• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur atau menyapa seseorang atau lawan bicara. Braun (1988: 9-12) menyatakan terdapat pronomina persona, nomina nama persona/diri, istilah kekerabatan, istilah kasih sayang, gelar khusus merupakan unsur-unsur dalam sistem sapaan suatu bahasa. Unsur-unsur sapaan dalam suatu bahasa terdiri dari: pronomina persona (pronouns), nama diri (proper name), istilah kekerabatan (kinship terms), gelar (titles), nomina agentif (agentive nouns), dan bentuk deiktis (deitic words) (Kridalaksana, 1974: 17-18). Kata sapaan dalam salah satu unsur linguistik, yang termasuk dalam sosiolinguistik. Labov dalam Jendra (1991: 6) menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah pendekatan terhadap penelitian bahasa yang memusatkan perhatiannya kepada bahasa yang dipakai dalam masyarakat bahasa (speech community), dengan tujuan untuk menghasilkan suatu teori bahasa yang mantap untuk membenarkan, memerikan, dan menjelaskan data tersebut. Kata sapaan biasanya sangat erat kaitannya dengan adat istiadat, maksudnya kata sapaan yang dipergunakan ketika menyapa seseorang harus disesuaikan dengan kedudukan orang yang disapa. Kata sapaan pun beragam jenisnya dari yang memiliki fungsi menggantikan nama, hingga menunjukkan status atau kedudukan seseorang.

(2)

Salah satu bahasa yang memiliki keunikan dalam hal kata sapaan adalah bahasa Jepang. Berbeda dengan negara lain yang pada umumnya meletakkan kata sapaan di depan nama seseorang, kata sapaan dalam bahasa Jepang diletakkan di belakang nama seseorang. Kata sapaan bahasa Jepang yang diletakkan di belakang nama seseorang merupakan salah satu unsur sapaan bahasa Jepang yaitu, nama diri bersufiks. Nama diri bersufiks contohnya seperti, -san, -sama dan lainnya. Nama diri bersufiks biasanya diletakkan di belakang nama seseorang. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang meletakkan kata sapaan di depan nama orang seperti, tuan, nyonya, saudara dan lain-lain.

Unsur sapaan lainnya adalah sapaan pronomina persona. Pronomina persona adalah sapaan yang digunakan untuk kata ganti orang, baik itu orang pertama, orang kedua maupun orang ketiga. Dalam pronomina persona juga membahas tentang orang pertama tunggal dan jamak, orang kedua tunggal dan jamak dan ketiga tunggal dan jamak. Sama halnya dengan kata sapaan dalam bahasa Indonesia untuk orang pertama tunggal, disebut ‘Saya’, untuk orang kedua tunggal, disebut ‘Anda’ dan orang ketiga tunggal, disebut ‘Dia’. Dalam sapaan bahasa Jepang juga mengenal orang pertama tunggal yaitu watashi (saya), orang kedua tunggal anata (anda) dan orang ketiga tunggal yaitu, kare (dia laki-laki) atau kanojou (dia perempuan). Dalam kata sapaan bahasa Jepang, banyak ditemukan penggunaan kata-kata sapaan pronomina persona yang sangat menarik untuk diteliti.

Penggunaan kata sapaan banyak ditemukan dalam karya tulis, seperti komik. Komik adalah karya tulis berupa gambar yang berisi percakapan antar tokohnya.

(3)

Sehingga, setiap komik pasti mengandung penggunaan kata sapaan, seperti ditemukan dalam komik Sengoku Bassara, Beelzebub, Rurouni Kenshin, Detective Conan dan banyak lainnya. Karena banyaknya ditemukan kata sapaan dalam komik-komik tersebut, maka dalam penelitian ini dua diantaranya digunakan sebagai sumber data. Dua komik tersebut, yaitu Rurouni Kenshin dan Beelzebub, selain itu kata sapaan bahasa Jepang pronomina persona ada berbagai macam, sehingga menarik untuk diteliti. Kedua komik ini tidak hanya terkenal lewat komiknya saja namun telah dibuat anime (kartun Jepang), selain itu Rurouni Kenshin telah dibuatkan live action (film dengan menggunakan manusia).

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk, fungsi dan makna sapaan pronomina persona bahasa Jepang dalam komik Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki?

2. Bagaimanakah bentuk, fungsi dan makna sapaan pronomina persona bahasa Jepang dalam komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura?

3. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan sapaan pronomina persona bahasa Jepang dalam komik Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki dengan komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura?

(4)

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum adalah :

1. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai sapaan bahasa Jepang pronomina persona yang ada di dalam komik Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki dan komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura.

2. Dengan menganalisis sapaan bahasa Jepang dalam komik Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki dan komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura, diharapkan dapat mengembangkan ilmu studi sosiolinguistik, khususnya tentang bahasa Jepang.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus adalah :

1. Mengetahui bagaimana bentuk, fungsi dan makna sapaan pronomina persona dalam komik Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki.

2. Mengetahui bagaimana bentuk, fungsi dan makna sapaan pronomina persona dalam komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura.

3. Mengetahui persamaan dan perbedaaan sapaan pronomina persona bahasa Jepang yang terdapat dalam komik Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki dengan komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura.

(5)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan linguistik bahasa Jepang, khususnya sapaan pronomina persona bahasa Jepang, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan serta menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu pembelajar Bahasa Jepang, khususnya yang sedang mempelajari sapaan pronomina persona bahasa Jepang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menganalisis bentuk, fungsi dan makna sapaan pronomina persona bahasa Jepang, serta membandingkan sapaan pronomina persona bahasa Jepang yang ada di dalam komik Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki dengan komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura.

1.6 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu komik berbahasa Jepang Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki volume 1 hingga volume 4 dari 28 volume, yang dipublikasikan oleh Shueisha, diterbitkan pada tanggal 11 April

(6)

1994 hingga 4 November 1999. Komik Beelzebub karya Ryuuhei Tamura volume 1 hingga 4 dari 24 volume dalam daftar, dipublikasikan oleh Shueisha, diterbitkan pada tanggal 11 Agustus 2008.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Metode dan Teknik penelitian merupakan suatu hal yang penting digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian. Metode penelitian merupakan proses dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan simpulan, disesuaikan dengan berdasarkan pada tipe dan jenis penelitiannya (Sutedi, 2009:53). Metode dan Teknik dalam penelitian ini dibagi menjadi metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data serta metode dan teknik penyajian analisis data.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, dimana sumber data tertulis berupa komik berbahasa Jepang yang berjudul Rurouni Kenshin karya dari Akira Segami dan Beelzebub karya Ryuuhei Tamura disimak penggunaan bahasa secara tulisan untuk memperoleh data (Sudaryanto, 1993: 133). Dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian dan dilanjutkan dengan pengklasifikasian data, yaitu mengklasifikasikan kata-kata sapaan pada komik Rurouni Kenshin pada zaman Edo dan komik Beelzebub pada zaman modern (Sudaryanto, 1993: 135).

(7)

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data diklasifikasikan, data tersebut dianalisis. Pada tahap analisis data, digunakan metode padan referensial. Metode padan referensial adalah metode yang penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa (Sudaryanto, 1993: 13). Selanjutnya, dilanjutkan dengan teknik lanjutan teknik hubung banding memperbedakan, yaitu mencari persamaan maupun perbedaan dari kedua data-data tersebut (Sudaryanto, 1993: 27).

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data

Data yang telah disimpulkan dan dianalisis, disajikan dengan metode informal dan metode formal. Metode informal yaitu menyajikan data yang telah dianalisis menggunakan kata-kata biasa atau uraian biasa, bukan bagan atau lambang, sedangkan metode formal yaitu menyajikan data yang dianalisis menggunakan tabel-tabel yang diperlukan atau lambang-lambang. Penggunaan kata-kata biasa serta penggunaan tanda dan lambang merupakan teknik hasil penjabaran metode penyajian itu (Sudaryanto, 1993: 145). Teknik yang dipakai dalam penyajian hasil analisis data adalah teknik induktif (Hadi, 1984: 44). Teknik induktif adalah cara penyajian dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat khusus terlebih dahulu barulah ditarik kesimpulan yang bersifat umum (Hadi, 1984: 43).

Referensi

Dokumen terkait

Minat menurut para ahli psikolog adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara-terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan

Guru meminta siswa untuk bermain peran tentang suasana bencana alam tetapi menggunakan kalimat ungkapan terima kasih dalam percakapannya9. (lihat

yang terlambat berbicara, berlandaskan pertimbangan dari teori-teori dan usaha- usaha guru serta orangtua yang didapatkan di lapangan. Maksud tersebut akan tercapai

membebaskan gas karbon dioksida yang memangkin kepada pembentukan liang-liang (FIP Manual, 1983). Perkara ini perlu diberi perhatian kerana abu bahan api terhancur merupakan

“ Untuk mengatasi hambatan waktu, pimpinan seharusnya lebih meluangkan waktunya untuk berada di kantor dan sering mengadakan rapat, dengan rapat yang rutin pegawai

Musrenbang tingkat Kecamatan adalah suatu forum musyawarah para pemangku kepentingan (stakeholders) Kecamatan untuk mendapatkan usulan/masukan prioritas

Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada suatu objek yang sedang dihadapi. 153) menyatakan bahwa