• Tidak ada hasil yang ditemukan

Histologi Jaringan Kulit Mencit (Mus musculus) pada Evaluasi In Vivo Antikanker Ekstrak Spons Aaptos suberitoides

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Histologi Jaringan Kulit Mencit (Mus musculus) pada Evaluasi In Vivo Antikanker Ekstrak Spons Aaptos suberitoides"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Histologi Jaringan Kulit Mencit (Mus musculus)

pada Evaluasi In Vivo Antikanker Ekstrak Spons

Aaptos suberitoides

Oleh :

Wijayanti Pujitono

1506 100 040

Dosen Pembimbing:

Awik Puji Dyah Nurhayati S.si, M.si

Dewi Hidayati S.si, M.si

(2)

Bab 1. Pendahuluan

Latar Belakang

Habitat sponge di daerah ekstrim

Senyawa Anti Kanker

Spons memiliki Senyawa Metabolit Sekunder

Struktur sponge  memiliki kanal

(3)

Pengujian Aktivitas Senyawa Antikanker Pengamatan secara histologis In vivo In vitro

Jaringan kulit dan subkutan Kulit  regenerasi cepat

(4)

BAB III

(5)

24 ekor mencit dikelompokkan dalam

6 kelompok

Diinduksi dengan benzo (a)Pyren

Diberi terapi obat dan ekstrak spons selama

15 hari. Ditunggu selama 7 hari Dilakukan pengambilan Jaringan kanker Dibuat preparat

Histologi jaringan kanker Kulit mencit

Dilakukan pengamatan Histologis kerusakan

Jaringan kulit.

Dihitung total skor dari Pengamatan kerusakan

jaringan Dilakukan analisa statistik

Dengan metode Kruskal

(6)

BAB IV

(7)

Pengamatan pada Mencit Setelah Induksi

Benzo(a)Pyren



Gejala makroskopis kanker  timbul benjolan

di bagian kepala, punggung dan tengkuk.

1

2

Keterangan:

1. Nodul pada Mencit Penderita Kanker. 2. Mencit Sehat

(8)

Pengamatan pada Mencit Setelah Terapi



Fibrosarkoma ditemukan pada kelompok II (CMC Na) ,

IV (ekstrak spons 500 mg/kg BB) , V (ekstrak spons

1000 mg/kg BB) dan VI (konsentrasi ekstrak spons

1500 mg/kg BB).



Karakter fibrosarkoma 

 Susunan dan bentuk sel yang tidak teratur.

 Nekrosis.

 Sel mitosis.

 Massa sel kanker yang berproliferasi sehingga terjadi penebalan lapisan dermis.

 Sel berukuran besar dengan banyak inti sel di dalamnya

(multinucleated giant cell).

(9)

Berdasarkan literatur

Kanno et al, 2009 Berdasarkan pengamatan

Fibrosarkoma

(10)

Karakteristik Fibrosarkoma

Nekrosis

Mitosis

Polimorfisme inti sel

(11)

E D E D E D D E E D D E Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 4 Kelompok 3 Kelompok 5 Kelompok 6

(12)

Pengaruh Ekstrak Spons Terhadap Nekrosis

Jaringan



Nekrosis merupakan salah satu karakter dari kanker

yang dapat digunakan sebagai salah satu parameter

dalam penentuan keganasan kanker (Couto

et al

, 2002).



Nekrosis ditemukan pada kelompok kelompok II (CMC

Na) , IV (ekstrak spons 500 mg/kg BB) , V (ekstrak

spons 1000 mg/kg BB) dan VI (konsentrasi ekstrak

spons 1500 mg/kg BB).



Pada kelompok I dan sebagian besar kelompok III tidak

(13)

Kelompok I

0%

Kelompok II

60%

Kelompok III

20%

Kelompok IV

60%

Kelompok V

60%

Kelompok VI

30%

(14)

Presentase Nekrosis pada Tiap

Perlakuan

0

10

20

30

40

50

60

70

1

2

3

4

5

6

Kelompok Perlakuan

P

re

s

e

n

ta

s

e

N

e

k

ro

s

is

ulangan 1

ulangan 2

ulangan 3

ulangan 4

(15)

Pengaruh Ekstrak Spons Terhadap Mitotis Sel

Kanker

 Gambaran sel mitosis juga merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam penentuan keganasan sel kenker (Couto et al, 2002).

 Sel mitosis ditemukan pada kelompok kelompok II (CMC Na) , IV

(ekstrak spons 500 mg/kg BB) , V (ekstrak spons 1000 mg/kg BB) dan VI (konsentrasi ekstrak spons 1500 mg/kg BB).

 Jumlah sel mitosis yang ditemukan adalah 3-4 sel mitosis pada 10 lapang pandang.

 Kelompok terapi ekstrak spons masih menunjukkan karakter

fibrosarkoma yaitu laju mitosis yang tinggi yaitu 3 atau lebih jumlah sel mitosis pada 10 lapang pandang perbesaran 400x (Jimenez et al, 2009).

(16)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI

(17)

Jumlah Sel Mitosis pada Tiap Perlakuan 0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 Kelompok Perlakuan J u m la h S e l M it o s is ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3 ulangan 4

Kelompok terapi ekstrak spons masih menunjukkan karakter fibrosarkoma yaitu laju mitosis yang tinggi (3

sel mitosis pada 10 lapang pandang perbesaran 400x) (Jimenez et al, 2009).

(18)

Pengaruh Ekstrak Spons Terhadap

Polimorfisme Inti Sel



Bentuk inti sel yang tidak beraturan ini merupakan

salah satu karakter yang ditemukan pada

fibrosarkoma (Steele, 2001).



Polimorfisme inti sel ditemukan pada kelompok

kelompok II (CMC Na) , IV (ekstrak spons 500 mg/kg

BB) , V (ekstrak spons 1000 mg/kg BB) dan VI

(19)

Kelompok I 0% Kelompok II 100% Kelompok III 0% Kelompok IV 100% Kelompok V 100% Kelompok VI 100%

(20)

Presentase Polimorfisme Inti Sel pada

Tiap Perlakuan

0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 Kelompok Perlakuan P re s e n ta s e P o li m o rf is m e In ti S e l Series1 Series2 Series3 Series4

Kelompok terapi ekstrak spons masih menampakkan karakter fibrosarkoma yaitu bentuk inti sel yang tidak beraturan (Jimenez et al, 2009).

(21)

Hasil Analisa Statisitik dengan Metode Kruskal

Wallis

Nilai H Hitung yang didapatkan yaitu 13, 68 dibandingkan

dengan nilai H tabel yaitu 11, 070.

Nilai H hitung > H tabel ( 13,68 > 11, 070)  tolak H0 

Terdapat perbedaan hambatan pertumbuhan kanker kulit

mencit pada kelompok perlakuan.

Dilanjutkan ke uji Z (uji perbandingan berganda) untuk

mengetahui kelompok manakah yang berbeda secara

signifikan dalam hal pertumbuhan kanker

(22)

Uji Perbandingan Berganda



Berdasarkan penghitungan didapatkan nilai Z

11,65.



Nilai Z yang didapatkan dibandingkan dengan

selisih rata-rata rank dengan ketentuan:

Ri – Rj ৆ > 11, 65 yang berarti apabila nilai

Ri – Rj ৆lebih besar daripada 11, 65 maka

berarti kerusakan jaringan akibat kanker pada

kelompok i dan j berbeda secara signifikan.

(23)

kelompok Rata-rata rank

Selisih Rata-rata Rank

R1 R2 R3 R4 R5 R6 Kelompok I 4,5 R1 - 15 1,125 8,5 15,5 12 Kelompok II 19,5 R2 -13,87 5 6,5 0,5 3 Kelompok III 5,625 R3 - 7,375 13,38 10,9 Kelompok IV 13 R4 - 3 3,5 Kelompok V 19 R5 - 3,5 Kelompok VI 16,5 R6

(24)

-

Nilai selisih rata-rata rank yang lebih besar daripada

nilai Z (11, 65) adalah



Selisih antara rata-rata rank kelompok I (tanpa

perlakuan) dan kelompok II (CMC Na).



Kelompok I dengan kelompok V (konsentrasi ekstrak

1000 mg/kg BB).



Kelompok II (CMC Na) dan kelompok III

(Cyclophospamide).



Kelompok III (Cyclophospamide) dan kelompok V

(konsentrasi ekstrak 1000 mg/kg BB).



Hal ini berarti terdapat perbedaan penghambatan

pertumbuhan kanker yang signifikan antara kelompok

I dan II , kelompok I dan V , kelompok II dan III

serta kelompok III dan V

.

(25)

Penghambatan pertumbuhan kanker pada ketiga

kelompok perlakuan terapi ekstrak spons tidak berbeda

secara signifikan dengan kelompok perlakuan CMC Na.

Hal ini berarti ekstrak spons tersebut tidak memiliki

aktivitas antikanker dalam menghambat pertumbuhan

kanker fibrosarkoma.

Karena pada ketiga kelompok terapi ekstrak spons

tersebut, kerusakannya relatif sama dengan kelompok

CMC Na yang tidak diberi pengobatan

.

(26)

Faktor yang Mempengaruhi Tidak Efektifnya Ekstrak Spons dalam Menghambat Pertumbuhan Kanker



Ekstrak spons yang digunakan bukan merupakan ekstrak

murni tetapi masih berupa ekstrak kasar yang terdiri atas

campuran berbagai macam senyawa organic yang terdapat

pada spons.



Fraksi-fraksi yang terdapat di dalam ekstrak spons belum

dipisahkan satu dengan yang lain sehingga ekstrak spons

masih didominasi senyawa organik non alkaloid.



Pada umumnya, senyawa yang sudah dalam bentuk murni

(

pure compound

) akan memiliki aktivitas biologi yang lebih

kuat dengan catatan selama proses pemurnian, senyawa

aktif tidak hilang atau mengalami kerusakan (Nursid

et al

,

2006).

(27)

Pemberian obat secara oral

Sepanjang jalur yang dilewati obat untuk sampai ke

jaringan, akan terjadi beberapa mekanisme yang

menyebabkan obat menjadi berkurang kereaktifannya.

Beberapa mekanisme tersebut antara lain terurai atau

terdegradasinya sejumlah konsentrasi obat oleh cairan

lambung.

Degradasi tersebut menyebabkan konsentrasi obat yang

mencapai aliran darah menjadi jauh berkurang (Sanjoyo,

2008).

(28)

Mekanisme biotransformasi

Mengubah obat menjadi komponen yang bersifat polar

sehingga pada akhirnya akan mudah dikeluarkan dari

dalam tubuh melalui feses atau keringat.

Proses biotransformasi yang terjadi di dalam hati

dilakukan oleh enzim sitokrom P450.

Pengubahan obat menjadi bentuk yang lebih polar

tersebut akan mempengaruhi bioavalibilitas obat di dalam

darah sehingga efek obat akan menjadi berkurang.

Biotransfomasi juga akan menghasilkan metabolik yang

berkurang toksisitas dan kereaktifannya.

(29)

BAB V

(30)

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

 Presentase nekrosis pada kelompok terapi ekstrak spons

(kelompok III , IV , dan V ) sama besar dengan kelompok II yaitu antara 20-60 % pada tiap lapang pandang yang diamati. Sedangkan pada kelompok III dan kelompok 1 tidak ditemukan adanya nekrosis.

 Jumlah sel mitosis pada kelompok II dan kelompok terapi

ekstrak spons (kelompok III , IV , dan V ) adalah 3-4 sel pada 10 lapang pandang dengan perbesaran 400x. Sedangkan pada

kelompok III dan kelompok I tidak ditemukan adanya sel mitosis.

 Presentase polimorfisme inti sel pada kelompok II, dan dan

kelompok terapi ekstrak spons (kelompok III , IV , dan V ) adalah sebesar 100%. Sedangkan pada kelompok III dan kelompok I tidak ditemukan adanya polimorfisme inti sel.

 Berdasarkan uji statistik dengan metode Kruskal Wallis dan Uji

Perbandingan Berganda didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak etanol spons Aaptos suberotoides pada konsentrasi 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB dan 1500 mg/kg BB tidak memiliki aktivitas terhadap sel kanker kulit mencit yang diinduksi dengan

(31)

SARAN

Ekstrak spons

Aaptos suberitoides

yang

digunakan untuk terapi perlu dimurnikan

terlebih dahulu menjadi bentuk

pure

compound

sehingga memiliki aktivitas

biologi yang lebih tinggi. Selain itu, perlu

dilakukan evaluasi terhadap konsentrasi

ekstrak yang diberikan.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis penggunaan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi, (2) menganalisis kesesuaian

Dari hasil pelayanan umum di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dapat didefinisikan mengenai bagaimana pelayanan publik yang ada di Kantor Kecamatan Juwana Kabupaten

Kesimpulan : Selama masa penelitian ditemukan 35 kasus baru tumor sinonasal di RSUD propinsi NTB, yang terdiri dari 40% tumor ganas, 20% tumor jinak dan 40% yang belum diketahui

Peserta didik bertanya jawab dengan guru dan memahami dengan baik penguatan materi yang telah diberikan.. Kegiatan Penutup

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pembangkitan tersebar pada bus indarmg mengakibatkan terjadinya peningkatan arus hubung singkat tiga fasa pada masing-masing

Hasil analisis Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa dari keempat Variabel yakni perbekalan, hari kerja efektif, jumlah trip penangkapan dan jenis alat tangkap

Responden yang terdiagnosis DM pada analisa ini tidak ada hubungannya dengan riwayat TB, namun jika terdiagnosis intoleransi glukosa berpeluang mengalami TB paru sebesar 42% atau

Selain untuk menyalin data, anda juga dapat menyalin rumus atau format yang telah