Volume 1 Nomor 1 Tahun: 2021 e-ISSN : 2774-8308
U
PAYA
P
ENGEMBANGAN
E
KOWISATA
B
AHARI DI
P
ANTAI
T
IGA
W
ARNA
DENGAN
I
DENTIFIKASI
T
ERUMBU
K
ARANG
Muhammad Javier Irsyad1), Muchamad Fairuz Haykal1), Faradhillah Adibah1), Ilham Maulana Asyari1), Anthon Andrimida2), Fauzul Zain Hardiyan3)
1) Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, 65145, Indonesia
2) Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru,
Malang, Indonesia
3) Pelayanan Teknis, UPT Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap, Kabupaten Malang, Indonesia
Article history
Received : 4 Januari 2021 Revised : 29 Januari 2021 Accepted : 9 Februari 2021
*Corresponding author Muhammad Javier Irsyad
Email : m.javierirsyad@gmail.com
Abstrak
Karang merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai tinggi. Karang memiliki banyak manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Monitoring terumbu karang harus dilakukan guna mengetahui keberadaan life form terumbu karang dengan melakukan penyelaman. Kegiatan monitoring terumbu karang ini menjadi salah satu kegiatan dari Praktek Kerja Magang (PKM) mahasiswa Ilmu Kelautan. Metode yang di gunakan dalam monitoring adalah LIT (Line Intercept Transect) yaitu dilakukan pencatatan dari bentuk life form terumbu karang dari 1 garis lurus yang dapat mewakili kondisi lingkungan. Pada Pantai Tiga Warna ditemukan 5 jenis life form yaitu CB (Coral Branching), CM (Coral
massive), CF (Coral Foliose), CE (Coral Encrusting) , dan ACS
(Acropora Sub-Massive). Jenis Coral Foliose merupakan salah satu yang paling dominan berada di wilayah Pantai Tiga Warna. Wilayah Pantai Tiga Warna memiliki tingkat intensitas cahaya yang tinggi dan kekeruhan rendah sehingga mampu membuat Coral Foliose dapat tumbuh dengan optimal. Pemetaan terumbu karang dapat dilakukan untuk menentukan lokasi yang cocok digunakan sebagai area ekowisata khususnya kegiatan snorkling. Dengan pemetaan terumbu karang diharapkan dapat menemukan area baru untuk snorkling bagi wisatawan sebagai upaya pengembangan ekowisata bahari di Pantai Tiga Warna.
Kata Kunci : Terumbu Karang, Line Intercept Transect, Life Form, Praktik
Kerja Magang
Abstract
Coral is one of the natural resources that have high value. Coral has many benefits for the environment and surrounding communities. Coral reef monitoring must be carried out to determine the existence of coral reef life form by diving. This coral reef monitoring activity is one of the activities of the Internship (PKM) of Marine Science students. The method used in monitoring is LIT (Line Intercept Transect), which is the recording of the coral reef life form from 1 straight line that can represent environmental conditions. On Tiga Warna Beach, 5 types of life form were found, namely CB (Coral Branching), CM (Coral massive), CF (Coral Foliose), CE (Coral Encrusting), and ACS (Acropora Sub-Massive). The Coral Foliose type is one of the most dominant in the Three Color Beach area. The Tiga Warna Beach area has high light intensity and low turbidity so that it is able to make Coral Foliose grow optimally. Mapping of coral reefs can be done to determine a suitable location for use as an ecotourism area, especially snorkeling activities. By mapping coral reefs, it is hoped that they can find new areas for snorkeling for tourists as an effort to develop marine ecotourism on Tiga Warna Beach..
Keywords : Coral Reef, Line Intercept Transect, Life Form, Intership
Program
PENDAHULUAN
Karang merupakan hewan disebut polip yang masuk didalam filum cnidaria ber ordo scleractinia (Giyanto et al., 2017). Terumbu karang merupakan sekumpulan karang yang bersimbiosis dengan zooxhantella dan membentuk suatu ekosistem (Reskiwati et al., 2018). Bentuk pertumbuhan karang dapat disebut juga Life form adalah bentuk dari sekumpulan karang yang membentuk habitat dasar pada ekosistem terumbu karang. Life
form dijadikan sebagai dasar identifikasi jenis
karang. Bentuk dominan dari pertumbuhan karang pada suatu ekosistem dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Macam – macam dari bentuk pertumbuhan karang yaitu bundar (globose), bercabang (branching), lempeng digitate (digitate plate), piringan senyawa (compound plate), becabang rapuh/tipis (fragile branching), merayap (encrusting), lempeng (plate), lembaran (foliate) dan micro atoll (Barus et al., 2018).
Bentuk pertumbuhan karang pada suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan terdapat salah satu bentuk Life form yang dominan (Saptarini et al., 2016). Parameter kualitas perairan dari lingkungan juga mempengaruhi laju pertumbuhan karang (Luthfi et al., 2017). Faktor lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang khususnya menghambat zooxhantella dalam berfotosintesis yaitu sedimentasi (Wibawa & Luthfi, 2017). Masukan antropogenik seperti sampah dari masyarakat dapat mempengaruhi terumbu karena karena kadungan dari logam berat (Luthfi et al., 2017). Suhu permukaan laut mempengaruhi terumbu
karang karena peningkatan suhu secara tiba - tiba dapat menyebabkan bleaching pada karang (Isdianto & Luthfi, 2020). Arus juga berpengaruh pada terumbu karang karena dapat menyebabkan efek sedimentasi apabila membawa sedimen di dasar perairan dan permukaan perairan (Supriyadi et al., 2017). Selain itu gangguan kesehatan juga salah satu ancaman karang yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan persaingan dengan bentik. Kesehatan yang terganggu dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan karang juga memiliki peran dalam menginduksi penyakt karang (Luthfi et al., 2019).
Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang tinggi karena memiliki banyak manfaat bagi kehidupan (Salim, 2012). Manfaat tidak langsung yaitu sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati, tempat berlangsung siklus biologi, kimiawi, dan fisik secara global. Terumbu karang juga memiliki manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat yang langsung dapat dinikmati yaitu pemanfaatan sumberdaya ikan, batu karang, penelitian, pariwisata, dan pemanfaatan biota perairan lain (Muhlis, 2011). Manfaat lain dari karang juga dapat dijadikan sebagai area rekreasi pantai maupun bawah laut, serta sebagai sarana penelitian dan pendidikan (Rumahorbo et al., 2018). Aktifitas manusia atau disebut juga antropogenik juga dapat mengakibatkan ekosistem terumbu karang terancam (Luthfi et al., 2019). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya monitoring terumbu karang guna menjaga ketahanan lingkungan.
Ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang merupakan ekosistem penunjang yang berada pada kawasan pesisir, yang tersusun
oleh berbagai jenis biodiversitas yang ada (Aliviyanti et al., 2020). Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan biota perairan, karena terumbu karang menjadi kawasan hidup bagi organisme laut (Isdianto et al., 2020). Keberadaan isu terkait pemanasan global dapat memberikan dampak di kawasan pesisir, terutama ekosistem terumbu karang yaitu kenaikan permukaan air laut (Isdianto et al., 2020).
Pantai Tiga Warna merupakan salah satu lokasi wisata terumbu karang di wilayah Malang Selatan. Area ini masuk kedalam kawasan Clungup Mangrove Conservation Tiga Warna yang dikelola oleh Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru. Yayasan ini berfokus kepada masalah konservasi pesisir yang. Dibentuk dan dikelola oleh sekolompok masyarakat yang sadar akan pentingnya ekosistem pesisir berkelanjutan bagi kehidupan masyarakat. Terdapat 3 prinsip semangat perjuangan yang di junjung oleh Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru yaitu Membangun kualitas alam (Ekologi), Membangun kualitas sosial (SDM) dan Membangun tingkat perekonomian warga lokal. Kawasan CMC Tiga Warna berada di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Kawasan ini dikelolah oleh masyarakat lokal sendang biru dijadikan sebagai tempat ekowisata. Terdapat dua area konservasi didalamnya yaitu Konservasi mangrove terdiri dari Pantai Clungup dan Pantai Gatra, dan Konservasi Terumbu Karang meliputi Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah dan Pantai Tiga warna. Luas area konservasi mangrove 71 Ha, terumbu karang 10 Ha, dan Hutan lindung 96,24 Ha, Total luas area keseluruhan mencapat 177,24 Ha.
Kegiatan penelitian berupa identifikasi terumbu karang sebagai bagian dari bentuk pengabdian masyarakat bagi mahasiswa guna mendukung pelestarian sumberdaya alam di Pantai Tiga warna. Monitoring terumbu karang sangat diperlukan untuk mengetahui jenis life form terumbu karang yang berada di Pantai Tiga Warna serta mengetahui kondisi terkini. Penelitian ini nantinya juga dapat dijadikan
penunjang dalam perkembangan ekowisata khususnya Snorkling di Pantai Tiga Warna. METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan identifikasi terumbu karang dilaksanakan pada tanggal 6 Juli – 10 Agustus 2020 di lokasi Pantai Tiga Warna. Penyelaman dilakukan sebagai wujud pengabdian mahasiswa dalam patisipasi aktif membantu Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru dalam mengelola kawasan CMC Tiga Warna.
Gambar 1. Skema Kerja Praktik Kerja Magang.
Lokasi pengambilan data terletak pada Pantai Tiga Warna dengan titik kordinat 8°26'20.93"LS - 112°40'40.06"LU, Tepatnya berada di Jl. Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Terdapat 2 Stasiun dalam pengambilan data. Stasiun ke-1 pada kedalam 2 meter dan Stasiun ke-2 berada di kedalaman 5meter. •Koordinasi Dan Orientasi Lapang 6 – 13 Juli 2020 •Penetuan Titik Lokasi Dan Diskusi Kegiatan 14 Juli 2020
• Pengambilan
Data
15 – 17 Juli 2020•Kerja Bakti Dan Makan Bersama 18 Juli 2020 •Wawancara 19 Juli 2020 •Pengolahan Data 20 Juli – 1 Agustus 2020 •Analisa Data 2 – 10 Agustus 2020
Gambar 2. Peta Lokasi.
Metode LIT (Line Intercept Transect) digunakan dalam monitoring terumbu karang. Metode ini dilakukan dengan menggunakan transek garis yaitu ditarik satu garis lurus secara horizontal pada titik yang dianggap dapat mewakili keadaan sekitar, setelah itu dicatat jenis life form dan ukuran panjang dari substrat yang berada pada transek (Wahib & Luthfi, 2019). Protokol AIMS digunakan pada metode LIT yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis life form dari karang.
Gambar 3. Pengambilan Data Terumbu Karang
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan Data Lapang
Pada awal kegiatan dilakukan orientasi lapang. Orientasi dibimbing oleh Pak Arik selaku pembimbing lapang dari pihak Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru. Hal ini dilakukan guna mengetahui kondisi lapang supaya pengambilan data dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian dilakukan diskusi mengenai penentuan titik lokasi bersama Pak Anton, Pak Fauzun, dan Pak Arik serta penerapan metode yang disarankan. Setelah itu dilanjutkan dengan Pengambilan data identifikasi jenis life
form terumbu karang. Selain pengambilan data
terumbu karang juga dilakukan kerjabakti pembersihan pantai untuk persiapan pembukaan CMC Tiga Warna. Ada juga kegiatan rapat rutin serta makan bersama bersama Pihak Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru sebagai kegiatan koordi asi sebelum pembukaan kembali kawasan setelah beberapa tutup dikarena pandemi covid-19.
Disiapkan alat dan bahan
Ditentukan titik pada stasiun untuk diletakan transek garis
Dipasang patok besi pada titik awal dan titik akhir line transek
Ditarik roll meter secara horizontal
Dilakukan pengamatan pada transek yang telah dibuat secara tegak lurus
Dicatat data yang diamati
Hasil
Wawancara bersama masyarakat lokal juga dilakukan guna mengumpulkan data tambahan sebagai pendukung hasil penelitian.
Hasil Identifikasi Terumbu Karang
Ditemukan 4 jenis life form pada stasiun 1 di Pantai Tiga Warna yaitu CF (coral foliose), CM (Coral Massive), CE (Coral Encrusting), CB (Coral Branching).
Gambar 5. Coral Foliose
Gambar 6. Coral Massive
Gambar 7. Coral Encrusting
Gambar 8. Coral Branching
Pada stasiun 2 ditemukan 4 jenis life form yaitu CF (Coral Foliose), CM (Coral Massive), CB (Coral Branching), ACS (Acropora
Sub-Massive).
Gambar 9. Coral Foliose
Gambar 11. Coral Branching
Gambar 12. Acropora Sub-Massive
Dari data keseluruhan didapatkan bahwa pada Pantai Tiga Warna ditemukan 5 jenis life
form yaitu CB (Coral Branching), CE (Coral Encrusting), CM (Karang Masif), CF (Coral Foliose), dan ACS (Acropora Sub-Massive). Coral Foliose merupakan salah satu jenis life form dari terumbu karang yang paling dominan
dari kedua stasiun di Pantai Tiga Warna. Penyebab hal ini terjadi karena tingkat kekeruhan rendah dan intensitas cahaya tinggi, sehingga Coral Foliose dapat tumbuh dengan luas di lingkungan perairan Pantai Tiga Warna.
Coral Foliose ditemukan pada daerah yang
memiliki tingkat kekeruhan rendah dan memiliki intensitas cahaya yang sangat tinggi (Barus et al., 2018).
Hasil identifikasi jenis life form yang ada di Pantai Tiga Warna nantinya akan dijadikan sebagai dasar penentuan wilayah konservasi dan wilayah aktivitas terbatas, bukan sebagai
daerah penangkapan ikan melainkan wilayah yang digunakan untuk pendukung ekowisata bahari berupa snorkling dan diving. Dengan adanya kawasan yang terarah diharapkan para wisatawan dapat menikmati keindahan alam bawah laut di Pantai Tiga Warna dengan beberapa peraturan tertentu sehingga keberadaan terumbu karang dapat senantiasa terlindungi serta mendukung keberadaan ekosistem sekitarnya.
KESIMPULAN
Hasil yang di dapatkan dalam identifikasi terumbu karang dapat disimpulkan bahwa pada Pantai Tiga Warna terdapat 5 jenis life form yaitu CB (Coral Branching), CE (Coral
Encrusting), CM (Karang Masif), CF (Coral Foliose), dan ACS (Acropora Sub-Massive).
Jenis life form Coral Foliose ditemukan paling dominan berada di Pantai Tiga Warna pada stasiun 1 dan 2 terutama pada kedalaman 2 m – 5 m. Penyebab hal ini terjadi karena perairan pada Pantai Tiga Warna memiliki tingkat kekeruhan rendah dan intensitas cahaya yang tinggi sehingga dapat membuat Coral Foliose tumbuh dengan baik. Dengan di ketahuinya jenis life form dari terumbu karang pada perairan Pantai Tiga Warna dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan wisata di kawasan salah satunya yaitu wisata bawah air snorkling dan diving.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mas Arik selaku pembimbing lapangan dalam kegiatan Praktik Kerja Magang. Selain itu ucapan terimakasih juga diucapkan kepada Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru yang telah mempersilahkan penulis melakukan kegiatan PKM. Teman – teman yang turun membantu dalam pengambilan data kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA
Barus, B. S., Prartono, T., & Soedarma, D. (2018). Pengaruh lingkungan terhadap
bentuk pertumbuhan terumbu karang di perairan teluk lampung. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, 10(3), 699–
710.
Giyanto, Abrar, M., Hadi, T. A., Budiyanto, A., Hafizt, M., Salatalohy, A., & Iswari, M. Y. (2017). Status Terumbu Karang Di
Indonesia 2017 (Suharsono (ed.)). Puslit
Oseanografi - LIPI.
Isdianto, A., & Luthfi, O. M. (2020). Persepsi Dan Pola Adaptasi Masyarakat Teluk Popoh Terhadap Perubahan Iklim. Jurnal
Ilmu Kelautan, 5(2), 77.
https://doi.org/10.20956/jiks.v5i2.8935 Luthfi, O. M., Agung, R. M., & Sontodipoero, M.
R. (2017). Skeleton microstructure of Porites lutea in Skeleton Microstructure of Porites lutea in Kondang Merak ,Malang, East Java. AIP Conference Proceedings,
030009(November).
Luthfi, O. M., Rijatmoko, S., Isdianto, A., Asadi, M. A., Setyohadi, D., Jauhari, A., Lubis, A. A., & Soegianto, A. (2019). Study of concentrations of heavy metals cadmium trapped in porites lutea skeleton in kondang merak, East-Java, INDONESIA.
Pollution Research, 38(August), S1–S6.
Luthfi, O. M., Rijatmoko, S., Isdianto, A., Setyohadi, D., Jauhari, A., & Lubis, A. A. (2017). Copper (Cu) content in Porites lutea at South Java Sea: Case study at Pantai Kondang Merak, Malang, Indonesia. AIP Conference Proceedings. https://doi.org/10.1063/1.5012710
Luthfi, O. M., Rosyid, A., Isdianto, A., Jauhari, A., & Setyohadi, D. (2019). The compromised health of coral at South Java Sea: Study area Prigi Bay. AIP Conference
Proceedings.
https://doi.org/10.1063/1.5061900
Muhlis. (2011). Ekosistem terumbu karang dan kondisi oseanografi perairan kawasan wisata bahari lombok. Berk. Penel. Hayati,
16.
Reskiwati, Lalamentik, L., & Rembet, U. (2018). Studi Taksonomi Karang Genus Favia (Oken, 1815) Di Rataan Terumbu Perairan Desa Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Minahasa Utara. Jurnal
Ilmiah Platax, 6(1), 188–193.
Rumahorbo, B. T., Hamuna, B., & Lisiard, D. (2018). Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Tablasupa Kabupaten Jayapura dan Nilai Manfaat Ekonominya.
1(2), 58–63.
https://doi.org/10.31957/acr.v1i2.929 Salim, D. (2012). Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang Akibat Pemutihan (Bleaching) Dan Rusak. Jurnal Kelautan,
5(2), 1907–9931.
https://doi.org/10.1016/j.stemcr.2014.03.0 11
Saptarini, D., Mukhtasor, & Rumengan, I. F. M. (2016). Variasi Bentuk Pertumbuhan (lifeform) Karang di Sekitar Kegiatan Pembangkit Listrik, Studi Kasus Kawasan Perairan PLTU Paiton, Jawa Timur.
Seminar Nasional Biodiversitas, 5(2), 1–9.
Supriyadi, Hidayati, N., & Isdianto, A. (2017). Analisis Sirkulasi Arus Laut Permukaan Dan Sebaran Sedimen. Prosiding Seminar
Nasional Kelautan Dan Perikanan III 2017, September, 175–181.
Wahib, N. K., & Luthfi, O. M. (2019). Kajian Efektivitas Penggunaan Metode Lit, Pit, Dan Qt Untuk Monitoring Tutupan Substrat. JFMR-Journal of Fisheries and
Marine Research, 3(3), 331–336.
https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2019.003. 03.7.
Wibawa, I. G. N. A., & Luthfi, O. M. (2017). Kualitas Air Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Selat Sempu, Sendang Biru, Malang. Jurnal Segara, 13(1), 25–35.