• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 20 TAHUN 2000 SERI: B NO. 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 20 TAHUN 2000 SERI: B NO. 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 20 TAHUN 2000 SERI: B NO. 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 20 TAHUN 2000

TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

Menimbang : a. bahwa pelayanan penyediaan tempat parkir untuk mobil penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal merupakan jasa yang memberi manfaat bagi orang pribadi atau badan yang berakibat timbulnya pembebanan biaya, maka dipandang perlu memungut retribusi;

b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Retribusi Terminal Angkutan Penumpang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 8 Tahun 1994 Seri B Nomor 04) sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi saat ini, maka perlu adanya Peraturan Daerah baru;

c. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut huruf a dan huruf b,. maka perlu diatur dengan Peraturan Daerah;

(2)

Menaingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2757); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685); 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988

tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 42. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3381);

(3)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu-Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692);

12. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 1990 tentang Retribusi Terminal Angkutan Penumpang;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

(4)

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 6 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lalu-Lintas Kabupaten Daerah Tingkat II Batang.

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TENTANG RETRIBUSI TERMINAL.

BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Batang;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Batang; c. Bupati adalah Bupati Batang;

d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Batang;

e. Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan adalah Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Batang;

(5)

f . Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan A Daerah atau Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

g. Terminal adalah prasarana untuk kepentingan angkutan jalan guna mengatur kedatangan, pemberangkatan dan berpangkal kendaraan bermotor angkutan umum serta memuat dan menurunkan orang dan atau barang;

h. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi paling banyak 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

i. Mobil bus kecil adalah mobil bus yang dilengkapi paling sedikit 9 (sembilan) sampai dengan 19 (sembilan belas) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi;

j. Mobil bus sedang adalah mobil bus yang dilengkapi paling sedikit 20 (dua puluh) sampai dengan 30 (tiga puluh) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi;

k. Mobil bus besar adalah mobil bus yang dilengkapi paling sedikit 31 (tiga puluh satu) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi;

l. Retribusi Terminal yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pemanfaatan terminal;

m. Pelayanan Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum untuk kepentingan menaikan dan menurunkan penumpang dan atau barang, mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum serta tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;

n. Rertribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial;

o. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

p. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang;

q. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah;

r. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya; s. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah

surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa denda.

(6)

BAB II NAMA, OBYEK, SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama retribusi terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bus umum termasuk penggunaan loket penjualan karcis bus.

Pasal 3

Obyek Retribusi adalah penyediaan fasilitas terminal yang berupa penyediaan tempat parkir kendaraan penumpang dan bus umum termasuk penggunaan loket penj ualan karcis bus.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas terminal.

BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Terminal digolongkan sebagai retribusi jasa usaha.

BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi dan jangka waktu pemakaian fasilitas terminal.

BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN, STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan atas dasar pelayanan yang diberikan sebagaimana yang diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8

Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : a. Pelayanan terminal untuk mobil penumpang dari bus umum :

(7)

1. Mobil Bus Besar sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) sekali masuk; 2. Mobil Bus Sedang sebesar Rp. 400,00 (empat ratus rupiah) sekali

masuk;

3. Mobil Bus Kecil sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah) sekali masuk; 4. Mobil Non Bus sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah) sekali masuk. b. Penggunaan loket penjualan karcis bus sebesar Rp. 6.000,00 per

minggu/per bulan.

BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

Retribusi dipungut di tempat pelayanan fasilitas terminal diberikan. BAB VIII SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

Retribusi terutang terjadi pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 11

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yaug dipersamakan.

BAB X TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 12

(1) Pembayaran retribusi harus dilaksanakan secara tunai/lunas.

(2) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Pemerintah Daerah atau ditempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi Daerah harus disetor ke Kas Pemerintah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

BAB XI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar tepat pada waktunya, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua

(8)

persen ) setiap bulan dari besarnya retribusi terutang dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 14

(1) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar atau penyetoran atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Tanggal teguran/surat lainnya yang sejenis Wajib Retribusi harus melunasi retribusi terutang.

(3) Surat Teguran/atau surat lainnya sebagaimrna dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 15

Bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIII PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16

(1) Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas/Instansi terkait.

(2) Pengawasari atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini, ditugaskan kepad Bagian Hukum Sekretariat Daerah Batang dan Dinas/InstansiBagian terkait.

(3) Kepada Aparat Pelaksana dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diberikan biaya operasional yang diatur dalam Keputusan Bupati dan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah:

BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 17

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang.

(9)

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XV PENYIDIKAN

Pasal 18

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungj awabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c; menghentikan penyidikan;

(10)

BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Retribusi Terminal Angkutan Penumpang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 8 Tahun 1994 Seri B Nomor 04) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 20

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini. sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh hepala Daerah.

Pasal 21

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

Disahkan di Batang

pada tanggal 11 Maret 2000

BUPATI BATANG dto

DJOKO POERNOMO Diundangkan di Batang

pada tanggal 20 Maret 2000

SEKRETARIS KABUPATEN BATANG dto

M. SUSIGIT KUSBANDRIJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2000 NOMOR 20 SERI: B NO.: 3

(11)

PENJELASAN ATAS

PERATLIRAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 20 TAHUN 2000

TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL

I. UMUM

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan daerah, agar daerah dapat mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.

Sumber Pendapatan Daerah tersebut diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan ketentuan/landasan hukum yang dapat memberikan pedoman dan arahan bagi daerah khususnya Kabupaten Batang dalam hal pemungutan retribusi.

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Undang – undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka seluruh ketentuan yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perlu disesuaikan dengan Undang – undang dimaksud.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, Retribusi Terminal ditetapkan menjadi salah satu jenis Retribusi Daerah. Maka dalam rangka menjamin ketertiban dan pelayanan kepada masyarakat yang memanfaatkan/ menggunakan fasilitas terminal vana disediakan oleh pemerintah Daerah. diperlukan pengaturan retribusinya yang dituangkan dalam peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d Pasal 10 : Cukup jelas

Pasal 11 ayat (1) : yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh

(12)

proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak dapat bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengn sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi. Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan badan - badan tertentu yang karena profesi-onalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi terutama pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.

Pasal 12 s/d Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 ayat (3) : Yang dimaksud dengan

menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum adalah menyerahkan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri.

Referensi

Dokumen terkait

sebanyak tujuh pertemuan. Untuk subjek pertama, tujuh sesi itu dibagi menjadi dua sesi untuk terapi relaksasi, dua sesi terapi restrukturisasi kognitif, dan tiga sesi untuk

P: “Terus, Apakah media komunikasi radio sudah memadai informasi yang kakak butuhkan dalam menggunakan layanan Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Gayo Lues?”.. I 8

Setelah dilakukan analisis dengan hukum Islam, maka peneliti menyimpulkan pelaksanaan pembagian harta bersama di dalam wilayah Pengadilan Agama Pekanbaru, dari sisi kendala

Aktivitas guru dalam menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa untuk belajar mengambil keputusan melalui materi pesawat sederhana memperoleh skor 3,5 dengan kategori

Peralatan P3K dan cara penggunaannya Disajikan wacana tentang P3K, peserta didik dapat menjelaskan pengertian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dengan benar C2

Mesin penyangrai kopi memiliki beberapa komponen penting yang harus dibuat diantaranya adalah rangka mesin yang dibuat dari pipa hollow, tabung mesin yang dibuat dari

Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat

(3) BP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c merupakan keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai