• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI

PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V SD GUGUS LETKOL WISNU DENPASAR UTARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Kadek Lia Utami1, I Komang Ngurah Wiyasa2, DB. Kt. Ngr. Semara Putra3

1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Email :Lyaautamii@yahoo.com1, Komang.wiyasa@yahoo.com2,

Ngurahsemara@yahoo.com3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di kelas V Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/1017. Jenis penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan desain Nonequivalent control group design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Gugus Letkol Wisnu Denpasar dengan jumlah 333 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 6 Peguyangan berjumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol. Data penelitian berupa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, dikumpulkan dengan metode tes, dan selanjutnya dianalisis dengan uji-t. Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung = 5,162,

sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = (32+32) – 2 = 62 adalah 2,000

sehinggat hitung > ttabel yang berarti Ho ditolak (gagal diterima) dan Ha diterima. Dengan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran STAD berbantuan media gambar berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/1017.

(2)

2

ABSTRACK

This study aims to determine the significant differences in the mastery of science knowledge competence between students who are taught with STAD learning model assisted by the media images with students who were taught by conventional learning in class V Cluster Lieutenant Colonel Wisnu North Denpasar Lesson Year 2016/2017. This research type is quasi experiment with design of Nonequivalent control group design. The population of this study is all students of class V Cluster Lieutenant Colonel Wisnu Denpasar with the number of 333 students. The sample in this research is class V student of SD Negeri 6 Peguyangan amounted to 32 students as experiment class, and grade V students of SD Negeri 12 Peguyangan amounted to 32 students as control class. Research data in the form of mastery of science knowledge competence, collected by test method, and then analyzed by t-test. From result of t-test calculation = 5,162, While t_table at 5% significance level with dk = (32 + 32) - 2 = 62 is 2.000 > standing Ho rejected (failed acceptable) and Ha accepted. With these results it can be concluded that there is a significant difference in the mastery of science knowledge competence between students who are taught by STAD model of learning assisted media images with students who were taught by conventional learning. Thus, the learning model of STAD assisted by the media has an effect on the mastery of science knowledge competence of grade V student of Lieutenant Colonel Wisnu North Denpasar Lesson Year 2016/2017.

Keywords: STAD, Picture Media, Knowledge Science competence

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada. Pendidikan yang bermutu pada dasarnya menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu pula. Sumber daya manusia itu dipupuk sesuai dengan perkembangan potensi peserta didik semenjak pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. Untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dari pendidikan dasar. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 telah mengatakan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis.

Samatowa, (2011:3) menyatakan bahwa “IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. IPA membahas tentang gejala- gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia”. Pendidikan IPA disekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada metode ilmiah. Melalui pendidikan IPA diharapkan logika berfikir siswa berkembang sehingga tertib, terarah dan sistematis dalam memandang alam lingkungannya, mengidentifikasi masalah yang ada, serta merencanakan

(3)

3 pemecahannya.IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

Pentingnya peranan pelajaran IPA, seharusnya membuat IPA menjadi salah satu muatan materi yang menyenangkan dan disukai oleh siswa, tetapi masih banyak siswa yang mengangap pembelajaran IPA sebagai salah satu muatan materi yang dianggap sulit, membosankan dan tidak menarik.

Berdasarkan informasi dari guru kelas V di seluruh SD gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara dalam proses pembelajaran IPA masih banyak terdapat kendala-kendala yang mempengaruhi kompetensi pengetahuan IPA siswa. Berdasarkan pengamatan kenyataan yang terjadi pada kelas V Gugus Letkol Wisnu Kecamatan Denpasar Utara bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA belum mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan hasil observasi untuk nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA pada Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara adalah 70. Tetapi dalam kenyataannya rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan siswa pada setiap pembelajaran, hal ini karena sebagian besar peserta didik yang memperoleh nilai ulangan berada di bawah nilai KKM. Kendala tersebut terjadi dalam proses pembelajaran yaitu, kurangnya variasi model pembelajaran dan media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, partisipasi siswa masih rendah dalam mengikuti kegiatan proses pembelajaran, kurangnya media pembelajaran sehingga suasana kelas tidak kondusif, dan rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Oleh sebab itu, prestasi belajar yang dimiliki siswa masih belum maksimal.

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena tugas utama guru adalah menggali pengetahuan awal siswa dan memadukannya dengan pengetahuan baru sehingga siswa tidak mengalami miskonpensi terhadap hal-hal yang telah siswa ketahui sebelumnya. Proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model dan metode pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran yang dapat menjadikan siswa bukan sekedar penerima yang pasif terhadap materi IPA. Salah satu model yang diteliti adalah model pembelajaran Student Temas Achievement Divisions berbantuan media gambar.

Rusman, (2010:202) Pembelajaran Kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya kooperatif sama dengan kerja kelompok.

Kurniasih (2016:22) STAD adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota antara 4-5 orang, usahakan setiap anggota kelompok dibagai secara heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku dan yang memiliki kemampuan tinggi,sedang dan rendah.

Rusman (2011:213) Model pembelajaran STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA,IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pembelajaran dengan model Student Teams Achievement Divisions ini secara tidak langsung telah menumbuhkan adanya aktivitas dan

(4)

4 interaksi diantara siswa,dengan sendirinya siswa belajar dalam bersosialisasi dengan lingkungannya (kelompok), siswa dengan sendirinya akan percaya diri dan meningkat kecakapan individunya, mengurangi sifat kompetitif.

Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Media pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara lain: pertama media grafis atau media dimensi seperti, gambar,foto,grafik atau diagram; kedua, media model solid atau media dimensi tiga seperti model-model benda ruang dimensi tiga, diorama dan sebagainya; ketiga, media proyeksi seperti, film,OHP; keempat, media informasi, komputer, internet; dan kelima lingkungan. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan dalam usaha membuat proses belajar mengajar yang efektif.

Adapun

kelebihan media gambar yaitu sebagai

berikut:

Sadiman (2005:17)

Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan media verbal semata, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut, media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan siswa. Sela atau penampang daun yang tidak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar, gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman, gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Dalam penelitian ini, digunakan bantuan media pembelajaran yaitu media gambar. Mudlofir (2016:122) Media adalah channel (saluran) karena pada

hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.

Dengan model pembelajaran ini, terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berlatarbelakang berbeda dan siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda. Kerja sama antar anggota dalam kelompok akan tercipta, karena siswa merasa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pengaruh kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Student Teams Acievement Divisions berbantuan media gambar , (2) pengaruh kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvesional, (3) pengaruh yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Student Teams Acievement Divisions berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvesional.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif yakni penelitian eksperimen. Desain eksperimental yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Eksperimen Kuasi (Quasi-Eksperimental Design). Rancangan desain eksperimen yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Non-ekuivalen. Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek yakni satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok memperoleh pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan hanya untuk menguji kesetaraan sampel yakni

(5)

5 antara siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus Letkol Wisnu yang terdiri dari 7 sekolah dengan jumlah siswa kelas V adalah 333 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yakni yang dirandom adalah kelas sehingga memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk diambil menjadi anggota sampel. Untuk mendapatkan kelas yang setara dari segi akademik, maka seluruh kelas dalam populasi diberikan pre-test. Nilai atau skor dari hasil pre-test yang dilakukan tersebut digunakan untuk penyetaraan kelas-kelas dalam populasi. Untuk penyetaraan kelas, nilai atau skor dari pre-test seluruh populasi dianalisis menggunakan uji t. Setelah seluruh kelas diketahui setara secara akademik maka dilakukan pengundian untuk menentukan sampel. Cara yang digunakan adalah dengan cara pengundian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas V di seluruh SD populasi pada masing-masing kertas yang jumlahnya 9 kelas, kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan dikocok. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian , dan peneliti melakukan pengundian lagi dari dua sampel setara untuk memilih nama sekolah yang digunakan sebagai kelompok control dan kelompok eksperimen. Untuk meyakinkan peneliti bahwa kedua kelas yang dijadikan sampel merupakan kelas yang setara atau memiliki kemampuan awal yang sama, maka peneliti melakukan analisis pada tes awal kompetensi pengetahuan IPA. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan kedua kelas adalah analisis uji-t, namun sebelum

dianalisis menggunakan uji-t terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran STAD sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA. Untuk mengumpulkan data tentang kompetensi pengetahuan IPA digunakan metode tes. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pengetahuan IPA adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban dan terdiri dari 30 butir soal yang telah divalidasi dengan melalui uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Pada penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing diberikan perlakukan sebanyak 6 kali pertemuan dan diakhir penelitian siswa diberikan post-test untuk memperoleh data kompetensi pengetahuan IPA siswa. Data kometensi pengetahuan IPA siswa kemudian dianalisis menggunakan uji prasyarat yakni uji normalitas dengan rumus chi square dan uji homogenitas varians dengan uji F untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh tersebut normal dan homogen. Hipotesis yang diuji adalah Hipotesis nol (Ho) yang

berbunyi ”tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji-t dengan rumus polled varians

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Deskripsi data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

(6)

6

Tabel 1. Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPA

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean 81,40 69,96

Standar Deviasi 8,60 9,11

Varian 74,125 83,016

Nilai Maksimum 93 83

Nilai Minimum 67 57

Berdasarkan tabel 1, rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih dari rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol. Rerata nilai siswa kelompok eksperimen yaitu sebesar 81,40 dan rerata nilai siswa kelompok kontrol yaitu sebesar 69,96.

Gambaran lebih jelas mengenai data nilai kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen digambarkan dalam bentuk grafik histogram pada gambar 1 berikut ini.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 67 72 77 82 87 92 NILAI FRE KU EN

Gambar 1 Diagram Batang Data Kompetensi Pengetahuan IPA

Kelompok Eksperimen

Sedangkan gambaran lebih jelas mengenai data nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol

digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram pada gambar 2 berikut ini.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 57 62 67 72 77 82 NILAI FRE KU EN S

Gambar 2. Diagram Batang Data Kompetensi Pengetahuan IPA

Kelompok Kontrol

Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua data sampel penelitian berdistribusi normal. Rekapitulasi hasil analisis uji normalitas kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

(7)

7

Sampel X2

hit X2tabel Keterangan

Kelompok Eksperimen 5,548 11,070 Berdistribusi Normal Kelompok Kontrol 10,344 11,070 Berdistribusi Normal

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat X2

Hit < X2Tabel untuk kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol, ini berarti bahwa sebaran data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah

melakukan uji normalitas sebaran data, selanjutnya dilakukan Uji Homogenitas varians terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa. Rekapitulasi hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varian

Sampel Varians Fhit Ftabel Kesimpulan

Kelompok Eksperimen 74,125

1,11 1,84 Homogen

Kelompok Kontrol 83,016 Berdasarkan tabel 3, hasil uji homogenitas varian menunjukkan bahwa Fhit < Ftabel (1,11 < 1,84). Ini

berarti bahwa varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

Dari hasil uji prasyarat terhadap sebaran data yang telah dilakukan diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut akan dilanjutkan terhadap pengujian pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Ho yang

berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD

berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas varians diperoleh data bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal serta homogen. Berdasarkan hal tersebut maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dengan rumus polled varians. Dengan kriteria jika thitung

≤ ttabel, maka Ho diterima, dan jika thitung >

ttabel maka Ho ditolak. Pada taraf

signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2.

Rekapitulasi hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis

Sampel Mean Varian Dk thitung ttabel Kesimpulan

Kelompok

Eksperimen 81,40 74,125

62 5,162 2,000 Ho ditolak

Kelompok

Kontrol 69,96 83,016 Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa thitung > ttabel (5,162 >

2,000), ini berarti bahwa Ho ditolak. Ini

berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA

antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

(8)

8 PEMBAHASAN

Setelah menganalisis data post-test, diketahui bahwa sebaran data post-test kompetensi pengetahuan IPA berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Dari hasil analisis diperoleh thitung = 5,162. Harga tersebut

kemudian dibandingkan dengan harga

ttabel dengan dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan

taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel= 2,000, karena thitung > ttabel

(5,162 > 2,000) maka Ho ditolak. Ini

berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Secara deskriptif, rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih besar dari rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol (X = 81,40 > X = 69,96). Ini berarti bahwa model pembelajaran STAD berbantuan media gambar berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017.

Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD disebabkan karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Hal ini mengarahkan siswa untuk aktif baik dalam berdiskusi,meningkatkan percaya diri, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak materi yang dijelaskan oleh guru.

Pada kelompok kontrol tidak diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD tetapi diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Kosasih (2014:72) pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang

mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa tanpa mampu menunjukkan sejauh mana perkembangan kemampuan siswanya melalui tugas yang diberikan. Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hampir mirip karena sama-sama menggunakan pendekatan saintifik, karena kurikulum 2013 mengharapkan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Tetapi, yang membedakan di kelompok eksperimen selain menggunakan pendekatan saintifik juga menggunakan model pembelajaran STAD yang menjadikan suasana belajar yang aktif, kreatif, menarik, dan tidak membosankan bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi, interaksi, minat, interaksi sosial, kerjasama antar siswa. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik saja sehingga pembelajaran terasa berulang-ulang dan kurangnya penggunaan model pembelajaran yang menyebabkan siswa kurang semangat dalam belajar.

Model pembelajaran STAD memiliki kelebihan dalam penerapannya pada pembelajaran. Kelebihan dari model pembelajaran STAD adalah dalam kelompok siswa dituntut untuk aktif sehingga dengan model ini siswa dengan sendirinya akan percaya diri dan meningkat kecakapan individunya, Interaksi sosial yang terbangun dalam kelompok, dengan sendirinya siswa belajar dalam bersosialisasi dengan lingkungannya(kelompok), dengan kelompok yang ada, siswa diajarkan untuk membangun komitmen dalam mengembangkan kelompoknya, megajarkan menghargai orang lain dan saling percaya.

Ayu Widiastiti yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Ipa Kelas V SD Gugus 1 Mengwi Badung”.

(9)

9 Yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement divisions (STAD) berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada kelas V Gugus 1 Mengwi.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 93 dan nilai terendah adalah 67, dengan angka rata-rata (mean) sebesar 81,40. Kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok kontrol dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 83 dan nilai terendah adalah 57, dengan angka rata-rata (mean) sebesar 69,96. Terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan media gambardengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017, dengan nilai thitung sebesar 5,162 dan ttabel 2,000

dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 62. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran STAD Berbantuan Media Gambar terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil

dari penelitian yaitu Kepada guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran STAD berbantuan media gambar sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran karena model ini berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA. Kepada sekolah hendaknya memfasilitasi terlaksananya model pembelajaran STAD berbantuan media gambar untuk menunjang pembelajaran agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan fasilitas tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa sehingga mutu sekolah menjadi meningkat. Kepada peneliti lain hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian penelitian relevan. Sebagai penunjang penelitian dengan kajian yang lebih luas dan mendalam mengenai model pembelajaran STAD berbantuan media gambar dalam kaitannya dengan hasil belajar baik kompetensi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

DAFTAR RUJUKAN

Kurniasih, Imas.2016. Model Pembelajaran.Kata Pena Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan

Pembelajaran, Cetakan 1.Bandung: YramaWidya. Mudlofir. 2016. Desain Pembelajaran

Inovatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Samatowa. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Pt Indeks

Widiastiti, Ayu. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Ipa Kelas V SD Gugus 1 Mengwi Badung”.

(10)

10 Tersedia pada (http://download.portalgaruda .org/article.php?article=13869 5&val=1342&title=PENGARU H%20MODEL%20PEMBELA JARAN%20KOOPERATIF%2 0TIPE%20STAD%20BERBA NTUAN%20MEDIA%20AUDI O%20VISUAL%20TERHADA P%20HASIL%20BELAJAR% 20IPA%20KELAS%20V%20 SD%20GUGUS%201%20ME NGWI%20BADUNG ( diakses tanggal 13 februari 2017).

Sadiman, Arief S. 2009.

Media

Pendidikan.Jakarta

:Rajawali Pers.

Gambar

Tabel 1. Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPA

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

 Guru memberikan sebuah narasi informasi secara menarik dengan konsep interaktif untuk menghubungkan materi tentang organ gerak pada hewan vertebrata dengan isi

Namun demikian, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap semoga ini dapat memberikan sumbangan berarti

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa