• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pungkas Bahjuri Ali Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Jakarta, 18 Desember 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pungkas Bahjuri Ali Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Jakarta, 18 Desember 2017"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jakarta, 18 Desember 2017

Pungkas Bahjuri Ali

(2)

1. Sistem Kesehatan

2. Kesiapan Supply Side

3. Tantangan ke Depan

4. Kapasitas Fiskal Pembiayaan Kesehatan

5. Menjamin Kesinambungan Fiskal

6. Efektivitas dan Efisiensi Belanja Pusat 2018

7. Pembiayaan Kesehatan Daerah

(3)

TUJUAN PEMBANGUNAN

KESEHATAN dan GIZI MASYARAKAT

Mendukung Program Indonesia Sehat

Meningkatkan derajat kesehatan dan

status gizi masyarakat melalui upaya

kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat

Meningkatkan pemeratan pelayanan

kesehatan.

Meningkatkan perlindungan finansial

Dimensi

Pembangunan Manusia

Dimensi Pemerataan dan

Kewilayahan

(4)

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

(Perpres No. 72/2012)

SDMK

Farmasi, Alkes dan makanan Litbang Pemberdayaan Masyarakat Manajemen Kesehatan Pembiayaan Kesehatan Upaya

Kesehatan •Perbaikan status kesehatan

•Peningkatan status gizi

masyarakat

•Perlindungan finansial •Responsiveness sistem

kesehatan

Derajat Kesehatan

(5)

SASARAN RPJMN 2015-2019

Kesehatan Ibu dan

Anak

Status Gizi

Masyarakat

Penyakit

Penyehatan Lingk

Akses Yankes Merata dan Berkualitas

Perlindungan

Finansial

SDM Kesehatan

Obat dan Makanan

Promkes dan PHBS

(6)

SASARAN RPJMN 2015-2019

AKI

Akreditasi RS Akreditasi Puskes

JKN, PBI

Nakes RS dan SDM

Ketersedian Obat,

Vaksin

Air Bersih Sanitasi

AKB

Stunting Anemia HIV, TB Malaria Obesitas, Merokok, Darah Tinggi Kusta, Filaria, NTD

Imunisasi

(7)

REPUBLIK INDONESIA

7

MDGs dan SDGs terkait Kesehatan

MDGs: Isu

Kesehatan

Gizi Kematian Anak Kematian Ibu Kesehatan Reproduksi Penyakit Menular Air dan Sanitasi

SDGs: Isu

Kesehatan

Gizi Kematian Bayi Kematian Ibu Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular Penyakit Tropis Terabaikan Penyalah-gunaan obat dan alkohol Kesehatan Reproduksi Universal Health Coverage Kematian akibat polusi dan kecelakaan lalu lintas Pengen-dalian tembakau Akses obat dan vaksin esensial Air dan Sanitasi Aman

(8)
(9)

Target 42,0

Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, Desember 2016

Ketersediaan Dokter di Puskesmas, 2016

• Rasio dokter per 100.000 penduduk tahun 2016 adalah 45,1 (nasional) • Kesenjangan lebar antar-wilayah:

 Sekitar 24 provinsi dengan rasio dibawah nasional

 DKI Jakarta memiliki rasio jauh diatas nasional (170,2), diikuti Sulawesi Utara, DI Yogyakarta dan Bali

(10)

Situasi Ketenagaan Puskesmas di 7 Kabupaten - 2016

(diolah dari data PPSDM)

Situb ondo Toba Samo sir Jenep onto Ngad a Maluku .Teng Aceh Utara Majalen gka 17 19 18 14 33 31 32 Dokter Jumlah 27 33 24 16 10 98 69 Standar 29 21 27 17 47 44 41 Maldistr 7 13 1 3 0 59 8 Kurang 9 1 4 4 37 5 0 Drg Jumlah 19 9 19 6 1 14 14 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 2 0 2 0 0 1 0 Kurang 0 10 1 8 32 18 18 Perawat Jumlah 367 147 133 284 379 322 357 Standar 121 101 117 79 207 194 187 Maldistr 246 64 34 209 187 158 173 Kurang 0 18 18 4 15 30 1 Bidan Jumlah 496 425 156 312 312 581 510 Standar 104 82 99 65 174 163 155 Maldistr 392 343 59 250 170 430 355 Kurang 0 0 2 3 32 12 0 Farmasi Jumlah 16 18 18 22 2 48 28 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 4 4 3 10 1 29 2 Kurang 5 5 3 2 32 12 6 Kesmas Jumlah 13 11 20 49 6 201 32 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 1 2 7 35 0 173 9 Kurang 5 10 5 0 27 3 8 Sanitarian Jumlah 14 10 21 23 33 27 39 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 0 3 11 11 14 11 9 Kurang 3 12 8 2 14 15 2 Gizi Jumlah 25 17 21 15 34 6 27 Standar 29 21 27 17 47 44 41 Maldistr 3 7 1 3 11 1 1 Kurang 7 11 7 5 24 39 15

Lab Medis Jumlah 12 6 5 21 0 30 15

Standar 17 19 18 14 33 31 32

Maldistr 1 2 0 10 0 9 1

Kurang 6 15 13 3 33 10 18

Jumlah Puskesmas

Tiga masalah yang dialami Puskesmas yaitu:

(1) kekurangan tenaga,

(2) maldistribusi tenaga; dan

(3) melebihi standar

Situasi Ketenagaan Puskesmas di 7 Kabupaten: Situbondo, Toba Samosir, Jeneponto, Ngada, Maluku

Tengah, Aceh Utara, Majalengka (2016)

Jenis tenaga yang kurang: 1. Lab-Medis

2. Gizi

3. Sanitarian

4. Kesehatan Masyarakat 5. Dokter Gigi

Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas, 2016

Sumber: Bappenas, 2017 (Hasil Kajian Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas)

Standar ketenagaan Puskesmas dalam PMK-75/2014 belum dapat dipenuhi

(11)

Tempat dan Tenaga Pemberi Layanan ANC

2,3% 5,3% 2,5% 14,6% 3,6% 8,9% 2,9% 1 1,3% 4,8% 40,5% 0,3% 3,1% R S P em erint ah R S S w a s ta R SI A /R S bers alin Pus k esm as Pus tu/ pus ling Polin des /pos k es d es Poli k linik s was ta Pos y andu D ok ter prak tek Bidan pra k tek s w as ta Lainn y a T idak AN C

Persentase Tempat Pemberi Pelayanan ANC 13,4% 0,5% 82,4% 0,5% 3,1% dok ter k a ndunga n dok ter umum bi dan per awat Tidak ANC

Persentase Tenaga Pemberi Layanan ANC

Hanya 14,6% masyarakat yang memanfaatkan pelayanan ANC; proporsi terbesar di Bidan Praktek Swasta (41%) Sumber: Kemkes, Sirkesnas, 2016

(12)

Tempat Persalinan dan Kefarmasian

21,4 38 7,3 3,7 29,6 29,6 36,2 8,9 4,6 20,7 RS RB/Klinik/ Praktek nakes Puskesmas/ Pustu Polindes/ Poskesdes Rumah/ Lainya Riskesdas 2013 Sirkesnas 2016

Hanya 8,9% yang memanfaatkan

puskesmas sebagai tempat persalinan;

sebagian besar di praktek swasta dan

rumah sakit

35,8

64,2

Pemberian Informasi Obat

Ya Tidak 30,3 69,7 Konseling Ya Tidak

Persentase Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar

Sumber: Kemkes, Sirkesnas, 2016

0% 20% 40% 60% 80% 100% AB ISPA ≤20% AB Diare ≤8% Inj Myalgia ≤1% Rerata item ≤2,6 Memenuhi ke-4 parameter 21,8% 18,4% 85,9% 8,1% 2,5%

(13)

385 335 294 209 190 100 94 78 73 72 69 69 65 59 57 46 46 46 42 41 35 35 32 29 29 28 22 21 21 18 16 13 11 205 94 124 57 110 33 37 41 20 18 18 24 25 18 42 12 12 22 1 11 18 8 6 9 8 8 3 8 7 10 2 1 2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Hospital Accredited

• Hanya sekitar 37,9% atau 1.015 RS yang sudah akreditasi • Kesenjangan lebar akses terhadap pelayanan kesehatan

berkualitas antar-wilayah

• Sebagian besar rumah sakit di kawasan timur Indonesia belum terakreditasi

Status Akreditasi Rumah Sakit, Juli 2017

(14)

Ketersediaan fasilitas, alat dan persebaran

nakes: antrian rawat inap dan rawat jalan

Ketersediaan tenaga kesehatan UKM:

promkes, analis, tenaga gizi, sanitarian

Farmalkes untuk program nasional: HIV

(15)
(16)

CAPAIAN KEPESERTAAN JKN

Gap capaian kepesertaan JKN baik

Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun Non PBI masih cukup lebar.

• BPJS Kesehatan perlu kerja keras untuk meningkatkan kepesertaan, terutama bagi Pekerja Penerima Upah (PPU)

dan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). No KepesertaanJenis Capaian Peserta (per 1 November 2017) Target RPJMN/ Renstra BPJS (Tahun 2019) Gap 1 Penerima Bantuan Iuran

(PBI) 92.211.728 107.200.000* 14.988.272 2 Non Penerima Bantuan

Iuran (Non-PBI): 71.985.432 128.347.444 56.362.012Pekerja Penerima Upah (PPU) 42.979.236 69.382.468** 26.403.232 • Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) 24.041.754 52.760.621** 28.718.867 • Bukan Pekerja 4.964.442 6.204.355** 1.239.913 3 Peserta Integrasi

Jamkesda dari Pemda (PBI APBD) 19.381.926 19.250.119** -(melebihi target Renstra BPJSK tahun 2019) Jumlah peserta JKN 183.579.086 254.797.563 71.218.477 Populasi penduduk*** 261.890.900 268.074.600 6.183.700 Cakupan peserta 70,09% 95,00%* *Target RPJMN 2015-2019

**Target Renstra BPJS Kesehatan 2016-2021 ***proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035

60 68 77 85 95 62,0 66,5 70,09 0 20 40 60 80 100 2015 2016 2017 2018 2019 Target Capaian

(17)

TARGET KEPESERTAAN PBI

88,2 99,6 103,4 106 107,2 88,2 92,4 92,4 92,4 80 85 90 95 100 105 110 2015 2016 2017 2018 2019 Exercise Awal RPJMN 2015-2019 Target RKP

• Target RKP masih jauh dari exercise awal RPJMN 2015-2019

Komponen Target RKP 2016 Target RKP 2017 Rencana Target 2018

Peserta PBI (juta jiwa) 92,4 92,4 92,4

Premi (Rp) 23.000 23.000 23.000

Bulan 12 12 12

Kebutuhan Anggaran (Rp Miliar) 25.502,4 25.502,4 25.502,4

Kebutuhan Anggaran PBI

(18)

Proporsi anggaran PBI JKN sebesar 43 % terhadap total anggaran Kemkes Tahun 2018, sehingga ruang fiskal Kemkes (implementasi kegiatan strategis lainnya) cukup sempit (22%)

Kegiatan Utama Lainnya, antara lain:

Penyediaan Vaksin Rp 2.663,7 M

Penyediaan Obat dan Perbekalan

kesehatan Ibu dan Anak, Penyakit Tropis

Terabaikan, TB dan HIV/AIDS, dan Malaria Rp 1.936,2 M

Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rp 1.644,95 M

Program Strategis SDM Kesehatan Rp

1.464,9 M

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Balita Kekurangan Gizi Rp 936,6 M

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Rp 662,1 M

Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

Rp 343,4 M

RS Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Indonesia Timur (Maluku) Rp 250,0 M

(19)

Defisit BJPS merupakan permasalahan yang kompleks,

sehingga membutuhkan penyelesaian yang komprehensif

Rekomendasi penyelesaian defisit BPJS, mencakup:

Pengalihan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk memperluas kepesertaan PBI menjadi 96

juta jiwa;

BPJS harus memperluas kepesertaan JKN terutama Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan

Pekerja Penerima Upah (PPU);

Penerapan efisiensi terhadap pelayanan kesehatan (mencegah rujukan yang tidak perlu,

memperkuat pengawasan dan penindakan terhadap terjadinya fraud di tingkat pelayanan kesehatan,

dan menerapkan regulasi yang ketat untuk mengontrol utilisasi);

Penerapan strategic purchasing, sehingga pembayaran pada fasilitas kesehatan disesuaikan dengan

kualitas pelayanan serta dapat menentukan harga berdasarkan kualitas tersebut (kontrak selektif

pada fasilitas kesehatan yang berkualitas);

Perluasan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjut (FKRTL) terutama swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (insentif untuk

(20)
(21)

Transisi Demografi

Jumlah penduduk akan terus meningkat

Jumlah penduduk usia 60+ akan terus

bertambah Angka morbiditas (kesakitan) penduduk usia 60+ makin menurun Kesakitan akan terakumulasi pada usia-usia sangat tua (compressed morbidity) Kepadatan penduduk meningkat, terutama di perkotaan

Indeks Penduduk Indonesia 2010-2045 (dengan indeks tahun 2010 = 100%)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 0-14 15-64 65+ 60+ • Peningkatan pelayanan kesehatan bagi anak-anak, penduduk usia produktif, terutama penduduk lansiaBagaimana kesiapan infrastruktur dan fasilitas kesehatanBagaimana cakupan jaminan kesehatan ke depanPenyehatan lingkungan

Sumber Data: Perhitungan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2045 *) UN Population Prospect 2010-2085

2010 2045

238,5 juta

Jumlah Penduduk 318,7 juta

69,8 tahun

Harapan Hidup 72,8 tahun

68,1 juta

Penduduk usia 0-14 thn 63,6 juta

158,5 juta

Penduduk usia produktif212,3 juta

18,0 juta

Jumlah lansia (60+) 60,2 juta

49,9% Penduduk tinggal

(22)

Double Burden of Diseases (DALYs)

 Indonesia mengalami beban ganda penyakit:

 Penyakit menular masih belum terselesaikan

 Penyakit tidak menular meningkat  PTM (jantung iskemik, CVD, diabetes)

menempati peringkat utama

 Penyakit menular, kematian ibu dan

neonatal cenderung menurun, tetapi TB masih merupakan masalah utama

(23)

Faktor Resiko

Beban penyakit yang terkait dengan 15 faktor risiko Tahun 2016 (% DALYs)

• 3 peringkat teratas faktor

risiko di Indonesia:

• Pola makan tidak

sehat

• Tekanan darah tinggi

• Gula darah puasa

tinggi

• Merokok dan kurangnya

aktivitas fisik juga

berpengaruh pada beban

PTM.

(24)

KAPASITAS FISKAL

(25)

Kesehatan sebagai Prioritas

Sumber: Dikutip dari World Bank, “Making the case for health: prioritizing health in public budgets”, Caryn Bredenkamp, Moulay Driss Zine-Eddine El-Idrissi, and David Evans, Annual UHC Financing Forum, Washington DC, 14thApril 2016

Komitmen berkelanjutan untuk memprioritaskan kesehatan dalam penganggaran sangat dibutuhkan

(26)

Porsi Anggaran Pemerintah untuk Kesehatan

• Secara global terdapat variasi sejauh mana kesehatan diprioritaskan dalam anggaran pemerintah: dari 1% hingga 20%

• Negara di Pasifik cenderung memiliki porsi anggaran pemerintah yang besar untuk kesehatan, sementara negara-negara asia lebih rendah

• Porsi anggaran pemerintah di

Indonesia (5%) jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand,

Vietnam, Filipina dan negara-negara Pasifik, dengan penduduk yang

jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia

Sumber: Dikutip dari World Bank, “Summary of Findings from Baseline Health Financing Systems Assessments”, Emiko Masaki & Ajay Tandon, Pre Session on Integrating External-Financed Health Programs PMAC Conference, Bangkok, January 2017

(27)

Total Health Expenditure berdasarkan Agen Pembiayaan, 2014

(28)

• Porsi pembiayaan eksternal bervariasi (2008-2017): 49.7%-76.4%.

• Pembiayaan domestik mulai meningkat: 50,3% (2016)

• Indonesia tengah memasuki transisi pendanaan hibah luar negeri

• Diperlukan EXIT STRATEGY untuk

keberlanjutan dari hasil dan manfaat program • Tantangan bagi Pemerintah:

KESINAMBUNGAN PEMBIAYAAN, program

dan kapasitas teknis

Pembiayaan Program TB

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2017

Komponen TB Program Spending (IDR Billion)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*

APBN 97 103 107 135 133 87 163 205 485 278

Hibah Lain 58 62 66 62 85 107 165 137 72 95

(29)

Ketergantungan Indonesia rendah terhadap PEMBIAYAAN EKSTERNAL (1% dari total pengeluaran

kesehatan selama hampir 10 tahun terakhir)

...dengan PENGECUALIAN untuk PROGRAM PRIORITAS KESEHATAN seperti

HIV, TB, Malaria dan

Imunisasi

Sumber: World Bank

(30)

• Porsi pembiayaan eksternal bervariasi (2008-2017): 49.7%-76.4%.

• Pembiayaan domestik mulai meningkat: 50,3% (2016)

• Indonesia tengah memasuki transisi pendanaan hibah luar negeri

• Diperlukan EXIT STRATEGY untuk

keberlanjutan dari hasil dan manfaat program • Tantangan bagi Pemerintah:

KESINAMBUNGAN PEMBIAYAAN, program

dan kapasitas teknis

Pembiayaan Program TB

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2017

Komponen TB Program Spending (IDR Billion)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*

APBN 97 103 107 135 133 87 163 205 485 278

Hibah Lain 58 62 66 62 85 107 165 137 72 95

(31)
(32)

Kesinambungan Fiskal

Pengeluaran Pendapatan

Memperbaiki dan/atau

meningkatkan

pendapatan

Menerapkan batas

pengeluaran

Meningkatkan efisiensi

pengeluaran

(33)

Pilar Kapasitas Fiskal

Kondisi makroekonomi yang kondusif Re-prioritisasi Sumber pendapatan dalam negeri (sector-specific) Sumber eksternal Efisiensi

Memberikan implikasi untuk sektor kesehatan dari keseluruhan kerangka ruang fiskal suatu negara, mis, sebagai akibat kondisi makro ekonomi yang kondusif

Fokus pada sejauh mana kesehatan kesehatan

diprioritaskan ulang di dalam anggaran pemerintah

Menganalisis pro dan kontra dari sektor yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan tambahan, mis,

penggunaan “earmarked taxes” Mengevaluasi

penggunaan sumber daya yang berasal dari

bantuan pembangunan Meningkatkan efisiensi pengeluaran yang ada dan/atau pengeluaran baru

(34)

POSTUR ANGGARAN KESEHATAN APBN

Komponen Anggaran Kesehatan APBN-P 2016

APBN-P 2017

APBN 2018 I. Belanja Pemerintah Pusat 76,1 80,9 81,5 A. Melalui Kementerian Negara/Lembaga 70,1 61,2 70,6

1. Kemkes 62,7 54,2 59,1

2. Badan POM 1,5 1,5 2,2

3. BKKBN 3,6 2,2 5,5

4. K/L Lainnya 2,3 3,3 3,8

B. Melalui Belanja Non K/L (Anggaran

Kesehatan pada BA BUN) 6,0 19,7 10,9 II. Melalui Transfer ke Daerah 21,2 24,0 29,5 1. DAK Fisik 15,7 16,2 18,0 2. DAK Non Fisik 4,4 6,6 10,4

3. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana

Otsus Papua 1,2 1,2 1,2

III. Melalui Pembiayaan 6,8 -

-Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan

6,8 -

-Total Anggaran Kesehatan 104,1 104,9 111,0 Total Belanja Negara 2.082,9 2.098,9 2.220,7 Rasio Anggaran Kesehatan terhadap

Belanja Negara

5,00% 5,00% 5,00%

Turun 6,63%

Naik 28,14%

Sumber:

Nota Keuangan APBN 2016-2018

• Anggaran Kesehatan dipenuhi 5% sesuai UU sejak tahun 2016

• Komponen belanja pusat hanya meningkat 6,63% pada 2016-2018

• Komponen transfer daerah meningkat hingga 28,14% pada 2016-2018

Distribusi Anggaran ke Daerah

Meningkat drastis

(35)

Trend Anggaran DAK Kesehatan

• Peningkatan signifikan anggaran DAK perlu pengawalan untuk menjaga pelaksanaan sasaran prioritas nasional

• Skema DAK Penugasan dan Afirmasi merupakan instrument dalam kontrol pusat dengan prioritas

(36)

Absolut

Konkuren

Wajib

Pelayanan

Dasar

Kesehatan

Non Pelayanan

Dasar

Pilihan

Pemerintahan

Umum

Pembagian Wewenang UU 23 tahun 2014

Standar

Pelayanan

Minimal

Catatan Penting:

Beban daerah dalam pemenuhan 12 indikator SPM Kesehatan

Daerah menjadifrontlinedalam pencapaian sasaran prioritas nasionalTransfer daerah semakin meningkat

menjadi kewajiban Perkuat sistem monitoring !!

(37)
(38)

POSTUR ANGGARAN KESEHATAN APBN

Komponen Anggaran Kesehatan APBN-P 2016

APBN-P 2017

APBN 2018 I. Belanja Pemerintah Pusat 76,1 80,9 81,5 A. Melalui Kementerian Negara/Lembaga 70,1 61,2 70,6

1. Kemkes 62,7 54,2 59,1

2. Badan POM 1,5 1,5 2,2

3. BKKBN 3,6 2,2 5,5

4. K/L Lainnya 2,3 3,3 3,8

B. Melalui Belanja Non K/L (Anggaran

Kesehatan pada BA BUN) 6,0 19,7 10,9 II. Melalui Transfer ke Daerah 21,2 24,0 29,5 1. DAK Fisik 15,7 16,2 18,0 2. DAK Non Fisik 4,4 6,6 10,4

3. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana

Otsus Papua 1,2 1,2 1,2

III. Melalui Pembiayaan 6,8 -

-Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan

6,8 -

-Total Anggaran Kesehatan 104,1 104,9 111,0 Total Belanja Negara 2.082,9 2.098,9 2.220,7 Rasio Anggaran Kesehatan terhadap

Belanja Negara

5,00% 5,00% 5,00%

Turun 6,63%

Naik 28,14%

Sumber:

Nota Keuangan APBN 2016-2018

• Anggaran Kesehatan dipenuhi 5% sesuai UU sejak tahun 2016

• Komponen belanja pusat hanya meningkat 6,63% pada 2016-2018

• Komponen transfer daerah meningkat hingga 28,14% pada 2016-2018

Distribusi Anggaran ke Daerah

Meningkat drastis

(39)
(40)

Absolut

Konkuren

Wajib

Pelayanan

Dasar

Kesehatan

Non Pelayanan

Dasar

Pilihan

Pemerintahan

Umum

Pembagian Wewenang UU 23 tahun 2014

Standar

Pelayanan

Minimal

Catatan Penting:

Beban daerah dalam pemenuhan 12 indikator SPM Kesehatan

Daerah menjadifrontlinedalam pencapaian sasaran prioritas nasionalTransfer daerah semakin meningkat

menjadi kewajiban Perkuat sistem monitoring !!

(41)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui (1) ada tidak adanya miskonsepsi dan besar prosentase miskonsepsi, (2), ada tidak adanya indikasi keterangan lain

(3) Untuk mengetahui manakah yang lebih baik pengaruh latihan memukul bola dengan pitched ball dan soft toss ball terhadap keterampilan memukul bola jauh dalam

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, konsumsi protein, dan kecernaan protein pada ayam broiler yang diberi perlakuan ransum dengan penggunaan

Artinya, usaha Teh Papua tersebut memiliki manfaat lebih besar dari biaya yang diperlukan, sehingga rencana usaha Teh Papua layak

Kadar TSS dalam air limbah bekas pencucian jeans tergolong sangat tinggi, dengan menggunakan unit koagulasi flokulasi dibantu variasi koagulan, yakni tawas 50

47913 47919 Perdagangan Eceran Melalui Media Untuk Berbagai Macam Barang Lainnya 47920 Perdagangan Eceran Atas Dasar Balas Jasa (Fee) Atau Kontrak 47991 Perdagangan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada tugas akhir ini akan mengkonfigurasikan sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk memonitoring jaringan,

Pada PFBC, selain dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk memutar turbin uap, dihasilkan pula gas hasil pembakaran yang memiliki