• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PERKARA Nomor 007/PUU-III/2005 (Perbaikan I Tgl. 24 Maret 2005)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PERKARA Nomor 007/PUU-III/2005 (Perbaikan I Tgl. 24 Maret 2005)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN PERKARA

Nomor 007/PUU-III/2005

(Perbaikan I Tgl. 24 Maret 2005)

I. PEMOHON/KUASA

Pemohon I : Drs. H. Fathorrasjid, M.Si. dan Saleh Mukaddar, SH.

Kuasa Hukum: Sri Kusmini, SKM. & Anton Hardianto, SH., S.Psi.

Pemohon II : Edy Heriyanto, SH

Pemohon III : Dra. Nurhayati Aminullah, MHP, HIA

II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional: 1. Pasal 5 ayat (1), (3) dan (4)

(1) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-undang.

(3) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);

b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai negeri (TASPEN);

c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan

d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Keehatan Indonesia (ASKES).

(4) Dalam hal diperlukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selain dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk yang baru dengan undang-undang.

2. Pasal 52

(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59), berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3468);

(2)

b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 198'1 Nomor 38), berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2906), Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran. Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3014) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890), dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3200);

c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 88);

d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Husada Bhakti menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 16);

tetap berlaku sepanjang belum disesuaikan dengan Undang-Undang ini. (2) Semua ketentuan yang mengatur mengenai Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan Undang ini paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

(3)

III. DASAR DAN ALASAN Pengujian Materiil

UU No. 40 Tahun 2004 bertentangan dengan UUD 1945: 1. Pasal 1 ayat (3)

“Negara Indonesia adalah negara hukum”

2. Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kotamengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

3. Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

4. Pasal 28D ayat (1) dan (3)

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

5. Pasal 28I ayat (2)

“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.”

(4)

6. Pasal 33 ayat (4) dan (5)

(3) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

ALASAN-ALASAN

1. Bahwa Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52 UU No. 40 Tahun

2004 bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1), (2), (5), (6), dan (7) serta Pasal 18A UUD 1945 jo. Pasal 13 jo. Pasal 14 jo. Pasal 22 huruf h jo. Pasal 136 jo. Pasal 167 UU No. 32 Tahun 2004.

Adanya kerugian hak/kewenangan Pemohon I atas tidak dapat berfungsinya Pemohon I sebagai lembaga perwakilan daerah di daerah dalam melaksanakan fungsi pengawasan, pengaturan, dan penganggaran yang terkait dengan penyelenggaraan jaminan sosial di daerah berdasarkan keragaman, kekhususan, dan karakteristik sesuai kebutuhan dan aspirasi WNI yang ada di daerah, karena diabaikan oleh ketentuan Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52 UU No. 40 Tahun 2004.

Ketentuan Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52 UU No. 40 Tahun 2004 merugikan hak/kewenangan konstitusional para Pemohon karena dapat menurunkan daya saingnya sebagai pelaku pembangunan di daerah dan juga adanya pasal-pasal tersebut di atas telah merusak hubungan wewenang dalam keuangan dan pelayanan umum antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah terutama Pemohon I dan Pemohon II.

Ketentuan Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52 UU No. 40 Tahun 2004 telah menjadi dasar bagi pemerintah pusat untuk tidak memenuhi kewajibannya melakukan pembinaan dan fasilitasi kepada pemerintah daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sebagai bagian dari pemberdayaan daerah.

2. Bahwa materi muatan dalam Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52

UU No. 40 Tahun 2004 bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 28D ayat (1) dan (3), Pasal 28I ayat (2), dan Pasal 33 ayat (4) dan (5) UUD 1945.

Pelaksaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional menjadi terganggu karena terjadi dualisme hukum yang mengatur pelaksaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yaitu UU No. 23 Tahun 1992 dan UU No. 40 Tahun 2004.

Dualisme hukum tersebut berakibat pada tidak adanya pengakuan, jeminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum bagi para Pemohon yang menyebabkan pada kebingungan dan kekhawatiran atas ancaman keberlangsungan Bapel JPKM yang telah dibentuk dan/atau ditunjuk oleh Pemerintah Daerah atas dorongan Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

(5)

Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52 UU No. 40 Tahun 2004 telah menentukan penyelenggaraan jaminan sosial tidak berdasarkan atas demokrasi ekonomi yang menimbulkan kerugian hak/kewenangan konstitusional para Pemohon berupa tertutupnya peluang usaha para Pemohon untuk dapat berpartisipasi dalam pengembangan dan penyelenggaraan jaminan sosial di daerah sesuai kreatifitas, prakarsa dan kemandirian pelaku pembanguna di daerah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945.

Bahwa materi muatan dalam Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52 UU No. 40 Tahun 2004 akan mematikan kompetisi atau persaingan usaha yang sehat dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pengembangan sistem jaminan sosial yang telah diselenggarakan saat ini oleh 4 BUMN yang ditunjuk sebagai BPJS, meskipun sebenarnya belum memenuhi kategori BPJS yang bersifat nirlaba.

Bahwa materi muatan dalam Pasal 5 ayat (1), (3), dan (4) serta Pasal 52 UU No. 40 Tahun 2004 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (5) UUD 1945 jo UU No. 25 Tahun 2004 karena tidak sepenuhnya melandaskan pada konsep dasar Pembangunan Nasional dan Perekonomian Nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional, yang akan dilaksanakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan negara.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

perbedaan keragaan tinggi tanaman, durasi membuka bunga, jumlah gabah bernas/malai dan hasil benih suatu varietas pada frekuensi pemberian GA 3 yang berbeda,

I Wayan Arthana, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, sekaligus sebagai Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk,

Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat kerja.. Faktor ini tidak mengarah pada

[r]

Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung dengan mutu

Bin Ladjamuddin, Al-Bahra, 2005, Analisis dan Desian SIstem Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.. Sistem Informasi Persediaan Sparepart Air Conditoner (AC)

Untuk mengetahui perubahan pola radiasi, menggunakan prinsip dari antena susunan (array) yang dapat diubah pada parameter jarak antar antena, arus catu antena serta