• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Pengembangan Inovasi Pembibitan Porang (Amarphopallus Onchophillus L.)

di Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang

Ramdan Hidayat dan Purwadi

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur, Jl. Raya Rungkut Madya, Gununganyar, Surabaya

Abstrak

Budidaya porang yang existing di Jawa Timur, telah dilaksanakan di kawasan hutan Perhutani Unit II Jawa Timur seluas lebih dari 2.000 ha pada beberapa wilayah KPH (Jember, Nganjuk, Jombang, Padangan, Saradan, Bojonegoro, Mojokerto dan Madiun). Pada tiga tahun terakhir budidaya porang berkembang di lahan terbuka tanpa naungan. Potensi pengembangan budidaya tanaman porang di lahan ternaungi dan lahan terbuka di Jawa Timur luasnya mencapai 1.987.422 ha. Budidaya porang sangat prospektus dan menguntungkan, sehingga masyarakat luas tertarik menanam porang. Dampaknya permintaan bibit porang sangat tinggi, namun ketersediaan bibit terbatas dan menyebabkan harga bibit porang sangat tinggi tanpa jaminan kualitas bibit. Untuk itu dibutuhkan bibit yang berkualitas secara massal dan bersertifikat. Tujuan kajian ini adalah 1). Terbentuknya kelembagaan kelompok tani penangkar bibit porang yang mengembangkan inovasi pembibitan, 2). Dihasilkannya bibit porang skala massal dan bermutu, stabilitas harganya, serta terhindar dari kelangkaan bibit saat diperlukan. Metodologi yang digunakan meliputi: 1). Penyuluhan Teknik pembibitan porang yang baik dan benar, 2). Praktek dan Demplot usaha pembibitan dari beberapa sumber bibit porang, 3). Pembentukan kelompok tani penangkar bibit porang terbina. Hasil kajian menunjukkan: 1) Terbentuknya kelompok tani penangkar bibit porang dan UKM Pembibitan Porang, 2). Meningkatnya kualitas bibit porang yang dihasilkan dan dipasarkan di wilayah Kabupaten Jombang.

Kata kunci: bibit, inovasi, penangkar, porang, sertifikat

Pendahuluan

Porang (Amarphopallus onchopillus L.) merupakan tanaman asli daerah tropis, khususnya Indonesia dan tumbuh sebagai tumbuhan semak (herba) yang produksinya berupa umbi dengan kandungan polysacharida (glucomanan) yang tinggi sebagai sumber pangan dan untuk berbagai macam bahan baku industri, laboratorium kimia, dan obat-obatan (Suhartati dan Sari, 2015). Sebagai bahan baku industri, porang dapat digunakan antara lain

(2)

untuk: mengkilapkan kain, perekat kertas, cat kain katun, wool dan bahan imitasi yang memiliki sifat lebih baik dari amilum. Tepungnya dapat dipergunakan sebagai pengganti agar-agar, sebagai bahan pembuat negatif film, isolator dan seluloid karena sifatnya yang mirip selulosa. Sedangkan larutannya bila dicampur dengan gliserin atau natrium hidroksida dapat dibuat bahan kedap air. Juga dapat dipergunakan untuk menjernihkan air dan memurnikan bagian-bagian keloid yang terapung dalam industri bir, gula, minyak dan serat (Hidayat, Dewanti dan Hartojo, 2013).

Makanan dari porang disukai oleh masyarakat Jepang untuk makanan khas Jepang berupa mie (shirataki) atau tahu (konyaku) dan beras analog, serta tepung glukomanan (Hidayat, Rosida, Latifah dan Dewanti, 2012). Perusahaan yang memproduksi bahan makanan yang berasal dari porang tersebut yaitu PT Ambico dan CV Budi Jaya Legowo, serta PT Asean Prima Konjag (APK) yang telah mengekspor ke Jepang, China dan Korea. Umbi porang juga digunakan sebagai bahan mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasarnya. Oleh karena itu pangsa pasar porang luar negeri masih sangat terbuka, terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa, serta Australia (Hidayat, Purwadi dan Yektiningsih, 2020).

Budidaya porang yang existing di Jawa Timur, telah dilaksanakan di dalam kawasan hutan Perum perhutani Unit II Jawa Timur seluas lebih dari 2.000 ha yang meliputi beberapa wilayah KPH (Jember, Nganjuk, Jombang, Padangan, Saradan, Bojonegoro, Mojokerto dan Madiun). Berdasarkan hasil kajian model pengembangan hilirisasi porang di Jawa Timur tahun 2019 bahwa luas lahan potensial untuk pengembangan budidaya porang di Jawa Timur masih sangat luas, yaitu 1.987.422 Ha, dengan rincian dibawah tegakan tanaman hutan tanaman industri (HTI) dengan kemiringan lahan 0 – 2 % seluas 266.293 Ha dan pada kemiringan lahan 2 – 15 % seluas 539.663 Ha, sedangkan potensi luas lahan di pertanian lahan kering (PLK) terbuka dengan kemiringan 0 – 2% adalah 344.798 Ha dan kemiringan 2 – 15 % seluas 526.520 Ha. Luas areal potensial pada lahan Pertanian Lahan Kering Baru (PLKB) dengan kemiringan lahan 0–2 % sebesar 105.629 Ha, sedangkan pada kemiringan lahan 2 – 15 % seluas 204.517 Ha (Hidayat, Yektiningsih, Siswanto dan Harya, 2019). Luasan lahan potensial untuk tanaman porang tersebut dapat dikelola untuk mendukung agroindustri dan meningkatkan nilai tukar petani, serta dapat membantu masyarakat membuka lapangan kerja dan usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Penunjukan Jawa Timur sebagai wilayah pengembangan tanaman porang terbesar di Indonesia oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia ditindaklanjuti dengan memprogramkan perluasan lahan budidaya porang di Kabupaten Madiun pada tahun 2020

(3)

seluas 5.000 ha dan meningkatnya permintaan bibit porang (Biji, Bulbil, maupun Umbi Kecil) dari luar Jawa Timur sampai dengan luar negeri berdampak pada kelangkaan dan mahalnya harga bibit porang. Pada tahun 2020 keragaan harga bibit porang asal bulbil mencapai Rp. 350.000,- / kg, sedangkan bibit asal umbi kecil berukuran 20 – 40 umbi/kg menyentuh harga Rp. 125.000,-/kg dan Umbi yang berukuran besar mencapai harga Rp. 14.000,-/kg. Kelangkaan bibit porang di Jawa Timur yang saat ini terjadi dikarenakan tidak terkendalinya pemasaran bibit porang oleh petani dan pedagang, baik pemasaran antar pulau maupun ekspor, mengingat beberapa tahun terakhir ini sedang terjadi euforia dikalangan masyarakat tani tentang budidaya tanaman porang yang sangat menjanjikan dan prospektus. Mahalnya harga bibit porang yang saat ini terjadi, menyebabkan petani kecil tidak mampu membeli bibit porang untuk dibudidayakan dan kondisi ini tidak mendukung pengembangan agroindustri berbasis porang di Jawa Timur (Hidayat, Purwadi, Yektiningsih, 2020).

Luasnya areal potensial untuk pengembangan porang di Jawa Timur di lahan terbuka (PLK dan PLKB) secara teknis membutuhkan bibit porang yang sudah mengalami adaptasi ditanam di lahan terbuka agar secara agronomis pertumbuhannya tidak mengalami stress berkepanjangan. Demikian pula program sertifikasi benih juga perlu dilakukan untuk menjamin keyakinan petani bahwa bibit yang dibelinya mempunyai daya tumbuh lebih dari 80 %, bebas penyakit dan “true to type”, mengingat saat ini sudah banyak ditemukan penyakit yang menyerang pada budidaya porang tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka upaya pembentukan kelompok tani penangkar bibit porang sangat urgen untuk direalisasikan dan upaya pembinaan, serta pendampingan dari Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian harus disegerakan dalam suatu program “Kelompok Tani Penangkar Bibit Porang Binaan” untuk membantu membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) pembibitan porang yang terstandarisasi dalam upaya standarisasi mutu bibit dengan harga yang terjangkau untuk mendukung agroindustri.

Tujuan kajian ini adalah 1). Terbentuknya kelembagaan kelompok tani penangkar bibit porang yang mengembangkan inovasi pembibitan, 2). Dihasilkannya bibit porang skala massal dan bermutu, stabilitas harganya, serta terhindar dari kelangkaan bibit saat diperlukan.

Metodologi

Kegiatan pengembangan inovasi pembibitan porang terletak di Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang didasarkan atas penambahan luas areal budidaya porang pada beberapa tahun terakhir yang salah satunya disebabkan oleh

(4)

keberadaan petani dan UKM pembibitan porang. Kegiatan ini berlangsung mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember Tahun 2020.

Metodologi yang digunakan meliputi: 1). Penyuluhan Teknik pembibitan porang yang baik dan benar, 2). Praktek dan Demplot usaha pembibitan dari beberapa sumber bibit porang, 3). Pembentukan kelompok tani penangkar bibit porang terbina.

Hasil dan Pembahasan

A. Potensi pengembangan tanaman porang di Kabupaten Jombang

Berdasarkan hasil pengukuran luas lahan yang telah ditanami porang di wilayah Kabupaten Jombang seperti yang disajikan pada Tabel 1. diketahui bahwa terdapat beberapa kecamatan yang sudah membudidayakan tanaman porang dengan luas area total tanaman porang di Kabupaten Jombang, tahun 2019 adalah 466.7 ha.

Tabel 1. Luas Wilayah Penanaman Porang di Kabupaten Jombang Tahun 2019

No Kecamatan Luas Areal (Ha) Status Kepemilikan Lahan 1 Wonosalam 351,2 Mandiri dan Perhutani

2 Ngusikan 40,5 Mandiri dan Perhutani

3 Kabuh 20,5 Mandiri dan Perhutani

4 Kudu 10,5 Mandiri dan Perhutani

5 Plandaan 10,5 Mandiri dan Perhutani

6 Bareng 16,5 Mandiri dan Perhutani

7 Mojo Duwur 17.0 Mandiri dan Perhutani

Luas Total 466.7

Sumber: Data Primer 2020, Diolah

Pada Tabel 1. Terlihat bahwa Wonosalam adalah Kecamatan yang keberadaan tanaman porang nya paling luas (351,2 ha), diikuti berturut-turut oleh Kecamatan Ngusikan (40.5 ha), Kabuh (20,5 ha), Bareng (16.5 ha), Kudu (10,5), dan Kecamatan Plandaan (10,5 ha) serta Mojo Duwur (17.0 ha).

Berdasarkan syarat tumbuh (ketersediaan air) dan kesesuaian lahan (kemiringan lahan), maka potensi pengembangan atau perluasan tanaman porang di Kabupaten Jombang masih sangat besar. Hasil pemetaan terhadap kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman porang, maka potensi pengembangannya dapat dilihat pada Tabel 2.

(5)

Tabel 2. Potensi Pengembangan Tanaman Porang di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

No Desa Kecamatan Luas Areal (ha) Status Kepemilikan Lahan 1 Panglungan Wonosalam 202.4 Mandiri dan Perhutani 2 Sumberjo Wonosalam 57.6 Mandiri dan Perhutani 3 Carang Wuluh Wonosalam 55.8 Mandiri dan Perhutani 4 Jarak Wonosalam 11.5 Mandiri dan Perhutani 5 Galengdowo Wonosalam 7.8 Mandiri dan Perhutani 6 Sambirejo Wonosalam 8.5 Mandiri dan Perhutani 7 Wonokerto Wonosalam 7.6 Mandiri dan Perhutani

Luas Total 351.2

Sumber: Data Primer 2020, Diolah

Pada Tabel 2. diketahui bahwa Luas lahan di Wilayah Kabupaten Jombang, khususnya di Kecamatan Wonosalam yang sangat berpotensi untuk pengembangan tanaman porang pada katagori sesuai (P1) wilayah desa yang luas area pengembangan porang terluas berada pada Desa Panglungan. Berikut ini merupakan Persentase Potensi Pengambangan Tanaman Porang di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

Sumber: Data Primer 2020, Diolah

Gambar 1. Persentase Luas Areal Tanaman Porang di Kec. Wonosalam Tahun 2020 Pada gambar 1 diketahui bahwa Desa Panglungan memberikan kontribusi paling besar dibanding Desa lainnya dalam potensi pengembangan tanaman porang di Kabupaten Jombang yaitu sebesar 58 % dan Desa berikutnya yaitu Desa Sumberjo (16 %), Desa Carang Wuluh (16 %), Desa Jarak (3 %), Desa Galengdowo (2 %), Sambirejo (3 %) dan Desa Wonokerto (2 %). Berikut ini merupakan grafik Tingkat potensi pengembangan sentra tanaman porang di Kecamatan Wonosalan Kabupaten Jombang.

Lahan di wilayah Kabupaten Jombang yang berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman porang pada katagori sedang atau cukup sesuai (P2) disajikan pada Tabel 3, dimana luas lahan yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya tanaman porang di wilayah Kabupaten Jombang dalam katagori cukup sesuai (P2) masih sangat luas, yaitu berkisar 351.2

(6)

Ha, dimana desa-desa yang cukup potensial dengan luasan yang sangat luas adalah: Desa Panglungan, Sumberjo, Carang Wuluh, dan Desa Jarak.

Sumber: Data Primer 2020, Diolah

Gambar 2. Luas Areal Pengembangan Tanaman Porang di Kecamatan Wonosalam (ha) Tabel 3. Potensi Pengembangan Porang (P2) di Kec. Wonosalam, Kabupaten Jombang

No. Desa Luas Area

(Ha) No. Dusun

Luas Area (Ha)

1 Panglungan 202.4 1 Mbabatan 52.5

2 Sumberjo 57.6 3 Sidolegi 25.7

3 Carang Wuluh 55.8 4 Seranten 18.5

4 Jarak 11.5 5 Ngondang 10.7 5 Galengdowo 7.8 6 Arjosari 10.5 6 Sambirejo 8.5 7 Mbrongkol 7.6 7 Wonokerto 7.6 8 Wonogiri 6.8 9 Pengajaran 6.6 10 Lumpung 6.5 11 Njanten 7.3 Luas Total 351.2 152.7 Sumber: Data Primer 2020, Diolah

Luas lahan eksisting yang telah membudidayakan porang di wilayah Kabupaten Jombang (Tabel 3) diketahui bahwa desa Panglungan yang sudah membudidayakan tanaman porang terluas di Kecamatan Wonosalam, yaitu 202.4 ha, sedangkan luas areal porang terluas di tingkat dusun Kecamatan Wonosalam yaitu Dusun Mbabatan, Sidolegi, Seranten, Ngondang, Arjosari, Mbrongkol, Wonogiri, Pengajaran, Lumpung dan Njanten. Hal ini disebabkan karena beberapa Desa di Kecamatan Wonosalam lahannya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman porang (Siswanto, 2016).

B. Inovasi Pembibitan Porang

Langkah pertama pada budidaya tanaman porang adalah penyiapan bibit karena dalam melakukan budidaya, bibit sangat menentukan pertumbuhan suatu tanaman karena bibit yang

(7)

berkualitas akan menghasilkan hasil panen yang berkualitas juga. Penyiapan bibit tanaman porang dapat diperbanyak secara vegetatif dan generative, seperti: Umbi, Katak, Biji. Laju pertumbuhannya dapat dipacu dengan zat pengatur tumbuh seperti CPPU (Hidayat, 2020).

Pada penyiapan bibit tanaman porang dari umbi, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan umbi porang yang berumur sekitar 1 tahun yang pertumbuhannya sehat, kemudian dibongkar tanaman porang tersebut untuk dibersihkan umbinya dari akar dan tanahnya. Setelah itu kumpulkan bibit tersebut ditempat yang teduh dan lakukan penanaman. Cara Penyiapan Bibit dari Biji, kita bisa mendapatkannya ketika tanaman porang tumbuh sekitar 4 tahun karena tanaman porang akan menghasilkan bunga yang bisa menjadi buah atau biji. Untuk satu tongkol tanaman porang bisa mendapatkan sekitar 250 biji dan kita bisa menggunakannya sebagai bibit porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu. Teknik pembibitan tanaman porang yang baik dan benar untuk menghasilkan bibit porang yang berkualitas tinggi dan “True To Type” adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Benih.

Tanaman Porang dapat berkembang biak dengan baik melalui biji hasil penyerbukan bunga jantan dan betina, katak (bulbil) dan melalui umbi kecil, serta bibit hasil kultur jaringan. Dikarenakan umbi porang merupakan umbi tunggal, maka disarankan benih dapat diambil dari biji hasil penyerbukan bunga dan umbi daun (katak) yang terdapat di dahan setelah umbi tersebut masak (lepas sendiri dari dahannya).

Berdasarkan pengamatan dilapangan, jenis alat perkembangbiakan pada tanaman porang, adalah sebagai berikut:

a). Perkembangbiakan dengan Bulbil/Katak

Satu pohon porang yang besar (berumur lebih dari 10 tahun) akan dapat menghasilkan katak sampai dengan 100 butir. Katak tersebut pada saat masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila musim hujan tiba dapat langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Pengumpulan bibit dari bubil katak dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni, mendahului saat panen umbi.

Cara menyimpan katak yang baik, yaitu disimpan di tempat yang sejuk. Bibit dari bulbil/katak ini kelebihannya adalah bisa bertahan lama sampai kurang lebih 4 bulan. Pilihlah katak yang sudah tua dan lepas (coplok) dari daun yang sudah mengering, sehat dan yang besar. Kemudian katak disimpan di lantai tanah, jangan ditumpuk atau diberi naungan agar terhindar dari sinar matahari langsung. Lebih bagus jika diberi alas pasir sekitar 2cm tebalnya. Tempatkan ditempat yang teduh, kering hindarkan dari hujan dan sinar matahari langsung.

(8)

Persiapan terhadap bibit porang asal katak dapat dilakukan melalui persemaian terlebih dahulu dalam polybag, sebagai upaya untuk mensiasati waktu tumbuh tanaman porang, dimana dikebun yang akan ditanami porang tersebut masih belum ada hujan.

Gambar 3. Keragaan Katak atau Bulbil Tanaman Porang b). Perkembangbiakan dengan biji

Setiap kurun waktu 3 - 4 tahun, tanaman porang akan berbunga dan terjadi penyerbukan, serta berkembang menjadi tongkol dengan ujungnya berbiji mirip dengan tongkol jagung. Pada saat tongkolnya masih muda, bijinya akan berwarna hijau dan akan berubah menjadi kuning serta merah setelah masak. Satu tongkol tanaman porang berumur 4 tahun bisa menghasilkan lebih dari 250 butir biji untuk digunakan sebagai benih pada musim tanam berikutnya. Benih ini terlebih dahulu harus disemaikan untuk menghindari kegagalan dalam penanaman. Waktu yang dibutuhkan untuk menyemaikan benih tersebut sampai batang nya kuat untuk dipindahkan ke lahan yang sudah disiapkan adalah sekitar 2 bulan.

Penanaman porang dengan bahan tanam atau bibit berasal dari biji, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Pilihlah biji porang dari buah yang sudah tua, berwarna orange kemerahan atau bisa merah kehitaman.

2) Pencet buah yang sudah tua tersebut dan keluarkan isinya yang biasanya ada 1 atau 2 biji yang kecil dan keras. Warnanya kehitaman dan diselimuti lendir yang tipis. 3) Lendir dan kulit biji tersebut dibersihkan terlebih dahulu. Caranya dibersihkan dengan

menggunakan air mengalir sampai bersih.

4) Selanjutnya rendam biji tersebut di dalam air bersih selama 24 jam.

5) Pilihlah biji yang bagus. Biji yang bagus adalah biji yang tenggelam ketika direndam, sedangkan biji yang tidak tenggelam atau mengambang dipermukaan air dibuang saja. 6) Setelah didapat biji yang bagus, tiriskan dan di angin-anginkan sampai kering.

7) Setelah biji kering, semai benih atau biji porang tersebut dengan media pasir pada bak perkecambahan.

(9)

9) Pengairan dilakukan dengan siram dua kali sehari, saat pagi dan sore hari.

10) Pada satu tongkol buah bisa menghasilkan 200 s/d 600 butir (satu butir berisi 2 biji porang yang dapat digunakan sebagai bibit porang dengan cara disemaikan terbih dahulu dan tahun berikutya bisa dipindah kelapangan.

11) Jarak tanam untuk persemaian yang bagus sekitar 15 x15 cm dan biarkan sampai usia 1- 2 tahun baru kemudian dipindah pada lahan tanam yang sudah disediakan.

Catatan:

• Waktu menanam bibit porang asal biji paling bagus adalah menjelang musim hujan sampai dengan saat hujan, biasanya bulan Oktober sampai dengan bulan Pebruari.

• Perhatikan dalam pelaksanaan persemaian dan penanaman porang, tunas harus menghadap ke atas ketika dimasukkan dalam tanah.

• Jika lahan penanaman sudah mulai mengering, lakukan penyiraman sesegera mungkin

Gambar 4. Bunga Tanaman Porang, Tongkol dan Biji Porang sebagai sumber bibit c). Perkembangbiakan dengan Umbi

Mata tunas yang terdapat pada umbi mini (1 kg berisi sekitar 150 butir) dan umbi kecil (1 kg berisi sekitar 50 umbi), serta umbi sedang (1 kg berisi sekitar 10 umbi) yang menonjol pada kulit umbi dapat digunakan sebagai sumber benih untuk penanaman pada musim tanam berikutnya. Umbi yang akan digunakan sebagai benih hendaknya diambil dari umbi yang sehat dan bernas. Umbi yang akan digunakan sebagai bibit untuk ditanam pada musim tanam berikutnya adalah dipilih umbi yang dipanen dari tanaman yang betul-betul sudah kering dan umbinya tersebut lepas dengan sendirinya (coplok = natural release). Umbi untuk bibit (mini, kecil dan sedang) diambil dan dikumpulkan pada saat musim panen umbi. Selanjutnya disimpan secara khusus (dalam para-para dengan sirkulasi udara yang bagus) untuk menghindarkan umbi dari kebusukan dan kopong. Persiapan terhadap bibit porang asal umbi mini sebaiknya disemaikan terlebih dahulu dalam polybag, selain jaminan pertumbuhannya lebih tinggi (>90 %) dikarenakan pemeliharaannya lebih intensif dibandingkan dilapangan,

(10)

persemaian juga sebagai upaya untuk mensiasati waktu tumbuh tanaman porang, yang lebih cepat 1 – 2 bulan sebelum intensitas hujan di lahan yang akan ditanami bibit porang tersebut meningkat dan tidak diperlukan lagi penyiraman. Pengumpulan sumber bibit tanaman porang yang berasal dari umbi sebaiknya dilakukan pada bulan Juli s/d Agustus agar kadar airnya tinggal sedikit sehingga tidak mengalami pembusukan apabila disimpan.

Perlakuan terhadap bibit dari umbi hampir sama perlakuan bibit katak. Namun untuk daya tahan, umbi tidak sebagus bulbil atau katak. Masa penyimpanan bibit umbi paling lama 2 bulan. Jika disimpan lebih lama, maka potensi kerusakan pada bibit umbi sangat tinggi, seperti: terserang jamur dan mudah busuk. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jika tempat penanaman nya jauh, maka cara membawanya juga perlu diperhatikan. Gunakan kotak terbuka untuk membawa bibit umbi jangan dimasukkan ke dalam plastik terlau lama. Penyim- panan sumber bibit umbi, sebaiknya disimpan ditempat yang teduh dan kering dengan sirkulasi udara yang baik, serta bagian bawahnya diberi alas dengan tanah sekitar 2 cm.

Persyaratan umbi porang sebagai sumber bibit, meliputi: a). Jumlah bibit minimal 100 buah/kg, b). Bibit tidak busuk, c). Kulitnya tidak mengelupas, d). Tidak terserang jamur, e). Dalam penyimpanan agar bibit umbi tidak ditumpuk atau dilasah.

Gambar 5. Umbi sebagai salah satu sumber bibit tanaman porang 2. Persiapan media tanam dan pelaksanaan persemaian

Media tanam yang baik untuk persemaian adalah campuran antara tanah, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1 : 1 (v:v:v). Tanah diayak dengan menggunakan ayakan 2 mhos, kemudian dicampur dengan kompos dan pupuk kandang yang sudah lembut. Kemudian media tanam siap dimasukkan kedalam polibag berukuran 5x10 cm. Sebelum ditanami benih (biji, katak maupun umbi mini) media tanam yang sudah dimasukkan dalam polybag tersebut disiram air sampai jenuh, baru keesokan harinya media tanam tersebut siap untuk ditanami benih (biji, katak dan umbi mini). Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada sore hari dengan cara memasukkan/membenamkan benih kedalam lubang media tanam sekitar 2-3 cm dan ditutup kembali dengan arang sekam atau abu gosok.

(11)

Gambar 6. Persiapan media tanam untuk persemaian porang

Polibag yang berisi media tanam dan sudah ditanami benih tersebut diletakkan atau disusun berjejer sedemikian rupa pada tempat yang tidak terkena sinar matahari dan hujan secara langsung dengan cara membuat sungkup plastik agar udara di dalam sungkup kelembaban udaranya terjaga tetap tinggi. Diatas lokasi persemaian tersebut dibuatkan peneduh atau naungan dari paranet dengan persentase naungan lebih dari 50 %.

Pemeliharaan terhadap bibit tanaman porang dipersemaian meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakuan setiap hari (pagi dan sore) apabila tidak ada hujan dengan menggunakan gembor, sedangkan penyiangan dilakukan dengan cara mencabuti gulma yang tumbuh dan mengganggu bibit porang di persemaian.

Persemaian juga dapat dilakukan dengan cara menanam katak dengan pembuatan guludan terlebih dahulu seperti penanaman singkong. Atau dengan cara lain yaitu dengan membuat lubang dengan diameter sekitar 40 cm dengan kedalaman kurang lebih 30 cm. Kemudian isi dengan sekam yang sudah dicampur dengan pupuk alami agar umbi porang bisa besar dengan maksimal. Untuk jarak tanam, pada umumnya jika katak yang ditanam adalah katak super (1kg isi 100an biji), maka jarak tanam yang ideal adalah 50 cm. Untuk katak biasa, jarak tanam 25 cm sudah cukup bagus untuk pembibitan.

Waktu tanam yang baik bagi tanaman porang berkisar antara bulan September sampai dengan bulan Desember. Cara penanaman yang baik adalah sebagai berikut : a). Bibit tanaman porang yang sudah muncul tunasnya dimasukkan kedalam lubang tanam dengan ketentuan sebagai berikut : Umbi (berukuran mini, kecil dan sedang) yang sudah muncul bakal tunas nya menghadap keatas (umbi), potongan dari umbi besar dengan meletakkan potongan umbi yang mUasih ada kulitnya menghadap keatas. Untuk katak/bulbil dengan meletakan bibit katak/bubil yang sudah bertunas dalam lubang tanam, dimana bagian tunasnya menghadap keatas, b). Tutup bibit yang sudah ditanam tersebut dengan tanah yang halus atau tanah olah setebal 5 cm, c). Tiap lubang tanam ditanami 1 (satu) bibit dan d). Apabila bibit sudah ditanam maka acir dibuat ditancapkan dalam posisi miring.

(12)

3. Persemaian bibit porang

Penanaman bibit porang tidak boleh terlalu dalam ataupun terlalu dangkal dikarenakan berpotensi tidak tumbuh. Kedalaman penanaman adalah 5 cm untuk jenis bibit bulbil, sedangkan untuk bibit umbi dapat digunakan kedalaman 10 -15 cm. Untuk menghasilkan pertumbuhan secara optimal, tanaman porang menghendaki tanah yang remah dan subur. 4. Pemeliharaan Bibit Semai

a. Pengelolaan Air

Tanaman porang umumnya ditanam di lahan kering. Namun agar hasil umbi optimum maka tanahnya memiliki kelembaban cukup terutama pada awal pertumbuhan tanaman. Tanaman porang masih dapat mentolerir cekaman kekurangan air selama 30-60 hari, namun jika lebih dapat menurunkan hasil umbi. Konservasi kelembaban dengan cara pemberian mulsa, mendorong perkecambahan bibit umbi, pembentukan kanopi lebih besar, tinggi tanaman dan hasil umbi yang lebih tinggi. Hasil umbi porang yang diberikan pengairan irigasi permukaan mencapai 40 ton/ha, sementara kondisi tadah hujan hanya 25 ton/ha. Pengairan secara teratur akan menghasilkan daun yang besar dan masa hidup yang lebih Panjang. b. Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan pada awal pertumbuhan tanaman sebelum kanopi penutup. Umumnya penyiangan gulma dilakukan secara manual pada saat tanaman berumur 30, 60, dan 90 hari setelah tanam. Proses penyiangan juga berfungsi sekaligus untuk penggemburan tanah sekitar tanaman. Pada lahan yang cukup luas maka penyiangan gulma juga dapat dilakukan dengan metode penyemprotan herbisida

c. Pemupukan

Tanaman porang perlu pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 5 ton /Ha. Pupuk anorganik juga perlu diberikan pada 45 hari setelah tanam dengan dosis N:P2O5:K2O sebesar 40:40:80 kg/ha atau 40:60:45 kg/ha. Setelah 1 bulan pemupukan pertama maka dilakukan pemupukan kedua dengan dosis 40:50:50 kg/ha. Peningkatan pupuk N dari 100 kg menjadi 200 kg atau K2O dari 75 kg menjadi 150 kg/ha akan meningkatkan tinggi tanaman dan produksi umbi. Peningkatan pupuk N dari 50 kg menjadi 150 kg/ha meningkatkan pertumbuhan umbi 10,6 - 27,6% selama 6 bulan periode tanam. Rata-rata berat umbi per tanaman meningkat 21,3 % dengan meningkatnya aplikasi N dari 50-150 kg/ha. Pemupukan K tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan umbi, tetapi kombinasi N dan K memiliki pengaruh interaktif yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil umbi per Ha. Pemberian pupuk kendang sebanyak 30 ton/ha dapat meningkatkan berat umbi sebesar 15%.

(13)

Penelitian tentang hama dan penyakit pada tanaman porang belum banyak dilakukan. Namun tanaman porang tidak terlepas dari gangguan hama dan pathogen penyakit. Beberapa hama yang diaporkan merusak tanaman porang adalah Galerucida bicolor (pemakan daun), Araecerus fasciculatus (merusak umbi), dan beberapa serangga penghisap dan ulat perusak daun. Penyakit yang disebabkan oleh jamur antara lain: busuk kaki oleh jamur Rhizoctonia solani, penyakit hawar daun oleh Phythopthora colocasiae, busuk batang/ umbi oleh Phytium helicoides dan Sclerotium rolfsii. Sementara penyakit yang disebabkan oleh bakteri diantara adalah busuk basah oleh Erwinia carotovora. Namun secara umum hama dan penyakit tersebut sejauh ini bukan merupakan kendala dalam produksi tanaman porang.

5. Panen dan Penjualan Bibit

Setelah dipanen, umbi porang untuk bibit perlu dibersihkan dan disimpan pada ruangan berventilasi baik. Jika disimpan pada ruangan bersuhu 10°C dapat disimpan selama berbulan bulan. Bibit yang sudah cukup umurnya dapat segera ditransplanting ke lapangan (sekitar 2 bulan) siap dijual kepada petani porang yang membutuhkan bibit seedling. Dikarenakan penangkar bibit porang tersebut belum mempunyai sertifikat sebagai penangkar bibit, maka penjualan bibitnya masih terbatas di dalam wilayah kabupaten Jombang sendiri.

Harga bibit porang seedling yang sudah siap ditanam di lapangan, dengan rata-rata umur bibit sekitar 2 bulan setelah tanam dari beberapa sumber bibit yang disemai dengan rata-rata tinggi bibit semai 20 cm akan dijual dengan harga Rp. 3.000,-/ bibit.

C. Pembentukan dan Pencanangan Kelompok tani penangkar bibit porang

Pencanangan kelompok tani penangkar bibit porang dilaksanakan di dusun Dampak, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang oleh Sekretaris Balitbang Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2020.

Gambar 7. Kegiatan penyuluhan, pembentukan dan pencanangan poktan penangkar bibit porang di Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang dan Persemaian dari beberapa sumber bibit porang

(14)

Kesimpulan

Terlaksananya penyuluhan teknik pembibitan porang yang baik dan benar di kelompok tani penangkar bibit porang. Berlangsungnya praktek dan demplot usaha pembibitan tanaman porang dari beberapa sumber bibit porang. Terbentuk dan tercanangkannya kelompok tani penangkar bibit porang terbina

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepada Badan Litbang Provinsi yang telah memfasilitasi dana melalui PAPBD Provinsi Jawa Tahun T.A. 2020 untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Inovasi Pembibitan Porang di Jawa Timur

Daftar Pustaka

Hidayat, R. (2020). Study of growth and yield of several sources of indonesian konjac (Amorphophallus onchophyllus) seedling by CPPU treatments. Seminar Nasional Magister Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur. NST Proceedings. pages 132-138.

Hidayat, R.; Dewanti F. D., & Hartojo. (2013). Mengenal karakter, manfaat dan budidaya tanaman porang (Amarphophallus oncophillus L.), Yogjakarta: Graha Ilmu.

Hidayat, R. E., Yektiningsih, Siswanto & Gyska I. K. (2019). Model Pengembangan Hilirisasi Inovasi Porang (Amarphophallus onchopillus L.) di Jawa Timur. Laporan Kajian Bidang Pengembangan Kemitraan dan SIDA Balitbang Provinsi Jawa Timur. Surabaya. 185 hal.

Hidayat, Purwadi R., & Yektiningsih, E. ( 2020). Pengembangan inovasi pembibitan porang (Amarphopallus onchopillus L.) di Jawa Timur. Laporan Kajian Bidang Inovasi, Kemitraan dan SIDA Balitbang Provinsi Jawa Timur. Surabaya

Hidayat, R., Rosida, D. F., Latifah & Dewanti, F.D. (2012). Pengembangan teknologi produksi berkelanjutan dalam upaya peningkatan daya saing dan kemandirian industri pangan lokal berbasis tanaman porang (Amorphophallus onchophyllus). Laporan Penelitian Puperti 2012 (tidak dupblikasikan), Surabaya. 38 p.

Hidayat, R., E. Yektiningsih, Siswanto & Gyska I.K. (2019). Model pengembangan hilirisasi inovasi porang (Amarphophallus onchopillus L.) di Jawa Timur. Laporan Kajian Bidang Pengembangan Kemitraan dan SIDA Balitbang Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Siswanto, B. (2016) Persyaratan lahan tanaman porang (Amarphopallus oncophillus) jurnal

Buana Sains, 16(1), 57–70.

Suhartati, R. S. & Sari, R. (2015). Tumbuhan porang: prospek budidaya sebagai salah satu sistem agroforestry. Bulletin Info Teknis Eboni, 12(2), 97–110.

Gambar

Tabel  2.  Potensi  Pengembangan  Tanaman  Porang  di  Kecamatan  Wonosalam  Kabupaten  Jombang
Gambar 2. Luas Areal Pengembangan Tanaman Porang di Kecamatan Wonosalam (ha)  Tabel 3
Gambar 3. Keragaan Katak atau Bulbil Tanaman Porang  b). Perkembangbiakan dengan biji
Gambar 4. Bunga Tanaman Porang, Tongkol dan Biji Porang sebagai sumber bibit
+4

Referensi

Dokumen terkait

Variabel pertumbuhan panjang tanaman perumpun umur pengamatan 15 hst panjang tanaman bawang merah perumpun tertinggi diperoleh pada perlakuan P5 dengan dosis 105 ml POC

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kelas porositas tanah menurut (Arsyad, 1989) pada tutupan lahan di KHDTK Gunung Bromo UNS yang tergolong dalam klasifikasi kurang baik (40%

Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan kuantitatif yaitu metode yang menggambarkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini berupa

Analisis tanah dilakukan pada tanah sebelum inkubasi dan setelah inkubasi dengan masing-masing perlakuan dengan beberapa parameter analisis yaitu analisis tekstur

Hasil pengujian ketahanan calon varietas jagung hibrida terhadap penyakit karat daun menunjukkan bahwa infeksi penyakit karat daun sudah ditemukan pada umur tanaman 45 hst

Hasil penerapan inovasi cleft grafting menunjukkan bahwa : (1) pemilihan pohon induk sebagai sumber benih dan entres telah difahami peserta, (2) pelaksanaan grafting,

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan PPFD 500 μmol/s/m 2 memberikan hasil kandungan klorofil daun, jumlah daun, berat kering dan luas daun total terbaik pada

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan pola tanam tumpang sari menggunakan kacang tanah mampu secara nyata meningkatkan parameter pertumbuhan tanaman