KONSTITUSI EKONOMI
(Ekonomi Konstitusi)
KEDAULATAN RAKYAT DAN
KONSTITUSI
Rakyat Yang Berdaulat
PERJANJIAN SOSIAL
Konstitusi
Konstitusi
Tiga elemen kesepakatan dalam konstitusi:
Tiga elemen kesepakatan dalam konstitusi:
1. tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society orgeneral acceptance of the same philosophy of government). 2. the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government).
3. bentuk institusi-institusi dan prose dur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures).
1. tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the same philosophy of government). 2. the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government).
3. bentuk institusi-institusi dan prose dur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures).
Constituent power
KONDISI
PERME N
PERME
N PERDIRJEN
Directive Principles of State
Policy (Irish)
•
Justice and charity must inform national institutions.
•
The free market and private property must regulated
in the interest of common good.
•
The state must prevent a destructive concentration of
essential commodities in the hands of a few.
•
The state should ensure efficiency in private industry
and protect the public against economic exploitation
•
Everyone has the right to an adequate occupation.
•
The state must supplement private industry where
necessary.
•
The state must protect the vulnerable, such as
orphans and the aged.
KONSTITUSI EKONOMI
INDONESIA
- Putusan MK - Undang-undang
Hak di Bidang Ekonomi
•
Hak untuk bekerja dan memilih pekerjaan;
•
Hak untuk mendapatkan upah dan
perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja;
•
Hak dipenuhi kebutuhan dasarnya;
•
Hak mendapatkan pendidikan;
•
Hak memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya;
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
(PASAL 33 DAN PASAL 34 UUD 1945)
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam nya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demo krasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi ber keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandiri an, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan ke satuan ekonomi nasional.****)
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.****)
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan.****)
(3) Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.****)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(PUTUSAN NOMOR
28/PUU-XI/2013)
•
Sistem ekonomi Indonesia harus disusun oleh
negara. Negara tidak boleh membiarkan sistem
ekonomi tumbuh dan berkembang secara alamiah
menurut mekanisme pasar yang berjalan
berdasarkan penwaran dan permintaan (supply and
demand). Sistem yang demikian akan membentuk
nilai serba materi di dalam masyarakat. Ketika
itulah masyarakat mengagungkan materi dan ketika
itu pula modal materiil adalah segala-galanya.
•
Penyusunan sistem ekonomi harus memandu
masyarakat ke arah terbentuknya sistem
perekonomian sebagai usaha bersama.
•
Koperasi merupakan bangun persekutuan yang
mengimplementasikan prinsip dalam susunan
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor
21-22/PUU-V/2007)
•
Tujuan: terwujudnya perekonomian nasional yang
memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya
kepada rakyat.
•
hak menguasai bukanlah demi negara itu sendiri
melainkan terikat pada tujuan pemberian hak itu
yakni untuk dipergunakan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat;
•
Dalam hak atas tanah yang dipunyainya itu
melekat pula pembatasan-pembatasan yang lahir
dari adanya hak penguasaan oleh negara;
•
bagi pihak-pihak lain yang bukan pemegang hak
atas tanah juga diperoleh kepastian bahwa mereka
tidak serta-merta dapat meminta negara untuk
melakukan tindakan penguasaan atas tanah yang
terhadap tanah itu sudah melekat suatu hak
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor
21-22/PUU-V/2007)
• perekonomian nasional itu harus disusun sebagai usaha bersama;
• asas perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama itu
adalah asas kekeluargaan;
• Terdapat beberapa hal yang harus dikuasai oleh negara, yaitu:
– cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan sekaligus menguasai hajat hidup orang banyak;
– cabang-cabang produksi yang penting bagi negara tetapi tidak menguasai hajat hidup orang banyak;
– cabang-cabang produksi yang tidak penting tetapi menguasai hajat hidup orang banyak;
– bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi dan air itu;
• Dasar penyelenggaraan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama dan berasaskan kekeluargaan itu adalah demokrasi ekonomi yang di dalamnya terdapat sejumlah prinsip, yaitu:
– prinsip kebersamaan;
– prinsip efisiensi yang berkeadilan;
– prinsip berkelanjutan;
– prinsip berwawasan lingkungan;
– prinsip kemandirian; dan
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor
21-22/PUU-V/2007)
• Perusahaan harus tunduk dan patuh pada ketentuan hukum
karena hukum dikonsepsikan sebagai perintah atau kebijakan negara. Perusahaan harus bekerjasama dengan negara dalam upaya mensejahterakan rakyat (to cooperate);
• Peranan negara dengan hak menguasai atas bumi, air, udara,
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, termasuk hak untuk mengatur, mengusahakan, memelihara dan
mengawasi, dimaksudkan agar terbangun lingkungan yang baik dan berkelanjutan (sustainable development) yang
ditujukan kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders) yang tidak boleh dikurangi atau bahkan diabaikan;
• Negara, masyarakat, dan perusahaan yang bergerak dalam
ekploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam sudah
semestinya ikut bertanggung jawab baik secara moral maupun hukum terhadap dampak negatif atas kerusakan lingkungan;
• prinsip legitimasi (legitimacy principle) bahwa perusahaan
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003)
• Konstitusi memberikan kewenangan kepada negara untuk
menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
• Kewenangan tersebut ditujukan kepada mereka baik yang akan
maupun yang telah mengusahakan produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak.
• Pada cabang produksi yang jenis produksinya belum ada atau
baru akan diusahakan, negara mempunyai hak
diutamakan/didahulukan yaitu negara mengusahakan sendiri dan menguasai cabang produksi tersebut serta pada saat yang bersamaan melarang perorangan atau swasta untuk
mengusahakan cabang produksi tersebut
• Pada cabang produksi yang telah diusahakan oleh perorangan
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor
001-021-022/PUU-I/2003)
•
negara harus menjadikan penguasaan
terhadap cabang produksi yang
dikuasainya untuk memenuhi tiga:
(1) ketersediaan yang cukup,
(2) distribusi yang merata,
(3) terjangkaunya harga.
”…
presumption that markets, by themselves,
lead to efficient outcomes, failed to allow for
desirable government interventions in the
market and make everyone better off.
“
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003)
• pengertian “dikuasai oleh negara” merupakan konsepsi hukum publik yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat. Dalam pengertian kekuasaan tertinggi tersebut, tercakup pula pengertian kepemilikan publik oleh rakyat secara kolektif;
– Penguasaan negara meliputi fungsi
– Membuat kebijakan (beleid)
– Tindakan pengurusan (bestuursdaad)
Fasilitas perizinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (concessie)
– Pengaturan (regelendaad)
legislasi oleh DPR bersama dengan Pemerintah, dan regulasi oleh Pemerintah (eksekutif).
– Pengelolaan (beheersdaad)
pemilikan saham (share-holding) dan/atau melalui keterlibatan langsung dalam manajemen Badan Usaha Milik Negara
– Pengawasan (toezichthoudensdaad)
mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara
• negara tidak berwenang mengatur atau menentukan aturan yang melarang dirinya sendiri untuk memiliki saham dalam suatu badan usaha yang menyangkut cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan/atau yang menguasai hajat hidup orang;