• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh investor maka laporan keuangan harus memiliki kualitas. Namun didalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. oleh investor maka laporan keuangan harus memiliki kualitas. Namun didalam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan perusahaan berisi berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif yang digunakan serta diperlukan oleh pihak internal maupun pihak eksternal. Agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh investor maka laporan keuangan harus memiliki kualitas. Namun didalam laporan keuangan banyak terjadi asymetri informasi terkait keuangan perusahaan serta terdapat pula konflik kepentingan diantara pengguna laporan keaungan dari pihak ektsternal dengan manajer perusahaan. Agar laporan keuangan dapat dikatakan wajar, laporan keuangan milik perusahaan perlu diperiksa oleh auditor yang independen (Kurnianingsih dan Rohman, 2014). Auditor bertugas memeriksa laporan keuangan entitas secara sistematis. Sehingga auditor dapat dapat dengan tepat dalam menyampaikan opini mereka mengenai kewajaran laporan keuangan milik entitas. Terdapat empat jenis opini yang dikeluarkan oleh auditor dalam menilai laporan keuagan entitas, yaitu wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, wajar dengan pengecualian dan tidak wajar atau menolak memberikan pendapat (Arens et al., 2008)

Kualitas dari audit kerap menjadi permasalahan bagi pengguna laporan keuangan. Opini yang dikeluarkan oleh auditor kerap diragukan keabsahan nya karena kinerja dari auditor tidak sesuai dengan standar auditing profesional. Hal ini didukung oleh maraknya skandal yang melibatkan profesi akuntan publik dalam negeri maupun luar negeri yang memberikan dampak besar terhadap kepercayaan

(2)

publik terhadap profesi akuntan publik. Padahal auditor merupakan pihak ketiga yang harus bersikap independen dalam memberikan jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan (Singgih dan Bawono, 2010). Banyak kasus yang melibatkan peran auditor di dalamnya, Misalnya kasus Enron & KAP Arthur Andersen. Kasus Enron terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2001, dimana Enron melakukan window dressing dengan memanipulasi angka pada laporan keuangan agar kinerjanya tampak baik. Enron juga telah melakukan mark up pada akun pendapatan sebesar US$ 600 juta dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Kasus ini melibatkan KAP Arthur Andersen yang membantu proses rekayasa ini. KAP Arthur Andersen mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian yang sebenarnya berbanding terbalik dengan keadaan yang sebenarnya terjadi.

Kasus yang melibatkan akuntan publik juga terjadi di dalam negeri yaitu kasus PT SNP Finance, Pada kasus ini PT SNP Finance melakukan pembobolan 14 bank senilai 2,4 trilliun, Hal ini turut menyeret KAP Satrio Bing Eny dan Rekan yang merupakan Entitas dari Delloite Indonesia. KAP Satrio Bing Eny dan Rekan dianggap belum sepenuhnya menerapkan pengendalian sistem informasi terkait data nasabah dan akurasi jurnal piutang pembiayaan dalam melakukan audit atas laporan keuangan SNP tahun buku 2012 sampai dengan 2016. Hal ini dikarena auditor dan klien memiliki masa perikatan yang cukup lama dengan klien sehingga berakibat pada berkurangnya sikap skeptisme professional seorang auditor (www.tempo.co, 2018).

Kasus lain yang juga terjadi di Indonesia yaitu kasus PT Hanson Internasional yang terjadi pada tahun 2018, dimana PT Hanson Internasional

(3)

terbukti melakukan penggelembungan (over statement) pendapatan senilai Rp 613 miliar pada laporan keuangan tahun 2016, Kasus ini melibatkan Sherly Jakom dari KAP Purwanto, Sungkoro dan Surja, Sherly mengakui pendapatan dari penjualan Kaveling siap Bangun (Kasiba) dengan metode akrual tanpa menjelaskan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Sehingga Auditor dianggap telah melanggar kode etik pasar modal dan kode etik profesi akuntan public (www.cnbcindonesia.com, 2019). Terlepas dari kasus yang telah terjadi, Auditor seharusnya menjadi pihak yang netral sehingga dapat dipercaya dan diandalkan dalam proses audit laporan keuangan perusahaan. Kepercayaan yang diberikan oleh pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya terhadap jasa akuntan publik, Pada Akhirnya mengharuskan seorang akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya (Agusti dan Pertiwi, 2013)

Kualitas Audit diartikan sebagai probabilitas dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan milik klien menenemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi milik klien (DeAngelo, 1981). Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) menyatakan audit yang dilaksanakan oleh auditor dapat dikatakan berkualitas baik apabila memenuhi ketentuan atau standar pengauditan. Kemampuan teknis auditor mempengaruhi probabilitas auditor dalam menemukan pelanggaran. Sementara, Independensi auditor mempengaruhi probalbilitas auditor dalam melaporkan pelanggaran. Independensi merupakan sikap tidak mudah dipengaruhi, karena dalam melakukan pekerjaanya auditor bekerja untuk kepentingan umum (Deis Jr dan Giroux, 1996) dalam (Alim et al., 2007)

(4)

Fee Audit merupakan sejumlah biaya yang dibebankan oleh auditor sebagai imbalan atas audit yang diberikan untuk klien. Penentuan Fee dinilai berdasarkan kontrak yang telah disepakati auditor dan klien sesuai dengan resiko penugasan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, kompleksitas jasa yang diberikan struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Fee audit biasanya disepakati sebelum proses audit dilakukan (El-Gammal, 2012). Anggota kantor akuntan publik tidak diperbolehkan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee serta tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi independensi, Karena hal ini dapat merusak citra seorang auditor (Kurnianingsih dan Rohman, 2014)

Tolak ukur kualitas audit dapat dinilai berdasarkan masa perikatan antara seorang auditor dengan klien nya. Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang dijalin auditor dengan auditee yang sama dari tahun ke tahun (Werastuti, 2013). Ketika KAP dan klien memiliki hubungan yang berlangsung selama bertahun-tahun, klien dianggap menjadi sumber pendapatan terus menerus oleh audtor, hal ini tentu dapat mengurangi independensi dari auditor (Yuvisa et al., 2008). Salah satu contohnya ialah kasus Enron diatas. Kasus Enron yang terjadi di Amerika Serikat membuat banyak pihak terkejut. Dari kasus Enron tersebut, maka munculah pembaruan dalam bentuk regulasi yang mengatur serta membatasi tenure audit. Berawal dari terbitnya Sarbanes Oxley Act pada 2002 di Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia pun menerbitkan sebuah peraturan pengauditan. Peraturan tersebut adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang

(5)

Jasa Akuntan Publik, yang disempurnakan hingga peraturan yang berlaku saat ini yaitu Keputusan Menteri Keuangan nomor: 17/KMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan tersebut mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Setelah dilakukan revisi berulang kali, terbitlah peraturan paling mutakhir yang berlaku pada saat ini yaitu PP No. 20 tahun 2015 yang menjadikan tidak ada pembatasan tenure untuk KAP. Pembatasan hanya berlaku untuk AP yaitu selama 5 (lima) tahun buku berturut-turut.

Bukti empiris mengenai Kualitas audit sebagai variabel dependen telah diteliti oleh Kurnianingsih dan Rohman (2014) dengan variabel independent berupa Audit Fee, Audit tenure dan Rotasi Audit. Objek yang diteliti ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008-2012 yang berjumlah 230 perusahaan. Metode analisis yang digunakan ialah metode regresi logistik. Variabel kualitas audit pada penelitian ini diproksikan menggunakan KAP Big 4. Hasil dari penelitian ini fee audit memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Audit Tenure memiliki pengaruh signifikan Negatif terhadap kualitas audit. Sementara Rotasi Audit memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit

Selain itu, Penelitian juga dilakukan oleh Nurintiati dan Purwanto (2017) yang menguji Pengaruh Tenure Kap, Ukuran Kap, Spesialisasi Auditor Dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit. Objek yang diteliti ialah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015. Metode

(6)

analisis yang digunakan ialah Model regresi moderasi dan analisis regresi linear berganda. Variabel kualitas audit pada penelitian ini diproksikan menggunakan discretionary accrual. Hasil dari penelitan ini meyatakan bahwa Audit Tenure memiliki pengaruh signifikan negative terhadap kualitas audit, Ukuran KAP tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit, Spesialisasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit, dan Fee audit memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

Dari Penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini akan menguji kembali Pengaruh Audit Tenure, Fee Audit dan Rotasi Auditor terhadap kualitas Audit. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh (Kurnianingsih dan Rohman, 2014) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya ialah perbedaan objek , dimana objek yang digunakan yaitu perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2016-2018. Selain itu terdapat perbedaan proksi pada Variabel kualitas audit, Dimana pada penelitian ini kualitas audit diproksikan dengan opini going concern.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang Masalah diatas dapat disimpulkan rumusan masalah yang akan menjadi dasar penelitian adalah:

Apakah Audit Tenure, Besar kecilnya Fee audit, dan Rotasi audit berpengaruh terhadap kualitas audit?

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan. Maka Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh:

Audit Tenure, Besar kecilnya Fee audit, dan Rotasi audit berpengaruh terhadap kualitas audit

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan Tujuan penelitian yang telah disebutkan, Maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi sebagai referensi untuk menambah wawasan serta menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya 2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi praktis serta bermanfaat bagi Auditor maupun Kantor Akuntan Publik agar menyediakan jasa audit yang berkualitas sehingga memberikan nilai tambah baik kepada perusahaan sebagai pemilik laporan keuangan serta kepada masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan teknik Effleurage dan Abdominal Lifting pada 27 responden yang mengalami

Metode ini memanfaatkan arus listrik bervoltase kecil yang dihubungkan ke benda yang akan dites, dengan memindahkan secara elektrolisis sejumlah kecil sampel ke kertas

Pada hasil penelitian tentang penerapan tindak tutur yang terdapat dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta sesuai dengan teori tindak tutur yang dikemukakan

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 tahun 2017 tentang

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang