4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CPO (Crude Palm Oil)
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel
yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan beta-karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah, dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86% (Harold McGee, et al 2004).
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan industri pakan ternak.
Tabel 2.1Komponen dalam minyak kelapa sawit
NO Komponen Kuantitas
1 Asam Lemak Bebas (%) 3,0 – 4,0
2 Karoten (%) 500 – 700
3 Fasfolipid (ppm) 500 – 1000
4 Dipalmitro Stearin (%) 1,2
5
6 Dipalmitrin (%) 37,2
7 Palmio Strearin Olein (%) 10,7
8 Palmio Olein (%) 4,2
9 Triolein Linole 3,1
Sumber : Pahan (2006)
Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta surfaktan.Asam lemak bersama-sama dengan gliserol merupakan penyusun utama minyak nabati dan hewani.Asam lemak yang terkandung di dalam CPO sebagian besar adalah asam lemak jenuh yaitu asam palmitat.
Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom karbon penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon penyusunnya.Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) dari pada asam lemak tak jenuh.8 Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk: cis yang bersifat tidak stabil dan trans yang bersifat stabil.
2.2 Vitamin E
Vitamin E merupakan senyawa gizi yang esensial bagi kesehatan tubuh manusia. Vitamin tersebut bermanfaat sebagai antioksidan, anti penuan dini, kesehatan kulit, kesuburan rekproduksi, mencegahaterosklerosis,anti kanker dan meningkatkan imunitas. vitamin E tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia sehingga harus disediakan oleh makanan
6
Tabel 2.2 Perbandingan Kandungan Vitamin E Minyak Sawit Dengan Minyak Nabati Lainnya.
Jenis Minyak Nabati Kandungan Vitamin E (ppm)
Kelapa Sawit 1.172 Kedelai 958 Jagung 782 Biji Kapas 776 Bunga Matahari 546 Kacang Tanah 367 Zaitun 51 Kelapa 36
Sumber: Slover (1971); Gunstone (1986); Palm Oil Human Nutrition (1989) Kandungan vitamin E pada minyak sawit mencapai 1.172 ppm, lebih tinggi dari kandungan vitamin E minyak kedelai (958 ppm), minyak biji matahari (546 ppm), minyak jagung (782 ppm) dan minyak nabati lainnya. Selain itu, vitamin E minyak sawitmengandung 20 persen tocopherols dan 80 persen tocotrienols (Man
et al, 1997) yang keduanya berfungsi sebagai antioksidan.
Pada industri farmasi, minyak sawit juga menjadi sumberbahan vitamin E. Upaya untuk memanen vitamin E dari minyak sawit sudah lama dikembangkan oleh industri-industri farmasi melalui proses ekstraksi yang kemudian diproduksi dalam bentuk kapsul-kapsul vitamin E. Karena itu perkebunan kelapa sawit dapat dikatakan “pabrik” biologis vitamin E. Kebun sawit juga tidak hanya penghasil minyak nabati paling efisien di dunia, ternyata juga penghasil vitamin E yang paling efisien. Suatu saat selain produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia juga ternyata berpotensi menjadi ekportir besar vitamin E.
7 2.2.1 Tokoferol
Tokoferol merupakan deretan komponen organik yang terdiri fenol termelil.
Berbagai turunan tokoferoljuga termasuk vitamin E. Tokoferolkomersial diperoleh dari sumber alami seperti minyak kelapa sawit bekatul (Triana, 2006).Menambahkan bahwa tokoferolmerupakan antioksidan yang utama dalam lemak dan minyak dan dapat mencegah ketengikan. Tokoferoljuga berperan pada fertilisasi atau tingkat kesuburan dan pembentukan jaringan tulang.
α-tokoferoladalah bentuk vitamin E yang paling aktif, yang digunakan pula
sebagai standar pengukuran vitamin E dalam makanan. Bentuk sinetik vitamin E mempunyai aktivitas biologik 50% dari pada α-tokoferolyang terdapat dialam (Dewi et al, 2015).
Tokoferol,terutama α-tokoferoltelah diketahui sebagai antioksidan yang
mampu mempertahankan integritas membran. Senyawa tersebut dilaporkan bekerja sebagai scanvengerradikal bebas oksigen, peroksida lipiddan oksigen singlet. Selain itu tokoferol merupakan antioksidan yang larut dalam minyak. Sebagai antioksidan tokoferol berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu merubah radikal peroksil (hasil peroksida lipid, menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak. Berdasarkan jumlah gugus metil pada inti aromatik, dikenal 4 tokoferol yaitu α, δ, β, γ. Diantara ke empat bentuk
tokoferol tersebut, yang paling aktif adalah α-tokoferol. Oleh sebab itu,
aktivitas vitamin E diukur sebagai α-tokoferol (Winarsi, 2007). Kandungan
tokoferol pada minyak sawit kasar 15 mg / 100 g atau 150 ppm (Rohaini et al, 2016).
8 2.2.2 Tokorienol
Tokorienol merupakan antioksidan yang dapat bekerja cepat, 40-60 kali
lebih efektif dalam mencegah kerusakan akibat redikal bebas dari pada
α-tokoferol. Selain itu tokotrienol merupakan antioksidan potensial dan lebih
efektif dibandingkan tokoferol. Hal ini berkaitan dengan distribusi yang lebih baik pada lapisan berlemak membran sel (Ahmadi, 2010).
Rantai samping tokotrienol yang tidak jenuh menyebabkan penetrasi pada lapisan lemak jenuh pada otak dan hati lebih baik. Disamping mempunyai sifat penangkapan radikal bebas, sifat antioksidatif tokotrienol juga berkaitan dengan kemampuannya menurunkan pembentukan tumor, kerusakan DNA, dan kerusakan sel (Triana, 2006).
Beberapa hasil penetitian in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa
tokotrienol merupakan antioksidan potensial dan secara in vivo tokotrienol
merupakan anti kanker yang lebih efektif dibandingkan tokoferol. Sifat tokotrienol ini berkaitan dengan adanya rantai samping yang tidak jenuh yang mengakibatkan inkorporsi ke dalam sel lebih tinggi (Martha et al, 2013).
Sama halnya denga tokoferol, tokotrienol juga memiliki 4 isomer yang dinyatakan sebagai α, β, δ, dan γ. Menurut cho et al (2009) kandungan tokotrienol dalam minyak sawit berkisar 55 mg/ 100 gr atau 150-600 ppm.
2.3 Isolasi
Pada dasarnya isolasi minyak kelapa sawit adalah sebuah usaha bagaimana caranya memisahkan vitamin E yang terdapat didalam minyak kelapa sawit sehingga dapat mengetahui kandungan vitamin Epada minyak kelapa sawit. Isolasi di lakukan dengan cara ekstraksi minyak kelapa sawit menggunakan pelarut pada penelitian ini pelarut yang akan digunakan adalah pelarut Propanol dan NaOH dengan dengan cara mencari perbandingan volume pelarut yang
9
berfariasi. Isolasi pada minyak kelapa sawit telah menjadi perhatian bagi perindustrian hilir minyak kelapa sawit.
2.3.1 Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, biasanya adalah dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi saponifikasi melibatkan larutan NaOH yang menghidrolisi trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karbosilat
2.3.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat untuk pemisahkan berdasarkan kelarutan dalam zat yang berbeda dalam metode ekstraksi di lakukan dengan penambhan larutan dan air.
2.4 HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) adalahadalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fase gerak ke dalam kolom.Dengan memberikan tekanan tinggi, lajudanefisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.Kromatografi penukar iontelah berhasil digunakan untuk analisiskation, aniondani onorganik.( Veronika, R.M, 1999). Persyaratan utama kromatografi adalah:
Ada fase diam dan fase gerak. Fase diam tidak boleh bereaksi dengan
fase gerak.
Komponen sampel (contoh) harus larut dalam fase gerak dan
berinteraksi dengan fase tetap (diam).
Fase gerak harus bisa mengalir melewati fasediam,sedangkan
10 2.5 Pelarut
2.5.1 Propanol
Propanol adalah alkohol primer dengan rumus molekul C3H8O. Berbentuk
cairan tak berwarna dan dikenal juga sebagai propan-l-ol, l-propil alkohol, n-propil alkohol, dan n-propanol. Ini merupakan isomer dari isopropanol (2-propanol, isopropil alkohol). Senyawa ini terbentuk secara alami dalam jumlah kecil selama proses fermentasi dan digunakan sebagai pelarut dalam industri farmasi, terutama untukresin dan ester selulosa. Propanol ditemukan tahun 1853oleh chancel, yang mengamatinya distilasi fraksi minyak fusel. Propanol adalah konstituen utama dalam minyak fusel, sementara produk sampingnya berupa asam amino ketika kentang atau biji difermentasi untuk memproduksi etanol. Proses ini tidak lagi sumber utama propanol. Propanol dibuat dengan hidrogensi katalitik propionaldehida. Propionaldehida sendiri diproduksi melalui proses okso, dengan hidroformilasi etilena menggunakan karbon monoksida dan hidrogen dengan katalis kobalt oktakarbonil atau kompleks rodium
2.5.2 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Di gunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.Natrium hidroksida murni
11
berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen.