• Tidak ada hasil yang ditemukan

5/6/15. Pembangunan Pangan. Ketahanan Pangan (Food Security) = PP No 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Tabel Agroekologi Tanaman Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5/6/15. Pembangunan Pangan. Ketahanan Pangan (Food Security) = PP No 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Tabel Agroekologi Tanaman Pangan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Ketahanan Pangan (Food Security) =

•  ketahanan sosial (sosio security),

•  stabilitas ekonomi,

•  politik dan keamanan atau

ketahanan nasional (national

security);

•  penyediaan jasa-jasa lingkungan

Tabel Agroekologi Tanaman Pangan

Tipe lahan Simbol Penciri Utama

1. Lahan sawah beririgasi ( Irrigated Lowland )

2. Lahan sawah tadah hujan ( rainfed lowland )

3. Lahan kering beriklim basah ( dryland-wet climate )

IR

TH

KB

-  Potensi air irigasi > 5 bulan -  Ketersediaan air tidak tergantung kepada curah hujan - elevasi < 700 m dpl -  Potensi irigasi < 5 bulan -  ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh curah hujan

- Elevasi < 700 m dpl -  Curah hujan > 2000 mm/th -  Masa bertanam > 6 bulan -  Elevasi < 700 m dpl

Tipe lahan Simbol Penciri Utama

4. Lahan kering beriklim kering ( dryland – dry climate )

5. Lahan dataran tinggi ( high altitude area ) 6. Rawa lebak dan pasang surut ( swampy/tidal areas ) KK DT RP -  Curah hujan < 2000 mm/th -  Masa bertanam < 6 bulan -  Elevasi , 700 m dp -  Elevasi > 700 m dpl

-  Ada lapisan bahan organik -  Terpengaruh pasang surutnya per mukaan air sungai dan laut - Potensi sulfat masam

PP No 68 Tahun 2002

tentang Ketahanan Pangan

(2)

Permasalahan lahan pangan

•  Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional

dibutuhkan 15 juta ha lahan basah abadi,

eksisting sekitar 7,8 juta ha .

•  Alih fungsi lahan sawah pertahun ± 110.000

ha/th pencetakan sawah ± 40.000-50.000 ha/

th à defisit pertumbuhan lahan pertanian

pangan

•  Luas lahan tetap, pertumbuhan penduduk

mencapai 1,34 %/th à tingginya kebutuhan &

tekanan terhadap lahan itu sendiri

Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (PLP2B)

UU no 26 th 2007

Penataan Ruang,

mengamanatkan adanya UU PLP2B dalam rangka

menjamin ketahanan pangan nasional

UU no 41 th 2009

Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (PLP2B), mengatur

perlindungan lahan pertanian untuk menjamin

kedaulatan pangan nasional dan antisipasi terjadinya

perkembangan jaman dan kebutuhan dalam

pemanfaatan lahan oleh berbagai sektor

PP no 1 th 2011

, Penetapan dan Alih Fungsi lahan

Pertanian Pangan berkelanjutan

UU no 41 tahun 2009 PLP2B

•  UU PLPPB yang terdiri dari 17 Bab dan 77 Pasal ini

meliputi aspek perencanaan dan penetapan,

pengembangan, penelitian, pemanfaatan,

pembinaan, pengendalian, pengawasan sistem

informasi, perlindungan dan pemberdayaan petani,

pembiayaan dan peran serta masyarakat.

•  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dilakukan berdasarkan

perencanaan PLP2B

•  PLP2B dilakukan dengan dukungan penelitian.

•  Pengendalian dengan pemberian INSENTIF dan

DISINSENTIF

UU no 41 tahun 2009 PLP2B

Beberapa pokok penting yang dimuat antara lain :

1.  Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang terdiri dari lahan

beririgasi, lahan reklamasi, rawa pasang surut dan non-pasang surut serta lahan tidak beririgasi.

2.  Lahan-lahan tersebut diharapkan untuk tidak dialihfungsikan menjadi peruntukan lainnya, kecuali untuk kepentingan umum.

3.  Apabila lahan-lahan tersebut pada butir (a) di atas akan dialihfungsikan, maka pengusul/pemakai harus mencari dan menetapkan lahan pengganti terlebih dahulu di Kabupaten/Kota yang bersangkutan, di luar Kabupaten di dalam Propinsi atau di luar Propinsi, dan menyelesaikan masalah ganti rugi pada pemilik lahan yang akan dialihfungsikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.  Bagi seseorang yang melakukan alih fungsi LPPB & bagi pejabat yang

berwenang menerbitkan ijin alih fungsi, apabila tidak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, dipidanakan dengan pidana penjara dan atau denda.

PADI SAWAH

Rice and water

•  75% of rice is irrigated (75 m ha)

•  Rice requires much water :

2000-3000 l kg-1 rice •  Irrigated areas consume 80% of all fresh water used;

Asia: > 50% of this is for rice

The yield of plants depends directly on the amount of plant food available.

Base your fertilizer quantity on the pre-plant soil test, leaf analysis and district experience The main nutrient : Nitrogen (N), Phosphorus (P) and Potassium (K) (primer), Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Sulphur (S) (sekunder) (MAKRO) & Fe,

Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl (MIKRO) MANAGE OF FERTILIZING

(3)

PROGRAM DEPTAN 2009

(

SE Bersama Kep.Bappenas dan Menkeu 0081/M.PPN/04/2008 – SE 357/MK /2008)

§  Peningkatan Ketahanan Pangan

§  Pengembangan Agribisnis

§  Peningkatan Kesejahteraan Petani

§  Peningkatan Pengawasan dan

Akuntabilitas Aparatur Negara

§  Penerapan Kepemerintahan yang baik

13

v

Beras Masih Sebagai Komponen

Utama Ketahanan Pangan

v

Peningkatan Permintaan

(Kuantitas) + 1,5%/tahun

v

P2BN berkelanjutan à (2007-2009

& 2010 – 2014)

v

Target Swasembada Jagung

(2007), Kedelai (2012), Gula

(2009), Daging (2010)

Isu & Target

Ketahanan Pangan

14

5/6/15 15

TARGET PRODUKSI PANGAN UTAMA

KOMODITAS TARGET PRODUKSI 2009

1. Padi 63-64 juta ton

2. Jagung 18 juta ton

3. Kedelai 1,5 juta ton

4. Gula 3,3 juta ton

5. Daging sapi 399,5 ribu ton

15 KEGIATAN OPERASIONAL YG DIPERLUKAN • SL – PTT /SRI (termasuk SL-PHT, SL-Iklim, PTT) • Dukungan Penyediaan Sarana Produksi • Pengamanan Produksi • Pemberdayaan • Kelembagaan

PAYUNG KEGIATAN DALAM RKP 1. Pengendalian OPT 2. Bantuan benih, Sarana dan

Kelembagaan Perbenihan 3. Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca

Panen

4. Peningkatan Produksi dan Produktivitas 5. Eksibisi, Perlombaan dan

Penghargaan Petani 6. LM3

7. Magang, Sekolah Lapang dan Diklat 8. Pemantapan Prinsip Good

Governance

9. Penyusunan Kebijakan, Program dan Monev

PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN SWASEMBADA (PADI, JAGUNG, KEDELAI)

SASARAN § PADI 63-64 jt Ton GKG § JAGUNG 18 jt Ton § KEDELAI 1,5 jt Ton LOKASI PRIORITAS

Padi NAD, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Sulteng

Jagung Sumut, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Sulsel, Gorontalo Kedelai NAD, Jabar, Jateng, Yogya, Jatim, NTB, Sulsel, Papua

Avalis → KKP-E, KUR, Investor

16 KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN PERLUASAN AREAL PENINGKATAN PRODUKTIVITAS STRATEGI PENGAMANAN PRODUKSI Langkah Operasional

Dampak Fenomena Iklim Pengendalian OPT

STRATEGI PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2008 DAN 2009

1

2

3

4

Penanganan Pasca Panen Benih Unggul Bermutu Pemupukan Berimbang & Organik Pengairan Alsintan Pasar, LUEP KOPTA, GAPOKTAN Asosiasi/LSM/KTNA UPJA, Kios Saprodi Pelayanan Penyuluhan/Perbenihan /Perlindungan KKP/LM3/SP3/ BLMKIP/LUEP Kemitraan Optimalisasi Lahan Cetak Sawah Baru JITUT, JIDES & TAM Pompa/Sumur/Embung Konservasi Perbaikan Budidaya SASARAN 2008: SASARAN 2009 KONDISI 2007: Luas Panen: 12,8 jt ha Produk-tivitas: 60 ku/ha Produk- si: 63-64 jt ton Luas Panen: 12 jt ha Produk-tivitas: 50,89 ku/ ha Produk- si: 60-61 jt ton Luas Panen: 12,1 jt ha Produk-tivitas: 46,89 ku/ ha Produk- si: 57,05 jt ton 17 18

Lahan

Degradasi lahan (60 juta ha dg laju 2,8 juta ha/tahun)

Alih fungsi lahan (+ 110.000 ha/tahun) Fragmentasi lahan (petani gurem 13,7 juta kk )

Pergeseran RTRW (Potensi alih sawah 3 jt ha)

Penurunan kesuburan tanah Pelandaian Produktivitas Pertanian Issu Pemanasan Global (emisi carbon dan gas methan)

Kondisi & Permasalahan

Kelangkaan Sumber Daya Air

(4)

Keunggulan

SRI

Usaha Tani Ramah Lingkungan

Hemat Air Irigasi Hemat Saprodi (bibit)

Produksi Tinggi (Diatas Rata-Rata Nasional)

Memperbaiki kesuburan tanah

Mendaur Ulang Limbah

Produk sehat bebas residu kimia (Beras Organik)

Harga Beras Diatas Harga Pasar Berbasis kearifan Lokal

Solusi

19

PROGRAM PENGEMBANGAN SRI

DEPARTEMEN PERTANIAN

1.  Sosialisasi / pengenalan pada daerah-daerah irigasi yang potensial namun belum tersentuh SRI

2.  Perluasan dampak pengembangan SRI bagi daerah yang sudah ada kegiatan SRI

3.  Perluasan skala pengembangan SRI satu Scheme 4.  Mendorong pemberdayaan petani untuk membuat pupuk

organik, MOL dan pestisida nabati sendiri

5.  Gerakan pengembalian jerami dan limbah organik ke lahan pertanian

6.  Kemitraan dengan dunia usaha yang peduli organik (contoh Medco)

7.  Promosi Produk Beras Sehat 8.  Promosi penyelamatan lingkungan

20

METODE PENGEMBANGAN SRI

Workshop, Lokakarya

Farm Field Day

TOT

Sekolah Lapang

Leaflet, Brosur

Pemutaran film

Forum Komunikasi Pengembang SRI

Dialog interaktif melalui media massa

Internet

21

SIMULASI

NILAI TAMBAH YANG DIPEROLEH

DARI PENGEMBANGAN PADI

ORGANIK SRI

22

A.  ASPEK EKONOMI

(Asumsi 10 % dari 7,8 jt Ha luas lahan sawah di Indonesia dapat “di SRI kan”) -  Penghematan subsidi pupuk

Urea : Rp. 400,- X 250 kg/ha X 780.000 ha = Rp. 78.000.000.000,- - Penghematan pupuk : 780.000 ha x 250 kg X Rp.1.150,- = Rp.224.250.000.000 -  Penghematan benih : 35 kg X 780.000 ha X Rp. 4000 = Rp. 109.200.000.000,- -  Penghematan pestisida : 780.000 X Rp. 150.000,- = Rp. 117.000.000.000,-. -  Tambahan pendapatan petani :

780.000 ha X Rp. 6.683.625,- = 5.213.227.500.000,- -  Penghematan penggunaan air per MT

780.000 ha x 15.000 m3 x 46% = 5.382 jt m3 = 358.800 ha

- Tambahan Produksi

780.000 ha x ( 7,5-4,6 ton/ha) =2.262.000 ton 23

B. ASPEK LINGKUNGAN

-  Penurunan emisi gas metan

-  Pengurangan emisi gas CO

2

akibat

pembakaran jerami

-  Reduksi pencemaran tanah dan air dari

pupuk kimia dan residu pestisida

-  Daur ulang sampah (Mengurangi problem

sampah)

-  Peningkatan Kadar BO dalam tanah

-  Terpeliharanya keaneka ragaman hayati

24

(5)

C. ASPEK SOSIAL

-  Kearifan lokal

-  Kelembagaan pedesaan

-  Pemberdayaan petani

-  Terciptanya lapangan pekerjaan

-  Urbanisasi dapat dikendalikan

25

TANTANGAN PENGEMBANGAN SRI

•  Merubah paradigma / cara pandang budidaya

dari konvensional ke SRI

•  Transfer ilmu ke petani

•  Pasar beras organik SRI

•  Komitmen pemimpin formal dan non formal

A. Tantangan Mendasar

26

1.  Terbatasnya ketersediaan bahan kompos terutama yang bersumber dari kotoran hewan

2.  Pembuatan kompos masih dilakukan secara manual sehingga memerlukan waktu lama, tenaga kerja yang tinggi

3.  Distribusi bahan organik/kompos pada skala luas memerlukan biaya tinggi.

4.  Kebiasaan membuang dan membakar jerami di sebagian besar petani menjadi budaya

5.  Keterbatasan sarana pasca panen (lantai jemur, dryer, threser,dll)

6.  Jumlah petugas/petani yang memahami teknis metoda SRI masih sangat terbatas

7.  Dibeberapa daerah sawah irigasi masih memerlukan perbaikan/rehab jaringan irigasi

8.  Sertifikasi mutu beras organik SRI

B. Tantangan Teknis

27 28

CONTOH PERSYARATAN TEKNIS

PRODUK PANGAN ORGANIK

1.  LAHAN

a. Tan semusim : Konversi lahan dari konvensional min 2 tahun sebelum penebaran benih

b. Tanpa pembakaran 2.  BENIH

a. Tidak berasal dari rekayasa genetika 3.  SUMBER AIR & IRIGASI

a. Tidak tercemar

4.  MANAJEMEN KESUBURAN TANAH a. Tidak menggunakan pupuk kimia sintetis b. Tidak menggunakan tinja

5.  PENGELOLAAN OPT

a. Tidak menggunakan pestisida sintetis

Gambar

Tabel Agroekologi Tanaman Pangan

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 15BCD merupakan proses yang terjadi dimana asap dari pengelasan dihisap keluar oleh exhaust fan.untuk pola aliran yang dihasilakn tidak ada perbedaan yang

Pengawetan ikan Kembung ( Rastrelliger sp) yang diawetkan dengan perendaman hasil maksimum didapat pada konsentrasi kitosan 1,5% dengan nilai organoleptik 7,1 lama

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya penelitian dan penyususnan naskah tesis yang berjudul “ Aktivitas Antibakteri

Tujuan pemberian makanan pada bayi dan anak..  Memberikan nutrien yg cukup

[r]

suatu pendekatan yang digunakan dalam modifikasi perilaku yang mana modifikasi ini mengarahkan pada tujuan – tujuan untuk memperoleh tingkah laku baru yang

Qusyairi juga memberikan gambaran lain tentang penyelewengan para sufi yang terjadi pada kurun ketiga dan kelima hijriah dengan mengatakan: ”Jalan kesufian ini telah sampai

Hal ini dikarenakan bahan baku jenis kayu bengkirai sulit diperoleh dan harganya lebih mahal, kondisi demikian akan membuat biaya produksi per unit mebel jenis