1
Jakarta, 18 Desember 2017
Pungkas Bahjuri Ali
1. Sistem Kesehatan
2. Kesiapan Supply Side
3. Tantangan ke Depan
4. Kapasitas Fiskal Pembiayaan Kesehatan
5. Menjamin Kesinambungan Fiskal
6. Efektivitas dan Efisiensi Belanja Pusat 2018
7. Pembiayaan Kesehatan Daerah
TUJUAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN dan GIZI MASYARAKAT
Mendukung Program Indonesia Sehat
•
Meningkatkan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
•
Meningkatkan pemeratan pelayanan
kesehatan.
•
Meningkatkan perlindungan finansial
Dimensi
Pembangunan Manusia
Dimensi Pemerataan dan
Kewilayahan
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
(Perpres No. 72/2012)
SDMK
Farmasi, Alkes dan makanan Litbang Pemberdayaan Masyarakat Manajemen Kesehatan Pembiayaan Kesehatan Upaya
Kesehatan •Perbaikan status kesehatan
•Peningkatan status gizi
masyarakat
•Perlindungan finansial •Responsiveness sistem
kesehatan
Derajat Kesehatan
SASARAN RPJMN 2015-2019
Kesehatan Ibu dan
Anak
Status Gizi
Masyarakat
Penyakit
Penyehatan Lingk
Akses Yankes Merata dan Berkualitas
Perlindungan
Finansial
SDM Kesehatan
Obat dan Makanan
Promkes dan PHBS
SASARAN RPJMN 2015-2019
AKI
Akreditasi RS Akreditasi PuskesJKN, PBI
Nakes RS dan SDM
Ketersedian Obat,
Vaksin
Air Bersih SanitasiAKB
Stunting Anemia HIV, TB Malaria Obesitas, Merokok, Darah Tinggi Kusta, Filaria, NTDImunisasi
REPUBLIK INDONESIA
7
MDGs dan SDGs terkait Kesehatan
MDGs: Isu
Kesehatan
Gizi Kematian Anak Kematian Ibu Kesehatan Reproduksi Penyakit Menular Air dan SanitasiSDGs: Isu
Kesehatan
Gizi Kematian Bayi Kematian Ibu Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular Penyakit Tropis Terabaikan Penyalah-gunaan obat dan alkohol Kesehatan Reproduksi Universal Health Coverage Kematian akibat polusi dan kecelakaan lalu lintas Pengen-dalian tembakau Akses obat dan vaksin esensial Air dan Sanitasi AmanTarget 42,0
Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, Desember 2016
Ketersediaan Dokter di Puskesmas, 2016
• Rasio dokter per 100.000 penduduk tahun 2016 adalah 45,1 (nasional) • Kesenjangan lebar antar-wilayah:
Sekitar 24 provinsi dengan rasio dibawah nasional
DKI Jakarta memiliki rasio jauh diatas nasional (170,2), diikuti Sulawesi Utara, DI Yogyakarta dan Bali
Situasi Ketenagaan Puskesmas di 7 Kabupaten - 2016
(diolah dari data PPSDM)
Situb ondo Toba Samo sir Jenep onto Ngad a Maluku .Teng Aceh Utara Majalen gka 17 19 18 14 33 31 32 Dokter Jumlah 27 33 24 16 10 98 69 Standar 29 21 27 17 47 44 41 Maldistr 7 13 1 3 0 59 8 Kurang 9 1 4 4 37 5 0 Drg Jumlah 19 9 19 6 1 14 14 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 2 0 2 0 0 1 0 Kurang 0 10 1 8 32 18 18 Perawat Jumlah 367 147 133 284 379 322 357 Standar 121 101 117 79 207 194 187 Maldistr 246 64 34 209 187 158 173 Kurang 0 18 18 4 15 30 1 Bidan Jumlah 496 425 156 312 312 581 510 Standar 104 82 99 65 174 163 155 Maldistr 392 343 59 250 170 430 355 Kurang 0 0 2 3 32 12 0 Farmasi Jumlah 16 18 18 22 2 48 28 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 4 4 3 10 1 29 2 Kurang 5 5 3 2 32 12 6 Kesmas Jumlah 13 11 20 49 6 201 32 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 1 2 7 35 0 173 9 Kurang 5 10 5 0 27 3 8 Sanitarian Jumlah 14 10 21 23 33 27 39 Standar 17 19 18 14 33 31 32 Maldistr 0 3 11 11 14 11 9 Kurang 3 12 8 2 14 15 2 Gizi Jumlah 25 17 21 15 34 6 27 Standar 29 21 27 17 47 44 41 Maldistr 3 7 1 3 11 1 1 Kurang 7 11 7 5 24 39 15
Lab Medis Jumlah 12 6 5 21 0 30 15
Standar 17 19 18 14 33 31 32
Maldistr 1 2 0 10 0 9 1
Kurang 6 15 13 3 33 10 18
Jumlah Puskesmas
Tiga masalah yang dialami Puskesmas yaitu:
(1) kekurangan tenaga,
(2) maldistribusi tenaga; dan
(3) melebihi standar
Situasi Ketenagaan Puskesmas di 7 Kabupaten: Situbondo, Toba Samosir, Jeneponto, Ngada, Maluku
Tengah, Aceh Utara, Majalengka (2016)
Jenis tenaga yang kurang: 1. Lab-Medis
2. Gizi
3. Sanitarian
4. Kesehatan Masyarakat 5. Dokter Gigi
Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas, 2016
Sumber: Bappenas, 2017 (Hasil Kajian Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas)
Standar ketenagaan Puskesmas dalam PMK-75/2014 belum dapat dipenuhi
Tempat dan Tenaga Pemberi Layanan ANC
2,3% 5,3% 2,5% 14,6% 3,6% 8,9% 2,9% 1 1,3% 4,8% 40,5% 0,3% 3,1% R S P em erint ah R S S w a s ta R SI A /R S bers alin Pus k esm as Pus tu/ pus ling Polin des /pos k es d es Poli k linik s was ta Pos y andu D ok ter prak tek Bidan pra k tek s w as ta Lainn y a T idak AN CPersentase Tempat Pemberi Pelayanan ANC 13,4% 0,5% 82,4% 0,5% 3,1% dok ter k a ndunga n dok ter umum bi dan per awat Tidak ANC
Persentase Tenaga Pemberi Layanan ANC
Hanya 14,6% masyarakat yang memanfaatkan pelayanan ANC; proporsi terbesar di Bidan Praktek Swasta (41%) Sumber: Kemkes, Sirkesnas, 2016
Tempat Persalinan dan Kefarmasian
21,4 38 7,3 3,7 29,6 29,6 36,2 8,9 4,6 20,7 RS RB/Klinik/ Praktek nakes Puskesmas/ Pustu Polindes/ Poskesdes Rumah/ Lainya Riskesdas 2013 Sirkesnas 2016Hanya 8,9% yang memanfaatkan
puskesmas sebagai tempat persalinan;
sebagian besar di praktek swasta dan
rumah sakit
35,864,2
Pemberian Informasi Obat
Ya Tidak 30,3 69,7 Konseling Ya Tidak
Persentase Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar
Sumber: Kemkes, Sirkesnas, 2016
0% 20% 40% 60% 80% 100% AB ISPA ≤20% AB Diare ≤8% Inj Myalgia ≤1% Rerata item ≤2,6 Memenuhi ke-4 parameter 21,8% 18,4% 85,9% 8,1% 2,5%
385 335 294 209 190 100 94 78 73 72 69 69 65 59 57 46 46 46 42 41 35 35 32 29 29 28 22 21 21 18 16 13 11 205 94 124 57 110 33 37 41 20 18 18 24 25 18 42 12 12 22 1 11 18 8 6 9 8 8 3 8 7 10 2 1 2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Hospital Accredited
• Hanya sekitar 37,9% atau 1.015 RS yang sudah akreditasi • Kesenjangan lebar akses terhadap pelayanan kesehatan
berkualitas antar-wilayah
• Sebagian besar rumah sakit di kawasan timur Indonesia belum terakreditasi
Status Akreditasi Rumah Sakit, Juli 2017
Ketersediaan fasilitas, alat dan persebaran
nakes: antrian rawat inap dan rawat jalan
Ketersediaan tenaga kesehatan UKM:
promkes, analis, tenaga gizi, sanitarian
Farmalkes untuk program nasional: HIV
CAPAIAN KEPESERTAAN JKN
• Gap capaian kepesertaan JKN baik
Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun Non PBI masih cukup lebar.
• BPJS Kesehatan perlu kerja keras untuk meningkatkan kepesertaan, terutama bagi Pekerja Penerima Upah (PPU)
dan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). No KepesertaanJenis Capaian Peserta (per 1 November 2017) Target RPJMN/ Renstra BPJS (Tahun 2019) Gap 1 Penerima Bantuan Iuran
(PBI) 92.211.728 107.200.000* 14.988.272 2 Non Penerima Bantuan
Iuran (Non-PBI): 71.985.432 128.347.444 56.362.012 • Pekerja Penerima Upah (PPU) 42.979.236 69.382.468** 26.403.232 • Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) 24.041.754 52.760.621** 28.718.867 • Bukan Pekerja 4.964.442 6.204.355** 1.239.913 3 Peserta Integrasi
Jamkesda dari Pemda (PBI APBD) 19.381.926 19.250.119** -(melebihi target Renstra BPJSK tahun 2019) Jumlah peserta JKN 183.579.086 254.797.563 71.218.477 Populasi penduduk*** 261.890.900 268.074.600 6.183.700 Cakupan peserta 70,09% 95,00%* *Target RPJMN 2015-2019
**Target Renstra BPJS Kesehatan 2016-2021 ***proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035
60 68 77 85 95 62,0 66,5 70,09 0 20 40 60 80 100 2015 2016 2017 2018 2019 Target Capaian
TARGET KEPESERTAAN PBI
88,2 99,6 103,4 106 107,2 88,2 92,4 92,4 92,4 80 85 90 95 100 105 110 2015 2016 2017 2018 2019 Exercise Awal RPJMN 2015-2019 Target RKP• Target RKP masih jauh dari exercise awal RPJMN 2015-2019
Komponen Target RKP 2016 Target RKP 2017 Rencana Target 2018
Peserta PBI (juta jiwa) 92,4 92,4 92,4
Premi (Rp) 23.000 23.000 23.000
Bulan 12 12 12
Kebutuhan Anggaran (Rp Miliar) 25.502,4 25.502,4 25.502,4
Kebutuhan Anggaran PBI
Proporsi anggaran PBI JKN sebesar 43 % terhadap total anggaran Kemkes Tahun 2018, sehingga ruang fiskal Kemkes (implementasi kegiatan strategis lainnya) cukup sempit (22%)
Kegiatan Utama Lainnya, antara lain:
• Penyediaan Vaksin Rp 2.663,7 M
• Penyediaan Obat dan Perbekalan
kesehatan Ibu dan Anak, Penyakit Tropis
Terabaikan, TB dan HIV/AIDS, dan Malaria Rp 1.936,2 M
• Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rp 1.644,95 M
• Program Strategis SDM Kesehatan Rp
1.464,9 M
• Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Balita Kekurangan Gizi Rp 936,6 M
• Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Rp 662,1 M
• Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
Rp 343,4 M
• RS Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Indonesia Timur (Maluku) Rp 250,0 M
Defisit BJPS merupakan permasalahan yang kompleks,
sehingga membutuhkan penyelesaian yang komprehensif
Rekomendasi penyelesaian defisit BPJS, mencakup:
•
Pengalihan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk memperluas kepesertaan PBI menjadi 96
juta jiwa;
•
BPJS harus memperluas kepesertaan JKN terutama Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan
Pekerja Penerima Upah (PPU);
•
Penerapan efisiensi terhadap pelayanan kesehatan (mencegah rujukan yang tidak perlu,
memperkuat pengawasan dan penindakan terhadap terjadinya fraud di tingkat pelayanan kesehatan,
dan menerapkan regulasi yang ketat untuk mengontrol utilisasi);
•
Penerapan strategic purchasing, sehingga pembayaran pada fasilitas kesehatan disesuaikan dengan
kualitas pelayanan serta dapat menentukan harga berdasarkan kualitas tersebut (kontrak selektif
pada fasilitas kesehatan yang berkualitas);
•
Perluasan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL) terutama swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (insentif untuk
Transisi Demografi
Jumlah penduduk akan terus meningkat
Jumlah penduduk usia 60+ akan terus
bertambah Angka morbiditas (kesakitan) penduduk usia 60+ makin menurun Kesakitan akan terakumulasi pada usia-usia sangat tua (compressed morbidity) Kepadatan penduduk meningkat, terutama di perkotaan
Indeks Penduduk Indonesia 2010-2045 (dengan indeks tahun 2010 = 100%)
0 50 100 150 200 250 300 350 400 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 0-14 15-64 65+ 60+ • Peningkatan pelayanan kesehatan bagi anak-anak, penduduk usia produktif, terutama penduduk lansia • Bagaimana kesiapan infrastruktur dan fasilitas kesehatan • Bagaimana cakupan jaminan kesehatan ke depan • Penyehatan lingkungan
Sumber Data: Perhitungan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2045 *) UN Population Prospect 2010-2085
2010 2045
238,5 juta
Jumlah Penduduk 318,7 juta
69,8 tahun
Harapan Hidup 72,8 tahun
68,1 juta
Penduduk usia 0-14 thn 63,6 juta
158,5 juta
Penduduk usia produktif212,3 juta
18,0 juta
Jumlah lansia (60+) 60,2 juta
49,9% Penduduk tinggal
Double Burden of Diseases (DALYs)
Indonesia mengalami beban ganda penyakit:
Penyakit menular masih belum terselesaikan
Penyakit tidak menular meningkat PTM (jantung iskemik, CVD, diabetes)
menempati peringkat utama
Penyakit menular, kematian ibu dan
neonatal cenderung menurun, tetapi TB masih merupakan masalah utama
Faktor Resiko
Beban penyakit yang terkait dengan 15 faktor risiko Tahun 2016 (% DALYs)• 3 peringkat teratas faktor
risiko di Indonesia:
• Pola makan tidak
sehat
• Tekanan darah tinggi
• Gula darah puasa
tinggi
• Merokok dan kurangnya
aktivitas fisik juga
berpengaruh pada beban
PTM.
KAPASITAS FISKAL
Kesehatan sebagai Prioritas
Sumber: Dikutip dari World Bank, “Making the case for health: prioritizing health in public budgets”, Caryn Bredenkamp, Moulay Driss Zine-Eddine El-Idrissi, and David Evans, Annual UHC Financing Forum, Washington DC, 14thApril 2016
Komitmen berkelanjutan untuk memprioritaskan kesehatan dalam penganggaran sangat dibutuhkan
Porsi Anggaran Pemerintah untuk Kesehatan
• Secara global terdapat variasi sejauh mana kesehatan diprioritaskan dalam anggaran pemerintah: dari 1% hingga 20%
• Negara di Pasifik cenderung memiliki porsi anggaran pemerintah yang besar untuk kesehatan, sementara negara-negara asia lebih rendah
• Porsi anggaran pemerintah di
Indonesia (5%) jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand,
Vietnam, Filipina dan negara-negara Pasifik, dengan penduduk yang
jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia
Sumber: Dikutip dari World Bank, “Summary of Findings from Baseline Health Financing Systems Assessments”, Emiko Masaki & Ajay Tandon, Pre Session on Integrating External-Financed Health Programs PMAC Conference, Bangkok, January 2017
Total Health Expenditure berdasarkan Agen Pembiayaan, 2014
• Porsi pembiayaan eksternal bervariasi (2008-2017): 49.7%-76.4%.
• Pembiayaan domestik mulai meningkat: 50,3% (2016)
• Indonesia tengah memasuki transisi pendanaan hibah luar negeri
• Diperlukan EXIT STRATEGY untuk
keberlanjutan dari hasil dan manfaat program • Tantangan bagi Pemerintah:
KESINAMBUNGAN PEMBIAYAAN, program
dan kapasitas teknis
Pembiayaan Program TB
Sumber: Kementerian Kesehatan, 2017
Komponen TB Program Spending (IDR Billion)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*
APBN 97 103 107 135 133 87 163 205 485 278
Hibah Lain 58 62 66 62 85 107 165 137 72 95
•
Ketergantungan Indonesia rendah terhadap PEMBIAYAAN EKSTERNAL (1% dari total pengeluaran
kesehatan selama hampir 10 tahun terakhir)
•
...dengan PENGECUALIAN untuk PROGRAM PRIORITAS KESEHATAN seperti
HIV, TB, Malaria dan
Imunisasi
Sumber: World Bank
• Porsi pembiayaan eksternal bervariasi (2008-2017): 49.7%-76.4%.
• Pembiayaan domestik mulai meningkat: 50,3% (2016)
• Indonesia tengah memasuki transisi pendanaan hibah luar negeri
• Diperlukan EXIT STRATEGY untuk
keberlanjutan dari hasil dan manfaat program • Tantangan bagi Pemerintah:
KESINAMBUNGAN PEMBIAYAAN, program
dan kapasitas teknis
Pembiayaan Program TB
Sumber: Kementerian Kesehatan, 2017
Komponen TB Program Spending (IDR Billion)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*
APBN 97 103 107 135 133 87 163 205 485 278
Hibah Lain 58 62 66 62 85 107 165 137 72 95
Kesinambungan Fiskal
Pengeluaran PendapatanMemperbaiki dan/atau
meningkatkan
pendapatan
Menerapkan batas
pengeluaran
Meningkatkan efisiensi
pengeluaran
Pilar Kapasitas Fiskal
Kondisi makroekonomi yang kondusif Re-prioritisasi Sumber pendapatan dalam negeri (sector-specific) Sumber eksternal EfisiensiMemberikan implikasi untuk sektor kesehatan dari keseluruhan kerangka ruang fiskal suatu negara, mis, sebagai akibat kondisi makro ekonomi yang kondusif
Fokus pada sejauh mana kesehatan kesehatan
diprioritaskan ulang di dalam anggaran pemerintah
Menganalisis pro dan kontra dari sektor yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan tambahan, mis,
penggunaan “earmarked taxes” Mengevaluasi
penggunaan sumber daya yang berasal dari
bantuan pembangunan Meningkatkan efisiensi pengeluaran yang ada dan/atau pengeluaran baru
POSTUR ANGGARAN KESEHATAN APBN
Komponen Anggaran Kesehatan APBN-P 2016
APBN-P 2017
APBN 2018 I. Belanja Pemerintah Pusat 76,1 80,9 81,5 A. Melalui Kementerian Negara/Lembaga 70,1 61,2 70,6
1. Kemkes 62,7 54,2 59,1
2. Badan POM 1,5 1,5 2,2
3. BKKBN 3,6 2,2 5,5
4. K/L Lainnya 2,3 3,3 3,8
B. Melalui Belanja Non K/L (Anggaran
Kesehatan pada BA BUN) 6,0 19,7 10,9 II. Melalui Transfer ke Daerah 21,2 24,0 29,5 1. DAK Fisik 15,7 16,2 18,0 2. DAK Non Fisik 4,4 6,6 10,4
3. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana
Otsus Papua 1,2 1,2 1,2
III. Melalui Pembiayaan 6,8 -
-Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan
6,8 -
-Total Anggaran Kesehatan 104,1 104,9 111,0 Total Belanja Negara 2.082,9 2.098,9 2.220,7 Rasio Anggaran Kesehatan terhadap
Belanja Negara
5,00% 5,00% 5,00%
Turun 6,63%
Naik 28,14%
Sumber:
Nota Keuangan APBN 2016-2018
• Anggaran Kesehatan dipenuhi 5% sesuai UU sejak tahun 2016
• Komponen belanja pusat hanya meningkat 6,63% pada 2016-2018
• Komponen transfer daerah meningkat hingga 28,14% pada 2016-2018
Distribusi Anggaran ke Daerah
Meningkat drastis
Trend Anggaran DAK Kesehatan
• Peningkatan signifikan anggaran DAK perlu pengawalan untuk menjaga pelaksanaan sasaran prioritas nasional
• Skema DAK Penugasan dan Afirmasi merupakan instrument dalam kontrol pusat dengan prioritas
Absolut
Konkuren
Wajib
Pelayanan
Dasar
Kesehatan
Non Pelayanan
Dasar
Pilihan
Pemerintahan
Umum
Pembagian Wewenang UU 23 tahun 2014
Standar
Pelayanan
Minimal
Catatan Penting:
• Beban daerah dalam pemenuhan 12 indikator SPM Kesehatan
• Daerah menjadifrontlinedalam pencapaian sasaran prioritas nasional • Transfer daerah semakin meningkat
menjadi kewajiban Perkuat sistem monitoring !!
POSTUR ANGGARAN KESEHATAN APBN
Komponen Anggaran Kesehatan APBN-P 2016
APBN-P 2017
APBN 2018 I. Belanja Pemerintah Pusat 76,1 80,9 81,5 A. Melalui Kementerian Negara/Lembaga 70,1 61,2 70,6
1. Kemkes 62,7 54,2 59,1
2. Badan POM 1,5 1,5 2,2
3. BKKBN 3,6 2,2 5,5
4. K/L Lainnya 2,3 3,3 3,8
B. Melalui Belanja Non K/L (Anggaran
Kesehatan pada BA BUN) 6,0 19,7 10,9 II. Melalui Transfer ke Daerah 21,2 24,0 29,5 1. DAK Fisik 15,7 16,2 18,0 2. DAK Non Fisik 4,4 6,6 10,4
3. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana
Otsus Papua 1,2 1,2 1,2
III. Melalui Pembiayaan 6,8 -
-Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan
6,8 -
-Total Anggaran Kesehatan 104,1 104,9 111,0 Total Belanja Negara 2.082,9 2.098,9 2.220,7 Rasio Anggaran Kesehatan terhadap
Belanja Negara
5,00% 5,00% 5,00%
Turun 6,63%
Naik 28,14%
Sumber:
Nota Keuangan APBN 2016-2018
• Anggaran Kesehatan dipenuhi 5% sesuai UU sejak tahun 2016
• Komponen belanja pusat hanya meningkat 6,63% pada 2016-2018
• Komponen transfer daerah meningkat hingga 28,14% pada 2016-2018
Distribusi Anggaran ke Daerah
Meningkat drastis
Absolut
Konkuren
Wajib
Pelayanan
Dasar
Kesehatan
Non Pelayanan
Dasar
Pilihan
Pemerintahan
Umum
Pembagian Wewenang UU 23 tahun 2014
Standar
Pelayanan
Minimal
Catatan Penting:
• Beban daerah dalam pemenuhan 12 indikator SPM Kesehatan
• Daerah menjadifrontlinedalam pencapaian sasaran prioritas nasional • Transfer daerah semakin meningkat
menjadi kewajiban Perkuat sistem monitoring !!