• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP DAN NORMA PENGUKURAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN. Oleh: S u p r i y o k o

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRINSIP DAN NORMA PENGUKURAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN. Oleh: S u p r i y o k o"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PRINSIP DAN NORMA PENGUKURAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN

Oleh: S u p r i y o k o

========================================================

Ringkasan Paper yang Disampaikan pada Acara Penataran Proses Belajar Mengajar Dosen

PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah V Yogyakarta Yogyakarta, 1-4 Maret 1989 Prinsip dan Norma Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan

A. Pengantar:

Pengukuran dan evaluasi pendidikan merupakan ke- giatan yang sangat penting dan "menentukan" dalam dunia pendidikan; di samping kegiatan ini sekaligus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar menga jar di lembaga pendidikan, terutama di perguruan tinggi. Begitu pentingnya kegiatan tersebut maka tidak jarang ditemukan pendapat yang mengatakan bahwa pengukuran dan evaluasi pendidikan merupakan "puncak" dari proses bela- jar mengajar pada lembaga pendidikan.

Meskipun pendapat tersebut di atas tidak seluruh- nya benar, akan tetapi bukan berarti bahwa pendapat itu tidak argumentatif sama sekali; dengan kata lain penda- pat tersebut memang cukup beralasan.

Para mahasiswa pada setiap akhir semester selalu dihadapkan pada ujian semesteran. Ujian semesteran ini merupakan manifestasi dari kegiatan pengukuran dan eva- luasi pendidikan yang dapat dipandang sebagai "puncak" dari proses belajar mengajar selama satu semester yang bersangkutan. Demikian pula halnya dengan mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliah teorinya, maka akan dihadapkan pada ujian komprehensif sebelum dinyata kan berhasil menyelesaikan seluruh program akademiknya. Ujian komprehensif ini pun merupakan kegiatan pengukuran dan evaluasi pendidikan yang dapat dipandang sebagai "puncak" dari proses belajar mengajar selama mahasiswa menekuni program yang diikutinya.

Begitu pentingnya kegiatan pengukuran dan evalua- si pendidikan tersebut, kemudian berkembanglah berbagai teori dan teknik-teknik pengukuran dan evaluasi pendi- dikan. Dikembangkannya teori dan teknik-teknik pengukur- an dan evaluasi pendidikan ini dimaksudkan agar supaya para "evaluator" dapat melakukan pengukuran dan evaluasi secara tepat dan benar.

Ketepatan dan kebenaran dalam melakukan pengukur- an dan evaluasi tersebut memang sangat penting, karena ketidaktepatan dan kekeliruan dalam melakukan pengukuran dan evaluasi pendidikan secara langsung akan menyebabkan terjadinya "kebiasan" dalam menentukan prestasi dan kua- litas pendidikan.

(2)

B. Terminologi:

Pengertian pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation) memang saling berkaitan, meskipun keduanya mempunyai makna yang tidak sama. Perbedaan makna istilah pengukuran dan evaluasi dapat dijelaskan seperti berikut ini.

Pengukuran: membandingkan hasil atau prestasi terhadap satuan ukuran tertentu, baik satuan ukuran

yang bersifat "standardize" maupun yang ber- sifat "recommended". Pengukuran ini bersifat kuantitatif dan objektif.

Evaluasi : mengambil keputusan terhadap hasil atau pres tasi tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, atas hasil pengukuran. Eva- luasi bersifat kualitatif dan lebih bersifat subjektif.

Sebagai ilustrasi seorang dosen matematika sedang menilai hasil pekerjaan ujian Matematika Dasar dari para mahasiswanya. Dari sebanyak 15 soal yang disajikan pada para mahasiswa tersebut ternyata Madonna dapat menjawab dengan benar sebanyak 14 soal, sedangkan Michael hanya dapat menjawab dengan benar sebanyak 3 soal saja; oleh karena itu di dalam "final decision" dosen tersebut maka selanjutnya Madonna dinyatakan lulus dengan nilai A, dan Michael dinyatakan tidak lulus dengan nilai E.

Proses untuk mengetahui jumlah jawaban yang benar itu (dengan cara membandingkan jawaban mahasiswa dengan jawaban yang "baku") merupakan kegiatan 'pengukuran', sementara itu proses pada saat dosen matematika tersebut mengambil keputusan lulus atau tidak lulus bagi Madonna dan Michael dengan rekomendasi nilainya itu merupakan kegiatan 'evaluasi'..cw 18

C. Materi:

Pada dasarnya materi pengukuran dan evaluasi pen- didikan ialah hasil atau prestasi yang dicapai seseorang atau anak didik yang berkaitan dengan tujuan pendidikan.

(3)

Sementara itu menurut Benyamin S. Bloom (1956) tujuan pendidikan dapat dikategorikan menjadi tiga domein atau kawasan; masing-masing adalah domein kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kognitif : berhubungan dengan tujuan pendidikan yang pencapaiannya melalui pengetahuan dan ke- terampilan intelektual. Domein ini lebih berhubungan dengan "otak" manusia.

Afektif : berhubungan dengan tujuan pendidikan yang pencapaiannya melalui perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai. Domein ini lebih berhubungan dengan "hati" manusia.

Psikomotorik : berhubungan dengan tujuan pendidikan yang pencapaiannya melalui keterampilan serta

koordinasi fisik manusia. Domein ini le- bih berhubungan dengan "otot" manusia.

Konsep Bloom tersebut di atas dalam dunia pendi- dikan sering dioperasionalisasikan menjadi tiga tujuan pendidikan; masing-masing adalah pendidikan tujuan yang bersifat mengingat (ingatan), memahami (pemahaman), dan menerapkan (aplikasi)..cw 18

D. Faktor Pengukuran:

Dalam proses pengukuran dan evaluasi pendidikan, pada umumnya setidak-tidaknya ada lima faktor pengukuran yang harus diperhatikan agar supaya proses pengukuran dapat berjalan dengan sempurna, dalam arti caranya tepat dan hasilnya benar. Adapun kelima faktor tersebut adalah (1) alat ukur, (2) orang atau prestasi dari orang yang diukur, (3) orang yang mengukur, (4) cara pengukuran dan (5) situasi pengukuran.

(4)

kualitasnya, yaitu alat ukur yang bersifat "standardize" atau "recommended". Dari segi individunya, orang yang diukur harus dalam keadaan "normal" atau bila yang diukur prestasinya maka prestasi tersebut dihasilkan oleh orang dalam keadaan "normal"; sedangkan orang yang mengukur dituntut sudah mempunyai kualifikasi yang memadai.

Pada sisi yang lain cara pengukurannya pun ditun- tut harus tepat sesuai dengan karakteristik alat ukur dan situasi pengukurannya. Dan faktor yang tidak kalah pentingnya adalah situasi pengukuran harus dipertahankan dalam keadaan yang "normal".

Tidak terpenuhinya salah satu dari kelima faktor tersebut dapat mengakibatkan hasil pengukuran dan eva- luasi pendidikan menjadi bias.

E. Alat Ukur:

Alat ukur yang baik, yaitu alat ukur yang dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya, harus memiliki sifat- sifat sebagai berikut.

V a l i d : alat ukur tersebut harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Kalau ingin mengukur IQ hendaknya menggunakan tes IQ dan kalau ingin mengukur sikap hendaknya menggunakan tes sikap; bukan mengukur IQ menggunakan tes sikap, atau sebaliknya.

Reliabel : alat ukur tersebut harus mempunyai taraf konsistensi yang tinggi; pengukuran yang berulang-ulang dalam kondisi yang sama, dan menggunakan alat ukur yang sama, ha- rus menghasilkan ukuran yang sama. Alat ukur menjadi tidak reliabel kalau pengu-

(5)

kuran yang berulang-ulang dalam kondisi yang sama dan alat ukur yang sama mengha silkan ukuran yang berbeda.

Representatif : alat ukur tersebut harus mampu mengukur keseluruhan komponen atau aspek yang mem bangun konsep tertentu yang diukur. Bila konsep yang diukur terdiri dari aspek A, B, C, dan D, maka keempat aspek tersebut harus dapat terukur semuanya.

Objektif : alat ukur tersebut bersifat netral atau "apa adanya", tidak mengandung prasangka dan tidak berusaha "menggiring" jawaban. Misalnya alat ukur sikap; pertanyaannya harus benar-benar netral tidak mengarah- kan pada sikap tertentu, positif ataupun negatif.

Praktis : alat ukur hendaknya dapat digunakan de- ngan "gampang"; kapan saja dan di mana saja, dalam artian tidak terlalu terikat oleh kondisi dan situasi.

(6)

American Psychological Association (1954), sebuah asosiasi psikologi di Amerika Serikat mengklasifikasikan validitas alat ukur menjadi tiga bagian; masing-masing adalah validitas isi (content validity), validitas empi- ris (empirical validity) atau yang sering disebut dengan "criterion-related validity", serta validitas konstruksi (construct validity).

Validitas Isi : menggambarkan kesahihan atau validitas alat ukur dilihat dari isi atau materi

pertanyaan yang terkonstruksi. Dengan ungkapan lain sejauh mana materi konsep yang akan diukur sudah tercermin di da- lamnya.

Validitas Empiris : menggambarkan kesahihan atau validi tas alat ukur dilihat dari perban-

dingannya dengan alat ukur serupa yang sudah "standardize" atau sudah "recommended". Semakin "sebanding" di antara keduanya maka alat ukur tersebut semakin valid, begitu pula yang sebaliknya.

Validitas Konstruksi : menggambarkan kesahihan atau va- liditas alat ukur dilihat dari

konstruksinya atas kesatuan as- pek atau komponen yang diukur.

(7)

G. Reliabilitas:

Reliabilitas pada dasarnya menyangkut taraf kon- sistensi pengukuran dari sebuah alat ukur. Banyak cara yang bisa diaplikasikan untuk mengukur reliabilitas alat ukur, yang semuanya menuntut adanya persyaratan-persya ratan tertentu yang spesifik, serta semuanya mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Seorang pakar psikometri, Anne Anastasi (1976), dan juga banyak pakar psikometri yang lainnya membedakan reliabilitas alat ukur menurut cara pengujiannya menjadi tiga macam, masing-masing adalah (1) test-retest relia- bility, (2) alternate form reliability, serta (3) single test reliability.

Test-retest : dimaksudkan sebagai reliabilitas yang cara pengujiannya dengan mencari koefi- sien korelasi antara dua hasil penguji- an yang dilakukan dua kali dengan waktu yang berbeda, namun dengan materi atau alat ukur yang sama.

Alternate form : dimaksudkan sebagai reliabilitas yang cara pengujiannya dengan mencari koefi- sien korelasi antara dua hasil penguji- an yang dilakukan dua kali dengan waktu yang sama atau berbeda, dan dengan ma- sing-masing dengan alat ukur yang tidak sama tetapi berjenis dan berbobot yang sama.

Single test : dimaksudkan sebagai reliabilitas yang cara pengujiannya dengan mencari koefi-

(8)

sien antar bagian dalam satu kali hasil pengujian terhadap sekelompok testee.

Dari ketiga dasar pengukuran reliabilitas terse but selanjutnya berkembang cara-cara atau teknik-teknik pengukuran reliabilitas yang dapat diaplikasikan menurut konsepsinya masing-masing; antara lain adalah teknik pe- ngujian menurut Spearman-Brown Formula, Mosier Formula, Horst Formula, Flanagan Formula, Rulon Formula, Kuder- Richardson Formula, Tucker's Modified KR Formula, serta Cronbach Formula..cw 18

H. Timing Evaluasi:

Dilihat dari timing dan tujuannya maka pengukuran dan evaluasi pendidikan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis; masing-masing adalah (1) Evaluasi Formatif, (2) Evaluasi Sumatif, dan (3) Evaluasi Diagnostik.

Evaluasi Formatif : kegiatan evaluasi yang dilaksanakan pada tiap-tiap akhir suatu program,

yang berkedudukan sama dengan "post test". Tujuannya ialah mengevaluasi sejauh mana prestasi anak didik pa- da suatu program yang bersangkutan.

Evaluasi Sumatif : kegiatan evaluasi yang dilaksanakan pada tiap-tiap akhir dari beberapa

program yang merupakan satu kesatu- tuan integratif. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi prestasi anak di dik pada beberapa kesatuan program integratif tersebut.

(9)

Evaluasi Diagnostik: kegiatan evaluasi yang dilaksanakan pada saat-saat tertentu, pada awal

dan atau ditengah-tengah kesatuan program. Tujuannya ialah untuk men- cari bahan "diagnose" anak didik, guna peningkatan prestasinya pada program-program yang berikutnya. I. Referensi Evaluasi:

Apabila dilihat dari referensinya maka evaluasi pendidikan pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua jenis; masing-masing adalah (1) Evaluasi yang didasarkan pada referensi kriteria (criterion referenced), dan (2) Evaluasi yang didasarkan pada referensi normal (norm re- ferenced).

Referensi Kriteria : kegiatan evaluasi terhadap prestasi anak didik yang didasarkan atas pen capaiannya terhadap tujuan pendi- dikan yang telah ditentukan lebih dahulu, dengan cara pemberian nilai yang dibandingkan dengan standard nilai tertentu.

Referensi Normal : kegiatan evaluasi terhadap prestasi anak didik yang didasarkan atas pen capaian tujuan pendidikan terhadap pencapaian kelompoknya, dengan cara

(10)

pemberian nilai yang dibandingkan dengan skor (nilai) yang dicapai o- leh masing-masing anggota kelompok tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Harahap dalam (Suteja, 2018), analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya

Variabel jig pada Kapal Keruk 19 Bangka 2, dilakukan perubahan pada panjang pukulan menjadi lebih besar dari sebelumnya (1 – 2 mm), dengan tujuan menyesuaikan ukuran

1. Allah SWT, karena Nikmat. Perlindungan, Pertolongan, dan Ridho-Nya saya mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini serta hambanya yang termulia Nabi Besar Muhammad

Topik-topik tulisan selain mengangkat isu yang berkaitan dengan demografi klasik seperti fertilitas, juga mengangkat persoalan ketimpangan pendapatan tenaga kerja

Pada kedua teori yakni teori prinsip penataan (ordering principle) Salura (2010) dan teori fenomenologi Schulz (1980) yang telah dielaborasi sebagai kerangka baca dan

[r]

untuk pekerjaan yang telah selesai secara permanen dan lengkap sesuai dengan kontrak. Untuk itu Serah Terima Pekerjaan Sebagian / Taking Over of Parts of the Works

sangat membantu perusahaan dalam mengelola pengetahuan yang dimiliki programmernya, karena setiap pengetahuan yang dimiliki programmer dalam kegiatan berbagi