• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis oleh peneliti dan penjabaran tentang hasil yang sudah didapatkan. Berikut pemaparan tentang hasil penelitian.

4.1 Profil responden

Subyek dalam penelitian 160 orang suami-isteri, dibagi menjadi dua kelompok 80 orang suami-isteri yang dijodohkan serta kelompok kedua suami dan isteri yang tidak dijodohkan. Berikut tabel frekuensi jumlah responden pada tiap-tiap kelompok:

  Tabel 4 1. Frekuensi Jumlah Responden Pada

Kelompok Suami dan Isteri Yang Dijodohkan dan Tidak Dijodohkan

Kelompok Dijodohkan Frekuensi Percent

Suami 40 orang 50% Isteri 40 orang 50% Total 80 orang 100% Kelompok Tidak Dijodohkan Suami 40 orang 50% Isteri 40 orang 50% Total 80 orang 100%  

Sumber: Data Penelitian

Pada tabel di atas menunjukkan jumlah suami dan isteri yang dijodohkan 80 orang dan yang tidak dijodohkan. Pertimbangan mengambil sampel dengan jumlah tersebut, karena ketidaktahuan peneliti terhadap jumlah populasi yang tepat pada subyek penelitian.

(2)

4.1.1 Karakteristik Subyek Suami-Isteri Tidak Dijodohkan Dan Yang Dijodohkan

Peneliti memiliki data kontrol untuk melihat deskripsi dan frekuensi dari data mengenai karakteristik subyek suami isteri yang tidak dijodohkan dan yang dijodohkan. Data yang ada pada peneliti yang telah diisi oleh suami isteri melalui kuesioner sebagai berikut, jenis kelamin, usia pernikahan, lama berpacaran pada kelompok pasangan yang tidak dijodohkan dan tipe perjodohan untuk kelompok pasangan dijodohkan. Berikut pembahasan tentang deskripsi dan frekuensi pada data kontrol.

4.1.2 Karakteristik Subyek Berdasarkan Usia Suami-Isteri Tidak Dijodohkan Dan Dijodohkan

Karakteristik pertama dalam penelitian ini yaitu berdasarkan usia pasangan yang tidak dijodohkan dan dijodohkan. Pengelompokkan usia dewasa muda diambil peneliti berdasarkan teori yang sudah di gunakan karena setiap orang menikah dengan persentase terbanyak di usia dewasa muda. Subyek penelitian ini berusia 25-35 tahun. Berikut gambaran frekuensi usia dan persentase usia subyek penelitian :

(3)

Tabel 4 2. Deskripsi Persentase Usia Subyek Suami-Isteri Tidak Dijodohkan dan Dijodohkan

  

Usia Suami Dan Isteri Dijodohkan    

Usia   Suami  Persentase  Isteri  Persentase  25 ‐ 28 

tahun  12 orang  30%  25 orang  62,5% 

29 ‐ 32 

tahun  23 orang  57,5%  15 orang  37,5% 

33 ‐ 35 

tahun  5 orang  12,5%  0  0 

Total  40 orang   100%  40 orang  100% 

  

Usia Suami Dan Isteri Yang Tidak Dijodohkan     

Usia   Suami  Persentase  Isteri  Persentase  25 ‐ 28 

tahun  18 orang  45%  35 orang  87,5% 

29 ‐ 32 

tahun  18 orang  45%  5 orang  12,5% 

33 ‐ 35 

tahun  4 orang  10%  0  0 

Total  40 orang  100%  40 orang  100% 

Sumber : Data Penelitian

Pada tabel di atas dapat terlihat dikisaran berapa usia suami dan isteri yang dijodohkan dan yang tidak dijodohkan. Pada suami yang dijodohkan usia 29-32 tahun paling banyak yaitu 23 orang dengan persentase 57,5%, sedangkan pada suami yang tidak dijodohkan usia suami yang terbanyak dikisaran 25-28 tahun dan 29-32 tahun dengan jumlah sama 18 orang, dengan persentase 45%. Pada tabel Isteri yang dijodohkan usia paling banyak dikisaran 25-28 tahun sebanyak 25 orang, dengan persentase 62,5%. Kisaran usia yang sama juga terdapat di suami dan isteri yang tidak dijodohkan. Paling banyak 35 orang di kisaran 25-28 tahun, dengan persentase 87,5%.

(4)

4.1.3 Karakteristik Subyek Berdasarkan Masa Pacaran Suami-Isteri Tidak Dijodohkan Karakteristik selanjutnya setelah usia subyek adalah waktu menjalin hubungan sebelum menikah atau dikenal sebagai pacaran pada pasangan tidak dijodohkan. Pengelompokkan responden pada lama pacaran berfungsi untuk mengetahui bahwa pasangan suami-isteri ini tidak dijodohkan dan menempuh masa berpacaran. Berikut hasil deskripsi masa pacaran suami-isteri tidak dijodohkan.

Tabel 4 3. Deskripsi Persentase Masa Pacaran Pada Suami-Isteri Tidak Dijodohkan

Masa

Pacaran Frekuensi Persentase

0 - 1 tahun 32 40%

2 - 4 tahun 30 37,5% 5 - 7 tahun 14 17,5%

> 7 tahun 4 5%

Total 80 100%

Sumber : Data Penelitian

Dari tabel diatas diketahui bahwa pasangan yang menjalin hubungan pacaran selama 0-1 tahun yang paling banyak berjumlah 32 orang (40%). Pasangan yang paling sedikit masa berpacaran pada waktu > 7 tahun hanya berjumlah 4 orang (5%).

4.1.4 Karakteristik Usia Pernikahan Suami-Isteri Dijodohkan Dan Tidak Dijodohkan

Karakteristik subyek yang ketiga yaitu usia pernikahan pada suami dan isteri yang dijodohkan dan yang tidak dijodohkan, akan dipaparkan dalam penelitian ini. Pengelompokkan usia pernikahan pada responden ini berfungsi untuk mengontrol, karena kriteria dalam penelitian ini adalah usia pernikahan 0-5 tahun, dalam usia tersebut pasangan menikah masih dalam masa adaptasi atau penyesuaian. Berikut deskripsi usia pernikahan suami-isteri yang tidak dijodohkan dan dijodohkan berserta persentasenya:

(5)

Tabel 4 4. Deskripsi Berdasarkan Usia Pernikahan Suami-Isteri Tidak Dijodohkan

Usia Pernikahan Suami dan Isteri Dijodohkan   

Usia 

Pernikahan  Suami  Persentase Isteri  Persentase  0‐1 tahun  16 orang  40%  16 orang  40%  2‐3 tahun  14 orang  35%  14 orang  35%  4‐5 tahun  10 orang  25%  10 orang  25%  total  40 orang  100%  40 orang  100% 

Usia Pernikahan Suami dan Isteri Tidak Dijodohkan   

Usia 

Pernikahan  Suami  Persentase Isteri  Persentase  0‐1 tahun  6 orang  15%  6 orang   15%  2‐3 tahun  15 orang  37,5%  15 orang  37,5%  4‐5 tahun  19 orang   47,5%  19 orang  47,5%  total  40 orang  100%  40 orang  100% 

Sumber : Data Penelitian

Terlihat pada tabel di atas suami dan isteri yang dijodohkan memiliki usia pernikahan lebih banyak ditahun awal pernikahan 0-1 tahun dengan persentase dari masing-masing kelompok 40%. Pada pasangan yang tidak dijodohkan juga berbeda mereka memiliki nilai persentase yang paling banyak di usia pernikahan 4-5 tahun dengan masing-masing persentase 47,5%.

4.1.5 Karakteristik Tipe Perjodohan Pada Suami-Isteri Dijodohkan

Pengelompokkan tipe perjodohan dimaksudkan untuk mengetahui dengan cara apa suami-isteri dijodohkan berdasarkan tiga tipe perjodohan yang dijelaskan planned type (orang tua), delegation type (berdasarkan budaya), dan joint venture (ekonomi) berdasar pada fenomena yang sudah disinggung. Berikut hasil deskripsi tipe perjodohan dalam penelitian :

(6)

Tabel 4.5. Deskripsi Tipe Perjodohan Pada Suami-Isteri Dijodohkan

Tipe Perjodohan Frekuensi Persentase

Orang Tua 64 80%

Budaya 10 12,5%

Ekonomi 2 2,5%

Lainnya 4 5%

Total 80 orang 100%

Sumber : Data Penelitian

Dari deskripsi diatas diketahui tipe perjodohan yang dilakukan orang tua menempati posisi paling banyak dengan frekuensi 64 orang (80%) suami dan isteri. Pada jumlah yang paling sedikit adalah tipe perjodohan lainnya (biro jodoh) dengan frekuensi 4 orang (5%) suami dan isteri.

4.2 Tahapan Hasil Uji Hipotesis

Dalam sub-bab ini akan dijelaskan hasil uji hipotesis secara bertahap, dengan memulai uji Mann-Whitney U Digunakan bila menguji hipotesis komparatif dua sampel independen dengan data ordinal. Peneliti menggunakan teknik non-parametrik karena skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal.

4.2.1 Uji Mann-Whitney U

Pada sub bab ini peneliti ingin menjabarkan proses analisis yang telah di hitung melalui proses analisis. Peneliti menggunakan teknik non parametrik. Mann-Whitney U digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen dengan data ordinal. Berikut hasil dari uji

(7)

Tabel 4.6. Deskripsi Rata-Rata Ranking Kelompok Suami

Kelompok Jumlah Rata-Rata Ranking Suami Dijodohkan 40 Suami 20.66

Suami Tidak Dijodohkan 40 Suami 60.34 Total 80 Suami Kelompok Suami dijodohkan dan

Tidak Asymp. Sig 2 tailed

0.000 Sumber : Data Penelitian

Pada tabel di atas 2 tabel, di tabel pertama pada kelompok suami dijodohkan dan tidak dijodohkan, terlihat perbedaan ranking yang lebih rendah pada suami dijodohkan. Berarti Ha¹ diterima dan Ho¹ ditolak, dapat dilihat bahwa nilai asymp sig 2 tailed 0.000 < 0.05 yang artinya ada perbedaan penyesuaian pernikahan pada kelompok suami dalam penelitian.

Tabel 4.7. Deskripsi Rata-Rata Ranking Kelompok Isteri

Kelompok Jumlah Rata-Rata

Ranking Isteri Dijodohkan 40 Suami 20.58 Isteri Tidak Dijodohkan 40 Suami 60.43

Total 80 Suami

Kelompok Isteri Dijodohkan dan

Tidak

Asymp. Sig 2 tailed 0

Sumber : Data Penelitian

Pada tabel selanjutnya di atas pada kelompok isteri dijodohkan dan tidak dijodohkan, terlihat perbedaan dalam kolom ranking yang lebih rendah pada isteri dijodohkan. Berarti Ha¹

(8)

diterima dan Ho² ditolak, dapat dilihat bahwa nilai asymp sig 2 tailed 0.000 < 0.05 yang artinya ada perbedaan penyesuaian pernikahan pada kelompok isteri dalam penelitian.

4.2.2 Gambaran Hasil Norma Penyesuaian Pernikahan

Pada bab metodologi penelitian dalam sub-bab instrumen penelitian dan pengukuran peneliti membuat norma berdasarkan total skor yang diperoleh oleh data, berikut tabel ringkasan tentang norma yang telah dibuat berdasarkan empat kelompok subjek dimulai dari kelompok suami tidak dijodohkan:

Tabel 4.8. Deskripsi Sebaran Skor Total Kelompok Suami Yang Dijodohkan Dan Yang Tidak Dijodohkan 

Sebaran Total Skor Suami Tidak Dijodohkan

Kategori Frekuensi Persentase

Tinggi 17 orang 42,5%

Sedang 10 orang 25%

Rendah 13 orang 32,5%

Sebaran skor total Skor Suami Dijodohkan

Kategori Frekuensi Persentase

Tinggi 12 orang 30%

Sedang 12 orang 30%

Rendah 16 orang 35%

Sumber Data Penelitian

  Pada tabel di atas terlihat perbedaan sebaran skor total pada kelompok suami tidak dijodohkan dengan persentase 42,5% pada kategori tertinggi. Pada kelompok suami dijodohkan dengan persentase 35% pada kategori rendah.  

(9)

Tabel 4.9. Deskripsi Sebaran Skor Total Kelompok Isteri Yang Dijodohkan Dan Yang Tidak Dijodohkan

Sebaran Skor Total Isteri Tidak Dijodohkan

Kategori Frekuensi Persentase

Tinggi 15 orang 37,5%

Sedang 11 orang 27,5%

Rendah 14 orang 35%

Sebaran Skor Total Isteri Dijodohkan

Kategori Frekuensi Persentase

Tinggi 15 orang 37,5%

Sedang 12 orang 30%

Rendah 13 orang 32,5%

Sumber Data Penelitian

Pada tabel di atas kelompok isteri tidak dijodohkan memiliki sebaran skor total paling tinggi di kategori tinggi dengan persentase 37,5%. Pada kelompok isteri dijodohkan memiliki sebaran skor total di kategori tinggi dengan persentase 37,5%.

(10)

4.2.3 Uji Hipotesis

Pada bab 2 sudah dibahas tentang hipotesis yang peneliti berikan. Beriku hipotesis yang peneliti berikan :

Ho¹ : Penyesuaian pernikahan pada kelompok suami yang dijodohkan tidak lebih rendah dari kelompok yang tidak dijodohkan.

Ho² : Penyesuaian pernikahan pada kelompok isteri yang dijodohkan tidak lebih rendah dari kelompok yang tidak dijodohkan.

Ha¹ : Penyesuaian pernikahan kelompok suami yang dijodohkan lebih rendah dari yang tidak dijodohkan.

Ha² : penyesuaian pernikahan kelompok isteri yang dijodohkan lebih rendah dari yang tidak dijodohkan.

Dengan demikian Ho¹ dan Ho² ditolak, sehingga Ha¹ dan Ha² diterima. Dinyatakan bahwa terdapat perbedaan penyesuaian pernikahan pada kelompok suami dan isteri yang tidak dijodohkan dan dijodohkan.

(11)

4,4, Pembahasan Hasil Penelitian

Pada sub-bab ini peneliti ingin membahas kesimpulan akhir dalam penelitian ini. Diawali pembahasan mengenai interpretasi pada masing-masing tabel yang menjadi data kontrol pada kuesioner. Pertama pada tabel tipe perjodohan dari hasil data penelitian menunjukkan bahwa suami dan isteri yang dijodohkan yang didominasi oleh planned type atau orang tua. Di Negara-negara maju seperti Amerika dan Italia, dewasa ini orang tua berfikir lebih aman menjodohkan anaknya karena menganggap pacaran adalah suatu hal yang menyesatkan, sehingga berpikir untuk menjodohkan anaknya lebih baik (Olson & DeFrain, 2010). Dalam latar belakang juga disinggung peran orang tua yang sebenarnya tidak meremehkan hubungan atas dasar cinta, tetapi dalam pernikahan yang didasari cinta sangat dihargai, namun orang tua memilki persepsi bahwa suami dan isteri yang dijodohkan diharapkan dapat mengembangkan hubungan yang penuh kasih setelah menikah bukan sebelum menikah (Tepperman & Wilson 1993 dalam Lamanna & Riedmann, 2009).

Pada tabel usia pernikahan pada suami dan isteri yang dijodohkan memiliki nilai persentase tertinggi di usia pernikahan 0-1 tahun, dimana faktor baru menikah menjadi faktor lain kurangnya penyesuaian pernikahan atau waktu beradaptasi pada pasangan masih terlalu sebentar. Lain halnya dengan pasangan yang menikah tidak dijodohkan yang memiliki nilai persentase tertinggi di usia pernikahan 4-5 tahun, dimana faktor beradaptasi pada pasangan sudah lama. Dari tabel usia masing-masing suami dan isteri juga berbeda didalam kelompok suami yang dijodohkan paling tertinggi dengan persentase 57,5% di kisaran usia 29-32 tahun, dimana usia tersebut tergolong dewasa. Perolehan persentase pada suami tidak dijodohkan memiliki hasil sama pada kisaran usia 25-28 tahun dan 29-32 tahun, yaitu masing-masing 45%. Selain kelompok pada suami, usia isteri dijodohkan dengan persentase paling banyak dikisaran usia 25-28 tahun, dimana usia tersebut usia paling muda yang dikategorikan dalam penelitian. Pada isteri tidak dijodohkan memilki hasil yang sama, yaitu dengan persentase paling tinggi

(12)

dikisaran usia 25-28 tahun dengan persentase 87,5%. Dimana usia yang ada pada subyek merupakan usia dewasa muda dimana masa tersebut dewasa muda mulai membuat komitmen pribadi yang mendalam kepada orang lain (Erikson dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2005) dengan cara menikah.

Pada tabel uji kelompok dengan mann whitney u dalam sub-bab sebelumnya terlihat hasil ranking kelompok suami dan isteri yang tidak dijodohkan tidak lebih rendah dari kelompok dijodohkan. Suami isteri yang menikah melewati masa pacaran dimana mereka lebih mengenal satu sama lain seperti yang telah dijabarkan pada latar belakang tentang wheels theory. Pada suami isteri yang bermula dengan perkenalan, lalu merasa nyaman dan merasa dekat sehingga dapat mengekspresikan perasaan lebih mendalam pada hubungan suami isteri. Dalam kenyataannya dalam penelitian ini masa pacaran berpengaruh pada penyesuaian pernikahan. Adapun penyesuaian pernikahan memiliki beberapa faktor menurut Hurlock (1991), pada suami isteri yang tidak dijodohkan akan lebih mudah menyesuaikan diri untuk penyesuaian terhadap pasangannya, karena hubungan interpersonal yang sudah dibangun sebelum menikah. Dalam faktor penyesuaian seksual pada pernikahan suami isteri tidak dijodohkan akan cepat beradaptasi, karena tidak malu mengekspresikan kemesraannya karena usia pernikahan pasangan yang dijodohkan baru menginjak usia 0-1 tahun.

Pada tabel sebaran skor total dalam gambaran norma dinyatakan skor total suami yang tidak dijodohkan persentasenya paling tinggi penyesuaian pernikahannya. Pada kelompok suami yang dijodohkan persentase paling tinggi di kategori rendah penyesuaian pernikahannya. Berbeda dengan kelompok isteri yang dijodohkan memiliki penyesuaian pernikahan yang tinggi dengan persentase yang sama, yaitu 37,5%. Kesimpulannya pernikahan suami dan isteri kelompok tidak dijodohkan memilki kategori tinggi sedangkan pada kelompok suami dijodohkan memiliki kategori rendah penyesuaian pernikahannya, berbeda dengan isteri yang dijodohkan memiliki penyesuaian pernikahan yang tinggi.

Gambar

Tabel 4 2. Deskripsi Persentase Usia Subyek  Suami-Isteri  Tidak Dijodohkan dan Dijodohkan    
Tabel 4 3. Deskripsi Persentase Masa Pacaran Pada  Suami-Isteri  Tidak Dijodohkan  Masa
Tabel 4 4.   Deskripsi Berdasarkan Usia Pernikahan  Suami-Isteri Tidak  Dijodohkan
Tabel 4.5. Deskripsi Tipe Perjodohan Pada  Suami-Isteri  Dijodohkan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jika kita berada pada satu jaringan yang sama denganorang yang mengirim email, atau yang dilalui oleh email, maka kita bisa menyadap email dengan memantau port 25,yaitu port

Selain dari perintah Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

Dalam hal putusnya perkawinan atas perceraian, suami dan isteri tidak leluasa penuh untuk menentukan sendiri syarat-syarat untuk memutuskan hubungan perkawinan tersebut,

Menunjukkan bahwa terdapat 13 responden yang mengalami beban berat dan memiliki kemampuan tidak baik dalam merawat pasien perilaku kekerasan.. Hasil uji

Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap udang jinga (Lc) di daerah penelitian lebih kecil dibandingkan dengan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad (Lm) menunjukkan sebagian

Hal tersebut didorong oleh terbitnya dua buah buku pada tahun 1860 yakni buku Max Havelaar tulisan Edward Douwes Dekker dengan nama samarannya Multatuli, dan buku

“Kami selalu ingin membuat konsumen agar tidak merasa bahwa treatment di Rumah Cantik Citra mahal, awalnya saat Rumah Cantik Citra berdiri kami memiliki strategi

1). Komunikasi: menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program dengan para kelompok