• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013."

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Mint Husen Raya Aditama NIM 09104241006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Awali semua dengan Basmalah dan akhiri dengan Hamdalah” (Penulis)

“jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasanya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha

Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Bapak kandungku yang ada disurga, terimakasih atas apa yang selama ini sudah bapak berikan kepada saya. Semua ini ku persembahkan buat kebangganmu disana.

2. Ayah dan Ibuku yang selalu memberikan doa serta dukungan kalian untuk anakmu ini. Semoga anakmu ini menjadi seseorang yang besar dan dapat membanggakan kalian. Amin.

3. Semua keluarga, adik, nenek dan kakek yang selalu memberiku semnagat saat mengalami kejenuhan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. 4. Semua sahabat-sahabatku dan kekasihku yang selalu memberikan

semangat, membantu memecahkan masalahku, serta menerimaku dengan semua kekuranganku, terimakasih banyak buat kalian semua.

(7)

DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013

Oleh

Mint Husen Raya Aditama NIM 09104241006

ABSTRAK

Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan tentang dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode diskriptif kualitatif. Penelitian berlangsung selama satu bulan yaitu dari bulan agustus sampai bulan september. Teknik penentuan subjek dilakukan dengan teknik purposive. Subjek penelitiaan ini adalah MK, AN dan ST. Setting penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian dibantu pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknis analisis data menggunakan interactive model (Miles & Huberman, 1992) yaitu dengan reduksi data, display data, dan verifikasi data. Uji keabsahan data digunakan teknik triangulasi data sumber.

Berdasarkan hasil penelitian latar belakang ketiga subjek dapat diterima bidikmisi adalah berdasarkan prestasi akademik dan kondisi ekonomi keluarganya. Kondisi ekonomi subjek dapat dikatakan cukup, akan tetapi hanya sekedar untuk keperluan makan, sedangkan untuk mencukupi keperluan kuliah ST bekerja, sedangkan AN dan MK lebih memilih menghemat uang pemberian bidikmisi dan juga mengandalkan kiriman orang tua. Aktifitas sosial subjek Mk dan An banyak dihabiskan dilingkungan organisasi, sedangkan St untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Subjek Mk dan ST banyak disukai teman kelasnya, sedangkan An kurang disukai teman karena kurang bisa membaur dengan teman kelasnya. Ketiga subjek memiliki IPK diatas 3,5, MK memiliki IPK 3,61, AN memiliki IPK 3,7 sedangkan ST memiliki IPK 3,78, ketiga subjek memiliki IPK tinggi dikarenakan monitoring secara berkala oleh jurusan maupun Universitas. Sedangkan hal yang memotivasi belajar ketiga subjek adalah keinginan meraih prestasi dan keinginan untuk cepat bekerja. Kematangan psikologis ketiga subjek tergolong baik, hal tersebut dapat dilihat dari subjek mempunyai kemandirian emosional dan memiliki kontrol psikologis yang baik sehingga tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang membebankan dirinya.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Dinamika Kehidupan Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2013”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai selesainya skripsi ini. Dengan segala hormat penulis ngucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., M. A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memimpin penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta dengan baik.

2. Dr. Haryanto, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

3. Bapak Fathur Rahman, M. Si. selaku Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Sugihartono, M. Pd. dan Bapak Agus Triyanto, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu dan ilmu dalam menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Dr. Arif Rohman, M. Si. dan Ibu Kartika Nur Fathiyah, M. Si. selaku penguji

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batas Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Masalah ... 12

F. Manfaat Masalah ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Beasiswa Bidikmisi ... 14

1. Dasar atau Pengertian Bidikmisi ... 14

2. Ketentuan Umum Bidikmisi ... 17

3. Ketentuan Khusus Bidikmisi ... 18

4. Mekanisme Seleksi ... 21

5. Pengelolaan dan Pemberhentian Beasiswa Bidikmisi ... 22

(11)

1. Kehidupan Mahasiswa ... 26

2. Dinamika Sosial ... 33

3. Dinamika Ekonomi ... 45

4. Dinamika Psikologi ... ... 48

5. Dinamika Pendidikan ... 52

a. Ciri-ciri Perilaku Belajar ... 53

b. Motivasi Belajar ... 55

C. Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Bidikmisi ... 57

1. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 57

a. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial ... 57

b. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 59

2. Bimbingan Belajar ... 60

a. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar ... 60

b. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar ... 61

D. Dinamika Kehidupan Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi ... 63

E. Pertanyaan Penelitian ... 65

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 66

B. Langkah-langkah Penelitian ... 66

1. Tahap Pra Lapangan ... 66

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 69

3. Tahap Analisis Data ... 72

C. Subjek Penelitian ... 72

D. Setting Penelitian ... 74

E. Metode Pegumpulan Data ... 75

1. Wawancara ... 75

2. Observasi ... 77

F. Instrumen Penelitian ... 78

(12)

2. Pedomanan Wawancara ... 78

3. Pedoman Observasi ... 80

G. Uji Keabsahan Data ... 81

H. Teknik Analisis Data ... 83

1. Reduksi Data (data reduction) ... 85

2. Penyajian Data (display data) ... 85

3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi) ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 87

1. Diskripsi Setting Penelitian ... 87

2. Diskripsi Subjek Penelitian ... 88

3. Reduksi Data ... 91

4. Display Data ( penyajian data) ... 127

5. Penarikan Kesimpulan (verifikasi)... 134

B. Pembahasan ... 143

C. Keterbatasan Penelitian ... 156

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 157

B. Saran ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 167

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 Pedoman Wawancara ... 80

Tabel 2 Pedoman Observasi ... 81

Tabel 3 Profil Subjek Mahasiswa Bidikmisi ... 88

Tabel 4 Profil Key Informan Mahasiswa Bidikmisi ... 90

Tabel 5 Display Data Latar Belakang Subjek diterima Bidikmisi ... 128

Tabel 6 Display Data Aspek Ekonomi Subjek Bidikmisi ... 129

Tabel 7 Display Data Aspek Sosial Subjek Bidikmisi ... 130

Tabel 8 Display Data Aspek Akademik Subjek Bidikmisi ... 131

Tabel 9 Display Data Aspek Psikologis Subjek Bidikmisi ... 132

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

1. Pedoman Wawancara ... 171

2. Pedoman Observasi ... 175

3. Interview Subjek ... 176

4. Interview Key Informan ... 199

5. Observasi ... 214

6. Catatan Lapangan ... 218

(15)

DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2013

Oleh

Mint Husen Raya Aditama NIM 09104241006

ABSTRAK

Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan tentang dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode diskriptif kualitatif. Penelitian berlangsung selama satu bulan yaitu dari bulan agustus sampai bulan september. Teknik penentuan subjek dilakukan dengan teknik purposive. Subjek penelitiaan ini adalah MK, AN dan ST. Setting penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian dibantu pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknis analisis data menggunakan interactive model (Miles & Huberman, 1992) yaitu dengan reduksi data, display data, dan verifikasi data. Uji keabsahan data digunakan teknik triangulasi data sumber.

Berdasarkan hasil penelitian latar belakang ketiga subjek dapat diterima bidikmisi adalah berdasarkan prestasi akademik dan kondisi ekonomi keluarganya. Kondisi ekonomi subjek dapat dikatakan cukup, akan tetapi hanya sekedar untuk keperluan makan, sedangkan untuk mencukupi keperluan kuliah ST bekerja, sedangkan AN dan MK lebih memilih menghemat uang pemberian bidikmisi dan juga mengandalkan kiriman orang tua. Aktifitas sosial subjek Mk dan An banyak dihabiskan dilingkungan organisasi, sedangkan St untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Subjek Mk dan ST banyak disukai teman kelasnya, sedangkan An kurang disukai teman karena kurang bisa membaur dengan teman kelasnya. Ketiga subjek memiliki IPK diatas 3,5, MK memiliki IPK 3,61, AN memiliki IPK 3,7 sedangkan ST memiliki IPK 3,78, ketiga subjek memiliki IPK tinggi dikarenakan monitoring secara berkala oleh jurusan maupun Universitas. Sedangkan hal yang memotivasi belajar ketiga subjek adalah keinginan meraih prestasi dan keinginan untuk cepat bekerja. Kematangan psikologis ketiga subjek tergolong baik, hal tersebut dapat dilihat dari subjek mempunyai kemandirian emosional dan memiliki kontrol psikologis yang baik sehingga tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang membebankan dirinya.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Individu pada umumnya memiliki harapan ingin melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Dengan pendidikan seseorang akan mendapatkan taraf kehidupan yang lebih baik, terhindar dari pengangguran serta mampu bersaing di dalam dunia kerja sehingga memperoleh masa depan yang cerah. Namun harapan memperoleh pendidikan tinggi tidak selalu dimiliki setiap individu, hal ini dikarenakan keadaan ekonomi maupun prestasi akademik / non akademik yang dimiliki individu tersebut. Hal ini menjadi faktor pertama yang menghambat seorang individu untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Keterbatasan ekonomi membuat individu yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi kurang mampu harus bersaing dalam prestasi akademik / non akademik untuk mendapatkan pendidikan layaknya individu dari keluarga yang memiliki ekonomi mampu.

Bagi individu yang memiliki ekonomi kurang mampubiaya pendidikan yang tinggi merupakan hambatan terbesar mereka untuk melanjutkan study sampai tingkat perguruan tinggi. Melihat fenomena ini bantuan pendidikan atau beasiswa merupakan salah satu alternatif yang dapat individu manfaatkan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan yang di inginkannya.

(17)

yaitu “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Dengan kata lain pemerintah memiliki tujuan ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya dengan cara pemberian bantuan pendidikan untuk menempuh pendidikan tinggi berupa beasiswabagi semua jenjang pendidikan yang diperuntukan mulai dari diploma, sarjana sampai pasca sarjana baik di dalam maupun di luar negeri (Beasiswa Dikti, 2013). Hal ini dimaksudkan agar pendidikan dapat terjangkau luas di kalangan anggota masyarakat, sehingga setiap individu yang memiliki bekal skill dan pengetahuan yang memadai pada gilirannya dapat menjadi modal untuk membangun kembali kehidupan yang lebih baik (Ariefa E. dalam Sujarwo, 2013:15).

Untuk jenjang diploma dan sarjana, pemerintah menyediakan lima macam beasiswa yaitu Beasiswa Pendidikan bagi calon Mahasiswa Berprestasi (bidikmisi), beasiswa peningkatan Prestasi Akademi (PPA), Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), Beasiswa Olimpiade Sains Internasional (OSI) dan Beasiswa Ko-Ekstra Kulikuler (Beasiswa Dikti, 2013).

(18)

pendidikan menurut Ditjen Dikti (2012:1) antara lain: Undang-undang (UU)No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab V pasal 12, Peraturan Pemerintah (PP) No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, Peraturan Pemerintah (PP) No. 66 tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan pemerintah (PP) nomer 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.

Dari peraturan peundang-undangan diatas, selanjutnya pemerintah merancang berbagai macam bantuan pendidikan seperti Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) sejak tahun 2008 sampai 2011 sebanyak 180.000-240.000 mahasiswa PTS dan PTN kepada mahasiswa (Ditjen Dikti, 2012:2).

Tidak hanya dari pihak pemerintah, beasiswa dapat diberikan oleh lembaga selain pemerintah, perusahaan, yayasan atau instansi-instansi yang lain. Beasiswa menjadi sarana bantuan pendidikan bagi pelajar maupun mahasiswa yang memiliki ekonomi tidak mampu namun ingin mengenyam pendidikan sampai pendidikan tinggi. Dengan beasiswa diharapkan bisa mambantu individu yang memiliki ekonomi kurang mampu agar dapat memperoleh pendidikan sebaik mungkin.

(19)

mahasiswa baru yang memiliki potensi akademik yang memadai tetapi kurang mampu dalam segi ekonomi (Ditjen Dikti, 2012:2). Program bantuan bidikmisi ini memiliki misi dan tujuan sendiri yaitu seperti yang dijelaskan dalam buku paduan bidikmisi. Misi dari program beasiswa bidikmisi sendiri yangpertamaMenghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan mempunyai potensi akademik memadai untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Kedua Menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

(20)

Untuk menyelenggarakan suatu program tidak selamanya berjalan lancar dan pasti ada hambatan yang dialami. Seperti halnya bahwa dalam penyelenggaraan program bidikmisi pada tahun 2012, sembilan calon mahasiswa bidikmisi ditolak masuk Universitas Negeri Yogyakarta karena terbukti berpura-pura miskin. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta mengungkapkan bahwa UNY serius memberikan sanksi bagi calon mahasiswa maupun mahasiswa yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa bidikmisi yang berpura-pura miskin, “Sanksi ini disiplin. Jadi pelajaran agar tidak berbohong. Sebab mereka hendak mengambil hak orang lain” (Rochmat Wahab, 2012). Diungkapkan pada tempo.com tim verifikasi bidikmisi Universitas Negeri Yogyakarta menemukan salah satu calon penerima bidikmisi tinggal di rumah bertingkat. Mahasiswa lain keluarganya memiliki satu mobil dan satu motor. Ada juga calon mahasiswa yang keluarganya memiliki empat motor. Salah satu calon mahasiswa bahkan ketahuan hendak mengibuli petugas verifikasi. Ketika didatangi ke rumahnya, dia sendiri malah menuntun petugas ke rumah kakeknya. Selain itu kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh (2012) mengatakan masih ada mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria, namun mendapatkan beasiswa

tersebut. ”Memang ada anak dosen dari perguruan tinggi yang diterima dalam

program Bidikmisi, tetapi jumlahnya tidak banyak”.

(21)

antara individu satu dengan yang lainnya dan selalu mengalami pasang surut seiring dengan masa perkembangannya. Dinamika kehidupan itu meliputi: dinamika sosial, dinamika ekonomi, dinamika psikologi, dan dinamika pendidikan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap mahasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, banyak ditemukan fakta yang diungkapkan subjek secara diskriptif mengenai dinamika kehidupan mahasiswa Bidikmisi. Hal ini berupa fakta mengenai ketidaktepatan penyaluran program beasiswa bidikmisi yang dilakukan oleh perguruan tinggi, masalah ekonomi yaitu pemenuhan kebutuhan selama pendidikan dan tinggal di Jogja, tuntutan atau tanggung jawab sebagai mahasiswa bidikmisi, tuntutan terhadap target nilai dan masa studi kependidikan.

(22)

temannya di kelas kurang berjalan dengan baik, menurutAN dirinya cenderung sombong sehingga teman-temanya tidak suka. Selain itu AN juga merasa minder dan risi dengan status sebagai mahasiswa bidikmisi karena dia merasa berasal dari keluarga yang mampu dari segi ekonomi.

(23)

Mahasiswa penerima bidikmisi yang ketiga adalah MK (nama samaran) seorang mahasiswi yang berasal dari Jawa Tengah. MK mengaku alasan mengikuti program beasiswa bidikmisi bisa membantu orang tua karena biaya pendidikan yang gratis. Dilihat dari aspek ekonomi terlihat uang bidikmisi yang diberikan kepada MK sudah cukup, namun apabila bantuan itu hanya digunakan untuk keperluan-keperluan biasa, seperti makan dan foto copy. Dengan uang bantuan yang tergolong pas-pasan itu, MK mengaku pernah mencoba menambah uang jajannya dengan bekerja di toko, tetapi karena dirasa mengganggu perkuliahannya akhirnya pekerjaan itu ditinggalkan. Dilihat dari aspek psikologinya, terlihat MK merasa tertekan dengan prestasi yang didapat dan tak jarang dia merasa minder dengan prestasinya dikelas. MK menjelaskan bahwa, dia tertekan karena dia merasa tersaingi prestasi akademiknya oleh mahasiswa reguler, sedangkan dia merasa bahwa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa itu seharusnya lebih bisa diatas mahasiswa reguler. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan MK bahwa dirinya tertekan dengan peraturan perguruan tinggi yang mewajibkan mahasiswa bidikmisi untuk membuat PKM, karyatulis, dan harus meraih prestasi. Dia menerangkan bahwa peraturan tersebut membebani dirinya dan membuatnya sering merasa malas dalam kuliah.

(24)

pula. Hal ini dikarenakan dalam penjaringan program beasiswa bidikmisi tidak dilakukan secara teliti. Seperti yang disampaikan subjek MK, dia menerangkan mahasiswa bidikmisi yang seperti itu dikarenakan dalam proses seleksinya tidak pernah disurvey oleh pihak perguruan tinggi, karena hanya sebatas surat fisik dari kator kepala desa dan sekolah saja. Hal inilah yang mengakibatkan ketidaktepatan penyaluran bantuan pendidikan bidikmisi.

Anggapan dan tuntutan bahwa mahasiswa bidikmisi harus terlibat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, membuat ketiga subjek mahasiswa bidikmisi cenderung aktif dalam pergaulan sosial dilingkungan organisasi mahasiswa, seperti Himpunan Mahasiswa (HIMA), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), ataupun Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Interaksi sosial di lingkungan kelas dan lingkungan tempat tinggalnya dipengaruhi oleh tingkat kesibukan mahasiswa dengan kegiatan yang diikutinya. Semakin padat dan banyak kegiatan yang diikutinya maka waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat juga akan sedikit. Kebanyakan interaksi sosial yang terjadi hanya pada kelompok sosialnya tersebut. Hal ini juga sering menyebabkan pergaulan dengan rekan kelas juga terganggu. Seringkali mahasiswa yang demikian akan di anggap sombong dan sok menyibukkan dirinya, seperti yang terjadi pada subjek AN.

(25)

mengakibatkan mahasiswa terikat oleh doktrin bahwa “saya harus menjadi

mahasiswa sempurna”. Hal ini membuat mahasiswa bidikmisi tertekan dan

mengalami stres yang berakibat pada penurunan prestasi akademik mereka. Hal inilah yang terjadi pada subjek MK, sebagai seorang mahasiswa bidikmisi yang tergolongmahasiswa berprestasi (Mapres) harusnya IPK MKlebih diatas dari mahasiswa reguler, akan tetapi hasil prestasi akademik yang didapat masih dibawah beberapa mahasiswa reguler dikelasnya. Hal ini menunjukan bahwa tekanan dan tuntutan yang berlebih dari perguruan tinggi juga memiliki dampak terkait nilai akademik mahasiswa bidikmisi.

(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah yang ingin diperoleh jawabannya dari penelitian ini adalaha sebagai berikut: 1. Tuntutan seorang mahasiswa bidikmisi yang harus aktif dalam kegiatan

kemahasiswaan membuat mahasiswa bidikmisi mengalami masalah pergaulan dengan rekan satu kelasnya, sehingga mereka mendapat sebutan sebagai mahasiswa yang individualis di kelas.

2. Mahasiswa bidikmisi tidak nyaman dengan pendapat bahwa, mahasiswa bidikmisi harus memiliki prestasi lebih tinggi dari mahasiswa reguler atau mahasiswa bidikmisi harus bisa menjadi mahasiswa berprestasi. Sehingga mahasiswa bidikmisi terbebani dengan tuntutan prestasi yang diberikan kepada mereka.

3. Beberapa mahasiswa bidikmisi tidak layak mendapatkan beasiswa tersebut. Karena sebagian dari mereka mempunyai kehidupan yang serba terpenuhi dan hal ini berbanding terbalik dengan visi dan misi beasiswa bidikmisi yang seharusnya ditujukan bagi mahasiswa kurang mampu.

C. Batasan Masalah

(27)

ekonomi, dinamika psikologis dan dinamika pendidikan mahasiswa bidikmisi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

F. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

(28)

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi mahasiswa penerima bidikmisi, penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah dinamika kehidupannya. Membantu mengatasi prestasi belajar mahasiswa yang belum memuaskan. Serta dapat membantu masalah pribadi sosial mahasiswa bidikmisi.

b. Bagi orang tua/ Wali, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua atau wali mahasiswa bidikmisi dalam memberikan pengawasan dan perhatian yang tepat bagi anak. Dengan demikian anak akan dapat mengerti dan memahami perannya sebagai seorang mahasiswa.

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Beasiswa Bidikmisi

1. Dasar / Pengertian Bidikmisi

Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran, hak setiap warga Negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar 1945 (Ditjen Dikti,2012:1). Berdasarkan pasal tersebut dijelaskan pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi, dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam menyelenggarakan pendidikan Setiap individu dituntut untuk mampu mengeluarkan dana yang cukup banyak. Oleh karena itu pemerintah melalui derektorat pendidikan memberikan bantuan biaya pendidikan bagi individu kurang mampu dalam segi ekonomi serta individu yang memiliki potensi prestasi akademik yang bagus melalui program bantuan biaya pendidikan yang disebut beasiswa bidikmisi.

Beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendukung pemberian bantuan biaya pendidikan seperti yang dituliskan dalam pedoman bidikmisi Ditjen Dikti (2012) diantaranya:

(30)

mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 (1.d), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, bagian kelima, Pasal 27 ayat (1), menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tua atau walinya kurang mampu membiayai pendidikannya. Pasal 27 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2010

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, Pasal 53A yang menegaskan bahwa satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing wajib menyediakan beasiswa bagi peserta didik berkewarganegaraan Indonesia yang berprestasi dan wajib mengalokasikan tempat bagi calon peserta didik berkewarganegaraan Indonesia, yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi, paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan peserta didik baru.

(31)

dilakukan secara nasional dan secara mandiri. Oleh karena itu seleksi penerimaan program bidikmisi diintegrasikan dengan SNMPTN, UMPN, dan jalur seleksi secara mandiri oleh masing-masing perguruan tinggi negeri (Ditjen Dikti, 2012:2).

Ditjen Dikti (2012:2) menerangkan dasar-dasar hukum dari

beasiswa bidikmisi ini adalah:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan.

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.

d. Program Kabinet Indonesia Bersatu II tahun 2009-2014

e. Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2006 tentang Penghargaan bagi Siswa Berprestasi.

f. Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2010 tentang pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.

g. Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2010 tentang pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Ditjen Dikti (2012:3) menyebutkan misi dari beasiswa bidikmisi ini adalah sebagai berikut:

a. Menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan mempunyai potensi akademik memadai untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi.

b. Menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutuskan mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

Ditjen Dikti (2012:3) menerangkan tujuan diselenggarakannya program bantuan bidikmisi adalah untuk:

(32)

b. Meningkatkan akses dan kesempatan belajar diperguruan tinggi bagi peserta didik yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.

c. Menjamin keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai dan tepat waktu.

d. Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kulikuler.

e. Menimbulkan dampak iring bagi mahasiswa dan calon mahasiswa lain untuk selalu meningkatkan prestasi.

f. Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif, dan memiliki kepedulian sosial, sehingga mampu berperan dalam upaya pemutusan mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

2. Ketentuan Umum Bidikmisi

Ditjen Dikti (2012:4) merumuskan beberapa poin dari ketentuan umum program bantuan pendidikan bidikmisi ini, yaitu:

a. Sasaran

Lulusan satuan pendidikan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat tahun 2011 dan 2012 yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.

b. Jangka waktu pemberian bantuan

Pemberian bantuan biaya pendidikan diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi selama 8 (delapan) semester, untuk program Diploma IV dan S1, dan selama 6 (enam) semester untuk program Diploma III. Sedangkan untuk program studi yang memerlukan pendidikan keprofesian atau sejenis, perpanjangan pendanaan difasilitasi oleh perguruan tinggi negeri (PTN) penyelenggara bidikmisi.

c. Peguruan tinggi penyelenggara

Penyelenggara program bidikmisi adalah seluruh perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu perguruan tinggi negeri (PTN). d. Harga satuan dan sumber dana

Harga satuan bantuan biaya pendidikan tahun 2012 adalah sebesar Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) per mahasiswa per semester, yang terdiri atas bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa dan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh perguruan tinggi negeri (PTN). Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

(33)

1) PTN menyeleksi penerima bidikmisi sesuai kuota melalui pola: a) Seleksi nasional yang terdiri atas SNMPTN (undangan dan

ujian tulis).

b) Seleksi mandiri sesuai dengan ketentuan masing-masing perguruan tinggi negeri (PTN).

c) UMPN bagi Politeknik.

2) Persyaratan, mekanisme dan prosedur penerimaan melalui seleksi nasional SNMPTN mengikuti ketentuan panitia seleksi yang berlaku.

3) Pendistribusian kuota penerimaan masing-masing pola seleksi ditetapkan oleh PTN melalui surat keputusan pimpinan PTN yang ditembuskan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sebelum pola seleksi dilaksanakan dan dipublikasikan melalui media.

3. Ketentuan Khusus

Berdasarkan buku pedoman bidikmisi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Dikti, 2012:5) maka dapat dirumuskan beberapa ketentuan khusus penyelenggaraan bantuan pendidikan bidikmisi sebagai berikut:

a. Persyaratan

Persyaratan untuk mendaftarkan program bidikmisi tahun 2012 sebagai berikut:

1) Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan lulus pada tahun 2012.

2) Lulusan tahun 2011 yang bukan penerima bidikmisi dan tidak bertentangan dengan ketentuan penerimaan mahasiswa baru di masing- masing perguruan tinggi negeri (PTN).

(34)

a) Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali sebesar-besarnya Rp3.000.000,00 setiap bulan.

b) Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga sebesar-besarnya Rp600.000,00 setiap bulannya.

c) Pendidikan orang tua/wali setinggi-tingginya S1 (Strata 1) atau Diploma 4.

5) Untuk peserta seleksi SNMPTN ujian tulis dan seleksi mandiri harus memiliki potensi akademik memadai, yaitu masuk dalam 30% terbaik di sekolah (semester 4 dan 5 bagi yang akan lulus tahun 2012 atau semester 5 dan 6 bagi lulusan tahun 2011). 6) Khusus SNMPTN jalur undangan hanya diperuntukkan bagi

yang akan lulus tahun 2012 serta memiliki prestasi akademik tinggi dan konsisten berdasarkan pemeringkatan oleh kepala sekolah, yaitu masuk di dalam peringkat terbaik di sekolah yang sama pada semester 3, 4 dan 5 dengan ketentuan berdasarkan akreditasi (akreditasi sekolah untuk SMA dan MA atau akreditasi jurusan/bidang keterampilan untuk SMK dan MK), dengan rincian sebagai berikut:

a) Akreditasi A: 50% terbaik dan konsisten di semester 3, 4

d) Lainnya: 5% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5. 7) Pertimbangan khusus diberikan kepada pendaftar yang

memenuhi persyaratan 1 s.d. 6, serta mempunyai prestasi ko-kurikuler maupun ekstra ko-kurikuler paling rendah peringkat ke-3 di tingkat kabupaten/kota atau prestasi non kompetitif lain yang tidak ada pemeringkatan (contoh ketua organisasi siswa sekolah/OSIS).

8) Potensi akademik dan prestasi yang dimaksud pada butir 5 dan 6 dinyatakan dengan surat rekomendasi Kepala Sekolah/Madrasah atau Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan lampiran 2.

9) Pendaftar difasilitasi untuk memilih seleksi nasional dan/atau seleksi mandiri apabila mendaftar ke:

a) Semua jenis seleksi nasional (SNMPTN undangan dan/atau ujian tulis)

(35)

10) Memiliki kesehatan yang memadai sehingga tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran di perguruan tinggi.

11) Tidak buta warna bagi program studi tertentu.

b. Penggunaan Dana

1) Bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa sekurang-kurangnya sebesar Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) per bulan yang ditentukan berdasarkan Indeks Harga Kemahalan daerah lokasi perguruan tinggi negeri (PTN).

2) Bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola perguruan tinggi negeri (PTN) sebanyak-banyaknya Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) per semester per mahasiswa. Dalam pelaksanaannya PTN dapat melakukan subsidi silang antar program studi.

3) Kelebihan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan digunakan untuk pembinaan mahasiswa penerima melalui berbagai bentuk kegiatan penunjang (seperti: pembinaan karakter / pelatihan kewirausahaan dan sejenisnya) yang sepenuhnya diatur oleh perguruan tinggi negeri (PTN).

4) PTN menetapkan besaran bantuan biaya hidup dan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan melalui SK Rektor/Direktur/Ketua.

5) Kekurangan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi negeri (PTN), ditanggung oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. PTN dapat mengupayakan dana dari sumber/pihak lain.

6) perguruan tinggi negeri (PTN) memfasilitasi penyediaan dana, sarana dan prasarana belajar mengajar kepada penerima bidikmisi dengan sumber bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan bidikmisi atau sumber lain yang relevan.

7) Ditjen Dikti membebaskan biaya pendaftaran seleksi nasional bagi pendaftar bidikmisi.

8) perguruan tinggi negeri (PTN) membebaskan biaya pendaftaran seleksi mandiri bagi pendaftar bidikmisi.

(36)

4. Mekanisme Seleksi

Berdasarkan buku pedoman bidikmisi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Dikti, 2012:7) maka mekanisme seleksi program beasiswa bidikmisi dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Tata Cara Pendaftaran

Tata cara pendaftaran bidikmisi melalui SNMPTN, UMPTN atau seleksi mandiri perguruan tinggi berdasarkan buku pedoman bidikmisi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Dikti, 2012).

b. Seleksi Nasional

1) Perguruan tinggi negeri (PTN) melakukan seleksi terhadap penerima rekomendasi bidikmisi yang merupakan lulusan seleksi nasional (SNMPTN jalur undangan/ujian tulis) atau UMPN sesuai persyaratan dan kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing PTN.

2) Seleksi ditentukan oleh masing-masing PTN dengan memprioritaskan pendaftar yang paling tidak mampu secara ekonomi, pendaftar yang mempunyai potensi akademik yang paling tinggi, urutan kualitas sekolah, dan memperhatikan asal daerah pendaftar. Untuk memastikan kondisi ekonomi pendaftar, akan lebih baik kalau PTN melakukan kunjungan ke alamat pendaftar

(37)

4) Hasil seleksi nasional calon mahasiswa diumumkan oleh panitia seleksi nasional dan diinformasikan ke Ditjen Dikti melalui sistem informasi manajemen bidikmisi.

c. Seleksi Mandiri

Perguruan tinggi negeri (PTN) dapat melakukan seleksi bidikmisi melalui seleksi mandiri perguruan tinggi dengan ketentuan:

1) PTN melakukan seleksi terhadap pendaftar menggunakan jalur, persyaratan dan kriteria khusus yang ditetapkan oleh masing-masing PTN.

2) Seleksi ditentukan oleh masing-masing PTN dengan memprioritaskan pendaftar yang paling tidak mampu secara ekonomi, pendaftar yang mempunyai potensi akademik yang paling tinggi, urutan kualitas Sekolah, dan memperhatikan asal daerah pendaftar. Untuk memastikan kondisi ekonomi pendaftar, dianjurkan kalau PTN melakukan kunjungan ke alamat pendaftar. Disamping itu dapat juga dilakukan verifikasi dan rekomendasi oleh penerima bidikmisi sebelumnya.

3) Apabila diperlukan tes lokal yang memerlukan kehadiran fisik pendaftar, maka seluruh biaya untuk mengikuti proses seleksi mandiri termasuk biaya transportasi dan akomodasi ditanggung oleh PTN yang bersangkutan.

4) Hasil seleksi calon mahasiswa diumumkan oleh Rektor/Direktur /Ketua atau yang diberi wewenang melalui media yang dapat diakses oleh setiap pendaftar dan diinformasikan ke Ditjen Dikti melalui sistem informasi manajemen bidikmisi.

5. Pengelolaan dan Pemberhentian Beasiswa Bidikmisi

(38)

a. Pengelola

1) Pengelola bidikmisi di perguruan tinggi negeri (PTN )terdiri atas unsur pengelola akademik dan pengelola bidang Kemahasiswaan.

2) Rektor/Direktur/Ketua PTN menerbitkan surat keputusan tentang pengelolaan program bidikmisi, yang bertugas memperlancar pelaksanaan rekrutmen/seleksi, melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi internal penerima bidikmisi serta pelaporannnya.

b. Dana

1) Dana untuk mahasiswa lama (on-going) perguruan tinggi negeri (PTN) di bawah Kemdikbud dialokasikan melalui DIPA masing-masing PTN dan Kemenag melalui kontrak antara Ditjen Dikti dengan PTN per semester atau per tahun anggaran. 2) Penyaluran dana untuk mahasiswa baru dilakukan melalui

kontrak antara Ditjen Dikti dengan PTN per semester atau per tahun anggaran.

3) PTN menyalurkan bantuan biaya hidup kepada mahasiswa per bulan atau maksimal 3 (tiga) bulan terhitung dari awal kalender akademik yang diberikan pada awal periode penyaluran melalui rekening bank yang ditunjuk. PTN berkewajiban memfasilitasi pembuatan rekening untuk masing masing penerima.

4) Penyaluran bantuan biaya hidup mahasiswa on-going (sesuai nominal yang ditentukan) dilakukan oleh KPPN setempat melalui transfer ke rekening mahasiswa sesuai permintaanRektor/Direktur/Ketua PTN. Sedangkan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikandisalurkan ke rekening PTN. 5) Pada kondisi tertentu PTN/KPPN dapat menyalurkan dana

bantuan tidak sesuai dengan butir (3) di atas, dengan pemberitahuan kepada Ditjen Dikti.

6) Rektor/Direktur/Ketua PTN menerbitkan surat keputusan tentang bantuan biaya hidup yang diberikan kepada mahasiswa; 7) Untuk penyelenggaraan program bidikmisi, PTN dapat

mengalokasikan dana pengelolaan bersumber dari DIPA perguruan tinggi atau sumber lain yang relevan.

8) PTN membuat kesepakatan penentuan besaran dan periode

bantuan biaya hidup dengan PTN dalam

(39)

c. Pembinaan

1) Setelah proses penetapan, perguruan tinggi negeri (PTN) memfasilitasi kedatangan pertama kali mahasiswa baru penerima bidikmisi yang berasal dari luar kota dalam bentuk penggantian biaya perjalanan/kedatangan dan biaya akomodasi sementara (resettlement). Kelebihan dana dapat digunakan untuk biaya pengelolaan.

2) Ditjen Dikti menyediakan dana dimaksud yang diberikan bersamaan dengan kontrak untuk mahasiswa baru.

3) PTN memfasilitasi dan mengupayakan agar penerima bidikmisi lulus tepat waktu dengan prestasi yang optimal.

4) PTN mendorong mahasiswa penerima bidikmisi untuk terlibat di dalam kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler serta kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk pembinaan karakter dan atau kecintaan kepada bangsa dan Negara.

5) Perguruan tinggi membuat perjanjian atau kontrak dengan mahasiswa penerima bidikmisi yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak termasuk ketaatan mahasiswa terhadap peraturan perguruan tinggi terkait program bidikmisi dan sanksi-sanksi terhadap pelanggarannya.

6) Penerima Bidikmisi yang merencanakan cuti wajib mengajukan ijin pada pengelola bidikmisi PTN selambat-lambatnya 1 (satu) semester sebelumnya.

7) Penerima bidikmisi yang mengundurkan diri dapat digantikan oleh mahasiswa yang memenuhi persyaratan penerima bidikmisi dari angkatan yang sama dan ditetapkan melalui SK Rektor/Pimpinan PT.

8) Penggantian penerima dilaporkan ke Ditjen Dikti melalui sistem informasi yang sudah disediakan.

d. Penghentian Bantuan

Perguruan tinggi negeri (PTN) dapat menerbitkan ketentuan khusus tentang penghentian pemberian bantuan. Secara umum pemberian bantuan dihentikan apabila mahasiswa penerima:

1) Terbukti memberikan keterangan yang tidak benar atau melakukan pelanggaran administratif pada berkas yang disampaikan.

(40)

3) Melakukan pelanggaran terhadap tata tertib kehidupan kampus dan peraturan lain yang berlaku di perguruan tinggi penyelenggara.

4) Divonis pengadilan melakukan pelanggaran terhadap Hukum Negara Republik Indonesia dengan hukuman setidak-tidaknya 2 (dua) tahun.

5) Mengundurkan diri. 6) Meninggal dunia.

e. Pelanggaran Peraturan dan Sangsi

Hal yang dimaksud pelanggaran peraturan adalah sebagai berikut: 1) Telah memberikan keterangan yang tidak benar baik secara lisan

atau tertulis.

2) Melakukan pemalsuan dokumen pendukung pendaftaran.

3) Mengundurkan diri setelah ditetapkan sebagai penerima bidikmisi karena diterima pada perguruan tinggi lain.

4) Terbukti tidak memenuhi syarat sebagai penerima bidikmisi. 5) Tidak menggunakan kesempatan yang telah diberikan sebagai

penerima bidikmisi sebelumnya.

Sedangkan sanksi yang diberikan dapat berupa hal sebagai berikut:

1) Teguran tertulis kepada pendaftar dan satuan pendidikan dari instansi terkait apabila terbukti melakukan pelanggaran butir (1), (2), (3), (4) dan (5). Surat tembusan akan dikirimkan pada Kepala Daerah kab / kota dan Propinsi.

2) Pencabutan status lulusan seleksi masuk PTN terhadap calon yang terbukti melakukan pelanggaran butir (1) dan (2).

3) Pengembalian biaya pendaftaran kepada negara dan pembatalan pemberian bidikmisi terhadap calon yang terbukti melakukan pelanggaran butir (5).

4) Pembatalan pemberian serta pengembalian bantuan biaya pendidikan dan bantuan biaya hidup kepada negara terhadap penerima bidikmisi yang terbukti melakukan pelanggaran butir (1), (2), (3) dan (4).

(41)

pada seleksi nasional atau seleksi mandiri pada tahun berikutnya. Sanksi ini juga berlaku pada penerima bidikmisi tahun sebelumnya yang didapati melanggar.

B. Dinamika Kehidupan Mahasiswa 1. Kehidupan Mahasiswa

Menurut Soerjono Soekanto (1984:178) dalam kamus sosiologi, definisi kehidupan adalah cara bertindak, bersikap dan berfikir yang hampir sama dengan orang-orang yang menjadi anggota kelompok masyarakat tertentu. Ini dilakukan secara berulang-ulang dalam menghadapi masalah tertentu sehingga menjadi suatu keteraturan.

Nilai-nilai kehidupan menurut Spranger (Sumadi Suryobroto, 1988:103) dapat digolongkan menjadi enam lapangan nilai, dan ke enam lapangan nilai itu dikelompokkan menjadi dua kelompok. Yaitu:

a. Lapangan nilai, manusia sebagai individu:

1) Lapangan pengetahuan

2) Lapangan ekonomi

3) Lapangan kesenian

4) Lapangan keagamaan

b. Lapangan nilai, manusia sebagai anggota masyarakat:

(42)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan adalah cara berfikir, bertindak, serta bersikap sesuai dengan nilai atau norma kehidupan yang berlaku pada kelompok secara berulang-ulang dan menjadi suatu keteraturan.

Mahasiswa merupakan masyarakat atau kelompok masyarakat yang secara formal menganyam pendidikan tinggi di perguruan tinggi.

Yahya Ganda (1987:10) mengatakan bahwa “mahasiswa diartikan

sebagai pelajar yang menimba ilmu pengetahuan tinggi, dimana pada tingkat ini mereka dianggap memiliki kematangan fisik dan perkembangan pemikiran yang luas, sehingga dengan nilai lebih tersebut dapat memiliki kesadaran untuk menentukan sikap diri serta lebih bisa bertanggung jawab terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam wacana

ilmiah”.

A.M. Fatwa (Anggia Yuliandra M.N., 2013) menerangkan bahwa mahasiswa adalah kelompok generasi muda yang mempunyai peran strategis dalam kancah pembangunan bangsa, dikarenakan mahasiswa merupakan bagian dari integral masyarakat tertentu yang mampu menganyam pendidikan formal tingkat tinggi.

(43)

ilmiah yang luas, sehingga mampu bersikap dan bertindak ilmiah dalam segala hal yang berkaitan dengan keilmuannya untuk diabdikan kepada

masyarakat secara luas ataupun khusus”.

Dari beberapa pengertian mahasiswa diatas peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang mempunyai peran penting dalam proses pembangunan bangsa yang secara sah terdaftar sebagai peserta didik pada Perguruan Tinggi yang memiliki wawasan luas sehingga mampu mengabdikan dirinya secara bertanggung jawab terhadap sikap dan perilakunya kepada pembangunan bangsa dan Negara.

Kehidupan mahasiswa tentunya tidak jauh dari yang namanya perguruan tinggi atau kapus. Perguruan tinggi merupakan tempat dimana mahasiswa menuntut ilmu dan menyalurkan segala bakat minatnya pada bidang akademik maupun non akademik yang telah disediakan oleh perguruan tinggi. Menurut Taliduhu Ndraha (1999:56) Perguruan Tinggi adalah suatu instansi yang dipandang sebagai suatu proses, yaitu suatu proses produksi dimana perguruan tinggi memiliki peran dalam memproduksi mahasiswa yang siap dalam memasuki dunia kerja dan masyarakat, serta altar berbagai temuan ilmiah dan inovasi teknologi. Proses produksi ini digunakan dalam proses edukasi dan pengabdian masyarakat dan negara.

(44)

nafas dan roh perguruan tinggi dimana mereka sebagai penggerak dan pemberi sumbangsih yang dominan dari keberhasilan dan kemajuan perguruan tinggi, melalui prestasi mahasiswa perguruan tinggi dapat dikatakan sukses dalam pmbinaan kegiatan belajar mengajarnya.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Knopfemacher (Sarlito Wirawan Sarwono, 1978) mengatakan mahasiswa merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatanya dengan perguruan tinggi, di didik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual. Sarlito Wirawan Sarwono (1978) sendiri mengatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Dari pengertian mahasiswa diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang belajar dan terdaftar secara resmi di sebuah perguruan tinggi yang dididik sebagai calon sarjana dan sebagai calon intelektual.

Menurut Hermanto S.P. (2010) “Mahasiswa sebagaimana statusnya adalah pelajar atau peserta didik yang memiliki tugas utama untuk belajar, dalam arti mereka seharusnya banyak membaca, membuat karya yang merupakan penemuan, pengembangan atau kreasi dari yang mereka pelajari dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka

memiliki kemampuan berprestasi dan memiliki keunggulan kompetitif”.

(45)

tolak ukur pembangunan dan ujung tombak suatu instansi dalam menunjukan bukti konsistensinya dalam pembinaan dan mencetak generasi baru yang sukses.

Assael Henry (2002:294) mengatakan mahasiswa sebagai konsumen memiliki karakteristik tertentu yaitu salah satunya adalah gaya hidup. Gaya hidup ini merupakan tolak ukur dimana kita dapat melihat bagaimana setiap individu banyak menghabiskan aktifitasnya, apa yang menjadi ketertarikan individu terhadap lingkungannya (interest), dan yang berhubungan dengan masalah pribadi maupun masalah sosial (opini). Gaya hidup yang ditampilkan antara tingkatan sosial satu dengan yang lainnya dalam banyak hal tidak selalu sama. Bahkan kecenderungan tiap-tiap tingkatan sosial memiliki gaya hidupnya sendiri-sendiri. Mulai dari cara bertutur kata, cara berpenampilan, pemanfaatan waktu luang, serta pemilihan akan pendidikan (D.J. Narwoko & B. Suyanto, 2004 : 163).

(46)

terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa ataupun kebiasaan buruk yang masih dibawa dari daerahnya.

Banyaknya animo individu dari luar kota untuk melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi terutama di Yogyakarta tentunya berdampak pada makin meningkatnya pemesanan kos ataupun kontrakan. Ini didukung juga dari kebijakan Perguruan Tinggi yang tidak sepenuhnya menyediakan tempat tinggal buat mahasiswanya. Hal inilah yang memberikan peluang bagi masyarakat sekitar Perguruan Tinggi untuk menyediakan tempat penginapan, kos, ataupun kontrakan.

Kos atau kontrakan adalah tempat tinggal yang biasa dicari mahasiswa yang berasal dari luar kota. Kehidupan anak kos identik dengan kehidupan yang mandiri dimana mereka jauh dari orang tua dan keluarganya. Kehidupan kos identik dengan kehidupan bebas itu dikarenakan mereka bebas melakukan aktifitas apapun tanpa sepengetahuan dari orang tua.

(47)

Kehidupan anak kos yang jauh dari orang tau mengakibatkan individu melakukan sesuatu yang sesuai keinginannya sendiri. Mereka yang tidak bisa mengendalikan perilakunya sebagai anak kos yang baik berpotensi lebih besar terjerumus dalam pergaulan bebas. Hal ini juga didororong dari tidak berlakunya jam kunjung tamu dan jam keluar masuk kompleks kos. Kos yang baik adalah kos memberlakukan jam kunjung tamu sesuai ketentuan dari aparatur desa serta pemberlakuan membawa teman kos lawan jenis untuk masuk kamar individu penghuni kos.

Selain dari sisi peraturan kos sendiri, bagi penghuni kos yang memiliki uang lebih mereka cenderung akan berfoya-foya dengan uang yang mereka miliki kalau individu tersebut tidak memiliki control diri yang baik.

Dalam hal ini orang tua beserta pemilik kos sangat penting perannya. Orang tua yang memberikan perhatian dan pantauan dapat setidaknya meminimalkan perilaku individu yang nantinya berakibat tidak baik. Nasehat, komunikasi, serta arahan yang selalu diberikan seharusnya selalu dilakukan orang tau supaya anak masih dalam arahan yang baik, serta dimungkinkan orangtua juga dapat mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan anak.

(48)

menyimpang dari individu penghuni kos itu sendiri. Koordinasi yang baik dengan lingkungan sekitar, Ketua RT setempat juga dibutuhkan dalam membatasi akses keluar masuk orang yang akan bertamu.

2. Dinamika Sosial

Individu atau remaja pada dasarnya berada dalam situasi sosial. Situasi sosial yang merangsang individu sehingga individu bertingkah laku (Siti Partini, 1984:16). Siti Partini (1984:18) mengungkapkan bahwa hubungan manusia satu dengan manusia yang lain berada dalam

suatu situasi yang disebut “situasi sosial”. Dalam situasi sosial terdapat

empat jenis hubungan antara individu dengan lingkungan sosialnya, Yaitu individu dapat bertentangan dengan lingkungan sosialnya, individu dapat menggunakan lingkungan sosialnya, individu dapat berpartisipasi dengan lingkungan sosialnya, individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (Abu Ahmadi, 2002:77).

Situasi sosial merupakan suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu satu dengan individu lain atau saling terjadi hubungan antara dua individu atau lebih (Siti Partini, 1984:18). Situasi sosial ini dapat dibedakan atas:

(49)

b. Group situation disebut juga situasi kelompok atau kelompok sosial. Ini merupakan bentuk situasi sosial dimana terdiri dari dua atau lebih kindividu yang mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu.

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:137) pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya sudah bertambah luas dan komplek dibandingkan dengan masa sebelumnya. Perluasan intelektual juga banyak didapat remaja dari interaksinya dalam berdiskusi, berdebat memecahkan masalah denga kelompoknya. Rita, dkk. menambahkan dalam bahwa dalam pergaulan agar seorang remaja dapat diterima kelompok sosialnya dengan baik diperlukan kompetensi sosial berupa kemampuan dan keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain.

(50)

Dalam kehidupan sosial remaja, perkembangan pola orientasi sosialnya mengikuti suatu pola tertentu. Broson (Rita Eka Izzaty, dkk. 2008:138) menyimpulkan adanya tiga pola orientasi sosial, yaitu:

a. Withdrawal vs. Expansive

Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang memiliki kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia lebih senang hidup menyendiri. Sebaliknya anak yang expansive suka menjelajah, mudah bergaul dengan orang lain sehingga pergaulanya luas.

b. Reactive vs Aplacidity

Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli dengan kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial.

c. Passivity vs Dominant

Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti kegiatan sosial namun mereka cukup puas sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak yang dominant mempunyai kecenderungan menguasai dan mempengaruhi teman-temannya sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi pemimpin.

(51)

Izzaty, dkk. 2008:139). Rita Eka Izzaty, dkk. menambahkan tugas perkembangan sosial remaja memiliki tujuan antara lain:

a. Memperluas kontak sosial

Remaja cenderung memilih teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuiat rasa aman, dan mereka dapat mempercayakan pembicaraan yang tidak dapat mereka ungkapkan kepada orang tua

b. Mengembangkan identitas diri

Dalam kehidupan remaja, pola pikir seorang remaja cenderung ingin menjawab pertanyaan tentang jati diri dan bagaimana dirinya menjadi diri yang diharapkan.

c. Menyesuaikan dengan kematangan seksual

d. Belajar menjadi orang dewasa

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tugas perkembangan sosial remaja adalah untuk memperluas kontak dengan sosial sehingga remaja dapat mengembangkan identitas dirinya agar dapat menjadi diri yang diharapkan sesuai dengan kematangan sosial guna belajar untuk menjadi orang dewasa yang mampu diterima dengan baik pada lingkungan atau kelompok sosialnya.

(52)

seseorang yang merupakan keseluruhan dari interaksi seseorang terhadap orang lain atau objek tertentu yang saling berhubungan (Siti Partini, 1984:74). Dijelaskannya lagi sikap terbentuk dari berbagai macam faktor dan didalamnya faktor lingkungan sosial dan kebudayaan memberikan pengaruh besar terhadap masisng-masing individu, sehingga lingkungan sosial dan kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan tingkahlaku ataupun sikap yang berbeda pula.

Sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi (John Harvey dan William Smith, dalam Abu Ahmadi 2002:164). Sikap merupakan tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi seperti: simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dsb. orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap objek apabila dia suka atau memiliki sikap yang favorable. Dan sebaliknya apabila individu tidak suka maka dia akan memiliki sikap negatif atau unfavorable terhadap objek (Thurstone, dalam Abu Ahmadi, 2002:163).

(53)

organisasi yang tetap dari proses motifasi, emosi, persepsi, atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.

Menurut Siti Partini sikap bukan pembawaan dari lahir melainkan hasil pengaruh dari lingkungan yang berarti sikap ini dapat dipelajari. Pengaruh lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan kebuidayaan, lingkungan sosial, lingsungan pendidikan dan sebagainya. Siti Partini (1984:82) menjelaskan pembentukan dan perubahan sikap timbul karena stimulus, terbentuknya sikap itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma kelompok, golongan agama, dan adat istiadat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan pembawaan dari interaksi dengan individu lain atau kelompok sosial berupa respon dalam bentuk positif dan negatif yang dipengaruhi oleh objek tertentu seperti cognitive, affective dan behavior yang mempengaruhi emosi, motifasi, serta persepsi individu sehingga menghasilkan tingkah laku yang disebut sikap.

(54)

memahami mengapa orang lain melakukan suatu hal kalau seseorang itu mampu memahami motif yang mendasarinya.

Menurut Landzey Hall dan Thomson (Siti Partini, 1984:105) motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. Menurut Atkinson (Siti Partini, 1984:105) motif adalah disposisi laten yang berusaha dengan sekuat tenaga menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini bisa berupa prestasi, ifiliasi ataupun kekuasaan.

Gerungan (Siti Partini, 1984:105) menerangkan bahwa motif adalah penggerak atau pendorong dalam diri seseorang manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Abu Ahmadi (2002:191) menjelaskan motif sebagai dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan, motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon atau suatu himpunan respon dengan keadaan dorongan tertentu, dan apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan maka motif itu hasil proses belajar.

Melihat pengertian motif dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang mampu membentuk tujuan seseorang sehingga mengakibatkan seseorang memiliki tingkah laku tertentu untuk mewujudkan tujuannya. Motif timbul karna adanya kebutuhan kebutuhn sosial ataupun kebutuhan prinadi. Kebutuhan sosial ini meliputi interaksi denga kelompok lain, organisasi, dan lain lain.

(55)

dengan prasangka sosial. Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain (Siti Partini, 1984:120). Lebih lanjut Siti Partini (1984) mengatakan prasangka timbul dari adanya dimana perbedaan ini menimbulkan perasaan superior. Perbedaan yang dimaksud meliputi: perbedaan fisik, lingkungan geografis, kekayaan, status sosial, kepercayaan/agama, dan norma sosial. Prasangka juga timbul karena kesan menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Prasangka juga timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu.

Menurut Siti Partini (1984:129) prasangka pada diri seseorang atau kelompok itu dapat dihilangkan sesuai derajat atau tebal tipisnya prasangka. Karena sebenarnya prasangka itu adalah salah sangka atau miss komunikasi. Oleh karena itu prasangka dapat dikurangi atau dihilangkan dengan beberapa cara berikut:

a. Usaha preventif: usaha dimana kita mencegah agar diri sendiri atau kelompok terkena prasangka dari orang lain atau melakukan prasangka pada orang lain. Menciptakan suasana yang damai, tenteram, dan jauh dari rasa permusuhan.

(56)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa prasangka atau perilaku prasangka itu dapat kita cegah dan kita hilangkan, terutama semuanya harus melalui kesadaran oleh setiap manusia yang mengerti akan kaidah hidup bersosialisasi atau hidup bersosial.

Dalam kehidupan remaja, penerimaan diri pada komunitas atau kelompok sisoal merupakan hal yang penting. Penolakan terhadap remaja oleh lingkungan sosial atau kelompok merupakan kegagalan dalam membina hubungan baik remaja dengan kelompoknya. Menurut Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk. 2008:142) faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial remaja adalah:

a. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang dan gembira.

b. Memiliki reputasi sebagai orang yang suportif, menyenangkan. c. Penampilan diri sesuai dengan penampilan teman sebaya.

d. Perilaku sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan dengan orang lain, bijaksana serta berperilaku sopan.

e. Matang, terutama dalam pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan kelompok.

f. Memiliki sikap kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti sifat-sifat jujur, setia, tidak mementingksn diri sendiri dan terbuka.

g. Status ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota lain dalam kelompok dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga.

h. Tempat tinggal yang dekat dengan anggota kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.

(57)

adalah seorang remaja hendaknya memiliki sikap yang menyenangkan, matang dalam pengendalian diri atau pengendalian emosinya, jujur dan bertanggung jawab atas dirinya dan kelompok sosialnya, serta mempunyai penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya sehingga menimbulkan rasa aman dan menyenangkan bagi lingkungan atau kelompok sosialnya.

Kehidupan sosial bukan hanya terjadi dalam lingkup organisasi ataupun kelompok saja. Kehidupan sosial yang banyak ditemui dalam ruang lingkup kehidupan sosial remaja adalah kehidupan sosial dengan lawan jenis, atau bisa disebut dengan ketertarikan antar pribadi atau ketertarikan antar lawan jenis atau persahabatan. Masa remaja adalah masa dimana seseorang mulai mengenal lawan jenis sebagai teman akrabnya baik yang sebagai teman akrab atau teman yang mereka sukai. Dalam kehidupan remaja kebanyakan orang sudah mengalami masa dimana ketertarikan kepada lawan jenis yang menumbuhkan rasa cinta ataupun sebaliknya dimana pada masa remaja mengalami penolakan atau dibenci.

(58)

hanya berhubungan sebagai teman biasa akan berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan diantara keduanya, misalnya: hoby, pola berfikir yang sama, keinginan atau cita-cita, nasib, dsb.

Persahabatan dan hubungan pertemanan sebenarnya hampir sama, Menurut Suzanne Kurth (Siti Partini, 1984:14) Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan hubungan pertemanan adalah hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan didalam perkembangan suatu persahabatan. Artinya hubungan pertemanan merupakan permulaan dari lahirnya hubungan persahabtan, dan hubungan pertemanan hanya bersifat formal dalam ruang lingkup sosial yang luas dan tidak masuk pada hubungan intim antar individu.

Tak hanya sebatas hubungan antar sosial dan kelompok saja, kehidupan sosial remaja juga terdiri dari kehidupan sosial dalam keluarga. Keluarga merupankan unit sosial terkecil dari kehidupan sosial dalam masyarakat. Dalam keluarga terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, ibu sebagai ibu rumah tangga, anak sebagai anggota keluarga. Keluarga merupakan unit sosial terkecil sebagai landasan seorang individu belajar dalam hidup bersosial dalam interaksi sosial kecil antar sesama anggota keluarga.

(59)

keberhasilan anak dalam karirnya salah satunya adalah dukungan orang tua. Dukungan yang baik dan doa yang baik kepada anak akan memberi motifasi dan semangat belajar bagi anak. Menurut J. Verkuyl (Siti Partini, 1984:152) Keluarga yang memberikan rasa aman, damai, kasih sayang, cinta dan kemesraan kepada anggota keluarganya akan mempengaruhi anak dalam perkembangan pendidikan dan karirinya. Karena anak akan merasa tentram dan damai serta tidak merasa kesepian apabila mengalami masalah dengan lingkungan belajarnya.

Perkembangan anak sangat dipengaruh oleh peran orang tua dalam memperlakukan anak. Abu Ahmadi (2002:247) menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja.

a. Perimbangan perhatian

Yang dimaksud perimbangan perhatian adalah perimbangan perhatian dari orang tua atas tugas- tugasnya. Tugas yang diberikan pada anak harus seimbang dan sesuai dengan porsinya. Artinya anak membutuhkan staabilitas keluarga, pendidikan, serta pemeliharaan psikis dan religiusitas.

b. Keutuhan keluarga

(60)

c. Status sosial

Status sosial mempengaruhi tingkah laku dan pengalaman anak. Status sosial adalah kedudukan orang tua dalam kelompok atau lingkungan masyarakat. Secara sederhana status sosial di indonesia dapat dibagi menjadi petani, pegawai, angkatan bersenjata, pedagang. Dalam hal ini memiliki kaitan dengan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga yang memiliki penghasilan cukup akan lebih mampu memberikan kebutuhan bagi anaknya, begitu sebaliknya.

d. Besar kecilnya keluarga

Besar kecilnya keluarga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pada keluarga besar anak sudah biasa bergaul dengan orang lain, sudah biasa memperlakukan dan diperlakukan orang lain. Daan sikap toleransi berkembang sejak kecil.

3. Dinamika Ekonomi

(61)

kendala dimana seorang mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi mengatasi atau mengalami masalah dalam kehidupan ekonominya, baik itu berupa pemenuhan kebutuhan pendidikan, pemenuhan kebutuhan konsumsi, pemenuhan kebutuhan tempat tinggal. Dan kebutuhan yang memerlukan dana dan biaya lainnya.

Dinamika kehidupan ekonomi seoarang mahasiswa tak terlepas dari kehidupan ekonomi mahasiswa perantauan dan mahasiswa lokal. Mahasiswa perantauan merupakan mahasiswa yang berasal dari luar daerah atau luar provinsi, misalnya mahasiswa yang berasal dari papua yang berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta. Sedangkan mahasiswa lokal adalah mahasiswa yang sedaerah atau satu kota dengan universitas yang di tempatinya, misalnya mahasiswa dari daerah Sleman yang berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

Mahasiswa perantauan adalah mahasiswa yang mandiri karena jauh dari oranga tua. Kehidupan mahasiswa perantauan tidak akan jauh dari kendala ekonomi yang selalu pas-pasan. Dinamika kehidupan ekonomi mahasiswa perantauan biasanya cukup komplek, hal ini dikarenakan oleh:

a. Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal (kos) yang harus dipenuhi sendiri karena jauh dari orang tua.

Gambar

Tabel 1. Pedoman Wawancara
Tabel 2. Pedoman Observasi
Tabel 3. Profil Subjek Mahasiswa Bidikmisi
Tabel 4. Profil Key Informan Mahasiswa Bidikmisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan

Peta Kesesuaian Lahan aktual tanaman Kelapa sawit Kecamatan NA IX – X Kabupaten Labuhanbatu Utara.. Universitas

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan arti dan latar belakang pemberian nama tempat yang ada di Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang, mengidentifikasi

Responden penelitian sebanyak 52 orang dari total 2.466 orang peternak pembibitan sapi potong program PERAK dan difokuskan pada responden penerima program PERAK

In this article, the process of developing online courses and organizing teaching for the General Informatics subject for first-year students at the Hue

[r]