• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN BISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN BISNIS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 7. No

3 Novemb€r

2006

tssN

1411

.4453

SKNo

23a / DIKT /XBp/2004

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN BISNIS

Pusat

Pengembangan Sains

dan

Teknologi

Faklltas

Sains dan

Te(nologi

t nivorsiias Teknologi Yogyaka.ta

Seleksi

f?,ure

Xala

Berdasarli+n

!?.ia!si

l{cmrn.olan

Kala

Dalam

P6ningkatan

Unj!k

l<erj!

Docurr.rl

a]!sr!.rrg

Uihrk

ookumen

Berbahasa

Pera.c.nqan Pengonlrclan

1,46

!rg!nai(an

lerqiolosi

Blurtoott'

i\rlclalui

Handphone

U.nritAIriL?:i

ii.,.,r).-,

i

(2)

Jurnal

PA(AR

dilerbillun

oleh Pusal Pengenbangan Sains dan Teknologr, FakulEs

Sains

dm

Tck.olosi,

Univesitas

'lcknolosi

Yosyakana.

Jurnal

ini diharapke

sebagai mcdia bagi

staf

pensajar,

alunni,

nalashw

dan

mdyeakar

luas yana

nemiliki

perhati&

lerhadap

bidaos

dan perkcmbesm

teknologi

intomsi,

lransfomasi ilmu

pengeral an

dtu

bisnis. Redaksi

6e.erima n6kah

berupa hasil penehian, srudi pustlka. penSamatd araupun pendapat

ars

suatu

maelah

y,.g

limbul

dalm

kaitamya denCan perkembmsan bidang-bida.g

dials

Redaksi

be

rl

nemp.daiki

aau FcmpdsiDslat

lanpa nengubah

isi.

Ani*el

ymg dimual

tidak

scl alu mencemi nkan Dddansan rcdals i.

I Rektor

Univedld

Teknologi

Yo8yakai!

:

Dekd

F.luhos

Sais

dan Teknologi

Univesiras Teknoloei Yo8yakana

: Agus Sujafradi, S.Kom.

Prot

adhi

sus

to, M-sc,, Ph.D. Dr. Relantyo Wddoyo, M.Sc.

k. Lul<ito

Edi NuEIoho. M,Sc., PILD.

Dr.Ir.

sunano Goenadi. D A A.

Dr. Tri Gumrsih.

sE.,M.M.

Sdmm,

S.Kom.,M.Kof,.

Iwd Haiadi,

s.T.,M.Kom.

AielHemawe, S.T.,

M.T. Yunns Indra

Pl]lma.

SE.

Suhime.

S.Kon., M.Kom.

Bmbdg

Muitono, SE.,

M.M,

Erik Iman Hen Ujianlo,

s.T.,M.Koh.

Yuli Asriningtias, S.Kom.,M.Kod. DG. Supaman, M.Si, DEA, Ph.D.

Adninhrm3i

dan

Sirkulasi:

Alanlt

Rednlrd:

Fakul6

Sains

de

Tcloolosi

Unive*ils

Teloolosi

YosFkaia

Jl,

Linekr

Urda Jombor slehan Yocyakorta 55285 Telp. (0274)

62lll0

Fd.(02?4)621306 E Mail:

oalana

v.ac.id

HonepaEe:

httpr/@,utv.ac.id/pakar

.IIIRNAL TEKNOLOGI

W

INFORMASI OAN

BISNIS

(3)

Vollme

7

No.3 Nopember 2006

tssN

1411

-

4453

JURNALTEKNOLOGIINFORMASI DAN BISNIS

Seleks,

/:azr,rr Kad

B&dasa*an Variansi Kemunculan Kara Dalad Peninekaran

Uijult

(erja

Docvnent

ClrckrinsUnlrk

Dokunen Berbahasa I n do nes ia

anr

Han:ah

F

S.esiahto

/ldhiSusanto

Penggunam

lDl

Sebagai Pemodela.

D&

Interpret6i Dah

Sistcm Nilai Di Balik Perancdgan

Podul

Induslri Dalam

Kail&hya

Deng Peninslat Kuali6

Hidup

Meusia

Rnq.s

Bansun Dan Pemancar Penerima Ruminc Text Sebagai

Mcdia

Infomasi Broadcal

Fddil

Basfii

RahnaL Eudv

Pr4ettd

Algoitn

Po

etste

er

Fd

Bahasa Indo"esiav

&

Pre-Proce$ihgTen

ihingBetbsisMetode Mdket

Bas*et

Anarsis

c."ot

\S

Rudhi

lhhuGu aean

Fetrt

yrroko

Pongenalln Pola

GMran

Sidikjei

Dengm Eksllaksi

Titik

Ihoa4tbali-ELoj!!

221

214

2t5

244

Perocangan P cngonlro lan M enesunakan Teknolosi

Melatui Handphone Unruk Aplikasi Komputer s e

ru

i

U

nlur

is![-Lblitl:!!r!!@!!ji4w

l

(4)

Seleksi Feature Kata Berdasarkan Variasi Kemunculan Kata dalam Peningkatan Unjuk Kerja Document

Clustering Untuk Dokumen Berbahasa Indonesia

Vol.7, No.3 Nopember 2006

Hal.:181 – 190

SELEKSI FEATURE KATA BERDASARKAN VARIANSI

KEMUNCULAN KATA DALAM PENINGKATAN UNJUK KERJA

DOCUMENT CLUSTERING UNTUK DOKUMEN BERBAHASA

INDONESIA

Oleh: Amir Hamzah, F.Soesianto, Adhi Susanto,Jazi Eko Istiyanto

ABSTRAK

Peranan Document Clustering dalam bidang text-mining dan information retrieval saat ini makin penting seiring dengan terus meningkatnya koleksi data digital online. Dalam teknik clustering berbasis feature kata dengan model ruang vektor selalu muncul problem tingginya dimensi ruang vektor akibat banyaknya kata terpakai. Hal ini menyebabkan kinerja clustering turun karena dalam dimensi tinggi jarak antar titik cenderung bernilai sama. Reduksi dimensi dengan seleksi feature kata menjadi cara penting untuk mengatasinya. Penelitian ini melakukan kajian tentang cara seleksi feature dengan analisis variansi kemunculan kata. Dua pendekatan clustering dicobakan, yaitu hierarchi dan partisi. Untuk pendekatan hierachi digunakan teknik aglomeratif dengan 5 model similaritas yaitu GroupAverage, CompleteLink, SingleLink, IntraCluster dan ClusterCenter. Untuk pendekatan partisi, yaitu K-Means, Bisecting K-Mean dan Buckshot clustering. Koleksi dokumen yang digunakan adalah 50, 100, 200, 300, 400, dan 500 dokumen berita kategori yang telah diketahui sebelumnya. Kriteria kinerja clustering diukur dengan validitas clustering menggunakan nilai F-measure, yaitu nilai yang diturunkan dari Recall dan Precision yang mengukur kemampuan algoritma melakukan klasifikasi secara benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seleksi feature dengan analisis variansi kata dapat dijadikan cara handal untuk menurunkan dimensi ruang vektor sampai dengan 15% dari keseluruhan kata tersedia tanpa menurunkan nilai F-measure.

Kata Kunci: document clustering, seleksi feature, variansi kata, validitas clustering

1. PENDAHULUAN

M

eningkatnya informasi teks digital dari sumber infomasi online telah menyebabkan problem tersendiri dalam navigasi dan temu kembali informasi. Dalam web saat ini terindeks tidak kurang dari 16 milyar dokumen [13] dan 80% dari dokumen tersebut adalah dokumen teks. Hal ini mendorong kebutuhan riset untuk elaborasi koleksi teks (text-mining) dan riset untuk optimalisasi mesin pencari informasi (information retrieval system), atau sistem IR.

Dalam model ruang vektor dimana koleksi dokumen diwakili oleh matrik kata-dokumen dan sebuah kata-dokumen diwakili oleh sebuah vektor dalam ruang dimensi t,

(5)

182

Pakar, Vol.7, No.3 Nopember 2006

dengan t jumlah kata dalam koleksi dokumen tersebut, umum dijumpai bahwa dimensi t sangat tinggi [4]. Dalam dimensi tinggi jarak antar titik akan cenderung bernilai sama [8]. Hal ini berakibat algoritma clustering yang bertumpu pada fungsi jarak menghasilkan solusi yang bias. Reduksi dimensi ruang vektor dapat ditempuh pada tahap clustering atau tahap pre-processing. Pada tahap clustering reduksi ditempuh dengan pendekatan misalnya projected clustering [1], analisis SVD atau PCA [7]. Reduksi tahap pre-processing ditempuh antara lain dengan seleksi kata [9]. Kata yang terlalu tinggi frekuensinya dibuang dengan cara stop-word removal, yaitu membuang kata seperti ‘dan’, ‘ini’,’itu’, ‘dengan’ dan lain-lain. Sedang kata frekuensi rendah dibuang dengan batas suatu treshold tertentu. Cara baku lain reduksi dimensi dalam tahap pre-processing adalah dengan stemming kata [10], yaitu mengembalikan kata ke dalam kata dasarnya.

Umumnya setelah kedua langkah di atas, jumlah kata masih cukup tinggi. Dengan asumsi bahwa tiap kata memiliki kekuatan pembeda dokumen yang tidak sama maka seleksi kata dapat dipilih berdasarkan sebaran frekuensi kemunculan kata. Kata yang selalu muncul atau jarang muncul merupakan pembeda yang buruk. Kedua jenis kata ini memiliki varians frekuensi kemunculan yang kecil. Dengan demikian varians merupakan salah satu petunjuk yang dapat digunakan untuk kriteria seleksi kata, yakni kata dengan varian frekeunsi kemunculan yang besar diharapkan akan menjadi pembeda yang baik. Penelitian ini mengelaborasi asumsi itu untuk memilih kata berdasarkan analisis varians frekuensi kemunculan kata.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Model ruang vektor koleksi dokumen

Model ruang vektor untuk koleksi dokumen memandang dokumen sebagai sebuah vektor dalam ruang kata (feature). Dari koleksi n buah dokumen diindeks t buah term. Dokumen dilihat sebagai vektor berdimensi t dalam ruang term tersebut. Koleksi dokumen dapat dituliskan sebagai matrik kata-dokumen X, ditulis sebagai :

X = {xij } i= 1,2,..t ; j =1,2,.. n (1)

xij adalah bobot term i dalam dokumen ke j

Menurut Luhn [9], kekuatan pembeda terkait dengan frekuensi term (term-frequency, tf). Term yang memiliki kekuatan diskriminasi adalah term dengan frekuensi sedang (lihat Gambar 1). Kata dengan frekuansi tinggi dibuang karena biasanya membawa sedikit informasi, sedangkan frekuensi rendah dibuang karena jarang muncul dalam query.

(6)

Seleksi Feature Kata Berdasarkan Variasi Kemunculan Kata dalam Peningkatan Unjuk Kerja Document

Clustering Untuk Dokumen Berbahasa Indonesia

Gambar 1. Hubungan frekuensi kata dan kata ter-ranking frekuensi (Luhn, 1958)

Untuk menghindari bias yang muncul dari faktor banyaknya dokumen yang memuat term tersebut, atau faktor panjang dokumen dimana term tersebut muncul [10], normalisasi frekuensi term terhadap panjang dokumen diperlukan. Pembobotan akhir term umum dirangkumkan sebagai berikut [3] :

wij=Lij.Gi.Nj (2)

di mana wij adalah bobot total term i dalam dokumen ke j, Lij adalah bobot lokal term i

dalam dokumen ke j, Gi bobot global term i yang mengukur bobot term i dalam koleksi

dokumen, dan Nj adalah faktor normalisasi untuk terhadap panjang dokumen.

Kombinasi terbaik yang sering digunakan adalah fij untuk bobot lokal Lij (disebut TF),

dan       i n N

log sebagai bobot global Gi (disebut IDF) dan pembobotan normal sehingga

panjang vektor adalah satu, yaitu : Nj=

m i 0 GiLij 2 1 (3)

Sehingga bentuk akhir disebut sebagai pembobotan TF-IDF ternormalisasi, yaitu :

wij= 2 log ). 1 ) (ln( log ). 1 ) (ln(                       i ij i ij n N f n N f (4)

di mana wij adalah bobot term i dalam dokumen ke j, fij adalah frekuensi kata ke-i dalam

dokumen ke-j, N cacah dokumen total, ni cacah dokumen mengandung term i.

Kesamaan antara dokumen Di dengan dokumen Dj umumnya diukur dengan

fungsi similaritas tertentu. Menurut [12] untuk tujuan clustering dokumen fungsi yang baik adalah fungsi similaritas Cosine, berikut :

(7)

184

Pakar, Vol.7, No.3 Nopember 2006

Cosine-sim(Di,Dj)=

   t i t i j i t i j i

D

D

D

D

1 1 2 2 1

)

(

)

(

(5)

Jika vektor Di dan Dj masing-masing ternormalisasi maka fungsi menjadi : Cosine-sim(Di,Dj) =

t i j i

D

D

1 (6)

2.2. Seleksi Feature dengan Analisis Varians Term

Meskipun proses stemming dapat menurunkan dimensi ruang vektor sampai 25%, feature yang terpilih setelah upaya reduksi dimensi melalui preprocessing dan stemming masih berukuran cukup besar dan masih terlalu mahal proses komputasinya. Dhillon et.al. [4][5] menyarankan untuk melakukan analisis terhadap feature/term dengan melakukan evaluasi term quality. Hal ini dilakukan dengan menghitung term variance quality qi(t), seperti persamaan (7) berikut :

qi(t)=

        ni j ni j j j f ni f 1 2 1 2 1 (7)

di mana ni adalah total jumlah dokumen dan fj adalah frekuensi term t dalam dokumen

j. Jika i = 0 maka term t bernilai nol dalam dokumen tertentu ikut dipertimbangkan dalam menghitung variance, jika i = 1 maka dokumen yang dilibatkan dalam perhitungan variance hanya dokumen yang memiliki term t minimal 1. [5] menunjukkan bahwa penggunaan 15% term dengan variance terbesar menghasilkan cluster yang cukup baik.

2.3. Clustering Dokumen

Clustering didefinisikan sebagai upaya pengelompokan data ke dalam kluster sehingga data-data didalam kluster yang sama memiliki lebih kesamaan dibandingkan dengan data-data pada kluster yang berbeda [6]. Dikenal dua pendekatan, yaitu herarchical dan partisional dengan masing-masing memiliki banyak variasi.

Metode Hierarchi Agglomerative untuk Clustering dokumen

Metode klustering secara aglomerative berawal dari n= cacah dokumen sebagai cluster. Dengan menggunakan fungsi similaritas antar kluster kemudian proses penggabungan kluster terdekat dilakukan. Ukuran similaritas antar kluster antara lain, misalnya: Single Link, Complete Link, UPGMA [6], atau CST dan IST [11].

(8)

Seleksi Feature Kata Berdasarkan Variasi Kemunculan Kata dalam Peningkatan Unjuk Kerja Document

Clustering Untuk Dokumen Berbahasa Indonesia K-Means Clustering

Algoritma K-means clustering merupakan algortima iteratif dengan meminimalkan jumlah kuadrat error antara vektor objek dengan pusat kluster terdekatnya [9], yaitu :

 

   k j x j j m x 1 2  (8)

di mana mj adalah pusat kluster (mean vector) dalam kluster ke j. Proses dimulai

dengan mula-mula memilih secara random k buah dokumen sebagai pusat kluster awal.

Bisecting K-Means Clustering

Metode Bisecting K-means [11] mencoba menggabungkan pendekatan partitional dengan divisive hierarchi, yaitu mula-mula seluruh dokumen dibagi dua dengan cara K-means (bisecting-step). Selanjutnya cara itu dikenakan pada tiap-tiap kluster sampai diperoleh K buah kluster.

Buckshot Clustering

Algoritma Buckshot menggunakan pendekatan hierarchie agglomerative untuk mendapatkan k buah vektor sebagai pusat kluster awal. Langkah Buckshot mula-mula mengambil sampel acak sebesar

kn

dokumen, dikluster dengan prosedur hierarchie agglomerative untuk mendapatkan k buah kluster. Selanjutnya dari partisi awal Buckshot proses refinement dilakukan sebagaimana dalam K-means clustering.

2.4 Validitas Clustering (Cluster validity)

Validitas yang digunakan diturunkan dari Confusion Matrix yaitu matriks yang disusun berdasarkan berapa banyak objek yang diklasifikasikan dengan benar oleh proses clustering. Parameter kualitas clustering yang dapat diturunkan dari confusion matrix yang umum digunakan untuk document clsutering adalah F-measure (persamaan (9)). F-measure = R P PR  2 (9)

3. EKSPERIMEN

Bahan eksperimen berupa test-collection dokumen teks yang diambil dari [2] disusun jadi 6 koleksi yang masing-masing telah dikluster secara manual (Tabel 1 ).

(9)

186

Pakar, Vol.7, No.3 Nopember 2006

Tabel 1. Koleksi Dokumen Untuk Pengujian algoritma clustering

Colec Name  doc  clus

Clust Size uniq Word avg

word/doc T50 50 5 Sama 2.860 382 T100 100 10 Sama 4.385 368 T200 200 10 Sama 6.652 372 T300 300 10 Beda 8.472 373 T400 400 11 Beda 10.153 388 T500 500 13 Beda 11.637 385

Format tiap dokumen dalam koleksi dokumen diatur seperti gambar 2.

Gambar 2. Format koleksi dokumen untuk Tes

Prosedur eksperimen

Tahapan eksperimen dimulai dengan pre-processing dokumen dengan ekstrak kata, penyusunan matrik kata-dokumen, proses stemming pada kata dan penyusunan ulang matrik kata-dokumen dan pembobotan ternormalisasi. Selanjutnya metode-metode clustering diujikan pada koleksi, yaitu : adalah hierarchi aglomerative (strategi similaritas: Single Link, Complete Link, Group Average, centroid similarity, intra cluster similarity), metode partitional (K-means, bisecting k-means, Buckshot).

Dengan berbagai variasi jumlah term yang dipilih berdasar besarnya varians term, clustering pada koleksi dilakukan. Digunakan nilai F-measure sebagai kriteria unjuk kerja clustering. Analisis statistik dilakukan dengan TWO-WAY ANOVA. Pengolahan data dilakukan dengan paket SPSS for Windows.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis varians dilakukan untuk memilih term pada koleksi yang diuji coba. Untuk 100% term dengan frekuensi diatas 3 , 20% term dan 5% term dengan varians tertinggi sebagai feature dalam clustering menghasilkan nilai F-measure terbaik seperti pada Tabel 2. Terlihat dari tabel bahwa pengurangan term pada seluruh koleksi yang

<DOC>

<DOCNO>news035-html</DOCNO>

mayjen syafrie samsuddin akan jadi kapuspen tni jakarta media mantan pangdam jaya mayjen syafrie samsuddin akan menjadi kapuspen tni menggantikan marsekal muda graito husodo menurut informasi yang diperoleh antara jakarta kamis syafrie samsuddin menjadi kapuspen tni dan serah terima jabatan akan dilakukan pada akhir februari 2002 namun kebenaran informasi tersebut hingga kini belum dapat dikonfirmasikan ke kapuspen tni </DOC>

(10)

Seleksi Feature Kata Berdasarkan Variasi Kemunculan Kata dalam Peningkatan Unjuk Kerja Document

Clustering Untuk Dokumen Berbahasa Indonesia

diuji tidak menyebabkan nilai F-measure turun secara siginifikan, bahkan dibeberapa koleksi mengalami kenaikan (koleksi T100 dan T200).

Tabel 2. Seleksi Term dan Efeknya pada Nilai F-measure

 doc 100% Term f>3 F-best 100% Term 20% Term F-best 20% Term 5% Term F-best 5% Term 100

1048

0.9599 210 0.9694 52 0.9794 200 1856 0.9455 371 0.9752 93 0.9899 300 2522 0.9278 504 0.9564 126 0.9078 400 3179 0.8734 636 0.8910 159 0.8384 500 3814 0.8634 763 0.8309 191 0.8392

Untuk hasil clustering 8 metode clustering pada koleksi 400 dokumen dengan jumlah term 100% dan berturut-turut 20%,15%,10% dan 5% dengan varian term tertinggi memberikan hasil clustering dengan F-measure seperti Tabel 3. Uji statistik menunjukkan bahwa prosentase term tidak menghasilkan F-measure yang berbeda secara signifikan (F-value =0.152 ; sig =0.961).

Tabel 3. Nilai F hasil clustering untuk koleksi 400 dokumen

Metode

Prosentase Term terpakai

5% 10% 15% 20% 100% HCA-UPGMA (1) 0.802 0.805 0.806 0.742 0.854 HCA-CST (2) 0.797 0.512 0.564 0.580 0.304 HCA-IST (3) 0.790 0.771 0.811 0.728 0.585 HCA-SL (4) 0.189 0.184 0.243 0.257 0.185 HCA-CL (5) 0.844 0.727 0.907 0.822 0.784 K-MEANS (6) 0.709 0.781 0.752 0.669 0.728 Bisect K-M (7) 0.854 0.863 0.856 0.837 0.876 Buckshot (8) 0.631 0.787 0.758 0.729 0.755

Untuk koleksi 500 dokumen hasil clustering juga menunjukkan nilai F-measure yang tidak mengalami penurunan meskipun term yang digunakan diambil 10% atau bahkan 5%. Bahkan untuk metode CST(2) term yang 100% jauh lebih buruk hasilnya dibandingkan dengan 5%,10% atau 15% dari total term. Tabel 4 dan gambar 3 menunjukkan kinerja clustering untuk koleksi 500 dokumen. Uji statistik meunjukkan bahwa perbedaan prosentase term tidak menyebabkan perbedaan F-measure secara signifikan (F-value =0.32; sig = 0.861).

(11)

188

Pakar, Vol.7, No.3 Nopember 2006

Tabel 4. Nilai F hasil clustering untuk 500 dokumen untuk 8 metode

Metode Prosentase Term 5% 10% 15% 20% 100% UPGMA (1) 0,7310 0,8473 0,7339 0,8399 0,8107 CST (2) 0,7226 0,5687 0,5164 0,3889 0,2639 IST (3) 0,7174 0,6793 0,6479 0,6776 0,5969 SL (4) 0,1653 0,2084 0,1830 0,2089 0,2113 CL (5) 0,8392 0,8574 0,8675 0,8310 0,8636 KMean (6) 0,7755 0,4776 0,4569 0,7597 0,4328 BisectKM (7) 0,8225 0,7695 0,7961 0,8394 0,7050 Buckshot (8) 0,5826 0,5251 0,7464 0,6282 0,5030

Gambar 3. Nilai F-measure pada berbagai prosentase Term (500dok)

Adapun pengamatan terhadap waktu clustering dengan adanya penurunan jumlah term maka terjadi penurunan waktu clustering. Pada koleksi 400 dokumen penurunan waktu clustering tidak terlihat berbeda signifikan secara statistik. Pada koleksi 500 dokumen perbedaan penurunan waktu terjadi secara signifikan terutama untuk algoritma hierarchi (Lihat Tabel 6 dan gambar 3). Statistik uji menunjukkan F-value = 8.48 ; sig =0.000. (Tabel 5)

Tabel 5. Hasil Anova Uji beda Waktu clustering Untuk Algo Hierarchi

-0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1 2 3 4 5 6 7 8 METODE CLUSTERING F -V a lu e 5% 10% 15% 20% 100%

(12)

Seleksi Feature Kata Berdasarkan Variasi Kemunculan Kata dalam Peningkatan Unjuk Kerja Document

Clustering Untuk Dokumen Berbahasa Indonesia

Tabel 6. Waktu clustering (sec) untuk koleksi 500 dokumen

Metode Prosentase Term

5% 10% 15% 20% 100% UPGMA (1) 45,81 25,75 24,84 24,58 23,53 CST (2) 30,08 17,17 16,17 15,73 15,27 IST (3) 65,88 30,77 29,09 27,02 25,16 SL (4) 42,77 26,97 28,31 25,66 24,91 CL (5) 40,73 24,34 31,75 22,53 20,73 KMean (6) 1,69 0,42 0,42 0,42 0,42 BisectKM (7) 6,34 1,70 1,47 2,63 1,20 Buckshot (8) 2,27 0,62 0,62 0,62 0,62

Gambar 3. Waktu clustering 500 dokumen dengan 8 metode

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Pemilihan term menggunakan analisis varian frekuensi kemunculan term memberikan hasil seleksi feature yang sangat baik. Dengan menggunakan 5% sampai 15% term dengan varian tertinggi hasil clustering menunjukkan kinerja yang tetap baik dibandingkan dengan penggunaan 100% term tersedia. Keuntungan lain adalah dengan hanya 15% term digunakan maka waktu clustering menurun secara signifikan. Hal ini terjadi terutama untuk algoritma clustering secara hierarchi.

Untuk konsistensi hasil penelitian ini masih perlu diterapkan pada penelitian lanjutan terutama untuk koleksi dokumen jenis lain dan jumlah dokumen yang labih besar.

(13)

190

Pakar, Vol.7, No.3 Nopember 2006

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aggarwal,C. C. and P.S. Yu, 2000, Finding Generalized Projected Cluster in High Dimensional Spaces, Proc.ACM SIGMOD Conf., 2000

[2] Asian, J., H. E. Williams, and S. M. M. Tahaghoghi, 2004, Tesbed for Indonesian Text Retrieval, 9th Australian Document Computing Symposiom, Melbourne December, 13 2004

[3] Chisholm, E. and T. G. Kolda, 1999, New Term Weighting Formula for the Vector Space Method in Information Retrieval, Research Report, Computer Science and Mathematics Division, Oak Ridge National Library, Oak Ridge, TN 3781-6367, March 1999.

[4] Dhillon, S. I., J. Fan, and Y. Guan, 2001, Efficient Clustering of Very Large Document Collection, www.citeseer.ist.psu.edu/dhillon01.html

[5] Dhillon, I., J. Kogan, and C. Nicholas, 2002, Feature Selection and Document

Clustering, www.csee.umbc.edu/cadip/2002Symposim/koghan.pdf

[6] Jain, A.K. and R. C. Dubes, 1988, Algorithms for Clustering Data, Prentice-Hall [7] Gao, J. and J. Zhang, 2003, Clustered SVD Strategies in Latent Semantic Indexing,

Technical Report No. 382–03, Department of Computer Science, University of Kentucky, Lexington, KY,2003

[8] Hinneburg, A. and D.K. Keim, 1999, Optimal Grid-Clustering: Towards Breaking the Curse of Dimensionality in High-Dimensional Clustering”, Proceeding of 25th VLDB Conference, Edinburg, Scotland, 1999

[9] Luhn, H.P. (1958), The Automatic Creation of Literature Abstracts. IBM Journal of Research and Development, 2:159-165

[10] Rijsbergen, C. J.,1979, Information Retrieval, Information Retrieval Group, University of Glasgow , UK

[11] Steinbach, M., G. Karypis, and V. Kumar , 2000, A Comparison of Document

Clustering Techniques, KDD Workshop on Text Mining,

www.citeseer.ist.psu.edu/steincah00comparison.html

[12] Strehl, A., J. Ghosh, and R. Mooney, 2000, Impact of Similarity Measures on Web-Page Clustering, Proceeding of the Workshop of Artificial Intelligent for Web Search, 17th National Conference on Artificial Intelligence, July 2000.

Gambar

Gambar 1. Hubungan frekuensi kata dan kata ter-ranking  frekuensi  (Luhn, 1958)
Gambar 3. Nilai F-measure pada berbagai prosentase Term (500dok)
Tabel 6. Waktu clustering (sec) untuk koleksi 500 dokumen

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan perundang-undangan yang mendasari tindakan penetapan standar, diantaranya Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Permendikbud RI

Sejak pemberlakuan otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 18 pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

 perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris  contoh pemuatan kata yang tidak penting:.. “Pengalaman dari Praktik Sehari-hari …” atau, “Beberapa Faktor yang

Dalam Gambar 4.16 telah menjelaskan ketika pengguna ingin melihat info terbaru secara lengkap maka pengguna tinggal klik gambar tersebut maka otomatis informasi lengkapnya akan

membangun kemampuan untuk penyelesaiian, mungkin dengan bermain internet adalah cara anda menghadapi perasaan stres atau marah.. atau mungkin anda memiliki masalah berhubungan

Senyawa α-mangostin dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) mempunyai aktivitas antijamur terhadap

Sanitasi Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk Sanitasi bahan baku dan bahan pembantu dilakukan dengan menyimpan bahan baku dan bahan pembantu tersebut di gudang

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi