RPKPS Seni Film Dokumenter | 1
RPKPS
(RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)
1. Nama Mata Kuliah : Seni Film Dokumenter (Le Cinéma documentaire II)
2. Kode/SKS
: SVF 2202 / 2 SKS
3. Prasyarat
: Film Dokumenter (Le Cinéma documentaire I)
4. Status Matakuliah
: Wajib
5. Deskripsi singkat matakuliah:
Peluang tren industri kreatif mengantarkan mahasiswa bahasa asing memerkaya pengetahuannya di bidang manajemen budaya dan komunikasi estetik; mencapai kritalisasi pengetahuan pragmatis bahasa sinema sebagai pelanjutan dari pengetahuan teoretis komunikasi budaya modern dan tradisional; menguasai sejumlah pendekatan dan beragam metode memadai dalam kontribusinya akan pembacaan fakta-fakta komunikasi budaya yang membangun teks-teks sinema. Dalam uraian yang lebih rinci tujuan pembelajaran mencakupkan:
membangun minat mahasiswa pada kekayaan atau keragaman budaya lokal dan global sebagai materi kreativitas ekspresi kultural;
mengembangkan suatu kompetensi kultural yang memungkinkan mahasiswa memahami komunikasi budaya dan wacana-wacana budaya lampau ataupun budaya-budaya yang tengah berkembang ;
mengembangkan suatu kompetensi kultural yang memungkinkan mahasiswa mampu mengekspresikan ragam budaya sebagai perangkat pemikiran dan sebagai metode penguasaan ilmu pengetahuan melalui media sinema;
mengembangkan suatu kompetensi kognitif pada mahasiswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengamati, mengeksplorasi, mengurai buhul-buhul permasalahan kultural dan mengintegrasikannya pada pengetahuan atau informasi-informasi yang dimilikinya yang muncul dari permasalahan kultural di sekelilingnya;
menggiatkan, melalui komunikasi budaya (sinema) pada situasi-situasi riil, pengembangan personal, dan sosial mahasiswa ;
mengembangkan perilaku positif-kreatif terhadap seni dan kebudayaan lokal; mengantarkan mahasiswa ke arah pelaku aktif industri budaya.
RPKPS Seni Film Dokumenter | 2
6. Tujuan pembelajaran (dulu TIU)
Menguasai secara global dan secara praktis spesifitas-spesifitas pembuatan film dokumenter, dari penulisan skenario hingga pasca-produksi yang meliputi:
1. Memahami dan mengerti metode-metode umum konsepsi sebuah film documenter.
2. Mampu menyusun suatu perencanaan pra-produksi dan mengungkapkan keinginannya dalam perencanaan itu.
3. Mampu menyusun suatu pembatasan dan suatu penyiapan pembuatan documenter di lokasi.
4. Mampu menyelaraskan dasar-dasar teknik pengambilan gambar, penataan suara, dan penyuntingan menjadi sebuah karya otonom mahasiswa.
5. Menguasai aspek-aspek artistik penyuntingan gambar dan khususnya penyuntingan penulisan documenter.
7. Outcome pembelajaran (Learning outcomes=LO)
Untuk mencapai tujuan pembelajaran berkelanjutan, mahasiswa diharapkan dapat melakukan praanggapan hubungan-hubungan sinema dengan seni-seni lainnya (fotografi, lukisan, teks sastra, dst) dan dengan disiplin-disiplin lainnya (ilmu bahasa dan budaya, sejarah, antropologi, dst); mahasiswa dimungkinkan mengapresiasi bobot ideologis dan sosial teks-teks sinema; mahasiswa dimungkinkan menyadari adanya kaidah-kaidah yang mutlak pada representasi dan pada produksi sinema. Harapan-harapan ini diharapkan mengantarkan mahasiswa pada suatu kesemestian perilaku kooperatif bahwa untuk membangun suatu produksi diperlukan profesi-profesi berbeda, tetapi tergabung dalam kepentingan bersama. Dalam penjelasan yang lebih konseptual, pembelajaran sinema dokumenter memahamkan mahasiswa pada pengelompokkan pengetahuan (le savoir) dan praktik (le praxis). Empat pengetahuan pokok yang ditubuhkan dalam pelingkupan meliputi empat keahlian: mengindera dan membaca untuk memahami, bernarasi dan menulis untuk produksi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut seyogyanya tersampaikan melalui empat wacana: informatif, insitatif, ekpresif, dan ludik-estetik. Penentuan atau pengurutan materi tersebut memfasilitasi
RPKPS Seni Film Dokumenter | 3 penciptaan suatu intensi-komunikasi yang merupakan matra keberhasilan pembelajaran.
8. Materi Pembelajaran atau Pokok Bahasan atau Topik atau
bahan kajian.
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, khususnya Diploma Bahasa Prancis, secara bertahap mengembangkan kurikulum berbasis keberlanjutan dunia vokasional-akademis dengan dunia nyata sebagai tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja industri kreatif. Sebuah industri yang basis modalnya adalah kreativitas individual, tetapi dalam proses produksinya mutlak menuntut kerja tim besar (misal, dari penulis skenario hingga penyobek karcis).
Pada pemahamannya yang lebih mengerucut, fim dokomenter atau fiksi, di atas segalanya, adalah seni dan budaya yang menjadi jantung sebuah pendidikan yang terbuka pada dunia aktualitas. Ia adalah bahasa yang berdiri di persimpangan seni-seni lainnya (teater, musik, tari, lukisan, teknologi informasi, dst). Sinema merupakan vektor pengetahuan yang pada awalnya adalah praktik kreatif dan pandangan metodis karya yang mengkontribusikan pengembangan imajiner dan jiwa kritis.
Seni bahasa dan manajemen budaya adalah perangkat yang mampu memuaskan kebutuhan manusia akan komunikasi, berekspresi, dan menggagaskan pikiran. Seni bahasa dan manajemen budaya juga merupakan suatu alat bantu yang memberikan akses terhadap pengetahuan-pengetahuan baru dan sistemnya.
Proses penguasaan seni bahasa dan manajemen budaya, pada konteks sinema, sangat berkaitan dengan pengembangan kepribadian, dan hanya akan berfungsi dengan mengeksplorasikannya serta membangun pemahaman terhadap dunia sekelilingnya dan informasi-informasi yang disadapnya, sambil selalu mentasbihkan informasi-informasi tersebut dalam upaya membangun kedewasaan berpikirnya untuk kemudian mencoba mengkomunikasikan dan mengekspresikan pengalaman serta kekayaan batinnya. Langgam proses ini, berbeda pada setiap mahasiswa, harus dihormati dalam kekurangan dan kelebihannya.
Untuk memfasilitasi pengembangan komunikai-ekspresi sinema dokumenter di atas, perguruan tinggi memiliki peran menggugah atau menghidupkan
RPKPS Seni Film Dokumenter | 4 pelbagai minat penelitian terapan mahasiswa oleh karena mata kuliah ini akan mengantarkan mereka pada sebuah penemuan dunia melalui: pengamatan, pengajuan pertanyaan, pengungkapan opini, untuk kemudian membuka diri selebar mungkin (melalui proses-proses tadi) terhadap pelbagai informasi sebagai peluang memperkaya pengetahuan dengan cara mengembangkan kompetensi perangkat-perangkat komunikasi-ekspresi mahasiswa. Pendalaman penggunaan perangkat komunikasi-ekspresi ini, untuk mencapai pengendapan, lebih bermanfaat dibandingkan dengan pembelajaran klasikal di dalam kelas yang sangat terbatas dalam penumbuhan wawasan. Tanpa pendalaman pengalaman-pengalaman tersebut, akan sangat sukar mahasiswa memiliki rasa percaya diri dan perangkat yang dibutuhkan akan menjadi sukar diterapkan pada konteks-konteks lain.
Mata kuliah ini merupakan cours développé (kuliah pengembangan minat mahasiswa) Diploma Bahasa Prancis SV-UGM agar tidak semata memasuki pasar kerja ‘tradisional’ (hotel, perbankan, pariwisata, jurnalisme, dst), tetapi dimungkinkan merambah ke pasar kerja kreatif yang masih sangat terbuka. Meski menjadi salah satu mata kuliah baru dari kurikulum 2011, mata kuliah Seni Film Dokumenter merupakan kristalisasi multidisipliner dari kuliah-kuliah yang menjadi prasyaratnya seperti: Film Dokumenter I [Cinéma documentaire I] (1), Komunikasi Budaya Modern [Communication interculturelle] (2), Bahasa Prancis Profesional III [Le français III] (3), dan Marketing Budaya [Le Marketing de la culture] (4). Empat mata kuliah yang harus ditempuh terlebih dulu oleh mahasiswa membekalinya cakrawala pengetahuan yang memungkinkan mahasiswa dapat mengikuti kuliah Seni Film Dokumenter yang sistematis dan rumit. Hal ini dimungkinkan karena pada kuliah-kuliah termaksud sebelumnya, pengertian terminologi-terminologi khusus mengalami perubahan medan. Isme pada komunikasi budaya terpahamkan dalam kuliah ini menjadi ranah pertemuan fenomena budaya yang mempertanyakan epistemology suatu produk budaya; komunikasi verbal mengalami derivasi hibridasi ketika dipindahkan ke format digital; penutur suatu bahasa tertentu mengalami dekonstruksi ketika tergantikan oleh kamera; dan paragraf-paragraf makna terotonomisasi menjadi sekuen (rangkaian shoot) dalam sinema.
Tingkat keberhasilan mahasiswa mengikuti mata kuliah ini, pada awalnya, memang diragukan. Selain mengingat sebagai mata kuliah multidisiplin, peristilahan yang dipahami pada sejumlah mata kuliah sebelumnya mengalami perubahan pragmatis. Namun, kekhawatiran itu tidak lagi bias manakala kapasitas pengetahuan kebahasaan mahasiswa (dalam pelbagai tingkatan dan sistemnya) menemukan wujud konkret. Menemukan simbol dalam teks verbal menjadi ikon dalam teks visual (sinema). Menemukan majas bahasa, elipsis
RPKPS Seni Film Dokumenter | 5 misalnya, menjadi teknik montase (editing) pada gramatika sinema. Kekhawatiran ini semakin tidak beralasan ketika pada evaluasi akhir, ujian final, mahasiswa tidak lagi menghadapi medan imajiner, tetapi merealisasi sebuah dunia verbal menjadi nyata tertuang dalam format digital. Kompetensi yang tidak pula bisa dilupakan, pada proses ‘pemindahan’ format tadi mahasiswa harus bekerja dalam tim, dan setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab berbeda (dari produser hingga penata cahaya, misal).
Jumlah jam dan Pembagiannya :
Kuliah Seni Film Dokumenter dalam satu semester direncanakan berlangsung 16 kali yang terdiri dari 10 kali tatap muka, 6 kali praktik penulisan skenario, dan diperkaya dengan 2 kali observasi lokasi syuting, dan 1 kali merealisasi program kelompok (satu kelompok terdiri dari tiga mahasiswa) merealisasi rencana produksi melalui diskusi-diskusi dalam kelas sebagai pengganti ujian akhir semester. Setiap program tatap muka terdiri dari 60-90 menit kuliah, 30 menit diskusi kelompok. Pembagian jam selengkapnya adalah sebagai berikut:
No
Jenis Program
Jumlah
program
Jumlah
jam
Keterangan
1. Tatap muka 10 kali 15 1. Menyampaikan gambaran tuntas teknik-teknik dasar dokumenter kepada mahasiswa untuk mempertemukan medan realitas nyata dengan minat mahasiswa 2. Memperkenalkan
perangkat lunak Pinnacle Studio sebagai
keterampilan teknologi informasi yang akan bermanfaat dalam editing video.
2. Diskusi 10 kali 5 Membahas peran narator
dalam, film dokumenter, dengan memutar film documenter: Femme
RPKPS Seni Film Dokumenter | 6 asiatique Femme érotique; Le people de l’océan, dst.
3. Praktik penulisan skenario
6 kali 24 1. Mahasiswa
mempraktikkan teori yang sudah diperolehnya di kelas. 2. Mahasiswa membentuk kelompok sesuai kebutuhan tim kecil pembuatan film dokumenter dan
merencanakan genre dokumenter yang sudah diputuskan kelompok. 4. Obervasi dan setting lokasi. 1. 2 kali 4 1. Mahasiswa merencanakan realisasi dokumenter di lokasi yang sudah ditentukan. 2. Perencanaan pembuatan story-board. 5. 2. Realisasi 1 kali 36 1. Menjadi parameter penguji kemampuan mahasiswa selama mengikuti perkuliahan. 2. Mendapat masukan dan umpan balik dari mahasiswa.
Jumlah 27 kali 74 jam
Ming
gu ke- TIK Topik Sub Topik
Metode Pembelajaran 1 Pengantar kuliah dan pemetaan kegiatan 1. Perkenalan seni dokumenter 2. Perbedaan
Tatap muka di kelas: 1. Dosen
menerangkan dengan alat bantu
Pengantar kuliah dan pemetaan
RPKPS Seni Film Dokumenter | 7 documenter dan reportase 3. Bahan ajar 4. Judul-judul film documenter acuan laptop dan LCD 2. Tanya jawab 2 Mahasiswa akan paham memasuki kuliah multidisipliner Jenis-jenis dokumenter dan penggunaan perangkat lunak Pinnacle Studio 1. Menjelaskan sinema adalah komunikasi budaya yang ditulis dengan cahaya (pembedaan gelap dan terang). 2. Memberi contoh tiga pilar documenter: la vérit’e, le point de vue, la vision du monde Tatap muka di kelas: 1. Dosen menerangkan dengan alat bantu buku ajar dan tampilan LCD. 2. Tanya jawab antara dosen dengan mahasiswa. 3. Diskusi kelompok 3 Mahasiswa akan trampil membedakan bahasa verbal dan bahasa audiovisual Sinema sebagai fenomena penyampaian pesan. Memperkenalkan kode-kode sinema sebagai sistem komunikasi bahasa yang khas. Tatap muka di kelas: 1.Dosen menerangkan dengan alat bantu (potongan film).. 2.Tanya jawab antara dosen dengan mahasiswa. 3.Diskusi kelompok 4 Mahasiswa akan trampil mengenali peristiwa Sinema dan budaya lokal 1.Mengenali unsur-unsur fisik sinema. 2. Mengenali kesatuan
Tatap muka di kelas:
RPKPS Seni Film Dokumenter | 8 kebahasan dalam
film melalui kode-kodenya.
dasar bahasa: dari gros plan/close–up hingga sekuen filmis, cadrage/frame. 1.Mencari kepustakaan sebuah film. 2.Memberi latihan analisis judul film. 3.Menugaskan mahasiswa untuk meghubungkan bab 1 dengan bab 3. menerangka n dengan buku ajar dan LCD. 2. Tanya jawab . 3. Latihan istilah-istilah khusus sinema. 4. Diskusi kelompok 5 Mahasiswa akan mampu dan trampil membaca film sebagai sinema dan film
sebagai teks.
Penguasaan kosa sinema dasar, teori dan
praktik. Penguasaan sinema sebagai wacana. 1. Menerangkan ringkas komunikasi budaya dan marketing budaya visualnya. 2. Menerangkan kategori, genre, dan aliran. 3. Membaca generique/credit title. 4. Menjelaskan bahasa verbal (kelisanan film) dan bahasa non-verbal (visualitas gambar). 5. Menugaskan mahasiswa menghubungkan bab 1, 3, 4 (membuat documenter, melakukan penelitian documenter, dan Tatap muka di kelas: 1. Dosen menerangka n dengan alat bantu buku ajar dan LCD. 2. Tanya jawab . 3. Latihan menganalisi s sudut tembak kamera sebuah dokumenter . 4. Diskusi kelompok
RPKPS Seni Film Dokumenter | 9 metode pembuatan dokumenter). 6 Mahasiswa akan mampu dan trampil memadukan komunikasi budaya dengan komunikasi bahasa.
Fokalisasi naratif 1. Menerangkan fokalisasi (sudut pandang) film berdasarkan sistem tandanya..
2. Menerangkan wacana dan narasi sinema melalui angle, ukuran shoot, gerakan kamera, kedalaman gambar. 3. Menerangkan semionaratif atau ujaran film (cerita, fiksi, diegesisnya). Tatap muka di kelas: 1. Dosen menerangka n dengan buku ajar dan alat bantu.. 2. Tanya jawab. 3. Diskusi kelompok 7 Mahasiswa akan mampu dan trampil menulis skenario film pendek (dokumenter) sesuai dengan kaidah dan hukum sinema Teori penulisan skenario. 1. Menjelaskan enam kaidah dasar penulisan skenario (rencana pembuatan film; dialog; menghibur dengan cerdas; tokoh utama; sasaran penonton; insiden pemicu). 2. Mengungkapkan lima dasardokumenter. 3. Penentuan subjek. 4. Menugaskan mahasiswa mencari contoh kaidah dan hukum skenario dalam film-film yang pernah mereka Tatap muka di kelas: 1. Dosen menerangka n dengan alat bantu. 2. Latihan membuat rencana film pendek dan menentuka n genre dialognya. 3. Diskusi kelompok
RPKPS Seni Film Dokumenter | 10 tonton. 8 Mahasiswa akan mampu dan trampil menulis skenario adaptasi teks sastra pendek. Praktik penulisan adaptasi. 1. Menjelaskan tiga aliran dokumenter 2. Membangun stuktur cerita. 3. Dramaturgi film. 4. Acte, sequence, dan scene. 5. Kelompok produksi memilih subjek dokumenter. 6. Penulisan skenario. Workshop tiga hari. 9 1. Mahasiswa akan memiliki kapasitas peran sesuai karakternya dalam tim produksi . 2. Mahasiswa akan membutuhkan strategi dan ketrampilan untuk berperan secara proaktif dalam kerja kelompok. Studio terbuka dan perencanaan produksi. 1. Mahasiswa melakukan pemotretan lokasi untuk menyusun storyboard. 2. Mahasiswa menyusun anggaran produksi. Lokasi-lokasi perencanaan pengambilan gambar dan adegan.
10 Realisasi Realisasi Realisasi Dosen mencatat
kinerja setiap kelompok untuk menyusun masukan kepada setiap kelompok. 11 Pemutaran film dokumenter karya kelompok Kritik antarkelompok Kelompok menjelaskan dalih-dalih karyanya Kritik penggunaan bahasa Prancis pada subtitle
RPKPS Seni Film Dokumenter | 11 atau narasi 13 Perbaikan aspek
bahasa dan aspek naratif filmis kelompok - - Catatan akhir karya documenter kelompok mahasiswa oleh dosen 14 Penyerahan karya kelompok ke prodi
9. Evaluasi yang direncanakan
Aspek penilaian yang digunakan pada proses pembelajaran ini adalah:
Aspek
Penilaian
Unsur Penilaian
Skor Maks. Persentase
Pemahaman
dan
ketrampilan
Penelusuran kepustakaan
350
29,17
Latihan kosa sinema
150
12,5
Tugas akhir
200
16,67
Kreativitas
Keaktifan dalam diskusi
100
8,33
Pengembangan gagasan
100
8,33
Leadership
Kerjasama dalam kelompok
100
8,33
Perilaku
100
8,33
Teknis
100
8,33
RPKPS Seni Film Dokumenter | 12
a. Unsur penilaian aspek pemahaman meliputi:
Unsur Penilaian
Pencapaian lima kompetensi
(artistik, kultural, teknis,
metodologis, prilaku)
Prosentase
Artistik
30
Perilaku
25
Kultural
20
Metodologis
15
Teknis
10
Jumlah
100
Evaluasi dilakukan dari hasil pengumpulan poin oleh masing-masing
mahasiswa dan hasil akhir ditentukan sebagai berikut:
- Nilai A untuk 960 poin (>80%)
- Nilai B untuk 840-959 poin (70-80%)
- Nilai C untuk 720-839 poin (60-70%)
- Nilai D untuk 480-719 poin (40-60%)
- Kurang dari 480 dianggap Tidak Lengkap / Tidak Lulus.
-
Apabila minimal 75% mahasiswa memperoleh nilai A atau B pada semua
komponen evaluasi, maka dapat dikatakan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran berhasil.
RPKPS Seni Film Dokumenter | 13