• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN : 2012 NOMOR : 3

PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2012

TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Menimbang : a. bahwa retribusi terminal di Kota Cilegon diatur dalam Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Retribusi Terminal dan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 14 Tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Retribusi Terminal;

b. bahwa Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 9 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 14 Tahun 2008, perlu disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a

dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Terminal;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5025);

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

7. Undang-Undang Nomor Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

(3)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153);

14. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 13 Tahun 2002 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2009 Nomor 1);

15. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 4);

16. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 7);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA CILEGON dan

WALIKOTA CILEGON MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI TERMINAL.

(4)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Cilegon.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Walikota adalah Walikota Cilegon.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cilegon.

5. Dinas adalah Dinas yang membidangi pengelolaan retribusi terminal. 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan

retribusi Terminal.

7. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

9. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.

10. Terminal Tipe A adalah Terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam Propinsi, angkotan kota dan angkutan pedesaan.

(5)

11. Terminal Tipe C adalah Terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

12. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

13. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

14. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta

15. Retribusi Terminal yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas pemberian pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

16. Perporasi adalah suatu tanda lubangan pada barang cetakan berupa huruf dan kode angka yang memberikan pengertian bahwa suatu barang cetakan telah diperiksa oleh Pemerintah Daerah.

17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut retribusi atau pemotong retribusi tertentu.

18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

19. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi ang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

(6)

20. Tempat Parkir adalah fasilitas parkir kendaraan yang disediakan baik yang berada di tepi jalan umum gedung tanah dan pelataran.

21. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

22. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, media yang bentuk dan corak ragamnya di rancang untuk tujuan komersil memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

23. Ruangan/Kios adalah bangunan di terminal yang beratap dan dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan langit-langit yang dipergunakan untuk usaha berjualan.

24. Lahan/Los adalah bangunan tetap didalam lingkungan terminal brbentuk bangunan tanpa dilengkapi dinding pemisah.

25. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat SSRD adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD

adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi terutang atau seharusnya tidak terutang.

(7)

28. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

29. Kas Daerah adalah kas daerah Kota Cilegon.

30. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.

31. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah penjabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberiwewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.

32. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

33. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBYEK, DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan fasilitas terminal oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas terminal yang meliputi :

a. Tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum; b. Tempat kegiatan usaha; dan

c. Fasilitas lainnya di lingkungan terminal penumpang yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(8)

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terminal penumpang yang disediakan, dimiliki,

dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta. Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan fasilitas terminal yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Terminal Penumpang termasuk golongan retribusi jasa usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa sesuai dengan tipe terminal dengan tarif Retribusi.

BAB V

PRINSIP PENETAPAN STRUKTUR DAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

(1) Prinsip penetapan tarif retribusi adalah didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

(9)

Pasal 8

(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9

Struktur dan besarnya tarif retribusi terminal sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10

Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.

BAB VIII MASA RETRIBUSI

Pasal 11

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim.

BAB IX

SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 12

Retribusi terutang terjadi pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(10)

BAB X

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

(4) Setiap pengguna jasa terminal wajib menggunakan karcis/kupon yang diperporasi.

(5) Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Daerah.

(6) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 14

Dalam hal Wajib Retribusi tertentu yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar.

BAB XII

PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN

Pasal 15

(1) Wajib Retribusi diwajibkan membayar retribusi yang terutang dengan mendasarkan pada adanya Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen yang dipersamakan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

(11)

BAB XIII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 16

(1) Retribusi yang tidak tepat pada waktunya atau kurang bayar ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.

(3) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/ peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(5) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh pajabat yang ditunjuk.

(6) Tata cara penagihan termasuk bentuk dan isi STRD serta penerbitan surat teguran diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB XIV

PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 17

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan, keringan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud di dalam ayat (1), diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi antara lain untuk mengangsur karena bencana alam dan kerusuhan.

(3) Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dengan melihat fungsi objek Retribusi.

(4) Tata cara pengurangan, keringan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Walikota.

(12)

BAB XV

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 18

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota.

(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKPDLB atau SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XVI

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 19

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(13)

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. Diterbitkan surat teguran; atau

b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan

angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan dari Wajib Retribusi.

BAB XVII

PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA

Pasal 20

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan mengenai tata cara penghapusan piutang retribusi yang

sudahkedaluwarsa diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XVIII KEBERATAN

Pasal 21

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(14)

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat menunjukkan jangka waktu itu di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan di luar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 22

(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Walikota tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan seluruhnya.

Pasal 23

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan seluruhnya atau sebagian, maka kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XIX PEMERIKSAAN

Pasal 24

(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan retribusi.

(15)

(2) Wajib retribusi yang diperiksa wajib :

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan obyek retribusi terutang;

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. Memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XX

INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 25

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penerima Pembayaran Insentif dan Besaran Insentif ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

BAB XXI PENYIDIKAN

Pasal 26

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(16)

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1), dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cilegon tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang berlaku.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya pada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXII

KETENTUAN PIDANA Pasal 27

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pelanggaran.

Pasal 28

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 merupakan penerimaan Negara

BAB XXIII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 9 Tahun 2001 tentang Retribusi Terminal dan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 14 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 9 Tahun 2001 tentang Retribusi Terminal, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.

(17)

BAB XXIV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 30

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :

a. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 9 Tahun 2001 tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2001 Nomor 57 Seri B); dan

b. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 14 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 14);

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Cilegon

Ditetapkan di Cilegon

pada tanggal 24 Februari 2012 WALIKOTA CILEGON,

ttd

Tb. IMAN ARIYADI Diundangkan di Cilegon

pada tanggal 24 Februari 2012

SEKRETARIS DAERAH KOTA CILEGON, ttd

ABDUL HAKIM LUBIS

(18)

Tanggal : 24 Februari 2012 Tentang : Retribusi Terminal TARIF RETRIBUSI TERMINAL

A. TEMPAT PARKIR

NO. JENIS PELAYANAN PENGGUNA JASA JENIS TERMINAL TARIF PERHARI (Rp.) TIPE A TERMINAL TIPE C 1. Jasa Penggunaan

Tempat Parkir

Kendaraan Bermotor Umum

a. Bus Antar Kota Antar Propinsi

b. Bus Antar Kota Dalam Provinsi c. Travel d. Taksi 3.000 2.000 2.500 1.500 - - - 1.500 2. Jasa Penggunaan Tempat Parkir Kendaraan Angkutan Selama Menunggu Keberangkatan

a. Bus Antar Kota Antar Propinsi

b. Bus Antar Kota Dalam Provinsi 6.000 6.000 - - 3. Jasa Penggunaan Fasilitas Parkir Kendaraan, Selain Kendaraan Angkutan Umum Penumpang a. Kendaraan Bermotor Roda Empat b. Kendaraan Bermotor Roda Tiga c. Kendaraan Bermotor Roda Dua 2.000 1.500 1.000 1.500 1.000 1.000 B. PENYEDIAAN JASA INAP (18.00 – 04.00 WIB)

NO. JENIS PELAYANAN JENIS PENGGUNA JASA TERMINAL TARIF PERHARI (Rp.) TIPE A TERMINAL TIPE C 1. Jasa Penggunaan

Tempat Jasa Inap a. Bus Antar Kota Antar Propinsi b. Bus Antar Kota Dalam Provinsi c. Travel d. Taksi e. Angkutan Perkotaan f. Sepeda Motor g. Mobil Pribadi 10.000 10.000 5.000 5.000 3.000 3.000 5.000 - - - 5.000 3.000 3.000 5.000 C. TEMPAT ...

(19)

C. TEMPAT KEGIATAN USAHA DI LINGKUNGAN TERMINAL

LOKASI KETERANGAN TERMINAL TARIF (Rp.)

TIPE A TERMINAL TIPE C

Di Dalam Lingkungan Terminal

Sewa Kios 5.000/m2/hari 3.000/m2/hari Sewa Lahan/Los :

a. Bangunan Non Permanen b. Bangunan Semi Permanen c. Bangunan Permanen 2.500/m2/hari 3.000/m2/hari 5.000/m2/hari 2.500/m2/hari 3.000/m2/hari - Sewa Lahan Terminal Untuk :

a. Reklame b. Spanduk-Spanduk c. Umbul-Umbul d. Branding 7.500/m2/hari 2.500/buah/hari 1.750/buah/hari 2.500/m2/hari 6.500/m2/hari 6.500/buah/hari 6.500/buah/hari 6.500/m2/hari D. FASILITAS LAINNYA

NO PELAYANAN JENIS JENIS PENGGUNA JASA

TARIF

(Rp.) KET

TERMINAL

TIPE A TERMINAL TIPE C

1. Jasa Masuk Kendaraan Bermotor Umum di Terminal

a. Bus Antar Kota Antar Propinsi

b. Bus Antar Kota Dalam Propinsi

c. Angkutan Perkotaan - TTM

- Terminal Kranggot - Terminal Seruni - Terminal Pasar Merak - Terminal Pasar Kelapa d. Mobil Box

e. Kendaraan Roda Tiga

10.000/kendaraan 10.000/kendaraan 500 1.500 1.000 - 500 500 1.500 1.000 Sekali masuk Terminal 2. Jasa Pelayanan Kebersihan

a. Bus Antar Kota Antar Propinsi

b. Bus Antar Kota Dalam Propinsi

c. Angkutan Perkotaan - TTM

- Terminal Kranggot - Terminal Seruni - Terminal Pasar Merak - Terminal Pasar Kelapa d. Mobil Box e. Kendaraan RodaTiga f. Kendaraan bermotor umum g. Kios/Penyewa lahan 5.000 3.000 500 2.000 500/ kendaraan - - - - - 500/m2/hari 500/m2/hari - - Sekali masuk Jasa …

(20)

NO JENIS

PELAYANAN JENIS PENGGUNA JASA TARIF (Rp.) KET

TERMINAL

TIPE A TERMINAL TIPE C

3. Jasa Fasilitas Tempat Istirahat

Awak Kendaraan 5.000/ Orang - Sekali masuk

4.

Jasa Tempat Penitipan Barang

Awak kendaraan dan

Penumpang 5.000/ loker/hari - masuk Sekali

WALIKOTA CILEGON, ttd

Referensi

Dokumen terkait

Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu)

Pada prinsipnya menentukan strategi pembelajaran harus memperhatikan tujuan pelajaran, karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Strategi yang efektif pada

Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10

31 Casuarina junghuniana Cemara gunung* Tidak digunakan oleh masyarakat. 32 Calophyllum

Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian besi 3 mg/kg BB/hari selama 4 bulan pada bayi dan anak yang menderita anemia akan terjadi peningkatan kadar Hb secara bermakna (3,8

Kesedaran pemeluk agama dan antar agama tidak akan terwujud bila faktor-faktor penganut agama, pendeta atau kiai dan kelembagaan terus menerus melakukan pengajaran dan

Penelitian ini merupakan penambahan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fahmi (2009) dengan judul Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan agregat potongan bambu sebagai substitusi agregat kasar pada beton diperuntukkan untuk beton