• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. Rumput merupakan hijauan segar sebagai sumber serat utama yang dibutuhkan ternak ruminansia, hingga saat ini penggunaan sumber serat utama yang digunakan oleh peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang. Salah satu rumput yang dapat digunakan sebagai pakan ternak yaitu rumput Brachiaria humidicola. Brachiaria humidicola merupakan rumput yang palatabel, dan dapat digunakan sebagai rumput potongan dan rumput penggembalaan. Rumput ini mempunyai kemampuan adaptif terhadap pengairan yang tidak begitu bagus sehingga mempunyai peranan yang cukup besar bagi pengembangan dan penyediaan hijauan di lingkungan tropis.

Di Indonesia yang merupakan negara tropis terdapat dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim terebut berpengaruh terhadap ketersediaan bahan pakan khususnya hijauan. Musim hujan merupakan musim yang kaya akan hijauan bahkan sering kali produksinya melebihi dari kebutuhan, sedangkan pada musim kemarau merupakan musim paceklik atau miskin hijauan, sehingga penyediaan pakan ternak yang berkualitas tidak dapat mencukupi kebutuhan sepanjang tahun apabila tidak diatasi dengan pengawetan atau pengolahan hijauan secara baik. Rumput Brachiaria humidicola merupakan salah satu rumput yang ketersediaannya tinggi sehingga baik untuk diolah.

(2)

Teknologi pengolahan pakan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan, merubah ukuran partikel, merubah kadar air, merubah densitas pakan, meningkatkan palatabilitas, merubah kandungan nutrien, meningkatkan ketersediaan nutrien, mempertahankan kualitas selama penyimpanan dan mengurangi kontaminasi. Teknologi pengolahan pakan memiliki beberapa cara pengolahan, diantaranya yaitu grinding, mixing, dan pelleting.

Pelet adalah salah satu cara bentuk pengolahan pakan yang mudah dilakukan. Pelet adalah bentuk penggumpalan pakan melalui proses pemasukkan pada tiap bahan atau campuran adonan dengan pemampatan dan tenaga tekanan melalui lubang die dengan proses mekanik. Pelet juga merupakan hasil modifikasi dari mash yang dihasilkan dari pengepresan mesin pelet menjadi lebih keras. Bentuk fisik pelet dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan, ukuran pencetak, jumlah air, tekanan dan metode setelah pengolahan serta penggunaan bahan pengikat (binder). Bahan pengikat memiliki beberapa fungsi diantaranya membantu dan menstabilkan emulsi. Bahan pengikat sangat berperan penting untuk menghasilkan pelet yang kuat sehingga tidak mudah pecah. Pelleting adalah suatu proses menggabungkan campuran beberapa bahan pakan secara mekanik dengan tekanan tertentu. Keuntungan pakan pelet adalah mengurangi sifat memilih ternak, menyeragamkan kandungan nutrisi, dan meningkatkan produktifitas ternak.

Untuk menunjang efesiensi pakan, pelet membutuhkan bahan pengikat sebagai daya rekat dan kekompakan yang utuh sehingga membutuhkan gelatinasi, yaitu pemecah butiran yang bersifat searah pada golongan pati dengan bentuk bahan yang diperlukan untuk mengikat bahan ransum sehingga menjadi pelet.

(3)

Dengan keunggulan yang dimilliki rumput Brachiaria humidicola dan ketersediaan pakan hijauan yang berkualitas tidak dapat memenuhi kebutuhan sepanjang tahun, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan cara pengolahan rumput Brachiaria humidicola yang dijadikan pelet dengan bahan pengikat yang digunakan adalah tepung ubi jalar.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh berbagai konsentrasi tepung limbah ubi jalar sebagai binder pada pembuatan pelet rumput Brachiaria humidicola terhadap berat jenis dan efisiensi mesin pelet.

2. Pada konsentrasi berapa yang menghasilkan pelet rumput Brachiaria humidicola dengan berat jenis dan efisiensi mesin pelet yang optimal.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi tepung limbah ubi jalar sebagai binder pada pembuatan pelet rumput Brachiaria humidicola terhadap berat jenis dan efisiensi mesin pelet.

2. Mengetahui pada konsentrasi berapa yang menghasilkan pelet rumput Brachiaria humidicola dengan berat jenis dan efisiensi mesin pelet yang optimal.

(4)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan pengetahuan terhadap pembuatan pelet rumput Brachiaria humidicola sehingga menghasilkan pelet rumput Brachiaria humidicola yang berkualitas.

1.5. Kerangka Pemikiran

Rumput Brachiaria humidicola merupakan hijauan yang palatabel, dan dapat digunakan sebagai rumput potongan dan rumput penggembalaan. Rumput ini mempunyai kemampuan menekan pertumbuhan gulma, adaptif terhadap pengairan tidak begitu bagus dan toleran terhadap penggembalaan berat sehingga mempunyai peranan yang cukup besar bagi pengembangan dan penyediaan hijauan di tropik (t’Mannetje dan Jones, 1992 dalam Mansyur dkk, 2007). Apabila rumput ini diolah dan dimanfaatkan, maka akan menjadi sumber pakan yang mudah didapatkan. Salah satu bentuk pengolahan rumput Brachiaria humidicola adalah dengan dijadikan pelet untuk pakan ternak. Kandungan serat kasar rumput Brachiaria humidicola aalah sebesar 28,1% (Kurniawan dkk, 2007).

Pelet adalah bentuk penggumpalan pakan melalui proses pemasukan (extruding) pada tiap bahan atau campuran adonan dengan pemampatan dan tenaga tekanan melalui lubang die dengan proses mekanik (Robinson, 1976 dalam Retnani, 2011). Keuntungan mencetak pakan berbentuk pelet menurut Retnani (2011) antara lain untuk meningkatkan densitas pakan, mempermudah handling produk, mengurangi terbentuknya debu, mengurangi penyusutan akibat tercecer, lebih tahan terjadinya kerusakan pada saat penyimpanan, tidak memberikan kesempatan kepada ternak untuk memilih jenis bahan makanan yang disukai, meningkatkan jumlah konsumsi pakan, meningkatkan palatabilitas, meningkatkan konversi ransum, menurunkan ongkos pemberian pakan dan ternak ruminansia

(5)

dapat memanfaatkan jumlah dan jenis hijauan yang lebih besar. Dengan keuntungan seperti itu serta pengolahannya tidak terlalu sulit, maka pelleting merupakan salah satu bentuk pengolahan pakan yang cukup efisien.

Untuk meningkatkan kualitas fisik pelet dapat ditambahkan bahan-bahan pengikat (Binder). Binder adalah suatu bahan yang dijadikan sebagai perekat berbagai bahan pakan pada proses pembuatan pelet (Arif, 2010). Binder telah digunakan secara luas dalam pembuatan pelet pakan ternak, tetapi masih sedikit hasil-hasil penelitian yang melaporkan keefektifan berbagai pemakaian binder (Tabil dkk, 1997 dalam Widyastusi dkk, 2004).

Pada proses pembuatan pelet terdapat proses pengkondisian dimana campuran bahan pakan dipanaskan dengan air dengan tujuan untuk gelatinisasi. Tujuan gelatinisasi yaitu agar tingkat penyerapan menjadi tinggi dan agar terjadi pencetakan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pelet kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus (Muslim, 2011). Proses gelatinisasi sangat penting pada pembuatan pakan pelet karena proses gelatinisasi sangat mempengaruhi kualitas pelet.

Gelatinisasi adalah suatu proses pemecahan bentuk kristalin granula pati, sehingga setiap lapisan permukaan molekulnya dapat menyerap air atau larut dan bereaksi dengan bahan lain, dan kondisinya tidak dapat kembali seperti semula. (Uhi, 2006). Gelatinisasi pada proses pembuatan pelet terjadi pada bahan pengikat yang dicampurkan pada bahan pembuat pelet. Bahan pengikat dapat digunakan dengan cara dicampurkan secara langsung dengan bahan baku pakan lain pada saat masih kering atau dapat dibuat adonan tersendiri dan dicampurkan terakhir sebelum dilakukan pencetakan pelet (Harjono, 2001). Dicampurkannya

(6)

bahan pengikat pada proses pembuatan pelet bertujuan agar kualitas pelet terjaga dan pelet tidak mudah hancur.

Industri pakan pada umumnya menggunakan bahan pengikat Carboxy Metyl Cellulose (CMC) yang harganya relatif mahal dan sulit di peroleh di pasar. Diperlukan alternatif pengganti bahan pengikat tersebut dengan bahan pengikat alami yang harganya murah dan mudah diperoleh, diantaranya menggunakan tepung ubi jalar.

Ubi jalar termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik di daerah sub tropis. Ubi jalar merupakan sumber energi yang baik dalam bentuk karbohidrat. Ubi jalar mengandung antara 16 - 40% bahan kering, dari jumlah itu 70 - 90% adalah karbohidrat yang mengandung pati, gula, selulosa, amilosa dan amilopektin (Koswara, 2011). Ubi jalar memiliki banyak kandungan pati sehingga penggunaannya sangat membantu dalam pembuatan pakan berbentuk pelet dan nantinya akan dihasilkan pelet yang lebih padat, keras dan tidak mudah pecah. Berbeda dengan onggok, onggok memiliki kandungan pati sekitar 69,9%. Dalam penelitian (Retnani,2010) mengatakan bahwa penggunaan onggok sebanyak 2% sebagai bahan perekat pelet akan menghasilkan pelet yang optimal dan kokoh. Sehingga penggunaan tepung limbah ubi jalar sebagai binder harus melebihi dari penggunaan onggok sebagai binder pada pembuatan pelet agar menghasilkan pelet dengan kualitas yang optimal karena kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) ubi jalar hanya sebesar 68,64% dimana nilai itu menunjukkan bahwa kandungan pati ubi jalar lebih kecil dibandingkan onggok.

Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan. Semakin tinggi berat jenis maka akan semakin

(7)

meningkatkan kapasitas ruang penyimpanan dan memudahkan pengangkutan (Syarifudin, 2001 dalam Retnani dkk, 2011).

Bahan-bahan yang kaya akan karbohidrat seperti ubi jalar sangat membantu dalam proses perekatan pada saat bahan akan dicetak menjadi pelet sehingga proses gelatinisasi terjadi dengan baik dan pelet yang dihasilkan menjadi lebih padat dan tidak mudah hancur (Suryanagara, 2006), sehingga memudahkan dalam proses pencetakkan pelet.

Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis bahwa dengan rumput Brachiaria humidicola yang memiliki serat kasar yang cukup tinggi maka memerlukan binder dengan jumlah yang cukup banyak. Penggunaan binder tepung limbah ubi jalar dengan konsentrasi 20% akan sangat berpengaruh pada pembuatan pelet dan menghasilkan berat jenis dan efisiensi mesin pelet yang optimal.

1.6. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2016 sampai 29 Januari 2016 di Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas, Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas Non Ruminansia dan Industri Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Referensi

Dokumen terkait

"Saya tidak ingin menandatangani apa pun," katanya tegas. Perasaan takut menyerang saya. Pemegang polis terbesar saya baru saja membatalkan bisnis pribadinya dengan saya,

Konidium berwarna bening (hialin), ramping, lurus atau agak membengkok, bagian pangkal tumpul tetapi meruncing ke bagian ujungnya dan bersekat-sekat, sedangkan konidioforanya

Ketidakmampuan siswa dalam menyerap berbagai pengetahuan bukan dikarenakan ketidakmampuannya pemahamanan bukan pula karena guru tidak mampu mengajar, melainkan lebih

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan acara

1) Pemeriksaan tanpa merusak. Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran haruslah berorientasi pada keaktifan siswa, salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menciptakan keaktifan

Naungan 85% memberikan pengaruh pertambahan tinggi paling tinggi pada bibit buah jentik, yang tidak berbeda nyata dengan pengaruh naungan 75%. Perlakuan naungan 40%

Pada tahap pembelajaran, guru berusaha nenciptakan situasi belajar siswa yang kondusif guna memperkokoh motivasi belajar siswa diantaranya pertama sebelum memulai pelajaran