• Tidak ada hasil yang ditemukan

cover

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "cover"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DONOR DARAH DAN TRANSPLANTASI ANGGOTA BADAN (MATA

DAN GINJAL) MENURUT PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah masail fiqih Al-Haditsah yang diampu oleh bapak M.Yusuf Amin S.H.I,M.S.I

Disusun oleh :

Agung darmawan 2014010121

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Perkembangan kemajuan zaman sekarang sangat berbeda dengan perkembangan pada zaman dahulu. Dengan perkembangan zaman yang maju didalam bidang transportasi, sains, politik, dan komunikasi tidak lupa juga dalam perkembangan ilmu kesehatan yang lebih modern pada zaman sekarang. Dengan adanya perkembangan tersebut maka muncul berbagai ilmu kedokteran yang berbeda dengan zaman dahulu atau yang belum pernah ada pada zaman dahulu, era sekarang sudah meggunakan teknologi yang canggih dalam berbagai bidang tidak lain juga didalam bidang ilmu kesehatan sebagai contoh yaitu menggunakan berbagai alat dalam melakukan operasi, transfusi darah dan lain sebagainya.

Berkembangnya ilmu kesehatan yang semakin maju tidak hanya memunculkan cara penanganan yang baik dalam memberikan pelayanan akan tetapi juga memunculkan permasalahan yang baru yang belum muncul pada zaman dahulu seperti donor darah, mata dan donor ginjal sehingga memunculkan permasalahan yang baru dalam dunia islam khususnya dengan bagaimana hukum melakukan donor darah, mata dan donor ginjal sehingga memunculkan perdebatan. Islam pada zaman dahulu belum pernah ada masalah yang disebutkan diatas sehingga belum ada hukum yang pasti terhadap hal tersebut.

Dengan alasan tersebut maka pemakalah mengangkat tema “donor darah, mata dan ginjal menurut prespektif hukum islam” yang mana ketiga tema tersebut merupakan hal yang baru akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan bagaimana hukum islam memandangnya.

B. Rumusan masalah

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Transfusi darah dan transplantasi anggota badan

1. Pengertian transfusi darah

Dalam kamus umum bahasa indonesia kata transfusi diartikan sebagai pemindahan darah(pemasukan darah kepada orang yang kekurangan darah).1 Transfusi darah (blood transfusi, bhs. Belanda), ialah memindahkan darah dari seseorang kepada orang lain untuk menyelamatkan jiwanya. Islam tidak melarang seorang muslim menyumbangkan darahnya sebagai tujuan kemanusiaan, bukan kemersialisasi; baik itu darahnya disumbangkan secara langsung untuk anggota sendiri maupun diserahkan kepada palang merah atau bank darah untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong orang yang memerlukan.2 Oleh karena itu ketika saudara kita sedang membutuhkan bantuan darah sebaiknya kita menyumbangkan darah kita agar dapat menolong saudara-saudara kita.

Penerima sumbangan darah tidak disyaratkan harus sama dengan donornya mengenai agama/kepercayaanya, bangsa/suku bangsanya, dan sebagainya.karena menyumbangkan darah dengan ikhlas itu termasuk amal kemanusiaam yang sagat dihargai dan dianjurkan.3

2. Pengertian transplantasi anggota badan

Pencangkokan ialah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis biasa, harapan penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.

Ada tiga tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai permasalahan sendiri, yaitu:

1. Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi yang cermat dan general check up, baik terhadap donor maupun terhadap si penerima demi menghidari kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh penolakan tubuh si penerima, 1 dari 1000 donor meninggal dan sidonor juga bisa merasa was-was dan tidak aman, karena menyadari bahwa dengan menyumbangkan sebuah ginjalnya, misalnya, ia tidak akan memperoleh kembali ginjalnya seperti sedia kala.

(4)

3. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara medis tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan yuridis dan harus diperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau diambil untuk transplantasi.

Sampai saat ini, transplantasi organ tubuh yang banyak dibicarakan dikalangan ilmuawan dan agamawan yaitu mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu mata, ginjal dan jantung. Hal ini dapat dimaklumi, karena dari segi struktur anatomis manusia, ketiga organ tubuh itu sangatlah vital bagi kehidupan manusia.4 Namun dengan adanya teknologi sebagai ilmu sains dalam hal pengobatan dan apa yang dicapai dengan teknologi yang canggih belum tentu dapat diterima oleh agama, dikarenakan belum adanya hukum pasti tentang transplantasi organ tubuh di dalam Al-Quran maupun hadis, sehingga permasalahan tersebut memunculkan persoalan yang harus diselesaikan secara ijtihadi.

B. Hukum Islam mengenai donor darah, mata dan ginjal

1. Pandangan islam tentang donor darah

Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis mutawasitha menurut hukum islam. Maka agama melarang mempergunakanya baik secara langsung maupun tidak.5 Sesuai dengan Al-quran surat Al-Maidah ayat 3:

ههللللا رهييغلله لللههأأ املول رهيزهنيخهليا مأحيللول مأدلللاول ةأتلييملليا مأكأييللعل تيملرلهحأ

..

Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah..6

Dengan ayat di atas maka kita sebagai umat islam boleh mendonorkan darah. Seperti halnya dalam surat Al-Maidah ayat 32:

اععيمهجل سلانلللا ايلحيأل املنللألكلفل اهلايلحيأل نيملول

....

Artinya: Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.(Al-Maidah : 32)7

Jadi, boleh saja mendonorkan darah seorang muslim untuk non muslim dan sebaliknya demi menolong dan memuliakan/menghormati harkat dan martabat manusia.8 Sebab Allah saja memuliakan manusia apalagi kita sebagai manusia itu sendiri juga harus memuliakan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran surat Al-Isra’ ayat 70:

ملدلآ ينهبل انلميرللكل ديقلللول

..

Artinya: Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam.(Al-Isra’ : 70).9

Berdasarkan ayat diatas, maka sudah seharusnyamanusia bisa saling menolong dan menghormati sesamanya.

4 Ibid., hlm. 86-87

5 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah (berbagai kasus yang dihadapi hukum islam masa kini), Jakarta, Kalam Mulia, 2003, hlm. 90-93

6Usamah ‘Abdul Karim Ar-Rifa’i, Tafsirul Wajis, Depok, Gema Insani, 2008, hlm. 107

7Ibid., hlm.114

8Prof. Drs. H. Masjfuk zuhdi, op. cit., hlm. 50

(5)

Sedangkan tidak ada satu ayat dan hadis yang secara eksplisit atau dengan nash yang sharih melarang transfusi dan donor darah, maka dengan demikian sangatlah boleh bahkan mendonorkan darah merupakan ibadah, jika dilakukan dengan niat mencari keridhaan Allah dengan jalan menolong jiwa sesama manusia.

Namun untuk menghindari maslahah dan mafsadah, baik dari donor darah maupun bagi penerimasumbangan darah, sudah tentu transfusi darah itu harus benar-benar bebas dari penyakit menular yang dideritanya sperti AIDS. Menurut penelitin di Amerika bahwa AIDS ini bisa menular melalui transfusi darah. Jelaslah bahwa persyaratan diperbolehkanya donor darah itu berkaitan dengan medis bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi karena ada kaidah hukum islam seperti “tidak boleh membuat mudharat kepada dirinya sendiri dan tidak pula membuat mudharat kepada orang lain”.

2. Hubungan antara donor darah dan resipien

Transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman (dalam perkawinan) antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh islam sebagaimana tersebut dalam Al-Quran surat An-Nisa 23 ialah:

a. Mahram karena adanya hubungan nasab. b. Mahram karena adanya hubungan perkawinan. c. Mahram karena adanya hubungan sepersusuan.10 3. Pandangan islam tentang donor mata dan ginjal

Seperti halnya melakukan donor darah, melakukan donor mata dan ginjal pun diperbolehkan asalkan si resipen sedang dalam keadaan darurat dan segera membutuhkan donor tersebut dan juga resipen sudah berobat dengan optimal akan tetapi hasilnya tidak membaik. Seperti halnya dalam surat Al-Ma’idah ayat 32:

اععيمهجل سلانلللا ايلحيأل املنللألكلفل اهلايلحيأل نيملول

....

Artinya: Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.(Al-Maidah : 32)11. Berdasarkan ayat tersebut kita boleh mendonorkan mata dan ginjal dengan alas an untuk menolong kehidupan seseorang dan berharap keridhoan Allah semata.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas tentang jenis pendonor ada tigayaitu: 1. Donor dalam keadaan hidup.

2. Donor dalam keadaan koma.

3. Donor dalam keadaan sudah meninggal.

(6)

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

Ayat in mengingatkan agar manusia tidak gegabah berbuat sesuatu yang bisa berakibat fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai tujuan kemanusiaan yang luhur. Misalnya orang menyumbangkan sebuah matanya atau sebuah ginjalnya kepada orang lain yang buta atau tidak berfungsi ginjalnya, sebab selain ia mengubah ciptaan allah yang membuat mata dan ginjalnya berpasangan, juga ia menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata atau ginjalnya yang sebuah itu.

Mendonorkan dalam kondisi koma/hampir meninggal maka islam pun tidak mengizinkan karena:

1. Hadis nabi riwayat Malik dari ‘Amar bin Yahya, riwayat Al Hakim, Al Baihaqi, dan Ad Daruqutni dari Abu Said Al Khudri, dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan ‘Ubadah bin Al Shamit: “tidak boleh membuat madharat pada dirinya dan tidak boleh membuat madharat pada orang lain”.

Misalnya orang mengambil organ tubuh ddari pendonor yang belum meninggal secara klinis dan secara yuridis berarti ia membuat mudharat terhadap orang yang melakukan donor dan akan mempercepat kematiannya.

2. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi mempertahankan kehidupanya, tetapi hidup dan mati itu ditangan Allah. Karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri) atau mempercepat kematian orang lain, sekalipun dilakukan oleh seorang dokter dengan maksud untuk mengurangi/menghentikan ppenderitaan si pasien.

Dalam kondisi ketika pendonor sudah meninggal secara yuridis dan klinis maka menurut pandangan islam mengizinkan dengan syarat:

1. Penerima donor dalam keadaan darurat, yang mengancam jiwanya, dan ia

Adapun dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan dasar untuk pendonoran antara lain sebagai berikut:

1. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 195

Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa islam tidak membenarkan pula orang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya maut atau tidak berfungsinya

(7)

organ tubuh yang sangat vital baginya, tanpa usaha-usaha penyembuhan secara medis dan non medis.

2. Al-Quran surat Al-Maidah ayat 32:

Dalam ayat ini islam menunjukan bahwa sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang dapat menyalamatkan jiwa manusia. Misalnya, seseorang menemukan bayi yang dibuang maka orang itu wajib menyelamatkanya. Demikian pula dengan orang yang mendonorkan mata dan ginjalnya dengan tujuan menyelamatkan orang lain setelah ia meninggal, maka islam memperbolehkanya bahkan memandangya sebagai amal perbuatan kemanusiaan yang tinggi nilainya, karena menolong sesama jiwa manusia atau membantu berfungsinya kembali organ-organ tubuh sesamanya yang tidak berfungsi.13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

(8)

tujuan kemanusiaan dan mendapatkan ridho dari allah maka hal tersebut diperbolehkan oleh agama islam karena hal tersebut dapat menolong jiwa manusia dan juga merupakan amal yang dihitung begitu pula dengan mendonorkan mata dan ginjal, akan tetapi ada dua hukum yaitu diperbolehkanya dan tidak diperbolehkanya mendonorkan mata dengan ginjal dengan persyaratan-persyaratan tertentu.

B. Kritik dan saran

Dari penulisan makalah di atas jika ada kritik dan saran silahkan ditulis di bawah sini.

_____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________

Daftar pustaka

W.J.S. poerwadarminta, kamus umum bahasa indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1989.

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah (berbagai kasus yang dihadapi hukum islam masa kini), Jakarta, Kalam Mulia, 2003.

Ar-Rifa’I, Usamah ‘Abdul Karim, Tafsirul Wajis, Depok, Gema Insani. 2008.

Zuhdi, Masjfuk, MASAIL FIQHIYAH, Yogyakarta, Gunung Agung, 2001.

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataan yang muncul pada era zaman sekarang, melalui media cetak, sosisal media, televisi dengan mudahnya persebaran informasi tidak disesuaikan lagi dengan

Teknologi informasi tentu bukanlah hal yang baru pada era serba digital ini. Dari zaman dahulu hingga sekarang, keberadaan teknologi informasi tidak bisa dipisahkan dari

Perkembangan zaman bertumbuh sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi sistem informasi dan ilmu pengetahuan di era modern ini. Hal itu dikarenakan semua

Apalagi di era informasi sekarang ini, fasilitas media massa yang memadai, mengikuti perkembangan zaman Dengan memanfaatkan media massa sekarang ini, dakwah Islam telah dapat

Dari proses kemajuan ilmu kedokteran atau kesehatan serta dibarengi dengan kemajuan dibidang teknologi, pada era sekarang-sekarang ini sering terlihat dan terdengar melalui

Penelitian mengenai alih bahasa Teks Kitab Menerangkan Perkembangan Agama Islam di Minangkabau Semenjak Dahulu dari Syekh Burhanuddin sampai ke Zaman Kita Sekarang

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat seiring dengan perkembangan zaman.Perkembangan citra resolusi

Penelitian mengenai alih bahasa Teks Kitab Menerangkan Perkembangan Agama Islam di Minangkabau Semenjak Dahulu dari Syekh Burhanuddin sampai ke Zaman Kita Sekarang