Penduduk Indonesia: 254,9 juta jiwa → S u s e n a s 2014, 2015 257.9 juta → Bappenas, BPS 2018
Perempuan 49,70% (133.17 juta); Lelaki 50,30% (131,88 juta) Di perdesaan 128.5 juta jiwa; di perkotaan 126.3 juta jiwa.
Penduduk perempuan-lelaki di kota (49.66% banding 50.34%) & di desa (49.64% banding 50.36%) → lebih sedikit.
Penduduk perempuan usia produktif (65,71%) tidak jauh berbeda dibanding lelaki (65,74%): BPS-Susenas
Perempuan dan Anak (70%)
§ Menjadi perhatian prioritas dalam perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia
§ Perempuan merupakan investasi, aset dan potensi bangsa dan keluarga yang berkontribusi sangat besar bagi kehidupan keluarga, bangsa dan negara
Pada ERA atau pada Generasi apa pun, keluarga sebagai unit terkecil dari suatu sistem sosial masyarakat berfungsi sebagai lembaga sosialisasi
pertama dan utama di dalam mewariskan norma
dan nilai-nilai bertindak berdasar norma dan kepatutan terhadap sesama anggota keluarga, dalam konteks relasi harmonis anggota keluarga lelaki dan perempuan.
Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamis suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materil dan psikis-mental spiritual untuk hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin (UU No 10 tahun 1992).
TIANG NEGARA
Keluarga tangguh, masyarakat tangguh, negara pun tangguh
FUNGSI KELUARGA
1. Memberi rasa saling memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan baik antara anggota keluarga.
2. Cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas pada perasaan, tetapi juga menyangkut pemeliharaan, tanggung jawab, perhatian, pemahaman, saling menghargai dan keinginan kuat (amanah) untuk menumbuhkembangkan anak yang dilahirkan.
1. Fungsi Keagamaan; 2. Fungsi Sosial Budaya; 3. Fungsi Cinta Kasih; 4. Fungsi Melindungi;
5. Fungsi Reproduksi;
6. Fungsi Sosialisasi & Pendidikan 7. Fungsi Ekonomi; dan
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan.
Terbentuk melalui ikatan perkawinan
Suatu keluarga yang terbentuk melalui ikatan perkawinan yang sah merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1988).
Fungsi Reproduksi terbentuk melalui ikatan perkawinan
TIANG NEGARA
Undang-Undang RI No 1 tahun 1974 “Tentang Perkawinan”
§
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria danseorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Bab 1 Pasal 1)
§
Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” (Bab 1 Pasal 2).§ Hubungan seksual yang sah secara hukum negara & agama. § Kejelasan tanggung jawab suami ke isteri dan sebaliknya,
serta pada anak dari hasil perkawinan tersebut.
fungsi reroduksi dalam keluarga, keyakinan semua agama dan sejalan 1. Realisasi
menurut
dengan nilai-nilai luhur di masyarakat, menyepakati bahwa ikatan perkawinan antara lelaki dan perempuan adalah sebagai satu-satunya cara untuk memerbanyak keturunan.
2. Fenomena sosial terkait dengan hubungan seksual yang sedang trend saat ini adalah timbulnya
orientasi seksual (Gay) yang tidak sejalan dengan
amanat Undang Undang Tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria (lelaki) dan seorang wanita (perempuan) sebagai suami-istri.
1. Istilah orientasi seksual (
Gay
) pada abad XIX (di Inggris), pada awalnya digunakan sebagai ekspresi kebahagiaan (perasaan senang) dimana kata tersebut berkonotasihomoseksual
dan berlaku untuk semua jenis kelamin (lelaki-perempuan).2. Perempuan yang mengidentifikasi diri sebagai
Gay
, lebih suka memakai istilah lesbian yang diambil dari kata Pulau Lesbos/ Yunani (tempat kelahiran penyair perempuan yangmemuja
perempuan
bernama Sappho; 630-612 SM). Pulau Lesbos, kini banyak dikunjungi turis dari komunitas lesbian.Gay dan Lesbian merupakan bentuk penyimpangan perilaku seksual (hubungan sesama jenis) yang secara tidak langsung meggerus pedoman luhur hubungan seksual yang sah, bersih dan sehat dan sekaligus merupakan bentuk perlawanan terhadap fitrah hubungan seksual yang telah Allah ciptakan.
1. Perilaku menyimpang (deviant behavior) atau penyimpangan sosial/seksual adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam hidup sudut
pandang kemanusiaan (
humanity
), religi mau pun pembenarannya sebagai bagian dari makhluk sosial2. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga dan masyarakar yang menjadi penyebab memudarnya ikatan atau solidaritas kelompok.
Kadar Penyimpangan Perilaku (
Deviant Behaviour
)Penyimpangan primer: insidental, tidak kontinu: i.e. mabuk
Penyimpangan sekunder: berulang (berbahaya): i.e. tindak criminal, seksual
Penyimpangan perilaku seksual yang sudah semakin
menggila dan bahkan menjadi
life style
memiliki ciri berikut: 1. Kecenderungan menjadi “komunitas khusus” yangterorganisir dan menyebar di berbagai daerah.
2. Fenomena perilaku yang a-sosial dan tidak lazim serta dapat memicu penyebab terjadinya kehancuran dan
kepunahan ummat manusia.
3. Penyimpangan perilaku seksual sudah dianggap dan dirasakan sebagai “suatu kondisi” yang sangat
meresahkan bagi keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia.
Posisi Primer Keluarga
1) Memiliki peran yang sangat penting sebagai ranah utama
dan pertama sosialisasi di dalam membentuk kepribadian,
watak, moral dan etika anggota keluarga yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, bangsa dan negara.
2) Mempunyai peran penentu di dalam pembentukan dan perujudan kepribadian anggota keluarga sesuai dengan identitas fitrah biologis yang dibawa sejak lahir.
Posisi sekunder:
1. Faktor intrinsik (watak, karakter emosi – dapat berkembang 2. Faktor ekstrinsik (lingkungan): penyesuaian, adaptasi,
Type of Family
1. Keluarga Besar (Extended Family) 2. Keluarga inti (Nuclear Family)
1) Traditional Family 2) Transitional family
3) Contemporary family
§ Tiap tipe keluarga memiliki cara pensosialisasian norma, nilai dan kepatutan bertindak yang berbeda
§ Sumber pesan yang berkuasa (
powerful
) juga bedaMenghasilkan cara berkomunikasi & spesifikasi tindakan: Perempuan (Mertua) - lelaki (Mertua)
Perempuan (Ibu) - lelaki (Bapak) Anak (perempuan) – anak (lelaki)
Bapak – anak lelaki – anak perempuan Ibu – anak perempuan – anak lelaki
Relasi norma kepatutan bagaimanakah yang harus dikomunikasikan dan disosialisasikan sesuai dengan
identitas biologisnya?
Dimanakah dan bagaimanakah peran keluarga (keluarga besar dan keluarga inti) di dalam mensosialisasikan identitas biologis kepada
1. Komunikasi keluarga mengacu pada pertukaran informasi secara verbal (ujaran) dan nonverbal (bahasa tubuh) antar-anggota keluarga.
2. Komunikasi melibatkan kemampuan untuk memerhatikan apa-yang disampaikan, dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain.
Bagian terpenting dari komunikasi tidaklah semata berbicara, tetapi menyimak apa yang dikatakan oleh seseorang.
Pertanyaannya adalah apa dan bagaimanakah
relasi komunikasi gender (perempuan & lelaki) di keluarga: 1. Berkomunikasi dengan cara yang sama?
2. Berbicara dalam bahasa yang sama?
3. Bagaimanakah struktur bahasa merefleksikan dan atau
mempromo pembedaan identitas biologis gender dalam suatu masyarakat? Lalu, dapatkah semua ini benar-benar dikomunikasikan?
1. Istilah gender sudah kerap dikumandangkan di lingkup publik, dalam artian masyarakat luas.
2. Di tingkat pemerintah, bahkan telah merupakan komitmen politik negara yang sudah berlangsung cukup lama, yang diikuti oleh upaya pemerintah untuk meratifikasi dan mengadopsi berbagai keputusan dan instrumen kesepakatan internasional tentang
gender mainstreaming
(PUG: Inpres Nomor 9/2000) dengan berbagai turunan indikator ukuran dan alat analisisnya. 3. Namun demikian, genderanggenderisasi
belum sepenuhnyadimaknai secara sama oleh tiap orang, termasuk dari kalangan pejabat pemerintah, para pakar/akademisi, organisasi sosial, dan masyarakat pada umumnya.
Pemahaman yang kerap terjadi adalah adanya kecenderungan kekeliruan pemaknaan terminologi GENDER, yang acap dimaknai
sebagai hanya bicara tentang urusan “perempuan”, atau invensi asing yang cenderung akan mengubah tatanan harmonis relasi
sosial di keluarga dan masyarakat.
Gagal paham ini juga berlanjut pada kekeliruan pemaknaan terhadap turunan konsep-konsep gender, seperti Keadilan dan
Kesetaraan Gender (KKG), kesenjangan
gender dan bias gender di masyarakat dan dalam Keluarga dalam konteks relasi sosial antara perempuan dan lelaki;
KOMPARASI PENGERTIAN GENDER DAN SEKS Pengertian Gender berbeda dengan
pengertian seks (Jenis Kelamin)
§
Pengertian Seks/jenis Kelamin§ Perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. § Identitas seks ditentukan oleh ciri-ciri genetika dan
anatomi.
Gender mengacu pada relasi sosial dan peran-peran
yang dikonstruksi serta diharapkan oleh masyarakat untuk dilakukan oleh perempuan dan laki-laki.
Peran-peran ini dipelajari, dapat berubah dari waktu ke waktu dan sangat bervariasi di dalam dan diantara
BiologisBiologis PPrimrimer:er: TidTidakakddapatapat didi
rtrtukukarkanarkan (Nature/A(Nature/Alami))
1. Biologis Primer: Tidak dapat dipertukarkan (Nature/Alami)
2. Biologis sekunder: Dapat dipertukarkan (nurture/pengasuhan - lingkungan)
3. Biologis Tertier (gender)
Biologis Primer: Tidak dapat dipertukarkan (Nature/Alami)
Laki-Laki § Penis
§ Kantungzakar/scotrum § Buah Zakar (Testis)
§ Sperma (Mani)
Perempuan § Vagina
§ Indung telur/Ovarium § Sel telur (ovum)
§ Uterus, Haid, Hamil
• Prostat (kelenjar)Biologis sekunder: Dapat dipertukarkan • Melahirkan, Menyusui (nurture/pengasuhan - lingkungan)
§ Bulu dada/tangan § Jakun, suara berat § Berkumis
§ Maskulin
§ Kulit halus
§ Dada besar, suara tinggi § Rambut terurai
Tidak dimiliki sejak lahir Dapat dibentuk/ dapat diubah Kontruksi Sosial RELASI PERAN GENDER §Bukan kodrat §Buatanmanusia §Dapat diubah §Dinamis, §Relatif Dipengaruhi oleh Tempat Waktu/Zaman Suku/Ras/ Bangsa Kultur Agama/ Ideologi Status Sosial Negara BIOLOGIS TERTIER
APLIKASI RELASI PERAN GENDER (LELAKI-PEREMPUAN
Peran KOMUNIKASI keluarga
Stereotipi relasi peran Perempuan & lelaki (gender) dari zaman ke zaman telah terubah dan tergerus, sejalan dengan pengubahan dan pergeseran serta dampak globalisasi & keterlibatan keluarga (bapak-ibu; suami-isteri) dalam nafkah, politik dan sosial.
1. Peran Perempuan dalam keluarga yang diframing (dibingkai) dalam fungsi 3-I (Isteri, Ibu dan ibu rumah tangga) bertambah dengan 3-I plus K (Karyawan) atau 3-I plus B (Bos) atau 3-I plus P (Pejabat) atau 3-I plus Po (Politisi).
2. Peran Lelaki dalam keluarga yang diframing dalam fungsi 2-M (mencari nafkah dan melindungi keluarga) juga mulai berbagi dengan perempuan yang sudah mulai bekerja nafkah untuk keluarga (baik karena kebutuhan mau pun karena pengejawantahan karir dan aplikasi kesetaraan)
Fakta Kekeliruan
Pencitraan (Imaging) & Pembingkaian (Framing) relasi gender
1. Pembagian Kerja: perempuan di rumah berperan 3-I (Isteri, Ibu, dan ibu rumah tangga) dan lelaki bekerja nafkah:
1) Pada keluarga tradisional pola peran ini mungkin benar adanya,
2) Pada keluarga transisi peran 3-I tidak mutlak menjadi tugas perempuan (mereka juga terlibat dalam kerja nafkah).
3) Peran ini dapat dipertukarkan dalam bentuk pembagian kerja rumah tangga antara bapak dan ibu.
2. Perempuan menjadi ibu (melahirkan) dan Lelaki menjadi bapak (menghamili), fungsi ini tidak dapat dipertukarkan.
1) Tugas sebagai bapak atau ibu dapat dipertukarkan pada kasus janda/duda (single parent) tetapi bukan fungsinya. 2) Fungsinya sebagai bapak (duda) atau ibu (janda) tetap
Fakta Kekeliruan
Pencitraan (Imaging) & Pembingkaian (Framing) relasi gender
3. Sifat feminin (pada perempuan) dan maskulin (pada lelaki) juga dapat dipertukarkan
1) Pada keluarga yang tinggal di lokasi pinggiran atau hutan, perempuan pun dapat bersifat maskulin dan sebaliknya lelaki yang bekerja pada pekerjaan soft juga bisa bergaya feminin 2) Muka halus & terawat (pada perempuan) juga dapat
ditemukan pada “lelaki flamboyant”
4. Perempuan memasak di rumah, tetapi di hotel bintang 5 atau “koki2 keren (chef) yang bertugas adalah lelaki
5. Lelaki jadi supir taxi, grab, pilot, tenyata perempuan juga bisa melakukannya
IMPLIKASI PRAKTIS MENGKOMUNIKASIKAN PERAN BIOLOGIS ANGGOTA KELUARGA
Tumbuhkembangkan komunikasi dalam keluarga dengan pola komunikasi asertif (
assertive communication
):1) Identifikasikan ciri biologis anggota keluarga sejak dini
2) Simak cara anggota keluarga berujar (
verbal communication
) dan amati bahasa tubuh/gesture (non verbal communication
) keselarasannya dengan identitas biologis dirinya sebagai seorang perempuan dan atau seorang lelaki.3) Saling respek, dengan prinsip “you are OK, I am OK” atau “you are not OK, I am not OK”
4) Luangkan waktu untuk mengetahui kegiatan keseharian anggota keluarga (isteri, suami, anak): apa yang dilakukan, siapa temannya, dan apa gerak-geriknya yang “aneh”
5) Jangan bedakan perlakuan karena faktor beda biologis tetapi sesuaikan dengan kompetensi (intelektual) yang dimiliki.
Jika TERLAHIR SEBAGAI BAYI LELAKI maka sampai LANSIA pun TETAP LELAKI ……
begitu juga jika terlahir sebagai bayi perempuan Ya tetap PEREMPUAN sampai LANSIA PUN
Buah pernikahan dari seorang perempuan dan
lelaki akan
menghasilkan keturunan
dan
Komunikasi dalam keluarga dapat dibaratkan sebagai darah dalam tubuh, jika berhenti mengalir maka matilah keluarga
Komunikasi tentang identitas biologis tiap anggota
Keluarga dan fungsinya yang tidak dapat dipertukarkan
merupakan suatu keniscayaan
Ketidakberhasilan pengkomunikasian dan pensosialisasian ini akan berdampak pada kelanjutan generasi penerus dan
komitmen untuk menempatkan dan menetapkan kelanggengan pasangan suami - isteri (lelaki - perempuan) dan ini adalah
tanggung jawab kita Bersama di dunia dan di akhirat kelak