BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran umum objek penelitian
Sandang pangan pasti menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Beberapa daerah di Jawa barat menurut wakil gubernur Jawabarat Deddy Mizwar mengatakan bahwa ada empat daerah yang mengalami krisis pangan yang tanpa di sadari sudah mulai terlihat yakni meliputi kota Bandung, kota Tasik Malaya, kabupaten Purwakarta, dan kota Sukabumi.
Hal ini di akbiatkan dengan beberapa pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman. Sedangkan kabupaten Bandung menjadi hal utama yang mengalami penyempitan lahan pertanian menjadikan krisis pangan mulai terlihat dengan melonjaknya beberapa harga pangan di pasar. Seperti yang di lansir pada berita nasional Jawa barat Bandung tahun 2014 diaktakan bahwa jika penyempitan lahan pertanian ini terus di biarkan dan tanpa ada kesadaran dari masyarakat dapat di perdiksikan pada tahun 2025 krisis pangan akan terjadi.
Bandung merupakan kota dengan potensi yang besar. Menjadi pusat perhatian bagi masyarakat, dengan cuacanya yang nyaman dan beberapa keindahan panorama alam, seiring berkembangnya jaman kota Bandung pun semakin tumbuh menjadi kota yang aktif namun tanpa di sadari seperti yang di lansir oleh pikiran rakyat bahwa beberapa lahan pertanian di Bandung telah di alih fungsikan menjadi perumahan ataupun fungsi lainya.
Sekitar 30 hektar lahan pertanian di Kabupaten Bandung mengalami perubahan hal ini jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan krisis pangan dimana masyarakat pada daerah perkotaan selalu bergantung pada lingkungan desa atau lingkungan diluar perkotaan sebagai sumber bahan pangan. Dengan adanya fenomena ini gerakan urban farming yakni berkebun pada daerah perkotaan baru dimulai dan walikota Bandung Ridwan kamil pun menjunjung tinggi akan aktifitas tersebut.
Gerakan urban farming ini bergerak melalui media sosial namun masih butuh pengenalan banyak kepada masyarakat yang menjelaskan akan pentingnya berkebun serta banyaknya keuntungan yang dapat di ambil. Dengan adanya urban farming ini bertujuan untuk menyebarkan semangat positif kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terutama wilayah perkotaan.
Pemanfaatan lahan tidur di kawasan perkotaan untuk di ubah menjadi lahan pertanian produktif serta melalui peran masyarakat. Visi dan misi dari gerakan urban farming ini yakni untuk menyebarkan semangat positif kepada seluruh warga masyarakat untuk lebih
peduli kepada lingkungan di perkotaan dengan program urban farming ini berharap agar memiliki ketahanan dan kemandirian pangan secara berkelanjutan untuk mengantisipasi krisis pangan pada masa yang akan datang.
Kota Bandung yakni kota yang penuh dengan daya pikat, cuaca, panorama alam, kuliner. Namun Bandung juga merupakan kota yang punya beberapa masalah seperti lalu lintas, ketertiban umum, kesenjangan ekonomi dan masalah sosial, adapun masalah pangan yang timbul yakni kurang terpenuhi nya kebutuhan masyarakat akan sayuran organik yang biasa dijual pada pasar swalayan.
Jumlah permintaan pasokan sayuran yang sangat banyak dari masyarakat terutama untuk sayuran hidroponik ini menurut Caesario parlindungan yang berasal dari PT.Trans retail indonesia “Carrefour” mengatakan bahwa setiap tahun nya permintaan sayuran hidroponik meningkat sebanyak 20%. Namun pertanian di Bandung ternyata belum bisa memenuhi banyaknya jumlah permintaan yang muncul dari masyarakat.
Beberapa ahli pembuatan hidroponik salah satunya Erfarm mengatakan bahwa dengan penggunaan tanaman metode ini dapat menghasilkan tanaman dengan kualitas yang sangat baik. Hal ini dapat di buktikan bahwa seperti pasar swalayan, restoran dan hotel berbintang lebih memilih sayuran organik dengan alasan kualitas yang sangat baik. Serta beberapa sayuran hidroponik yang di jual pada pasar swalayan memang memiliki harga lebih tinggi di banding sayuran biasa di pasar.
Urban farming pada daerah perkotaan ini menerapkan tiga gagasan pokok utama yakni yang pertama adalah dengan menerapkan nilai ekologi dengan harapan masyarakat mampu memanfaatkan lahan kosong yang tidak terpakai menjadi produktif serta dengan peran ini secara tidak langsung dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah, yang kedua adalah nilai ekonomi dimana masyarakat mampu menciptakan ketahanan dan kemandirian pangan dengan ini masyarakat tidak terlalu bergantung penuh pada daerah pedesaan serta bida membuktikan bahwa daerah perkotaan tidak hanya menjadi konsumen namun bisa menjadi produsen, ketiga yakni dengan menerapkan nilai edukasi pada masyarakat yang terpenting adalah bagaimana cara memanfaatkan lahan sekitar yang kosong menjadi produktif serta memberikan pendidikan pada publik untuk lebih mencintai lingkungan.
Adanya komunitas Bandung berkebun yang turut aktif dalam melakukan kegiatan bercocok tanam belum cukup untuk mengenalkan kepada masyarakat kota bandung tentang apa itu “Urban farming” maka dari itu walikota bandung Ridwan Kamil beliau turut membantu dan mendukung kegiatan berkebun ini.
Berkebun pada daerah perkotaan perlu di tanamkan pada benak masyarakat dengan ini penulis akan melakukan kampanye berupa video komersial yang bertemakan tentang Urban Farming atau berkebun pada daerah perkotaan. Dengan mengedukasi target khalayak serta memberikan informasi yang jelas tentang apa itu “Urban Farming”
Dengan tujuan untuk mengantisipasi krisis pangan dan menciptakan kemandirian pangan, dengan ini penulis juga akan memberikan pengetahuan tentang berkebun hidroponik serta meyakinkan masyarakat bahwa berkebun pada perkotaan itu mudah dan harus segera di mulai sejak saat ini. Sebagai langkah yang baik dalam mengatasi krisis pangan pada masa mendatang.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Identifikasi Masalah
a. Ketidak tahuan masyarakat akan ancaman krisis pangan yang akan terjadi b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat besar tentang berkebun. c. Kesulitan berkebun di mata masyarakat.
1.2.2 Rumusan Masalah
Bagaimmana mengkampanyekan urban farming kepada masyarakat sebagai pencegahan akan krisis pangan serta memberikan edukasi pengetahuan pada msyarakat tentang mudahnya berkebun pada perkotaan ataupun pekarangan rumah.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan di kerjakan dan di bahas oleh penulis adalah perancangan iklan kampanye tentang urban farming atau berkebun pada daerah perkotaan. Dengan menerapkan tiga nilai penting yakni Ekologi, Ekonomi, dan Edukasi. Untuk kampanye
tersebut akan di tujukan pada masyarakat kota Bandung. Dalam hal ini penulis juga menganalisa dengan 6 pertanyaan penting diantaranya :
a. What ? sebuah rancangan komunikasi dengan mengkampanyekan urban farming berkebun sayuran hidroponik pada daerah perkotaan dalam hal mengantisipasi krisis pangan pada masa mendatang.
b. Who ? perancangan ini di tujukan pada masyarakat kota bandung khusus nya daerah perkotaan agar tidak bergantung pada kawasan pedesaan dalam hal pangan.
c. Where ? kampanye ini akan lebih di arahkan kepada urban farming untuk masyarakat kota agar dapat menanamkan tiga nilai utama Ekologi, Edukasi dan Ekonomi
d. When ? perancangan ini di buat dalam program jangka panjang dengan harapan masyarakat mampu dan mengerti akan manfaat besar urban farming untuk waktu yang panjang.
e. Why ? dengan melakukan kegiatan dengan cara urban farming masyarakat bandung dapat memiliki manfaat besar dalam konteks kesehatan pangan serta mengantisipasi hal krisis pangan pada masa mendatang.
f. How ? dengan mengkampanyekan urban farming penulis berharap dapat menggerakan hati masyarakat untuk bisa ikut serta dalam kegiatan berkebun di daerah perkotaan dengan harapan bisa mendapatkan kemandirian akan kebutuhan pangan secara berkelanjutan.
1.4 Maksud perancangan
Maksud dari perancangan yang penulis lakukan adalah untuk mengantisipasi krisis pangan pada masa mendatang. Dengan meyakinkan masyarakat kota bandung untuk ikut melakukan aktifitas berkebun pada pekarangan rumah. Yang mampu menciptakan ketahanan dan kemandirian pangan secara berkelanjutan.
1.5 Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan kampanye sosial yang di lakukan penulis yakni untuk merubah perilaku masyarakat dengan meningkatkan awareness atau kesadaran target khalayak agar mau mendukung kegiatan Urban farming dengan melakukan aktifitas berkebun di pekarangan rumah.
1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Metode yang di gunakan
Menurut DR. Lexy J. Moleong Dalam bukunya yang berjudul “Metode penelitian kualitatif” menjelaskan bahwa Penelitian kualitatif bertitik tolak pada paradigma fenomenalogis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu yang relevan dengan tujuan dari penelitian itu. Penelitian kualitaif tidak selalu mencari sebab akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan rumit. Penelitian kualitatif dari sisis beberapa definisi merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka, observasi, dokumentasi dan triangulasi untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.
1.6.2 Cara pengumpulan data
a. Wawancara langsung kepada pemilik usaha Erfarm dengan tujuan untuk mengetahui akan manfaat dari penanaman hidroponik, besarnya biaya dalam pembuatan hidroponik serta bagaimana cara mendapatkan pelatihan yang baik dalam memelihara tanaman serta berkebun. Dan juga untuk mendapatkan data identitas perusahaan yang akan menjadi sponsor dalam penyampaian kampanye sosial urban farming.
b. Pencarian data pada internet tentang fenomena yang terjadi. Seperti seberapa besar penyempitan lahan yang terjadi. Dan apa saja antisipasi yang sudah dilakukan.
c. Studi pustaka berupa data dari buku – buku yang berkaitan pada pertanaman hidroponik dan permasalahan yang terjadi serta teknik pengumpulan data. Sebagai penuntun dalam penulisan tugas akhir ini.
1.7 Pembabakan
a. Bab I pendahuluan berisi mengenai latar belakang masalah tentang penyempitan lahan pertanian pada kota Bandung serta permintaan kebutuhan pangan masyarakat khususnya akan sayuran organik yang terus meningkat namun petani hidroponik pada kota Bandung belum bisa memenuhi permintaan masyarakat.
b. Bab II Tinjauan umum menjelaskan teori atau dasar pemikiran tentang promosi, logo, tipografi serta multimedia sebagai landasan teori untuk meng eksekusi perancangan yang akan di buat.
c. Bab III Data dan Analisis Masalah memaparkan data yang penulis dapatkan berdasarkan profil perusahaan serta melakukan analisis SWOT hingga kesimpulan beserta ide yang akan di rancang oleh penulis dalam penyelesaian masalah.
Bab IV Konsep, hasil perancangan, dan penjadwalan media Menjelaskan konsep desain dari media – media promosi serta perancangan media promosi yang akan di gunakan dan juga mengenai konten promosi apa saja yang penulis susun untuk menyelesaikan permasalahan yang ada serta hasil akhir dari konsep – konsep yang sudah di rancang.