• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU KEPALA KELUARGA (KK) DI KABUPATEN TAKALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU KEPALA KELUARGA (KK) DI KABUPATEN TAKALAR"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU KEPALA KELUARGA (KK) DI KABUPATEN TAKALAR

Oleh:

MAULANA ALIM MUHLIS Nomor Induk Mahasiswa : 1056111001 16

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU KEPALA KELUARGA (KK) DI KABUPATEN TAKALAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh : MAULANA ALIM MUHLIS Nonor Stambuk : 105611100116

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Maulana Alim Muhlis Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11001 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 28 Februari 2021

Yang Menyatakan,

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) Di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua yaitu Bapak Muhlis dan Ibu St. Mahapaning serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.

2. Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Samsir Rahim, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 5. Terima kasih juga saya ucapkan kepada informan-informan saya yang telah

membantu dan meluangkan waktunya.

6. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Jihan Fahira S.Sos, Ika Pratiwi, S.Sos, Indrawati S.Sos yang telah menyempatkan waktunya untuk membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.

7. Terima kasih juga teman seperjuangan dan seperbimbingan yaitu Asriani 8. Terima kasih juga teman-teman kelas IAN-A untuk 4 tahun yang sangat

berkesan.

9. Terima kasih juga kepada Sist & Brother squad yaitu , Xzy Meyuni S.Sos, Sulastri S.Sos, Ishaq Bambang Barani, Andi Nur Alam, Zaenal Bakri, Andi

(7)

v

Haswan, dan Fadil karena selalu ada baik dalam keadaan susah ataupun senang selama 5 tahun ini, semoga pertemanannya abadi.

10. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat saya tulis namanya satu per satu. Terima kasih karena sudah memberikan support dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 12 Januari 2021

(8)

vi ABSTRAK

Maulana Alim, Abdul Mahsyar dan Samsir Rahim. Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.

Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah program yang baru dijalankan di Kabupaten Takalar yang dimana program tersebut dijalankan dalam rangka untuk menambah polulasi ternak sapi yang ada di Kabupaten Takalar, sekaligus membantu masyarakat petani dan peternak dalam meningkatkan penghasilan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sesuai dengan yang ditentukan (design) karena penulis menilai masih terdapatnya masyarakat petani dan peternak yang belum mendapatkan bantuan ternak, masih tidak tepat sasarannya bantuan yang diberikan kepada masyarakat sehingga dalam pelaksanaan program masih terdapat kendala. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu instrumen wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) belum maksimal semua dilihat dari indikator yaitu, manfaat dari program dapat dirasakan oleh masyarakat, derajat perubahan yang diinginkan dari program tercapai, letak pengambilan keputusan yaitu pemerintah mengenai permasalahan dari program, pemerintah tidak serius dalam menghadapi masalah karena masih terdapatnya ketidak tepatan sasaran, pelaksana program yang terlibat dalam merupakan pelaksana yang dipilih langsung oleh yang termuat dalam surat keterangan (SK) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bekerja sama dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam mengumpulkan data, sumber daya yang digunakan sudah memadai. Kemudian kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor kurangnya sosialisasi yang diberikan pihak Dinas kepada masyarakat, karakteristik lembaga yang berkuasa yaitu memberikan wadah untuk masyarakat dalam berkomunikasi langsung dengan pihak dinas terkait dengan program, tingkat kepatuhan pelaksana sudah melakukan tugasnya sesuai dengan kepentingannya masing-masing.

Kata Kunci : Implementasi, Program, Kepala Keluarga

(9)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x BAB I. PENDAHULUAN………. 1 A. Latar Belakang……… ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Konsep Implementasi Kebijakan ... 12

C. Program 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) ... 21

D. Kerangka Pikir ... 28

E. Fokus Penelitian ... 31

F. Definisi Fokus Penelitian ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 34

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 35

C. Informan Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 38

F. Teknik Pengabsahan Data ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

B. Hasil Penelitian ... 44

(10)

viii BAB V. PENUTUP ... 74 A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN ... 82

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fokus penelitian ... 29 Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 37 Tabel 4.1 Jumlah penduduk di Kabupaten Takalar Tahun 2016-2018 ... 42 Tabel 4.2 Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Takalar Tahun 2017-2018 . 43 Tabel 4.3 Jumlah Ternak Yang Dibagikan Tahun 2018-1019 ... 51 Tabel 4.3 Jumlah Anggaran Tahun 2018-1019 ... 65

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pikir ... 28 Gambar 4.1 Standar Operasional Prosedur ... 57 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan . 58 Gambar 4.3 Asuransi Usaha Ternak ... 61

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan pembangunan di Indonesia merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan cita – cita bangsa yakni terciptaya kesejateraan masyarakat yang adil dan makmur.Degan demikian pembangunan nasional diharap mampu mencapai kesimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.

Kemiskinan merupakan salah satu dampak negatif dari pembangunan.Permasalahan mengenai kemiskinan merupakan masalah yang cukup kompleks yang membutuhkan perubahan dalam masyarakat. Kemiskinan dapat diartikan sebagai standar hidup yang dibawah normal, yaitu adanya tingkat kekurangan materi yang dialami masyarakat yang tidak sesuai dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat. Secara ekonomis kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangannya sumberdaya yang dapat digunakan masyarakat untuk meningkatkan kesejateraan individu atau sekelompok orang yang dimana memberikan situasi yang serba kekurangan seperti kurangnya modal yang dimiliki, rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan, kurangnya produktivitas, kurangnya pendapatan, lemahnya nilai tukar barang hasil produksi orang miskin serta terbatasnya kesempatan berperanserta dalam pembangunan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat angka kemiskinan pada September 2019 yaitu 9,22 persen, menurun 0,19 persen terhadap Maret 2019 dan menurun 0,44 persen poin terhadap Sepember 2018. Jumlah

(14)

penduduk miskin pada Sepetember 2019 sebesar 24,79 juta orang, menurun 0,26 juta orang terhadap Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2018. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2019 sebesar 6,69 persen, turun menjadi 6,56 persen pada September 2019. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada Maret 2019 sebesar 12,85 persen, turun menjadi 12,60 persen pada September 2019. Garis kemiskina pada September 2019 tercata t sebesar Rp440.538,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp324.991,- (73,75 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp115.627,- (26,25 persen). Secara rata-rata rumah tangga di Indonesia terdapat 4,58 orang anggota rumah tangga. Dengan melihat jumlah tersebut menunjukkan besarnya Garis Kemiskinan perrumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.017.664,-/rumah tangga miskin/bulan.Data tersebut menunjukkn bahwa masih terdapat masalah mengenai kemiskinan yang terjadi di Indonesia.

Garis kemiskinan di Kabupaten Takalar tahun 2019 dengan garis kemiskinan (rupiah/kapita/bulan) mencapai Rp235.973, jumlah penduduk miskin (ribu) sebesar 25,93, dengan persentase penduduk miskin sebesar 8,70% dengan jumlah penduduk sebesar 298.688 jiwa.

Melihat permasalah sosial yang berkembang saat ini, menujukkan bahwa terdapat warga negara terkhusus wilayah Kabupaten Takalar yang masih belum bisa memenuhi hak atas kebutuhan dasar secara layak karena masih belum memperoleh pelayanan sosial yang diberikan dari negara.

(15)

Untuk mewujudkan kehidupan layak dan juga bermartabat, serta untuk dapat terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar masyarakat, demi tercpainya kesejateraan sosial, negara menylenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejateraan sosial dengan terencana, terarah, dan berkelanjutan.

Berdasarkan Pasal 1 Nomor 11 Tahun 2009 menegaskan bahwa “kesejateraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Penyelenggaraan kesejateraan sosial adalah upaya yang berkelanjutan dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara.

Negara dalam hal ini pemerintah mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah kemiskinan.Terdapat beberapa strategi dalam pengentasan kemiskinan yang dijalankan oleh pemerintah, salah satu upaya dalam mengurangi kesenjangan kemiskinan tersebut dapat dilakukan dengan memulai program pembangunan daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penangan Fakir Miskin merupakan penegasan bahwa negara dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab dalam menangani kemiskinan. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi

(16)

kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya. Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan, program, dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitas untuk memnuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang berupa kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/atau pelayanan sosial.

Dalam melayani masyarakat, pemerintah berperan memenuhi kepentingan atau keperluan masyarakat.Pemerintah memiliki fungsi dalam memberikan pelayanan mulai dari pelayanan dalam bentuk peraturan, ataupun pelayanan-pelayanan lainnya

Pelayanan yang dilakukan pemerintah dalam persoalan kemiskinan salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai merupakan Peraturan yang berlaku diseluruh wilayah Indonesia dan juga merupakan salah satu upaya pemeritah dalam menghadapi masalah kemiskinan. Dimana pemerintah memberkan bantuan kepada fakir miskin, klompok/keluarga kurang mampu, dan /atau rentan terhadap resiko sosial berupa barang, atau jasa.Penyaluran bantuan non tunai merupakan Bantuan Sosial yang diberikan dalam rangka program penaggulanagn kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosail, rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar.

(17)

Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan telah membuat program-program untuk mengatasi masalah kemiskinan baik itu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah. Salah satu program yang dibuat pemerintah adalah program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan program yang dibuat untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dengan memberikan sapi betina kepada masyarakat khususnya petani dan peternak untuk dikelola. Tujuan dari pada Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) untuk pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan penghasilan masyarakat khususnya petani dan peternak yang dianggap berpenghasilan rendah atau kurang mampu.

Program serupa juga diterapkan di Kabupaten Takalar. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan salah satu program dari 22 program prioritas (P22) Pemda Kabupaten Takalar. Program P22 merupakan janji politik pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang tertuang dalam RPJMD (Rancangan Pembagunan Jangka Menengah Daerah). Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) mulai direalisasiakn Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar sejak tahun kedua menjabat hingga sekarang. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) juga termuat dalam Keputusan Bupati Takalar Nomor 526 Tahun 2018 Tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Dinas Pertanian Kabupaten Takalar Tahun Anggaran 2019 menetapkan petunjuk teknis pemberdayaan kelompok tani ternak pada lampiran surat keputusan ini sebagai petunjuk

(18)

untuk penerima bantuan ternak pemerintah tahun anggaran 2019. Pemerintah Kabupaten Takalar memiliki target dalam pembagian sapi ternak pada satu periode sebanyak 6.000 ekor sapi. Jumlah bantuan yang diberikan pada tahun 2018 sebanyak 170 ekor sapi, pada tahun 2019 sebanyak 1.409 ekor sapi dan tahun 2020 sebanyak 250 ekor telah disediakan tetapi belum dibagikan kepada masyarakat penerima bantuan.

Sejak bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dijalankan, beberapa persoalan terus terjadi. Seperti masih terdapat banyak warga masyarakat Kabupaten Takalar yang belum mendapatkan bantuan. Yang dimana target yang diharapkan pemerintah dalam hal pemberian bantuan sapi sebanyak 6.000 ekor sedangkan jumlah yang dibagikan hanya sebanyak 1.579 ekor. Dengan ini masih terdapat masyarakat yang belum mendapatkan bantuan ternak sapi sebesar 4.451 yang belum dibagiakn berarti masih terdapat 4.451 kepala keluarga (KK) yang belum mendapatkan bantuan ternak dengan melihat jumlah ternak yang dibagikan dengan target yang ingin dicapai dengan kurung waktu satu tahun periode masih sangat jauh. Kemudian masalah yang muncul juga terdapat masyarakat yang memenuhi syarat belum mendapatkan bantuan dari program tersebut. Dengan permasalahan yang ada maka penulis ingin mengetahui bagaimana kerja pemerintah dalam hal ini pelaksanaan program Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).

Dari data yang didapatkan menunjukkan bahwa program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) telah berjalan. Permasalahan yang muncul dari

(19)

pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) antara lain, apakah pemerintah dapat mencapai target dalam kurung waktu 1 periode menjabat, bagiaman poses dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK), adakah kendala dalam menjalankan program tersebut, serta apakah program tersebut tepat sasaran yaitu benar-benar diterima oleh masyarakat yang bersyarat mendapatkan bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK), apakah masyarakat merasakan ada manfaat positif yang dapat mereka rasakan yaitu mendapatkan bantuan 1 (satu) ekor sapi yang dimana dapat menambah tingkat kesejateraan masyarakat, dan menyerap tenaga kerja, tingkat perubahan yang terjadi, yaitu adanya program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) masyarakat sudah bisa sejaterah, atau sama saja seperti belum dikeluarkannya Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) kepada mereka, atau bahakn Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) ini tidak berpengaruh pada kesejateraan rakyat, inilah yang ingin peneliti ketahui dan penulis akan melakukan riset dilapangan.

Berdasaran permasalahn tersebut, penulis ingin melakukan penelitian dan membahas bagimana Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Takalar.

(20)

C. Tuj uan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan dibidang sosial melalui proses yang dilaksanakan selama menjalankan penelitian sehingga memberikan kontribusi pemikiran kepada pengembangan ilmu administrasi khususnya.

b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih dalam mengenai Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah

Diharapkan penelitian ini memberikan saran dan masukan agar dapat mengambil langkah yang tepat dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).

b. Bagi Penulis

Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang dipelajari selama ini. Selain itu dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penulis.

(21)

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai Bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) kepada masyarakat.

(22)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

1. Putra (2018)

Hasil penelitian yaitu Implementasi program beras untuk keluarga miskin (RASKIN) di desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang mencapai 66,57% dari hipotesis 65%. Permasalahan yang terjadi dalam pengolahan data yang diterkadang tidak sinkron. Karena pada pendistribusian ada aja RTS-TM yang tidak dapat menerima jatah raskin tersebut.

Permasalahan yang sering terjadi adalah dalam pengelolaan data yang dilaporkan secara berjenjang, yang terkadang tidak singkron. Karena pada pendistribusian ada saja RTS-PM yang tidak dapat menerimah jatah raskin tersebut.

2. Mabruk (2016)

Penelitian menunjukkan bahwa fenomena pelaksanaan beras raskin untuk tahun anggaran 2014 di Kecamatan Neglasari, dalam pelaksanaannya masih ditemui berbagai kendala-kendala dari masyarakat bahkan dari aparaturnya sendiri. Kelancaran penyaluran raskin sangat tergantung dari disiplin seluruh pelaku yang terlibat.

Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Neglasari Kota Tangerang mencapai angka 75,31% dari yang diharapkan dari hipotesisi sebelumnya peneliti berasumsi paling

(23)

tinggi 70%. Hal ini membuktikan bahwa kinerja para pembuat dan pelaksana kebijakan Program Beras Rumah Tangga Miskin bekerja maksimal karena mengingat untuk mensejaterahkan masyarakat miskin itu sangatlah susah, yang mana memang mayoritas penduduk secara umum berada pada garis kemiskinan.

3. Kurniawati (2018)

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Implemeentasi program RASKIN di Gampong Ujong Patihah beelum berjalan dengan baik. Indicator keberhasilan raskin 6T yakni tetapt sasaran, jumlah, harga, waktu, kualitas, dan administrasi menunjukan bahwa tujuan ilmplementasi program belum sepenuhnya tercapai. Selain itu aspek – aspek yang berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi kebijkan yang dikemukakan oleh model implementtsi Van Metervan Van Horn seeperti standar dan sasaran, sumber daya, hubugan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, disposisi implementor dan kondisi sosial ekonomi dan politik juga memerlihatkan belum optimalnya implementasi raskin. Masih banyak ditemukan Kendala dalam pelaksanaan raskin ini, yaitu lemahnya fungsi pengawasan terhadap penetapan daftar nama – nama RTS RASKIN sehingga daftar penyelenggara pelaksana distribusi raskin, kurangnya pengawasan dari pejabat yang berwenang terhadap proses penyaluran raskin.

Penelitian kali ini yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian tentang Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) yang

(24)

dimana ingin melihat bagaimana isi kebijakan dan lingkungan kebijakan dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Takalar.

B. Konsep Implementasi Kebijakan

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah Implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan, seolah – olah tahapan ini kurang berpengaruh. Dalam kenyataanya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena sutau kebijakan tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu sendiri.

1. Definisi Implementasi Kebijakan

Implentasi merupkan pelaksanaan atau kegiatan dalam sebuah rancangan yang sudah disusun secara terperinci dan matang yang dibuat dengan tujuan tertentu baik untuk menertibkan, mensejahterahkan, maupun menaggulangi permasalahan yang terjadi.Implementasi dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Implementasi pada hakikatnya juga upaya untuk memahami apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan, sehingga implementasi merupakan proses kebijakan yang paling kompleks dan menentukan keberhasilan kebijakan yang telah ditetapkan.

(25)

Menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (1983) dalam Suratman (2017) menjelaskan makna implementasi adalah upaya untuk memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian atau kegiatan- kegiatan yang timbul setelah disahkanya pedoman – pedoman kebijakan.

Menurut Van Meter dan Van Horn (1985) dalam Suratman (2017) mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan – tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan – keputusan sebelumnya.

Menurut Tahjan dalam Mahsyar dkk (2020) menjelaskan bahwa secara etimologis implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Bila dirangkaiakan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan atau disetujui dengan penggunaan sarana.

Lester dan stewar (2000) dalam Agustino (2008) mengatakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses pencapaian tujuan hasil akhir yaitu tercapai atau tidaknya tujuan – tujuan yang diraih.

(26)

Menurut Lane menyatakan implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi merupakan persamaan fungsi dari implementasi = F (Policy, Formator, Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tertentu (Sabatier, 1986).

Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli, dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu pemahaman apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu kejadian – kejadian atau kegiatan yang timbul sesudah dilaksanakan pedoman – pedoman kebijkan, sehingga diketahui hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran dari suatu kebijkan itu sendiri.

2. Model Pendekatan Implementasi kebijakan

Menurut Agustino (2008) dalam rangkah menjalankan implementasi kebijakan maka diperlukan model implementasi yang digunakan untuk melihat sejauh mana implementasi berjalan. Ada beberapa model yang dikembangkan oleh para pakar kebijakan publik, yaitu:

(27)

a. Implementasi kebijakan publik model George C. Edward III

Model implementasi yang dikembangkan oleh Edward III yang disebut dengan Dired and Indirect Impact on Implementation. Ada empat variabel yang menentukan keberhasilan implementasi, yaitu:

1) Komunikasi

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dan implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus di transmisikan kepada bagian personal yang tepat.

2) Sumber Daya

Sumber daya berkenaan dengan kesedian sumber daya pendukung, khusunya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk Carry Out kebikan secara efektif.

3) Disposisi

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting dalam pendekatan mengenai suatu pelaksanaan kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijkan ini efektif, maka para pelaksana kebijkan tidak hanya harus mengetahui apa yang

(28)

dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan.

4) Struktur Birokrasi

Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia maka hal ini akan menyebagiankan sumber daya sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yang baik.

b. Implementasi kebijakan publik model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Model ini merupakan model implentasi yang paling klasik. Penggunaan model tersebut dirumuskan oleh Metter dan Vorn disebut dengan A Model Of The Policy Implementation. Artinya dalam proses implementasi sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang ada secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi dalam hubungan berbagai variabel.

Ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik: 1) Ukuran dan tujuan kebijakan

2) Sumber daya

(29)

4) Sikap atau kecenderungan para pelaksana

5) Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana 6) Lingkungan ekonomi sosial dan politik

c. Implementasi kebijakan publik model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier.

Model impelementasi kebijakan publik yang lain ditawarkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier. Model implementasi yang ditawarkan mereka disebut dengan A Framework For Policy Implementation Analysis. Kedua ahli kebijakan ini bependapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Dan, variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1) Mudah atau tidaknya masalah yang digarap

2) Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat

3) Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi implementasi

d. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle

Menurut Grindle dalam Leo Agustino (2016) keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian outcomes (yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih). Yang

(30)

mana hal ini dapat dilihat dari dua hal berikut :

1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya.

2) Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat dua faktor, yaitu:

a) Impac atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.

b) Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan perubahan yang terjadi.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik menurut Grindle, amatditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas Content ofPolicy dan Context of Policy.

1) Content of Policy terdiri dari 6 (enam) poin yaitu :

a) Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan, indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

b) Jenis manfaat yang bisa diperoleh. Pada poin ini Content of Policy berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukan

(31)

dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c) Derajat perubahan yang ingin dicapai. Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d) Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang hendak diimplementasikan.

e) Pelaksana program. Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini harus terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.

f) Sumber-sumber daya yang digunakan. Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang mendukung agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.

2. Context of Policy terdapat 3 (tiga) poin yaitu :

a) Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat. Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta strategi yang

(32)

digunakan oleh para aktor guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh dari yang diharapkan.

b) Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

c) Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana. Maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh isi atau konten dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang diharapkan terjadi.

e. Juanda (2017) model implementasi kebijakan menurut Jones (1996). implementasi program dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu pengorganisasian, interprestasi, dan penerapan atau aplikasi.

(33)

Struktur organisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.

2) Interprestasi

Para pelaksana sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

3) Penerapan atau Aplikasi

Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan program lainnya.

C. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)

1. Definisi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)

Pemberian bantuan dari pemerintah melalui program yang dibuat untuk mengentaskan kemiskinan sangat membantu masyarakat yang berstatus berpenghasilanrendah atau kurang mampu dalam memenuhi hak kebutuhannya serta terjaminnya kesejateraan bagi masyarakat. Beberapa program yang telah dibuat pemerintah dalam mengatasi hal tersebut sementara berlangsung hingga saat ini. Salah satu program yang dibuat pemerintah adalah program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan pemberian bantuan untuk meningkatkan pendapatan petani ternak, meningkatkan ketersediaan dan populasi sapi indukan dikelompok tani atau ternak, dan menyerap tenaga kerja baru. Program ini bertujuan untuk

(34)

bagaimana agar masyarakat yang menerima bantuan ternak dapat menggelola bantuan tersebut agar dapat menambah penghasilan hingga dapat menutupi kekurangan di bidang ekonomi.

2. Landasan Hukum

Peraturan Presiden RI Nomor 63 Tahun 2017 tentang penyaluran bantuan sosial secara non tunai menyebutkan bahwa bantuan sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat.

Keputusan Bupati Takalar Nomor 526 Tahun 2018 Tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Dinas Pertanian Kabupaten Takalar Tahun Anggaran 2019 menetapkan petunjuk teknis pemberdayaan kelompok tani ternak pada lampiran surat keputusan ini sebagai petunjuk untuk penerima bantuan ternak pemerintah tahun anggaran 2019.

(35)
(36)

3. Indikator Program Satu Sapi Satu Kepala Keluagra (KK)

a) Persyaratan Penerima Program Satu Sapi Satu Kepala Keluagra (KK)

1) Memeliara ternak sapi/kerbau dan/atau petani yang baru mau memeliara ternak dan memiliki sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) untuk pengembanan budidaya sapi. 2) Status pekerjaan sebagai petani atau wiraswasta yang juga bekerja

sebagai petani.

(37)

4) Dalam satu kelompok tani atauternak diberikan 5-10 ekor sapi indukan untuk 5-10 kepala keluarga tani.

5) Kelompok tani atau ternak terdaftar disistem informasi management penyuluan pertanian (SIMLUHTAN) yang dibuktikan denan surat keterangan terdaftar (SKT) yang dikeluarkan olehDinas Pertanian Kabupaten Takalar.

6) Memiliki kelengkapan administrasi kelompok tani.

7) Tersedia pakan sesuai kebutuhan ternak secara berkelanjutan. 8) Tersedia sumber air yang cukup.

9) Tersedia lahan kandang.

10) Tersedia instalasi pengelolaan air dan limbah (IPAL). b) Spesifikasi Teknis Sapi Indukan

1) Indukan sapi betina jenis ras sapi Bali.

2) Memiliki usia minmal 2 (dua) tahun, 6 (enam) bulan sampai maksimal 2 (dua) tahun atau minimal sudah beranak satu kali atau sedang bunting.

3) Ternak berasal dari luar wilaya Kabupaten Takalar dengan melampirkan bukti kartu ternak terbaru dan daerah sumber sapi bebas penyakit menular minimal 2 (dua) tahun terakir.

4) Kondisi kesehatan hewan sehat, tidak cacat, tidak kurus, tidak kerdil, serta bebas dari penyakit, yang dibuktikan dengan surat keterangan sehat hewan (SKKH) yang ditandatangani oleh dokter hewan.

(38)

5) Garansi cacat dan kematian ternak maksimal 7 (tujuh)hari kalender setelah sapi diterima Kelompok Tani Ternak.

c) Hak Dan Kewajiban Implementor

1) Implementor berhak menerima laporan perkembangan ternak sapi indukan dari penerima melalui petugas teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar.

2) Implementor berkewajiban mengibahan ternak kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

d) Hak Dan Kewajiban Pihak Penerima

1) Penerima berhak menerima ternak sapi indukan 1 (satu) ekor sapi untuk 1 (satu) kepala keluarga (KK) tani ternak sesuai yang telah ditentukan.

2) Penerima berkewajiban memelihara dan bertanggungjawab penuh atas perkembangan ternak dan melaporkan kepada implementor melalui petugas teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar.

3) Penerima tidak menjual dan tidak mengalihkan kepada orang lain bantuan sapi indukan yang telah diberikan oleh pemerintah. e) Tata Cara Pelaksanaan Hibah

1) Ternak yang diserahkan kepada penerima bantuan akan menjadi milik penerima.

(39)

2) Penerima bantuan menandatangani Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dan Berita Acara Serah Terima Barang yang Dihibahkan (BASTB).

f) Tata Cara Pelaporan Hibah

Setelah penandatangan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dan Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) yang dihibahkan oleh imlementor selanjutnya akan dilaporkan kepada Bupati Takalar.

g) Lain-Lain

1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini dibuat dalam 3 (tiga) rangkap, lembar pertama dan kedua masing-masing bermaterai cukup sehingga mempunyai kekuatan hokum sama.

2) Hal-hal yang belum sesuai dan tidak termuat dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini dapat diatur lebih lanjut dalam addendum.

h) Kriteria Lokasi Penerima Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani Ternak Tahun 2019

1) Kondisi agrosistem sesuai untuk pengembangan budidaya sapi 2) Tersedia sumberdaya pakan dan air

3) Bukan lokasi yang sedang terjadi wabah penyakit hewan menular 4) Tersedia lahan rumput

5) Tersedia lahan kandang

(40)

D. Kerangka Pikir

Keragka pikir merupakan alur berpikir peneliti , untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian maka dibuatlah kerangka berpikir.

Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan salah satu program yang dibuat pemerintah untuk mencapai kesejateraan masyarakat dengan memberikan bantuan kepada masyarakat berupa indukan sapi betina untuk meningkatkan pendapatan petani ternak, meningkatkan ketersediaan dan populasi sapi indukan dikelompok tani atau ternak, dan menyerap tenaga kerja baru.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah megetahui keberhasilan implementasi program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dengan dengan melihat efek program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) pada individu atau kelompok, serta tingkat perubahan yang terjadi kepada penerima bantuan. Dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini penulis mengambil teori dari model implementasi kebijakan dari Marilee S. Grindle, yang dikenal dengan implementasi “As a political and Administrative Process”. Grindle mengemukakan keberhasilan implementasi kebijakan public dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan ditentukan oleh tingkat kebijakan itu sendiri, yaitu isi kebijakan (content of policy), dan lingkungan kebijakan (context of policy). Variable-variabel yang mempengaruhi suatu

(41)

implementasi adalah :

1. Isi Kebijakan (content of policy)

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi. b. Tipe manfaat.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai. d. Letak pengambilan keputusan.

e. Pelaksana program.

f. Sumber daya yang digunakan. 2. Lingkungan kebijakan (context of policy)

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat.

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana.

Dari teori tokoh Marilee S. Grindle tersebut peneliti dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam implementasi program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas Pertanian Kabupaten Takalar. Jika dilihat dari prosesnya apakah program bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas Pertanian Kabupaten Takalar sudah sesuai dengan design yang ditentukan, serta apakah tujuan kebijakan tercapai. Keberhasilan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Takalar dapat diukur dengan melihat dua faktor, yaitu :

1. Efek pada masyarakat secara individu dan kelompok dengan adanya Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) apakah masyarakat

(42)

merasakan ada manfaat positif yang dapat mereka rasakan yaitu mendapatkan bantuan 1 (satu) ekor sapi yang dimana dapat menambah tingkat kesejateraan masyarakat, dan menyerap tenaga kerja.

2. Tingkat perubahan yang terjadi, yaitu adanya program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) masyarakat sudah bisa sejaterah, atau sama saja seperti belum dikeluarkannya Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) kepada mereka, atau bahakn Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) ini tidak berpengaruh pada kesejateraan rakyat, inilah yang ingin peneliti ketahui dan penulis akan melakukan riset dilapangan. Dari analisis diatas maka penulis membuat kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)

Implementasi Progam 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) Di Dinas Pertanian Kabupaten Takalar

Teori Merille S. Grindle

Content of Policy

1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi. 2. Tipe manfaat.

3. Derajat perubahan yang dicapai.

4. Letak pengambilan keputusan.

5. Pelaksana program. 6. Sumber daya yang

digunakan.

Context of Policy

1. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari actor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga dan

rezim yang berkuasa 3. Tingkat kepatuhan dan

adanya respon dari pelaksana

(43)

E. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka pikir tersebut, maka fokus penelitian adalah Implementasi program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Takalar. Dimana penulis ingin melihat tercapai tidaknya tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau program dalam hal ini yaitu, Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Dinas Pertanian Kabupaten Takalar.Keberhasilan implementasi dapat diukur dari dua hal berdasarkan pada teori Marile S. Grindle ini yaitu berdasarkan isi kebijakan yang memiliki 5 indikator dan konteks kebijakan yang terdiri dari 3 indikator. Dalam hal ini dapat dilihat seperti pada tabel yaitu :

Tabel 2. 1 Fokus Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Implementasi Program 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) Di Dinas Pertanian Kabupaten Takalar Isi Kebijakan (Con tent of Policy)

a. Kepentinga-kepentingan yang mempengaruhi

b. Tipe manfaat

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai

d. Letak pengambilan keputusan e. Pelaksana program

f. Sumber daya yang digunakan

Konteks Kebijakan (Context of Policy)

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa c. Tingkat kepatuhan dan

responsivitas kelompok sasaran

(44)

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan definisi dan konsep yang sudah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Implementasi Program merujuk pada bagaimana melihat tingkat keberhasilan program yang dijalankan berdasarkan isi kebijakan dan lingkungan kebijakan sesuai pendapat para ahli sebelumnya. Apabila konsep tersebut dikaitkan dengan fungsi pemerintah dalam hal ini kaitannya dengan salah satu program yakni Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.

1. Content of Policy terdiri dari 6 (enam) poin yaitu :

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, berkaitan dengan pelaksanaan pendataan calon penerima bantuan, pelaksanaan penetapan penerima bantuan, dan pelaksanaan penerimaan bantuan. b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh masyarakat penerima bantuan

dengan adanya program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). c. Derajat perubahan yang inginkan pemerintah dengan adanya

Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) kepada daerah dan masyarakat penerima bantuan.

d. Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) mengenai permasalahan tidak tepat sasarannya bantuan yang diberikan.

e. Pelaksana program. Dalam menjalankan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) didukung oleh pelaksana yang kompeten.

(45)

f. Sumber-sumber daya yang digunakan. Pelaksanaan kebijakan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) didukung oleh sumber-sumber daya yang memadai.

2. Context of Policy terdapat 3 (tiga) poin yaitu :

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat. Dalam kebijakan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para pelaksana kebijakan.

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan dimana kebijakan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) juga berpengaruh terhadap keberhasilannya.

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan kebijakan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana.

(46)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Takalar. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Pemda Kabupaten Takalar telah menjalankan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah yang besar, namun diluar dari pada itu nyatanya masih terdapat masyarakat yang berprofesi petani dan ternak yang berstatus berpenghasilan rendah atau kurang mampu yang belum menerima bantuan berupa sapi betina. Dengan adanya program tersebut, seharusnya pemerintah harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sesuai dengan tujuan yang ingin di capai sebelumnya. Hal ini kemudian menarik untuk dikaji oleh peneliti mengenai bagaimana Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sesuai dengan tujuan program yang hendak dicapai sebelumnya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsng selama dua (2) bulan setelah dilaksanakannya seminar proposal.

(47)

B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran mengenai Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar yang terjadi secara objektif, maka jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan tentang Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi di maksudkan untuk gambaran secara jelas masalah-masalah yang diteliti berdasarkan pengalaman yang dialami oleh informan mengenai implementasi program Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.

C. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang diharapkan memberikan data secara obyektif, akurat, serta dapat dipertanggung jawabkan yang diberikan kepada peneliti.Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Hj. Ernawati, SP, M.Si), Kepala Seksi Bidang Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Rafiuddin, S.Pt), Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat (Haris, S.Pt), Kepala Seksi Penyebaran dan Pengembangan Usaha Peternakan (Ratnawati M, S.Pt) peneliti memilih Kepala Bidang Peternakan dan

(48)

Kesehatan Hewan dan Kepala Seksi Perbibitan dan Produksi, Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veterine, serta Kepala Seksi Penyebaran dan Pengembangan Usaha Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dikarenakan mereka memiliki informasi yang akurat terkait pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sekaligus menjadi pelaksana/ implementor dari program tersebut serta masyarakat bersyarat. Warga atau masyarakat penerima bantuan juga menjadi informan dikarenakan masyarakat yang menerima hasil dari Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sehingga perlu untuk dijadikan informan pada penelitian ini. Dalam penentuan informan penelitian peneliti menggunakan metode purposive sampling dimana teknik menentukan sampel sengaja dipilih.

Tabel 3.1 Informan Penelitian

NO NAMA JABATAN JUMLAH

1 Hj. Ernawati, SP, M.Si Kepala Bidang Pet ernakan

dan Kesehatan Hewan 1 2 Rafiuddin, S.Pt Kepala Seksi Perbibitan dan

Produksi 1

3 Haris, S.Pt Kepala Seksi Kesehatan Hewan

dan Kesehatan Masyarakat 1 4 Ratnawati M, S.Pt Kepala Seksi Penyebaran dan

Pengembangan Usaha Peternakan 1

(49)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data primer dan data sekunder peneliti menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap suatu objek yang nantinya akan diteliti, baik secara langsung untuk mendapatkan data yang akan dikumpulkan dalam sebuah penelitian. Observasi dilakukan dengan melihat kondisi yang terjadi apakah penerima yang memenuhi syarat mendapatkan bantuan telah mendapatkan bantuan dari Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) atau tidak mendapatkan. Observasi secara langsung adalah turun kelapangan dan melibatkan seluruh panca indra, sedangkan observasi secara tidak langsung dikatakan bahwa penelitian adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti media visual atau audiovisual, misalnya misalnya teleskop, handycam dan lain-lain. Inti dari observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan juga maknanya dalam melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik yang dilakukan dalam bentuk pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi serta ide melalui tanya jawab sehingga dapat menyusun makna dalam suatu pembahasan tertentu. Jadi dengan adanya wawancara maka peneliti akan lebih mudah

(50)

untuk mengetahui hal-hal yang lebih spesifik tentang partisipan bagaimana situasi dan fenomena yang dirasakan informan terkait Program Satu Sapi Satu Kepala Keluaraga (KK).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data-data serta dokumen yang diperlukan dalam permaslahan yang terkait dengan penelitian lalu dikaji secara intens, seperti data yang diperoleh dari dinas terkait dengan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) atau pun data yang diperoleh dari masyarakat seperti hasil daripada bantuan yang telah diterima sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian pada suatu kejadian yang diteliti. Hasil observasi dan wawancara akan lebih kuat, dan jelas serta dapat dipercaya jika di dukung oleh dokumen yang terkait dengan penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mengutamakan pengungkapan melalui keterangan yang didukung dan diperoleh dengan data sekunder. Data dikelompokkan agar nantinya lebih mudah untuk menganalisis data yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan. Setelah dikelompkkan, data tersebut dipaparkan dalam bentuk teks agar lebih mudah dimengerti, setelah itu penulis dapat mengambil kesimpulan dari data tersebut sehingga mampun menjawab pokok permasalahan penelitian. Untuk menganalisa berbagai fenomena yang terjadi dilapangan, dilakukanlangkah-langkah sebagai berikut:

(51)

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.

2. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan yang terjadi di lapangan. Langkah ini bertujuan untuk informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah dalam penelitian.

3. Penyajian Data

Setelah redukasi data dilakukan, maka langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu menganalisis penyajian (Display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil pengurangan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah untuk dipahami. Penyajian data dilakukan dalam bentuk deskripsinaratif. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun suatu data yang signifikan sehingga dapat menjadi informasi yang real dan bisa disimpulkan serta memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menjabarkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk mengetahui apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Display data yang baik merupakan suatu langkah penting agar dapat tercapainya analisis kualitatif yang pasti dan handal.

4. Tahap akhir yaitu mengambil suatu kesimpulan yang dilakukan secara cermat dengan melakukan suatu pembuktian berupa tinjauan ulang pada catatan yang telah didapatkan dilapangan sehingga data-data yang teruji

(52)

validitasnya.

F. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data pada penelitian ini menggunakan metode trigulasi yaitu :

1. Triangulasi sumber data

Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek serta membandingkan data maupun informasi yang didapat melalui berbagai sumber.

2. Triangulasi metode/teknik

Triangulasi metode/teknik ini dilakukan dengan cara memeriksa serta menguji data maupun informasi yang didapatkan dari sumber yang sama tetapi melalui teknik yang berbeda. Misalnya data yang didapat melalui metode wawancara, lalu di cek lagi melalui observasi serta pengecekan terhadap dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Triangulasi waktu

Trigulasi waktu yaitu pengambilan informasi maupun data penelitian dalam kondisi waktu yang berbeda, sebab waktu yang berbeda dapat mempengaruhi kebenaran suata data yang diperoleh. Misalnya pengambilan data atau informasi melalui wawancara saat pagi hari dapat memberikan data maupun informasi yang lebih valid.

(53)

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Takalar

Kabupaten Takalar adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia yang ibu kotanya terletak di Pattallassang. Secara geografis Kabupaten Takalar terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak 40 km dari Kota Metropolitan Makassar dan terletak antara 5○3’ - 5○38’ Lintang Selatan dan antara 199○22 - 199○39 Bujur Timur dengan luas wilayah 566,51 Km2.

Secara geografis Kabupaten Takalar berbatasan dengan beberapa wilayah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara dengan kota Makasar dan Kabupaten Gowa b) Sebelah Selatan dengan Laut Flores

c) Sebelah Barat dengan Selat Makassar

d) Sebelah Timur dengan Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa Wilayah administrasi Kabupaten Takalar terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Manggarabombang, Kecamatan Mappakasunggu, Kecamatan Polombangkeng Selatan, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Pattalassang, Kecamatan Galesong, Kecamatan Sanrobone.

(54)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar pada tahun 2016 penduduk di Kabupaten Takalar berjumlah 289.978 jiwa, pada tahun 2017 berjumlah 292.983 jiwa, dan tahun 2018 mencapai 295.892 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Kabupaten Takalar Tahun 2016 – 2018

Kecamatan Penduduk Menurut Kecamatan (Jiwa)

2018 2017 2016 Mangarabombang 39.156 38.913 38.653 Mappakasunggu 16.239 16.129 16.010 Sanrobone 14.130 14.048 13.959 Polombangkeng Selatan 28.690 28.494 28.287 Pattallassang 39.551 38.975 38.394 Polombangkeng Utara 50.290 49.797 49.288 Galesong Selatan 26.194 25.936 25.668 Galesong 41.421 40.962 40.491 Galesong Utara 40.221 39.729 39.228 Takalar 295.892 292.983 289.978

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar, Kabupaten Takalar tahun 2017 memiliki Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 67.696 jiwa, pada tahun 2018 berjumlah 68.368 jiwa, dan pada tahun 2019 berjumlah 68.929 jiwa.

(55)

Tabel 4.2 Jumlah Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar Tahun 2017-2018 Kecamatan Tahun 2017 2018 2019 Mangarabombang 8.784 8.821 8.841 Mappakasunggu 3.700 3.739 3.772 Sanrobone 3.139 3.167 3.191 Polombangkeng Selatan 7.171 7.228 7.272 Pattallassang 9.040 9.188 9.325 Polombangkeng Utara 12.243 12.368 12.472 Galesong Selatan 5.742 5.799 5.847 Galesong 9.256 9.352 9.433 Galesong Utara 8.621 8.706 8.776 Takalar 67.696 68.368 68.929

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar

2. Gambaran Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)

Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah program yang di jalankan Bupati Takalar terpilih sebagai Program Unggulan dari Janji Politik saat mecalonkan sebagai Bupati Takalar, program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dijalankan pada tahun kedua yaitu tahun 2018. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan populasi Sapi dan meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya petani dan peternak. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sudah berjalan selama 2 (dua) tahun yaitu sejak tahun 2018 – 2019 yang dimana bantuan Sapi yang telah diberikan kepada masyarakat pada tahun 2018 sebanyak 170 ekor, dan pada tahun 1.409.

(56)

B. HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan dari data yang telah diperoleh di lapangan baik melalui wawancara, maupun melalui bahan tertulis dan observasi yang dilakukan pada saat penelitian mengenai kebijakan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar.

Keberhasilan dari implementasi program 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar yang akan dianalisa oleh peneliti dengan menggunakan teori implementasi yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle, yang dikenal dengan Implementation as a Political and Administrative Process. Fokus dalam penelitian ini berdasarkan dua dimensi penelitian dari model implementasi Merilee S. Grindle sebagai berikut :

1. Isi Kebijakan (Content of Policy) a. Kepentingan Yang Mempengaruhi

Kepentingan yang mempengaruhi menurut Grindle dalam Agustino (2016) menyatakan bahwa “berkaitan dengan kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

Kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan distribusi dalam program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas

(57)

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar yaitu pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) yang dilaksanakan oleh petugas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga merupakan program yang dijalankan Pemda Kabupaten Takalar atas dasar janji politik saat masa kampanye.

Peluang pembangunan sub sektor peternakan di Kabupaten Takalar sangat besar karena di daerah ini telah berkembang usaha peternakan rakyat terutama ternak sapi potong dalam hal ini adalah sapi beli. Selain itu, lahan pertanian padi/ palawija dan tanaman hortikurtula lebih dominan dikabupaten ini yang merupakan lahan yang luas untuk pegembangan ternak sapi potong. Peluang yang besar ini dapat menjadi fasilitas untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan. Selain faktor pendukung ditemukan juga kendala yang harus diselesaikan diantaranya :

1) SDM yang masih kurang baik secara kualitas maupun kuantitas 2) Modal usaha yang kecil

3) Jumlah bibit/ indukan ternak terbatas

4) Penggunaan teknologi tepat guna/ ramah lingkungan yang belum optimal

(58)

Untuk mengatasi masalah SDM dibidang peternakan, pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Takalar telah melaksanakan berbagai pelatihan dan pemagangan petani peternak kebeberapa daerah lain yang lebih maju. Disamping itu dilakukan penyuluhan-penyuluhan oleh petugas dinas. Sedangkan untuk mengatasi permodalan, pemerintah telah menerbitkan kredit diantaranya pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Dalam mengatasi jumlah ternak yang terbatas, Pemerintah Kabupaten Takalar melalui Dinas Peternakan dan ketahanan Pangan terus berupaya mengusahakan bantuan baik dari provinsi maupun pusat. Sedangkan dari APBD II, pemerintah akan memberikan bantuan ternak kepada petani peternak sampai tahun 2020. Untuk lebih memperkuat pembangunan di bidang peternakan dan dalam rangka menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Takalar, pada tahun 2017-2020, pemerintah Kabupaten Takalar mengalokasikan anggaran melalui APBD II untuk memberikan bantuan indukan ternak sapi bali dan beberapa sarana pendukung secara bantuan Hibah.

b. Tipe Manfaat Yang Diperoleh

Pada poin ini Content of Policy isi kebijakan menurut Merilee S. Grindle berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian

(59)

kepada banyak pelaku lebih mudah di implementasikan disbanding dengan kebijakan yang kurang bermanfaat.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik itu program, peraturan, atau perundang-undang sebagai landasan hukumnya harus dapat memberikan hasil yang bermanfaat dan berdampak positif serta dapa merubah kearah yang lebih baik dari hasil pengimplementasiannya. Setiap kebijakan tentunya adalah suatu upaya ataupun usaha dari pemerintah untuk menjadikan sesuatu menjadi lebih baik lagi dan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada serta bermanfaat.

Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sendiri adalah kebijakan pemerintah dimana pemerintah memberikan 1 (satu) ekor sapi kepada masing-masing 1 (satu) kepala keluarga untuk diberdayakan. Peserta penerima bantuan dapat menggunakan atau memanfaatkan bantuan tersebut sebagai pendapatan bulanan atau tahunan dengan jangka panjang. Peserta penerima adalah masyarakat yang berstatus sebagai petani dan peternak.

Berdasarkan wawancara yang dikemukakan oleh Kepala Seksi Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mengatakan :

“berbicara tentang manfaat, tentu manfaat yang diperoleh dari bantuan ini untuk daerah diharapkan mampu menambah populasi sapi ternak yang ada di Kabupaten Takalar. Untuk manfaat bagi masyarakat, masyarakat mendapatkan bantuan ini secara gratis dari pemerintah.”

(60)

Penulis juga melakukan wawancara kepada Kepala Seksi Pembibitan dan Produksi terkait dengan manfaat yang diperoleh masyarakat :

“Kami sebagai pelaksana dari program ini hanya menjalankan tugas dan berharap dengan adanya program ini masyarakat dapat memanfaatkan dan dapat mengurangi beban ekonomi masyarakat meskipun bantuan ini adalah bantuan dengan pendapatan bulanan dan tahunan.” (Wawancara 24 November 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mengatakan bahwa bantuan yang diberikan kepada petani dan peternak ini tidak dipungut biaya. Pihak dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sebagai pelaksana program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) hanya menjalankan tugas dan berharap dengan adanya bantuan ternak masyarakat penerima bantuan dapat memanfaatkan bantuan dengan baik serta dapat menambah penghasilan sebagai pendapatan bulanan dan pendapatan tahunan.

Kemudian peneliti mencoba mewawancarai masyarakat penerima bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) :

“Alhamdulillah kalau dibilang manfaat, bermanfaat sekali karena siapa mau kasiki sapi na sedangkang kita ini tidak sanggup beli sapi. Ini saja kita sudah dapat penghasilan dari bantuan ini karena lebaran haji kemarin itu adami didapat dari hasil penjualan sapi ditambah lagi harga jualnya itu lebih tinggi dari sapi-sapi biasa. Jadi kalau dibilang bermanfaat, pasti bermanfaat.” ( Wawancara 25 September 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat penerima bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK), mereka bersyukur dengan adanya bantuan dari pemerintah dalam segi pemberian sapi

Gambar

Tabel 2.1 Fokus penelitian ..............................................................................
Gambar 2.1  Kerangka pikir ............................................................................
Gambar 2.1 Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Takalar
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

keterpercayaan hasil ukur (skor) yang diperoleh dari subyek yang diukur dengan alat yang sama, atau ukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Uji

Remaja yang mengikuti program pendidikan homeschooling maupun bersekolah di sekolah reguler SMA Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki aspek membina hubungan dengan

Metode Penulisan yang dilakukan terdiri dari studi lapangan dengan mendatangi apotikyang bersangkutan, untuk mengumpulkan data penulisan dengan melakukan wawancara terhadap bagian

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah

Bagi pengunjung restoran akan mendapatkan pelayanan dan service yang lebih baik dari restoran, dengan disuguhkannya sistem digital restoran maka para pengunjung akan lebih

Penelitian Titis (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dengan Hasil Belajar Anak Usia Sekolah Di SDIT Permata Hati,

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HUKUM GERAK DI KELAS X-4.. SMA