealisasi, sumbangan dari tokoh

masyaraakat mulai mengalir lancar dan dalam waktu singkat

pembangunan gedung lantai pertama hampir selesai. Namun tak terduga,

ada perbedaan cara dalam membangun dan mengambangkan Pusat

Pengembangan Islam tersebut. Sehingga timbul kesalahpahaman yang

mengakibatkan sebagian masyarakat marah dan memutuskan

dukungannya hingga bangunan tidak bisa dilanjutkan.10

Kemudian pada tahun 1987, beliau memutuskan untuk hijrah dan

mulai mencari tempat baru yang bisa menerima gagasan beliau. Dari

beberapa desa yang beliau lihat, yang menurut beliau cocok adalah desa

Junwangi. Tempatnya sekitar 1 km dari desa Mojosantren. Di desa

Junwangi beliau sekeluarga memenpati rumah kontrakan yang cukup

sederhana.

Kegagalan beliau di Mojosantren memberikan pelajaran yang

cukup berharga bagi beliau. Sehingga untuk mewujudkan idealismenya,

beliau menggunakan cara yang berbeda dari cara yang telah diterapkannya

sebelumnya. Di desa Junwangi beliau tidak banyak melibatkan tokoh

10 Nurut Toharotul Qibtiyah, “Strategi Membangun Citra (

(37)

27

masyarakat. Apalagi kondisi masyarakat di desa Junwangi, masyarakatnya

minim sekali pengetahuan agamanya, hal ini dibuktikan dengan

banyaknya masyarakat yang melakukan kebiasaan bermain judi, remi,

domino dan catur.

Disamping itu, pemuda-pemudinya juga banyak yang jadi

pengangguran sehingga waktunya terbuang sia-sia digunakan untuk

“cangkruk”. Bahkan desa ini terkenal di desa tetangga sebagai tempat

bermain judi.11Selain itu, satu musholla kecil di desa itu juga tak ada

jamaahnya kecuali pemilik musholla dan seorang putranya.

Dalam merealisasikan gagasan beliau dalam mendirikan pesantren,

beliau mulai dari langkah-langkah kecil. Pertama, beradaptasi dengan para

pemuda dan masyarakat sekitar dengan cara bergaul, mengalir, mengikuti

kegiatan masyarakat, khusunya kaum muda seperti ikut bermain catur

dengan harapan mereka menerima kehadiran beliau. Hal ini dilakukan

bukan bermaksud untuk ikut-ikutan terjerumus, tetapi pendekatan ini

beliau lakukan atas nama dakwah agama.

Kedua, pelan-pelan beliau memberikan teladan, semisal ketika

masuk waktu shalat, beliau dengan istri berangkat ke mushalla.12 Beliau

berusaha untuk menghidupkan mushalla kecil dengan aktif berjamaah

shalat lima waktu, khususnya maghrib, isya dan subuh. Hal itu mendapat

respon positif dari sebagian masyarakat, sedikit demi sedikit mulai banyak

yang mengikuti.

11

Nur Rohim, Wawancara, Sidoarjo, 18 April 2016

12Nurut, “Strategi Membangun”

(38)

28

Setelah musholla mulai hidup, muncul gagasan baru untuk

mengadakan pengajian bagi anak-anak kecil. Sedikit demi sedikit mulai

terjadi perubahan yang baik. Namun melihat hasil pengajian di Mushalla

kurang memuaskan, maka beliau memutuskan untuk membuka pengajian

anak-anak kecil di rumah kontrakannya.

Di rumah kontrakan yang cukup sederhana, beliau bersama

istrinya, Ibu Rif‟atul Mahmudah mulai menerima santri putri anak

tetanggadan mengajari mengaji al-Qur‟an. Sedikit demi sedikit mulai ada beberapa anak tetangga lainnya yang ikut mengaji. Melihat semakin

banyak anak yang datang mulailah beliau mengumpulkan dana untuk

pembangunan tempat yang digunakan untuk mengaji. Sedikit demi sedikit

beliau mengumpulkan dana untuk membeli batu bata dan pasir. Langkah

kecil tahap demi tahap telah beliau lalui. Hingga berhasil untuk

membangun pondasi pada tanah wakaf yang diberi oleh Ibu Kamsini.

Seiring berjalannya waktu, dua ruang kamar telah berupa

bangunan. Satu ruang digunakan untuk langgar dan satu lainnya digunakan

sebagai asrama. Hanya berbekal dua ruang tersebut, KH. Nurcholis

Misbah mulai menegaskan langkahnya dengan meresmikan dan

mendaftarkan pondok pesantren yang beliau bangun. Tepatnya pada bulan

Agustus tahun 1992, Pondok Pesantren Modern Al-Amanah telah terdaftar

di Kantor Departemen Agama Kabupaten Sidoarjo sebagai TPA/TPQ

(39)

29

Madrasah Diniyah juga terdaftar di Kantor Departemen Agama Kabupaten

Sidoarjo dengan nomor Kd. 13. 15 / 4 PP. 008 / 1351/ 2007.

Pendirian Pondok Pesantren Modern Al-Amanah ini ditandai

dengan diadakannya sebuah pengajian umum sebagai simbol

peresmiannya. Ketika itu beliau mendatangkan Ibu Uci Nurul Hidayati

(Pasuruan) dan KH. Sholeh Qosim (Sepanjang) sebagai penceramah.

Pengajian itu berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi babak baru dalam

upaya mewujudkan pondok pesantren.13 Seiring berjalannya waktu,

jumlah santri semakin bertambah dan satu, dua mulai ada yang datang dari

luar desa. Lalu pada tahun 1993, mulai ada dua santri dari desa tetangga

yang mukim dan tinggal di pondok.14

Sementara itu, untuk merumuskan karakter pesantren yang beliau

rintis, beliau mengunnjungi banyak pesantren untuk menentukan bentuk

pesantren yang akan beliau bangun. Dari banyak pesantren yang telah

beliau kunjungi, akhirnya beliau memutuskan untuk berkiblat pada

pesantren modern. Modern dalam hal ini mempunyai arti bahwa pesantren

yang beliau dirikan adalah sebuah pesantren yang cara berfikirnys lebih

terbuka dan lebih bisa menerima sesuatu hal yang baru.

Disamping itu, alasan beliau memilih bentuk pesantren modern

karena di daerah sidoarjo pada saat itu kurang adanya persaingan,

13Intan Instina Zahra, “Pengaruh Interaksi Guru dan Santri terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab

di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi Krian Sidoarjo”, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah, Surabaya, 2004).

14

(40)

30

sehingga lebih banyak peluang untuk bisa berkembang secara pesat.15 Hal

ini terbukti dari jumlah santri yang semakin bertambah tahun maka

bertambah pula santri yang mondok. Hingga sekarang santri yang mukim

mencapai± 1.500 santri. Dengan segala upaya dan usahanya, beliau kini

berhasil mewujudkan cita-citanya yang mulia dan luar biasa.

C. Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok

Pesantren Modern Al-Amanah

1. Pada Awal Pendirian Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

a. KH. Nurcholis Misbah

1) Biografi KH. Nurcholis Misbah

KH. Nurcholis Misbah atau lebih dikenal dengan

panggilan “Cak Nur” lahir pada tanggal 15 Agustus 1959 di

Sumbersari, Kediri. Ayahnya bernama Misbah. Awalnya nama

beliau hanya Nurcholis yang artinya cahaya yang bersih.

Namun karena banyaknya orang yang juga menggunakan

nama itu, akhirnya untuk membedakannya beliau

mencantumkan nama ayahnya dibelakang namanya.16

Saat kecil, beliau tinggal bersama tiga saudaranya dan

kedua orang tuanya. Ibunya bekerja sebagai penjual daging

kambing, setiap pagi beliau mendapat tugas untuk

mengantarkan daging kambing ke tempat penjualan di pasar

15

Ibid.

16

(41)

31

untuk dijual. Hidup dalam keterbatasan ekonomi, membuat

beliau belajar bekerja keras.

Masa kecilnya ia habiskan di Kediri, selama disana

beliau menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Kedungsari.

Kemudian saat malam hari, beliau belajar mengaji disebuah

masjid dekat rumahnya, yaitu masjid milik Kyai Mughni.

Disana beliau belajar mengenai huruf-huruf arab, cara

membaca dan menulis al-Qur‟an dengan benar, tajwid dan bacaan-bacaan shalat.

Semua pelajaran beliau ikuti dengan baik, tetapi hanya

satu pelajaran yang sulit beliau ikuti yaitu hafalan. Karena

tidak bisa menghafal doa qunut, beliau harus turun tingkat,

kembali mengikuti ngaji dari awal lagi. Lalu karena malu dan

bosan akhirnya beliau pindah ngaji ke masjid gupit, tempatnya

lumayan jauh dari rumah, letaknya di ujung desa.

Kemudian stelah lulus dari SD, beliau pindah ke

Jombang. Disana beliau tinggal disebuah desa yang dikelilingi

dengan pesantren, di sebelah timur ada Darul Ulum Rejoso, di

sebelah barat ada Mambaul Ulum Den Anyar, di sebelah utara

ada Tambak Beras dan di selatan ada Tebuireng.

Selama empat tahun tinggal di Jombang, beliau

bersekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA) Kauman Utara

(42)

32

Tambak Beras. Disana beliau mempelajari Fiqh (Fathul

Qorib), Nahwu (Imrithi) dan Sejarah (Khulasoh Nurul Yaqin).

Kemudian beliau masuk ke sebuah pesantren di Kediri,

yaitu Pesantren al-Hikmah, Purwoasri. Pada awalnya beliau

tidak terbiasa dengan hidup seorang santri. Saat menjadi santri

beliau termasuk anak yang nakal, jarang mengikuti ngaji,

sering dimarahi kyai, dan suka berkelahi. Selama dua setengah

tahun beliau menghabiskan waktunya untuk nyantri disana.

Kemudian setelah lulus, beliau melanjutkan kuliah ke

Yogyakarta. Kurang lebih sekitar 5 tahun beliau tinggal di

Yogyakarta. Namun sayang beliau mengenyam bangku kuliah

tidak sampai selesai. Beliau lebih aktif di kampung tempat

tinggalnya daripada di kampus. Pengalam beliau yang penuh

dengan suka cita dan lama tinggal di pesantren mendorong

beliau untuk membangun sebuah pesantren impian.

2) Peranannya dalam perkembangan Pondok Pesantren Modern

Al-Amanah

KH. Nurcholis Misbah adalah pendiri Pondok

Pesantren Modern Al-Amanah. Statusnya sebagai kiai sangat

disegani dan dihormati oleh santri-santrinya. Kiai adalah figur

yang berperan sebagai penyaring informasi dalam memacu

(43)

33

sekitarnya.17 Ciri budaya pesantren yang komunal

menempatkan kiai sebagai pencetus gagasan dan penjaga

tradisi keagamaan. Sehingga kiai mempunyai peran sebagai

penyampai/memberikan informasi-informasi baru dari luar

lingkungan yang dianggap baik dan membuang informasi yang

dianggap kurang baik.18

Istilah kiai mempunyai pengertian yang plural.

Menurut asal-usulnya, perkataan kiai dalam bahasa Jawa

dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda. diantaranya

sebagai berikut:

a) Sebutan gelar kehormatan bagi barang-barang yang

dianggap keramat; umpamanya, Kiai Garuda Kencana

dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton

Yogyakarta.

b) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

c) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli

agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin

pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada

para santrinya. Selain gelar kiai, ia juga sering disebut

17

Hiroko Horikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial (Jakarta: P3M, ), 232-236.

18

(44)

34

seorang „alim (Orang yang pengetahuan keIslamannya

luas).19

Dari ketiga jenis asal-usul gelar kiai diatas, maka dalam hal

ini kiai yang dimaksud disini adalah gelar kiai pada nomor tiga,

gelar kiai yang didapatkan karena telah memiliki dan menjadi

pemimpin di pesantren.

Figur KH. Nurcholis Misbah yang menjadi pemimpin dari

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah memiliki peranan yang

cukup besar bagi tumbuh kembangnya Al-Amanah. Dalam hal ini

peran beliau terhadap Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

sangat kuat. Sebagaimana yang telah dituliskan oleh Hiroko diatas,

bahwa kiai berperan sebagai penyaring informasi. Maka KH.

Nurcholis Misbah juga berperan dalam menyaring informasi dari

luar lingkungan dan mengambil yang baik untuk dijadikan

panduan dalam membangun Pondok Pesantren Modern

Al-Amanah.

Disamping itu, sebagai sentral dalam komunitas pesantren.

Maka segala keputusan yang dibuat oleh KH. Nurcholis Misbah

juga sangat berpengaruh dalam membawa pesantren mencapai

tujuan. Dengan demikian, beliau menjadi tokoh kunci yang

19

(45)

35

menentukan corak kehidupan pesantren yang telah dibangunnya.

Mau dikembangkan kearah mana pesantren yang telah beliau

bangun.Selain itu, Sebagai seorang yang diidolakan oleh

santri-santrinya, beliau juga sangat berperan dalam memberikan

wejangan dan motivasi kepada para santrinya.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

tiga peran yang telah dimainkan oleh KH. Nurcholis Misbah dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah,

diantaranya sebagai berikut:

1) Sebagai penyaring informasi dari luar lingkungan pesantren

untuk dijadikan panduan dalam membuat perubahan dan

inovasi-inovasi baru bagi perkembangan Pondok Pesantren

Modern Al-Amanah yang lebih baik.

2) Sebagai pembuat keputusan dalam menentukan corak

kehidupan pesantren, khususnya Pondok Pesantren Modern

Al-Amanah.

3) Sebagai suri tauladan bagi santri-santrinya, sehingga segala

perilaku dan ucapannya menjadi contoh bagi santrinya. Dalam

hal ini KH. Nurcholis Misbah selalu memberikan

tausiah-tausiah yang bisa memotivasi semangat belajar santrinya.

b. Ibu Rif‟atul Mahmudah

Ibu Rif‟atul Mahmudah adalah istri dari KH. Nurcholis

(46)

36

dengan sangat baik. Ibu dari lima orang anak itu telah

menunjukkan keahliannya dalam mengurus rumah tangga dan

selalu memberikan dukungan kepada suaminya. Pepatah

mengatakan, di balik suami yang hebat terdapat istri yang kuat.

Sebagai istri seorang pemilik pondok, tentunya Ibu Rif‟atul

Mahmudah mempunyai panggilan Bu Nyai. Beliau telah berperan

aktif dalam membantu suaminya mewujudkan cita-cita untuk

mendirikan pondok pesantren. Sesuai dengan sejarahnya, pada

awal pendirian pondok yang bermula dari satu santri, beliaulah

yang membantu suaminya untuk mengajar ngaji di rumah

kontrakannya. Sampai sekarangpun beliau juga berperan dalam

mengurusi santri-santri terutama santri putri. Setiap sore hari beliau

berkeliling asrama putri untuk memantau keadaan disana. Beliau

juga sering memberikan nasehat-nasehat kepada santri putri.

c. UstadNur Rohim

Ustad Nur Rokhim adalah santri yang sejak awal telah

membantu dan mendukung gagasan KH. Nurcholis Misbah untuk

mendirikan pesantren. Ustad Nur Rohim menjadi santri sejak KH.

Nurcholis Misbah tinggal di Mojosantren. Saat KH. Nurcholis

Misbah merintis di Mojosantren, Ustadz Nur Rohim sudah ikut

serta dalam membantu beliau. Ketika itu, Ustad Nur Rohim

mendapatkan tugas dari beliau untuk mencari dana sebagai

(47)

37

Mojosantren. Sebagai seorang santri yang mendapat kepercayaan

dari gurunya, Ustad Nur Rohim menjalankan tugasnya dengan

sangat baik.

Selain itu, saat KH. Nurcholis Misbah memutuskan untuk

hijrah di Junwangi, Ustad Nur Rohim juga masih mendukung.

Setiap harinya Ustad Nur Rohim mengaji. Mengaji yang

dimaksudkan bukanlah mengaji Al-Qur‟an pada umumnya karena pada saat itu Ustad Nur Rohim sudah memiliki kemampuan untuk

baca tulis Al-Qur‟an, yang dimaksud mengaji dalam hal ini adalah belajar intelektual dan saling bertukar gagasan.20

Saat Pondok Pesantren Al-Amanah mendirikan Madrasah

Aliyah yang bernama MA. Bilingual, Ustad Nur Rohimlah yang

diamanti untuk menjadi kepala sekolah. Peran Ustad Nur Rohim

dalam mengembangkan pesantren, khususnya MA. Bilingual tidak

perlu diragukan lagi. Di tangan Ustad Nur Rohim, MA.Bilingual

mendapatkan berbagai prestasi dan mampu bersaing dengan

sekolah-sekolah lainnya.

Meskipun sudah terlihat berhasil namun Ustad Nur Rohim

tetap rendah hati, tidak ingin dikatakan sebagai seorang tokoh yang

ikut berperan dalam mengembangkan Pondok Pesantren Modern

20

(48)

38

Al-Amanah karena menurutnya ia hanyalah sebuah paku kecil yang

menempel di triplek.21

2. Pada Masa Perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

a. Ustad dan Ustadzah

Selain ketiga figur diatas, kemajuan pondok pesantren

Modern Al-Amanah tidaklah lepas dari peran ustad dan ustadzah

berkompeten yang mengajar disana. Ustadz adalah sebutan guru

laki-laki yang mengajarkan ilmunya pada santri. Sedangkan

ustadzah adalah sebutan untuk guru perempuan.

Berkat ustad dan ustadzah yang memiliki kemampuan luar

biasa, semua santri pondok pesantren modern Al-Amanah menjadi

santri yang tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuannya saja,

tetapi juga pandai dalam hal spiritual. Hal ini menjadikan

santri-santri lulusan pondok pesantren modern Al-Amanah menjadi

lulusan yang bermutu. Berikut beberapa ustadz dan ustadzah yang

berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan pondok

pesantren modern al-Amanah:

1) Ustad Fahrizal Ishaq

Ustad fahrizal adalah salah satu ustad yang mengajar di

pondok pesantren modern al-Amanah. Ustad fahrizal juga

merupakan menantu dari KH. Nurcholis Misbah. Beliau

21

(49)

39

menikah dengan putri pertama dari KH. Nurcholis Misbah

pada tahun 2010.

Kemudian pada tahun 2015, beliau diamanati untuk

menjadi kepala sekolah di Madrasah Aliyah Bilingual.

Dipondok beliaulah yang bertanggung jawab atas pondok

putra.

2) Ustad Kundaru

Ustad Kundaru adalah seorang ustad lulusan dari pondok

pesantren Gontor. Beliau masuk pertama kali ke pondok

pesantren modern al-Amanah pada tahun 2013. Di pondok

pesantren modern al-Amanah beliau menempati posisi yang

cukup strategis, yaitu sebagai ketua pengasuh santri putra.

Sebagai ketua pengasuh, beliau bertanggung jawab penuh

terhadap hal-hal apa saja yang berkaitan dengan santri putra.

3) Ustadzah Zanuba

Ustadzah Zanuba adalah putri pertama dari pengasuh

pondok. Saat kecil beliau dibesarkan dilingkungan pondok,

beliau juga menjadi saksi sejarah bagaimana perjuangan KH.

Nurcholis dalam mendirikan pondok pesantren modern

al-Amanah ini.

Setelah lulus SD beliau menuntut ilmu di Pondok Pesantren

Gontor Putri. Berkat kecerdasan beliau, seusai dari pondok,

(50)

40

Al-Azhar, Mesir. Kemudian setelah berhasil lulus dari sana,

beliau kembali ke rumah dan ikut membantu ayahanda

tercintanya mengembangkan pondok. Beliau mengamalkan

ilmu yang telah beliau peroleh dengan sangat baik. Di samping

itu, beliau juga diamanati untuk menjadi pemimpin pondok

putri.

4) Ustadzah Dwi Rahayu

Ustadzah Dwi Rahayu adalah seorang lulusan dari Gontor

putri. Beliau melanjutkan S2 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Beliau masuk pertama kali di pondok pesantren modern

al-Amanah pada tahun 2009. Saat ini beliau diamanati sebagai

ketua pengasuh santri putri. Disamping itu, beliau juga menjadi

guru di SMP Bilingual Terpadu.

Ustadzah Dwi adalah nama panggilan beliau. Beliau

terkenal sebagai seorang ustadzah yang disiplin dan tegas

terhadap santri. Dibalik ketegasan beliau, sebenarnya beliau

adalah orang yang lembut dan bertanggung jawab tinggi.

Semua beliau lakukan untuk kebaikan para santri.

Disamping ustad dan ustadzah yang berkompeten,

kemajuan dan perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

juga didukung oleh faktor manajemen yang baik didalamnya dan kerja

(51)

BAB III

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MODERN AL-AMANAH

DI JUNWANGI KRIAN SIDOARJO TAHUN 1992-2016

A. Perkembangan dalam Bidang Lembaga Pendidikan

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan sempurna. Dari

sekian banyak makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT., manusialah

yang memiliki akal pikiran sehingga bisa membedakan antara yang baik

dan buruk. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan tidak

mengerti apapun. Lalu dengan belajar seseorang bisa mengetahui sesuatu

hal yang baru. Belajar bisa memberikan ilmu pengetahuan yang bisa

membawa seseorang ke tingkat yang lebih mulia. Maka dalam hal ini

menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi seseorang yang ingin hidupnya

menjadi lebih baik.

Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun

secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan

untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.

Dalam pandangan Islam, ilmu menempati kedudukan yang sangat

penting.1 Hal ini dibuktikan dengan Firman Allah dalam QS.Al-

Mujadalah ayat 11 yang artinya:

1Uhar Suharsaputra, “Islam dan Ilmu”, dalam

(52)

42

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,

“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan

mengangkat(derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan) dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”2

Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman

dan berilmu akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang

dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu dan

dengan ilmu bisa membuat seseorang sadar betapa kecilnya manusia

dihadapan Allah. Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya ilmu bagi

kehidupan manusia. Maka dari itu, menuntut ilmuadalah kewajiban bagi

manusia agar manusia bisamenjadi lebih humanis. Oleh karena itu,

pendidikan dan lembaga pendidikan sangat dibutuhkan untuk mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan.

Hakikat pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia dan mengangkat harkat martabat mereka. Dengan

demikian, pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam khususnya,

merupakan sarana yang amat strategis bagi pelestarian bangsa dan

kebudayaan.3 Untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dibutuhkan

sebuah lembaga pendidikan yangberkualitas karena pendidikan merupakan

kunci kemajuan. Sebagaimana pernyataan Fazlur Rahman bahwa setiap

2

Dapartemen Agama RI, Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 543.

3

Gambar

Gambar 3.1: Pembangunan Gedung Pertama
Gambar 3.2 :
Gambar 3.4:
Gambar 3.7: Gedung Ummul Qura‟
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diberikan kepada penulis bahwasanya Pondok Pesantren Modern Al Amanah Al Gontory memiliki jenjang pendidikan dua, pertama jenjang pendidikan

Selain adanya motivasi ekstern diatas dalam mengajar dan membimbing para santri belajar al- Qur’an bapak kiai dan ustadz/ ustadzah juga memeiliki beberapa motivasi dari

Ibu Yuliana sebagai masyarakat sekitar yang biasa melihat kegiatan-kegiatan para santri di dalam pondok pesantren berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren Al-Fatich

menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren modern baharuddin terdapat santri wati kelas VIII berjumlah 50 orang terbagi menjadi 2 kelas dari 50 santri wati terdapat 40 santri yang

Untuk mengatasi permasalahan gangguan kesehatan yang dihadapi para santri karena tidak memiliki tempat tidur/ dipan maka dapat dilakukan upaya melatih guru dan santri Pondok

Di Pondok Pesantren Al-Qur’an Modern Buaran ketika pembelajaran al- Qur’an metodenya yaitu dengan tanya jawab, praktiknya santri di suruh nderes dulu kemudian

(3) kedisiplinan belajar santri berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan menghafal al- Qur’an santri pondok pesantren Al-Aziz Lasem Rembang, hal ini terbukti

Ahmad Fauzi selaku pengajar belajar mandiri di Pondok Pesantren Al-Manshuriyah Mengori Pemalang bahwa kurangnya teguran dari pihak ustadz akan membuat santri akan menjadi sosok