• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ketel Uap

Menurut UNEP (2006), Ketel uap adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialihkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau

steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalihkan panas ke

suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalihkan panas ke suatu proses. Namun jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali dan menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga ketel uap merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.

Sistem ketel uap terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk ketel uap secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi

steam dalam ketel uap. Steam dialihkan melalui sistem pemipaan ke titik

pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke ketel uap untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah:

1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali ke proses.

2. Air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang ketel uap ke plant proses.

2.2 Prinsip Kerja Ketel Uap

Ketel uap adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialihkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan

(2)

adalah media yang berguna dan mudah untuk mengalihkan panas ke suatu proses.

Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali. Sistem ketel uap terdiri dari: sistem air umpan, sistem uap dan sistem bahanbakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk ketel uap secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai valve disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam ketel uap. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan uap diatur menggunakan valve dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke ketel uap untuk diubah menjadi uap disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan make

uap water (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang

ketel uap dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi ketel uap yang lebih tinggi digunakan ekonomiser untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang. Bahan baku yang digunakan untuk membuat steam adalah air bersih. Air yang telah diproses dialirkan menggunakan pompa ke deaerator

tank hingga pada level yang sudah ditentukan. Pemanasan dalam deaerator

adalah dengan menggunakan uap sisa yang berasal dari hasil pemutaran turbin. Dalam hal ini terdapat beberapa tahap sirkulasi steam untuk pemanasan awal

deaerator.

2.3 Mekanisme Kerja Ketel Uap

Ketel uap adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dipindahkan ke air sampai terbentuk uap. Uap pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali. Sistem ketel uap terdiri dari: sistem air umpan, sistem uap dan sistem bahan bakar.

(3)

Sistem air umpan menyediakan air untuk ketel uap secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai valve disediakan untuk keperluan perawatan dan mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam ketel uap .

Gambar 2.1 Ketel Uap

Steam dialirkan melalui system pemipaan ke titik pengguna. Pada

keseluruhan sistem, tekanan uap diatur menggunakan valve dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.

(4)

Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.

Air yang disuplai ke ketel uap untuk dirubah menjadi uap disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah: kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan make uap water (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang ketel uap dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi ketel uap yang lebih tinggi, digunakan ekonomiser untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang. Bahan baku yang digunakan untuk membuat steam adalah air bersih. Air yang telah diproses dialirkan menggunakan pompa ke deaerator tank hingga pada level yang sudah ditentukan. Pemanasan dalam deaerator adalah dengan menggunakan uap sisa yang berasal dari hasil pemutaran turbin. Dalam hal ini terdapat beberapa tahap sirkulasi steam untuk pemanasan awal deaerator.

2.4 Klasifikasi Ketel Uap

Berbagai bentuk ketel uap telah berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan evaluasi dari bentuk-bentuk ketel uap sebelumnya yang dipengaruhi oleh gas buang ketel uap yang mempengaruhi lingkungan dan produk steam yang dihasilkan. Berikut ini beberapa macam klasifikasi ketel uap:

2.4.1 Berdasarkan isi tube/pipa

a. Ketel uap pipa api atau pipa asap (fire tube boiler)

Pada ketel pipa api, nyala api dan gas panas yang dihasilkan melalui dinding pipa dari gas panas ke air di sekeliling pipa tersebut. Contoh ketel uap jenis pipa api adalah ketel vertikal sederhana, ketel cochran, ketel lanchasire, ketel cornish, ketel scotch marine, ketel lokomotif, dan ketel velcon.

(5)

Gambar 2.2 Ketel Uap Pipa Api

Sumber: Buku Ajar Ketel Uap, Sumber Murni, 2012

Ketel uap pipa api biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil dan tekanan steam yang rendah atau sedang. Sebagai pedoman ketel pipa api kompetitif untuk kecepatan steam 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/𝑐𝑚2. Ketel uap pipa api dapat menggunakan bahan bakar minyak, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis sebagian besar ketel uap pipa api dikonstruksi sebagai “paket”. Ketel uap dirakit oleh pabrik untuk semua bahan bakar.

b. Ketel uap pipa air (water tube boiler)

Pada ketel uap pipa air, air dimasukkan kedalam pipa dimana pipa dikelilingi oleh nyala api dan gas panas dari luar. Contoh ketel jenis ini: ketel Babcock, ketel La-mont, ketel Benson, ketel Yarrow dan ketel Loeffler.

Adapun keuntungan pemakaian ketel uap pipa air ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan uap dengan tekanan lebih tinggi daripada ketel pipa api. 2. Untuk daya yang sama, menenpati ruang/tempat yang lebih kecil daripada

ketel pipa api.

3. Laju aliran uap lebih tinggi.

4. Komponen komponen yang berbeda bisa diurai sehingga mudah untuk di pindahkan.

(6)

5. Permukaan pemanasan lebih efektif karena gas panas mengalir keatas pada arah tegak lurus.

6. Pecah pada pipa air tidak meninbulkan kerusakan keseluruh ketel.

Kerugian- kerugian ketel pipa air adalah sebagai berikut:

1. Air umpan mensyaratkan menpunyai kemurnian tinggi untuk mencegah endapan kerak didalam pipa.jika terbentuk kerak didalam pipa bisa menimbulkan panas yang berlebihan dan pecah.

2. Ketel pipa air memerlukan perhatian yang lebih hati-hati bagi penguapanya karena itu akan menimbulkan biaya operasi yang lebih tinggi.

3. Pembersihan pipa air tidak mudah dilakukan.

Gambar 2.3 Ketel uap Pipa Air

Sumber: Sumber Murni, Buku Ajar Ketel Uap

2.4.2 Berdasarkan pemakaiannya

a. Ketel uap stasioner (station boiler) atau ketel tetap

Merupakan ketel uap yang didudukkan di atas fondasi yang tetap seperti ketel untuk pembangkit tenaga, untuk industri dan lain sebagainya.

(7)

b. Ketel uap Pindah atau portable boiler

Merupakan ketel uap yang dipasang fondasi yang berpindah-pindah (mobil) seperti ketel uap lokomotif, lokomobil, dan ketel panjang serta yang lain sebagainya termasuk ketel kapal (marine boiler)

2.4.3 Berdasarkan letak poros tutup drum (sheel) a. Ketel uap Tegak

Ketel uap tegak seperti tampak pada gambar 2.4.3 (vertical steam boiler). adapun contoh ketel tegak adalah ketel uap cocharn, ketel uap clarkson, dan lainnya.

Gambar 2.4 Ketel Uap Tegak

Sumber: Sumber Murni, Buku Ajar Ketel Uap 2012

b. Ketel Uap Mendatar (Horizontal steam boiler)

Adapun yang termasuk jenis ketel uap ini adalah ketel uap cornish, lancashire, tampak pada gambar 2.4.3.2, scotch dan lain lain.

(8)

2.4.4 Berdasarkan bentuk dan letak pipa

a. Ketel uap dengan pipa lurus,bengkok,dan terlekak lekuk (straight, bent, and

sinous tubuler heating surface)

b. Ketel uap dengan pipa miring datar dan miring tegak (horizontal, inclinedor

vertical turbuler heating surface)

2.4.5 Berdasarkan tekanan kerjanya

a. Ketel uap Peredaran Alami (natural sirculation steam boiler)

Merupakan ketel uap dengan peredaran air di dalam ketel uap terjadi secara alami yaitu air yang ringan naik, sedangkan air yang berat turun sehingga terjadi aliran konveksi alami. Umunya ketel uap bekerja secara aliran alami seperti ketel uap lancashire, babcock, dan wilcox, dan lain-lain.

b.Ketel uap Peredaran Paksa

Merupakan ketel uap dengan aliran paksa, aliran paksa diperoleh dari pompa sentrifugal yang digerakkan secara electric motor, misalnya sistem aliran paksa pada ketel uap bertekanan tinggi misalnya La-mont boiler, Benson boiler,

Loeffer boiler, dan Velcan boiler.

2.4.6 Berdasarkan kapasitasnya a. Tekanan kerja rendah:≤ 5 atm b. Tekanan kerja sedang: >5-40 atm c. Tekanan kerja tinggi :>40-80 atm d. Tekanan kerja sangat tinggi :>80 atm 2.4.7 Berdasarkan pada sumber panasnya a. Ketel uap dengan bahan bakar alami b. Ketel uap dengan bahan bakar buatan c. Ketel uap dengan dapur listrik

d. Ketel uap dengan energi nuklir

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja ketel uap adalah sebagai berikut:

Faktor laju udara bersih yang disuplai melalui air heater.

Ketel uap harus dioperasikan dengan laju aliran udara lebih dari kebutuhan teoritis yang dihitung berdasarkan analisa gas asap. Tetapi udara berlebih yang

(9)

terlalu banyak juga akan mengakibatkan terjadinya losses karena pengambilan panas sendiri oleh udara berlebih untuk dibawa bersama gas buang, untuk itulah dilakukan analisa gas asap untuk menentukan kebutuhan udara aktual.

• Temperatur udara pembakaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi ketel uap. Temperatur udara pembakaran dapat dinaikkan dengan memanfaatkan temperatur gas buang (flue gas) yang tinggi dengan menggunakan alat pemanas udara (air heater)

Fouling merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kerja

ketel uap. Fouling adalah terjadinya deposit atau kerak pada permukaan perpindahan panas yang terjadi pada ketel uap sehingga efisiensi ketel uapnya akan menurun dan temperatur gas buangnya akan semakin tinggi.

Faktor burner, fungsi dari burner ini adalah untuk mencampur bahan bakar dan udara dengan proporsi yang sesuai untuk terjadinnya penyalaan api dan untuk menjaga kondisi pembakaran yang terus menerus berlangsung baik. Burner yang tidak diatur dengan baik akan mengakibatkan pencampuran bahan bakar dengan udara tidak sesuai dan pada setiap laju pembebanan akan meningkatkan kebutuhan udara berlebih dan memboroskan pemakaian bahan bakar sehingga efisiensi ketel uap akan turun.

Blowdown juga berpengaruh terhadap efisiensi ketel uap. Endapan yang

terjadi di dinding tube pada sisi air dapat mengurangi efisiensi ketel uap dan bahkan kerak dapat merusak tube karena over heating. Endapan-endapan tersebut disebabkan oleh tingginya konsentrasi suspended solids dan dissolved solids, hal ini juga dapat menyebabkan terbentuknya busa ata(foam) sehingga menyebabkan

carry over. Oleh karena itu konsentrasi solids harus tetap dijaga pada kondisi

tertentu. Proses blowdown adalah proses dimana air dibuang keluar dan segera digantikan oleh air umpan ketel uap. Pada proses blowdown ini air yang dikeluarkan dalam keadaan temperatur tinggi, maka hal ini merupakan pembuangan panas yang mengakibatkan penurunan efisiensi.

(10)

2.5 Komponen –Komponen Ketel Uap

Komponen sistem ketel uap terdiri dari komponen utama dan komponen bantu yang masing-masing memiliki fungsi untuk menyokong prinsip kerja ketel uap.

Gambar 2.6 Bagian-bagian Ketel Uap Sumber: http://air.eng.ui.ac.id

Komponen utama ketel uap terdiri dari: a. Pembakar

Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk mencampur bahan bakar dan udara. Caranya adalah dengan menyemprotkannya ke dalam ruang melalui mulut-mulut pembakar (brender), sedangkan udara dimasukkan melalui sekeliling mulut pembakar tersebut. Ada beberapa macam sistem brender tergantung pada sistem pengabutannya, yaitu sistem pengabut uap/udara dan sistem pengabut tekan. Pada sistem pengabut uap/udara caranya adalah uap/udara dipancarkan melalui mulut pembakar (brender) dan akibat dari pancaran ini minyak akan terhisap.

(11)

Gambar 2.7 Burner

Sumber: http://air.eng.ui.ac.id

b. Ruang bakar

Ruang bakar (furnace) adalah dapur penerima panas bahan bakar untuk pembakaran yang terdapat fire gate di bagian bawah sebagai alas bahan bakar dan yang sekelilingnya adalah pipa-pipa air ketel yang menempel pada dinding ruang pembakaran yang menerima panas dari bahan bakar secara radiasi dan konveksi.

c. Drum

Drum merupakan tempat menampung air dari ekonomiser sekaligus

sebagai pemisah uap dan air. Pada konstruksi sebuah ketel uap terdapat 2 buah

drum yakni drum uap dan drum lumpur. Drum uap berfungsi untuk menampung

uap hasil dari sirkulasi. Drum lumpur merupakan drum yang posisinya di bawah

drum uap dan berfungsi sebagai pengumpul air panas yang akan didistribusikan

ke dalam wall tube. Dalam drum ini terdapat pipa untuk pembuangan berkala. d. Pemanas lanjut

Pemanas lanjut (superheater) adalah peralatan yang berfungsi untuk menaikkan temperatur uap jenuh sampai menjadi uap panas lanjut sesuai dengan kebutuhan untuk menggerakkan turbin. Karena uap yang terbentuk dari pemanasan di dalam pipa-pipa di ruang bakar berada dalam wujud jenuh atau basah maka jika uap yang demikaan diekspansi ke turbin akan menimbulkan penimbunan yang cepat.Superheater dibedakan atas dua jenis yaitu:

a) Low Temperature superheater (LTS)

Uap jenuh dari steam drum dialirkan ke primary superheater atau low

temperature superheater. Uap yang keluar dari LTS kemudian dialirkan High Temperature superheater untuk dipanaskan kembali menjadi uap panas lanjut.

(12)

Uap dari LTS juga digunakan untuk steam atomizing yang membantu proses pembakaran agar bahan bakar dapat terbakar sempurna.

Besar energi panas yang diserap oleh Low temperature superheater (LTS) untuk mengubah air menjadi uap dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.

QLTS = Ws x (Hout − Hin) kj/jam ... (1)

Dimana:

QLTS = Panas yang diserap oleh low temperature superheater (kj/jam) Ws = kapasitas aliran uap (kg/jam)

Hout = entalpi keluar LTS (kJ/kg) Hin = entalpi masuk LTS (KJ/kg)

b) High Temperature Superheater

Uap hasil pemanasan LTS selanjutnya mengalir ke High Temperature

Superheater (HTS) yang terletak pada bagian gas sangat panas. Sebagian HTS

terletak tepat diatas ruang bakar, oleh karena itu teransfer panas yang diperoleh oleh HTS adalah secara radiasi dan konveksi. Kemudian uap panas yang diperoleh dari HTS mengalir ke turbin.

Besar panas yang diperoleh oleh HTS untuk menghasilkan uap yang dialirkan ke turbin dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Q HTS = Ws x (H out − Hin) kJ/jam ... 2) Dimana:

QHTS = Panas yang diserap oleh High temperature superheater (kJ/jam) Ws = kapasitas aliran uap( kJ/jam)

Hout = entalpi keluar HTS (kJ/kg) Hin = entalpi masuk HTS (Kg/kg)

e. Pemanas udara

Pemanas udara (air heater) adalah alat pemanas udara penghembus bahan bakar. Flue gas yang masih memiliki panas yang tinggi dapat

(13)

digunakan untuk memanaskan udara pembakaran didalam air heater. Air

heater merupakan salah satu alat yang meningkatkan efisiensi ketel.

Karena memanfaatkan kalor yang terkandung pada gas buang hasil pembakaran untuk memanaskan udara. Udara yang telah mengalami proses pemanasan di air preheater selanjutnya dialirkan melewati air heater untuk dipanaskan kembali. Proses transfer panas yang terjadi di air heater adalah secara konveksi. Temperatur udara setelah dipanaskan di air heater diharapkan 108℃ agar memudahkan proses pembakaran.

f. Dust collector

Dust collector adalah alat pengumpul abu atau penangkap abu pada

sepanjang aliran gas pembakaran bahan bakar sampai kepada gas buang.

g. Soot blower

Soot blower adalah alat yang berfungsi sebagai pembersih jelaga atau abu

yang menempel pada pipa-pipa.

Kompenen pendukung ketel uap terdiri dari: a. Tangki air umpan

Tangki air umpan memiliki fungsi sebagai tempat penampungan air umpan yang telah diproses pada softener yang akan dikirim ke ketel uap untuk diproses menjadi uap.

(14)

Gambar 2.8 Tangki Air Umpan Sumber: PT. Multimas Nabati Asahan

b. Pompa air umpan

Pompa air umpan (feed water pump) berfungsi untuk mengalirkan air umpan dari tangki menuju ketel uap. Biasanya pompa yang digunakan pompa jenis sentrifugal. Pompa air umpan ini terdapat dua tipe yakni pompa yang digerakkan oleh turbin dan pompa yang digerakkan oleh motor.

Gambar 2.9 Pompa Air Umpan Sumber: PT. Multimas Nabati Asahan

(15)

c. Sea Water Desalination

Sea water desalination merupakan alat untuk memurnikan air, yaitu

memisahkan air dengan kadar garam yang dikandungnya agar diperoleh air dengan kadar garam yang rendah (fresh water).

Gambar 2.10 Sea Water Desalination Sumber: PT. Multimas Nabati Asahan

d. Softener

Softener merupakan alat yang berfungsi untuk mengeliminasi

unsur-unsur Mg dan Ca yang terdapat pada air umpan. Unsur-unsur-unsur tersebut harus diminimalkan untuk memperlambat pembentukan kerak (scale) pada pipa-pipa evaporator yang akan meneruskan perpindahan panas. Prinsip kerjanya dengan cara pertukaran ion.

e. Deareator

Deareator mempunyai fungsi utama yaitu menghilangkan

kandungan-kandungan oksigen dan gas-gas lainnya yang masih terkandung di dalam air pengisi ketel uap. Karena oksigen dapat menyebabkan terjadinya korosi pada pipa-pipa dan dinding ketel uap. Cara kerja deareator yakni air disemprot dengan menggunakan low pressure steam sehingga kandungan oksigen dan gas lain hilang dan temperatur air meningkat.

(16)

Gambar 2.11 Deareator Sumber: PT. Multimas Nabati Asahan

f. Ekonomiser

Ekonomiser merupakan alat yang berfungsi sebagai pemanas air umpan sebelum masuk ke drum ketel uap. Sisa panas gas hasil pembakaran yang akan dibuang ke atmosfer melalui stack terlebih dahulu dilewatkan ke ekonomiser sehingga mengurangi panas gas buang sisa pembakaran dan menaikkan temperatur air umpan ketel uap.

Gambar 2.12 Ekonomiser Sumber: PT. Multimas Nabati Asahan

(17)

g. Force Draft Fan

Force draft fan merupakan alat bantu ketel uap yang berfungsi sebagai

penghembus udara. Force draft fan ini boleh dijalankan apabila induced draft fan sudah dijalankan terlebih dahulu. Udara yang dihembuskan force draft fan dilewatkan melalui air heater terlebih dahulu supaya mendapatkan udara penghembus bersuhu tinggi.

h. Induced Draft Fan

Induced draft fan merupakan alat bantu ketel uap yang berfungsi sebagai

penghisap gas asap sisa pembakaran bahan bakar yang keluar dari ketel uap.

2.6 Ekonomiser

Ekonomiser adalah alat pemindah panas berbentuk tubular yang digunakan untuk memanaskan air umpan ketel uap sebelum masuk ke ketel uap. Istilah ekonomiser diambil dari kegunaan alat tersebut, yaitu untuk menghemat (to

economize) penggunaan bahan bakar dengan mengambil panas (recovery) gas

buang sebelum dibuang ke atmosfir.

Gambar 2.13 Mekanisme Ekonomiser Sumber: http://artikel-teknologi.com

(18)

Konstruksi ekonomiser adalah berdasarkan tipenya, yaitu tipe ekonomiser yang tidak menyatu dengan ketel uap, dan ada juga ekonomiser yang menyatu dengan ketel uap. Perbedaan keduanya hanyalah pada peletakkan tempat pada penyusunan komponen dalam suatu pabrik. Pada ekonomiser yang dihubungkan langsung dengan ketel uap dan terpasang langsung saat dikeluarkan dari pabrikannya. Dalam hal ini, spesifikasi alatnya bukan lah dari tipe ekonomiser melainkan tipe dari ketel uap itu sendiri yaitu ketel uap recovery atau bisa juga disebut ketel uap ekonomiser.

Kinerja ekonomiser ditentukan oleh fluida yang mempunyai koefisien perpindahan panas yang rendah yaitu gas. Kecepatan perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan koefisien perpindahan panas total dengan cara mengatur susunan tubing/properti fin dan meningkatkan luas kontak perpindahan panas. Respon yang dihasilkan oleh ekonomiser adalah efektifitas perpindahan panas dan biaya operasi. Efektifitas perpindahan panas adalah besarnya energi yang dapat terambil dari total jumlah energi yang dapat diserap. Semakin besar efisiensi perpindahan panas pada ekonomiser, semakin panas gas sisa semakin banyak yang terambil. Semakin besar efektivitas perpindahan panas yang terjadi, maka alat tersebut semakin efisien.

Gambar 2.14 Penampang Ekonomiser Sumber: http://artikel-teknologi.com

(19)

Ekonomiser adalah piranti yang digunakan untuk memanaskan air umpan dengan memamfaatkan panas dari gas asap sebelum masuk cerobong. Ekonomiser merupakan salah satu peralatan yang meningkatkan efisiensi ketel uap karena memanfaatkan kalor yang terkandung dalam flue gas sebelum terbuang ke atmosfer melalui stack. Dengan kata lain dengan adanya ekonomiser maka ketel uap telah menghemat konsumsi bahan bakar. Ekonomiser terdiri dari pipa–pipa air yang ditempatkan pada lintasan gas asap sebelum meninggalkan ketel uap. Transfer panas yang terjadi pada ekonomiser adalah secara konveksi. Artinya flue gas memberikan panas pada pipa–pipa ekonomiser sehingga temperatur air yang ada di dalam pipa– pipa naik dari 153℃ sampai 198℃. Pipa – pipa ekonomiser terbuat dari bahan baja yang sanggup menahan panas dan tekanan tinggi. Pada pipa – pipa ekonomiser sering sekali terjadi kerusakan. Beberapa penyebab kerusakan yang sering terjadi pada pipa – pipa ekonomiser adalah acid attack, shortthermoverheat,

mechanical fatique, slagging, scalling.

Gambar 2.15 Ekonomiser

Sumber: www.energyefficiencyasia.org

Apabila temperatur flue gas melalui ekonomiser terlalu tinggi maka dapat terjadi overheat pada pipa-pipa ekonomiser yang mengakibatkan pipa ekonomiser pecah. Dan apabila temperatur flue gas melalui

(20)

mengakibatkan pipa ekonomiser bocor akibat diferensial temperatur. Kerusakan pipa ekonomiser pada bagian dalam pipa (sisi air) dapat dihindarkan dengan jalan melunakkan air pengisi terlebih dahulu, dan kerusakan pipa ekonomiser pada bagian luar pipa (sisi gas asap) diatasi dengan mempertahankan temperatur flue gas di atas titik embun gas sulfur dan melakukan soot blowing secara berkala.

Besar panas yang diserap oleh ekonomiser ini akan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Qeco = Ws x Cp air (Tout − Tin) kJ/jam ... (3)

Dimana :

Qeco = Panas yang diserap oleh ekonomiser (kJ/jam) Ws = Kapasitas aliran uap (kJ/jam)

Cpair = Panas jenis air (kJ/kg℃)

Tout = Temperatur keluar ekonomiser (℃) Tin = Temperatur masuk ekonomiser (℃)

2.7 Bahan Bakar

Bahan bakar adalah suatu materi yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti fisi nuklir atau fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif.

Sistem ketel uap terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Pada bagian ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah sistem bahan bakar. Bahan bakar (fuel) adalah segala bahan yang dapat dibakar (Ir. Syamsir A: 146). Bahan bakar dibakar untuk menghasilkan panas (kalor).

(21)

Bahan bakar hanya dapat terbakar bila sudah cukup panas. Proses pembakaran merupakan proses kimia antara bahan bakar, udara dan panas. Proses pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar ketel (ketel uap) bertujuan untuk merubah air menjadi uap.

Pengetahuan mengenai sifat bahan bakar membantu dalam memilih bahan bakar yang benar untuk keperluan yang benar dan untuk penggunaan bahan bakar yang efisien. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk mengkaji sifat dan kualitas bahan bakar. Jadi untuk melakukan pembakaran diperlukan tiga unsur, yaitu :

a. Bahan bakar b. Oksigen

c. Suhu untuk memulai pembakaran

Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas) yang tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersediaan, penyimpanan,

handling, dan lain-lain.

➢ Bahan bakar padat

Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat dan kebanyakan menjadi sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan menyediakan energi. Bahan bakar padat yang terdapat di bumi kita ini berasal dari zat-zat organik. Bahan bakar padat mengandung unsur-unsur antara lain: Zat arang atau Karbon (C), zat lemas atau Nitrogen (N), Hidrogen (H), Belerang (S), zat asam atau Oksigen (O), Abu dan Air yang kesemuanya itu terikat dalam satu persenyawaan kimia.

➢ Bahan bakar cair

Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat. Jika dibandingkan dengan bahan bakar padat molekulnya dapat bergerak bebas. Bensin/gasolin/premium, minyak solar, minyak tanah adalah contoh bahan bakar cair. Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi maupun rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran berbagai hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin, naphtena,

(22)

kandungan hidrogennya. Minyak mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa macam fraksi, seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar, minyak bakar, dan lain-lain. Setiap minyak petroleum mentah mengandung keempat kelompok senyawa tersebut, tetapi perbandingannya berbeda.

Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya pada ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis minyak bakar.

➢ Bahan bakar gas

Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed

Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG). CNG pada dasarnya terdiri

dari metana sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor rumah tangga sama bahannya dengan bahan bakar gas yang biasa digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor Di dalam tanah banyak terkandung gas bumi (Petrol Gas) atau sering disebut pula dengan gas alam, yang timbul pada saat proses pembentukan minyak bumi, gas tambang, dan gas rawa CH4 (Methane). Seperti halnya dengan minyak bumi, gas alam tersebut diperoleh dengan jalan pengeboran dari dalam tanah, baik di daratan maupun pada lepas pantai terhadap lokasi-lokasi yang diduga terdapat kandungan gas alam.

Jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan uap dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut:

w

f

=

ws(HSat−Ha)

LHV X ƞK ... (4)

Dimana

Wf = Banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan (kg bahan bakar/jam)

Ws = Kapasitas uap sebesar (kg/jam) Hsat = Entalpi uap keluar superheater (Mpa)

(23)

2.8 Siklus Rankine

Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas menjadi kerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup yang biasanya menggunakan air sebagai fluida yang bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dari seluruh energi listrik yang dihasilkan di seluruh dunia. Siklus ini dinamai untuk mengenang ilmuwan Skotlandia, William John Maqcuorn Rankine.

Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas yang secara umum ditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama untuk siklus Rankine adalah batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, dan panas matahari.

Siklus Rankine kadang-kadang diaplikasikan sebagai siklus Carnot, terutama dalam menghitung efisiensi. Perbedaannya hanyalah siklus ini menggunakan fluida yang bertekanan, bukan gas. Efisiensi siklus Rankine biasanya dibatasi oleh fluidanya. Tanpa tekanan yang mengarah pada keadaan super kritis, range temperatur akan cukup kecil. Uap memasuki turbin pada temperatur 480℃ (batas ketahanan stainless steel) dan kondenser bertemperatur sekitar 30℃.

Fluida pada Siklus Rankine mengikuti aliran tertutup dan digunakan secara konstan. Berbagai jenis fluida dapat digunakan pada siklus ini, namun air dipilih karena berbagai karakteristik fisika dan kimia, seperti tidak beracun, terdapat dalam jumlah besar, dan murah.

(24)

Gambar 2.16 Bagan Sederhana Siklus Rankine

Gambar 2.17 Diagram T-S Siklus Rankine

Siklus Rankine ideal tidak melibatkan irreversibel internal dan terdiri dari 4 tahapan proses :

1 – 2 Proses kompresi isentropik dengan pompa

2 – 3 Penambahan panas dalam ketel uap pada P = konstan 3 – 4 Ekspansi isentropik ke dalam turbin

4 – 1 Pelepasan panas di dalam kondensor pada P = konstan

Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh dan dikompresi sampai tekanan operasi ketel uap. Temperatur air akan meningkat selama kompresi isentropik ini melalui sedikit pengurangan dari volume spesifik air. Jarak vertikal antara 1–2 pada T–s diagram ini biasanya dilebihkan untuk lebih amannya proses.

Air memasuki ketel uap sebagai cairan terkompresi pada kondisi 2 dan akan menjadi uap superheated pada kondisi 3, dimana panas diberikan oleh ketel uap ke air pada T tetap. Ketel uap dan seluruh bagian yang menghasilkan steam ini disebut sebagai steam generator.

Uap superheated pada kondisi 3 kemudian akan memasuki turbin untuk diekspansi secara isentropik dan akan menghasilkan kerja untuk

(25)

memutar shaft yang terhubung dengan generator listrik sehingga dihasilkanlah listrik. P dan T dari steam akan turun selama proses ini menuju keadaan 4 dimana steam akan masuk kondenser dan biasanya sudah berupa uap jenuh. Steam ini akan dicairkan pada P konstan di dalam kondenser dan akan meninggalkan kondenser sebagai cairan jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi siklus ini.

Area dibawah kurva proses 2–3 menunjukkan panas yang ditransfer ke ketel uap, dan area dibawah kurva proses 4–1 menunjukkan panas yang dilepaskan di kondenser. Perbedaan dari kedua aliran ini adalah kerja netto yang dihasilkan selama siklus.

Penyimpangan Siklus Rankine

Penyimpangan dalam siklus Rankine yang terjadi karena:

1. Adanya friksi fluida yang menyebabkan turunnya tekanan di ketel uap dan kondensor sehingga tekanan steam saat keluar ketel uap sangat rendah sehingga kerja yang dihasilkan turbin (Wout) menurun dan efisiensinya menurun. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan tekanan fluida yang masuk.

2. Adanya kalor yang hilang ke lingkungan sehingga kalor yang diperlukan (Qin) dalam proses bertambah sehingga efisiensi termalnya berkurang.

Penyimpangan ini terjadi karena adanya irreversibilitas yang terjadi pada pompa dan turbin sehingga pompa membutuhkan kerja (Win) yang lebih besar dan turbin menghasilkan kerja.

(26)

Gambar 2.18 Penyimpangan Siklus Rankine Sumber: www.academia.edu

2.9 Jenis-jenis Perpindahan Panas 1. Konduksi

Sebuah batang silinder dengan material tertentu diisolasi pada sisi terluarnya dan pada kedua ujung permukaannya memiliki suhu yang berbeda yakni T1>T2. Perbedaan temperatur tersebut menyebabkan perpindahan panas secara konduksi pada arah x positif. Dapat diukur laju perpindahan panas qx, dan kita dapat menentukan qx bergantung pada variabel-variabel berikut: ΔT, yakni perbedaan temperatur; Δx, yakni panjang batang; dan A, yakni luas penampang tegak lurus bidang.

Jika ΔT dan Δx adalah konstan dan hanya memvariasikan A, maka kita dapat melihat bahwa qx berbanding lurus dengan A. Dengan cara yang sama, jika ΔT dan A adalah konstan, kita dapat melihat bahwa qx berbanding terbalik dengan Δx. Apabila A dan Δx konstan, maka kita dapat melihat bahwa qx berbanding lurus dengan ΔT. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa

𝑞𝑥∞𝐴∆𝑇

∆𝑋 ... (5) Berikut ini adalah gambar perpindahan panas secara konduksi melalui sebuah percobaan

Gambar 2.19 Perpindahan Panas Secara Konveksi Sumber: Incropera.

Dengan memperhatikan material batang, sebagai contoh plastik, kita akan menemukan bahwa kesebandingan diatas adalah valid. Namun, kita juga menemukan bahwa untuk nilai A, Δx, dan ΔT yang sama akan menghasilkan nilai qx yang lebih kecil untuk plastik daripada material

(27)

logam. Sehingga kesebandingan di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan dengan memasukkan koefisien yang dipengaruhi oleh material. Sehingga diperoleh,

𝑞𝑥= 𝐾𝐴∆𝑇

∆𝑋 ... (6) k, adalah konduktivitas termal (W/m.K), yang adalah merupakan

sifat material yang penting. Dengan menggunakan limit Δx 0 kita mendapatkan persamaan untuk laju perpindahan panas,

𝑞𝑥= 𝐾𝐴∆𝑇

∆𝑋 ... (7) Atau persamaan fluks panas menjadi

𝑞" 𝑥 = 𝑞𝑥 𝐴 = −𝐾 𝑑𝑇 𝑑𝑋 ... (8) 2.10 Konveksi

Mekanisme perpindahan panas dapat berupa konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi dan konveksi membutuhkan media perantara dalam proses perpindahan panasnya. Berbeda dengan konduksi, pada konveksi membutuhkan gerakan fluida untuk dapat memindahkan panas.

Penelitian menunjukkan bahwa perpindahan panas konveksi sangat bergantung pada sifat-sifat fluida seperti viskositas dinamis μ, konduktivitas termal k, massa jenis ρ, dan spesifik panas Cp, dan dipengaruhi oleh kecepatan fluida Ѵ. Konveksi juga bergantung pada bentuk dan kekasaran permukaan, dan bahkan juga dipengaruhi oleh tipe aliran seperti laminar atau turbulen. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa perpindahan panas secara konveksi adalah kompleks karena bergantung pada banyak variabel. Oleh karena itu, konveksi adalah mekanisme perpindahan panas yang paling kompleks.

(28)

Gambar 2.20 Pendinginan Sebuah Balok Yang Panas Dengan Konveksi

Meskipun konveksi adalah kompleks, setelah diamati bahwa laju perpindahan panas secara konveksi berbanding lururs dengan perbedaan temperatur dan dapat ditulis dengan Hukum Newton tentang pendinginan

𝑞𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 = ℎ𝐴𝑆 (𝑇𝑠 − 𝑇∞) ... (9)

h merupakan koefisien perpindahan panas konduksi, As merupakan area

permukaan perpindahan panas, Ts merupakan temperatur permukaan benda, T∞ merupakan temperatur lingkungan sekitar benda.

2.11 Radiasi

Radiasi berbeda dengan mekanisme perpindahan panas secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara radiasi tidak membutuhkan kehadiran suatu material sebagai media perpindahan panas. Faktanya, energi yang ditransfer dengan radiasi adalah yang tercepat (secepat kecepatan cahaya) dan dapat terjadi pada ruangan vakum. Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi terjadi dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Pada radiasi, perpindahan panas dapat terjadi pada 2 benda yang memiliki temperatur yang tinggi dan dipisahkan oleh benda yang memiliki temperatur yang lebih rendah.

Dengan menganggap permukaan benda yang kecil As, emisifitas ε, dan kemampuan untuk menyerap α pada temperatur T yang terdiri dari keisotermalan yang besar dalam bentuk yang tertutup pada benda blackbody. Blackbody dapat didefenisikan sebagai pemancar dan penyerap radiasi yang sempurna. Pada temperatur dan panjang gelombang tertentu, tidak ada permukaan yang dapat memancarkan energi yang lebih banyak daripada blackbody. Blackbody menyerap semua radiasi tanpa memperhatikan panjang gelombang dan arahnya. Blackbody

(29)

juga memancarkan energi radiasi yang merata dalam segala arah dalam setiap unit area searah dengan arah emisi, yang disebut sebagai pemancar diffuse. Diffuse dapat diartikan sebagai arah yang bebas untuk berdiri sendiri. Hal ini dapat kita lihat pada gambar berikut

Gambar 2.21 Blackbody disebut sebagai Pemancar Dengan Arah yang Bebas

Energi radisi yang dipancarkan oleh sebuah blackbody tiap satuan waktu dan tiap satuan luasan area ditetapkan secara eksperimental oleh Joseph Stefan pada tahun 1879 dan dapat dituliskan

𝐸𝑏(𝑇) = 𝜎𝑇4 ... (10)

σ = 5,67 x 10−8W/𝑚2.𝑘4adalah konstanta Stefan-Boltzmann dan T adalah temperatur absolut dari suatu permukaan (K). Persamaan ini diverifikasi secara teori pada tahun 1884 oleh Ludwig Boltzman. Eb merupakan kekuatan emisifitas

blackbody.

2.12 Log Mean Temperature Differance (LMTD)

Nilai LMTD (Logarithmic Mean Temperature Difference) adalah nilai yang berkaitan dengan perbedaan temperatur antara sisi panas dan sisi dingin penukar panas.Dengan asumsi bahwa aliran pendingin mengalir dalam kondisi tunak (steady state), tidak ada kehilangan panas secara keseluruhan, tidak ada perubahan fase pendingin. Gambar 2.22 menggambarkan perubahan suhu yang dapat terjadi pada salah satu atau kedua fluida dalam penukar panas pada aliran

(30)

Gambar 2.22 Distribusi Suhu Dalam Air Heater Untuk Jenis Aliran Counterflow Sumber: Incropera,F.P. and D.P. Dewitt,1981

Keterangan:

Th,i = Temperatur inlet pada sisi panas, k Th,o= Temperatur outlet pada sisi panas, k Tc,i = Temperatur inlet pada sisi dingin, k Tc,o= Temperature outlet pada sisi dingin, k

Maka nilai LMTD dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 𝐿𝑀𝑇𝐷 =∆𝑇1−∆𝑇2 𝐿𝑁∆𝑇1∆𝑇2 = ∆𝑇2−∆𝑇1 𝐿𝑁∆𝑇2∆𝑇1 ... (11) Dimana ∆T1=Th,i-Tc,o ∆T2=Th,o-Tc,i

Untuk mencari perpindahan panas pada air heater ini dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

Q = U A LMTD JOULE ... (12) Dimana:

A = Luas perpindahan panas (𝑚2)

U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh

𝑈 = 1 1

ℎ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎+ 1 ℎ𝑔.𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔

(31)

2.13 Proses Pembentukan Uap

Sebagai fliuda kerja di ketel uap, umumnya digunakan air (H₂O) karena bersifat ekonomis, mudah di peroleh, tersedia dalam jumlah yang banyak, serta mempuyai kandungan entalpi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan fluida kerja yang lain.

Penguapan adalah proses terjadinya perubahan fasa dari cairan menjadi uap. Apabila panas diberikan pada air, maka suhu air akan naik. Naiknya suhu air akan meningkatkan kecepatan gerak molekul air. Jika panas terus bertambah secara perlahan-lahan, maka kecepatan gerak air akan semakin meningkat pula, hingga sampai pada suatu titik dimana molekul-molekul air akan mampu melepaskan diri dari lingkungannya (100°C) pada tekanan 1 [kg/cm²], maka air secara berangsur-angsur akan berubah fasa menjadi uap dan hal inilah yang disebut sebagai penguapan. Proses perubahan fasa air menjadi uap dapat digambarkan pada diagram T-S seperti gambar dibawah:

Gambar 2.23 Diagram T-S

Keterangan:

1-2 : Pipa-pipa evaporator pipa penguap 2-3 : Pipa-pipa superheater

1-3 : Proses pemanasan air dan uap pada ketel uap

Energi yang diperlukan untuk pembentuka uap saturasi pada ketel dapat dicari dengan rumus :

(32)

Dimana:

Qsat = Energi panas yang diperlukan untuk mengubah air menjadi uap(kJ/jam)

Ws = Kapasitas aliran uap (kg/jam) Hsat = Entalpi uap saturasi

2.14 Nilai Kalor (Heating Value)

Nilai kalor merupakan energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar tersebut. Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan oksigen (O₂) akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun padat. Selain itu, bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas beberapa unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N). Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini sangat ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau per satuan volume bahan bakar. Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di dalam bahan bakar.

Dikenal dua jenis pembakaran, yaitu: 1. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi

Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High

Heating Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air

dari proses pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran. Dirumuskan dengan:

HHV = 33950C + 144200 (H2 - O2/8) + 9400S kJ/kg ... ... (14) 2. Nilai Kalor Pembakaran Rendah

Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low

Heating Value (LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan uap air

(33)

Dirumuskan dengan:

LHV = HHV - 2400 (M + 9H2) kJ/kg ... (15)

2.15 Kebutuhan Udara Pembakaran

Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna yang meliputi :

a. Kebutuhan udara teoritis (Ut):

Ut = 11,5 C + 34,5 (H-O/8) + 4,32 S kg/kgBB... ... (16)

b. Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual (Us):

Us = Ut (1+α) kg/kgBB... (17) 2.16 Gas Asap

Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari sejumlah energi. Senyawa-senyawa yang merupakan hasil dari reaksi pembakaran disebut gas asap.

a. Berat gas asap teoritis (Gt)

Gt = Ut + (1-A)

kg/kgBB...(18) Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash) Gas asap yang terjadi terdiri dari:

➢ Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan bakar dengan O2 dari udara seperti CO2, H2O, SO2

➢ Unsur N2 dari udara yang tidak ikut bereaksi ➢ Sisa kelebihan udara

Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui: 1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO2

1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO2 1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H2O

(34)

Maka untuk menghitung berat gas asap pembakaran perlu dihitung dulu masing-masing komponen gas asap tersebut (Ir. Syamsir A.

Muin, Pesawat pesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:196) yaitu:

Berat CO2 = 3,66 C kg/kg Berat SO2 = 2 S kg/kg Berat H2O = 9 H2 kg/kg Berat N2 = 77% Us kg/kg Berat O2 = 23% 20% Ut

Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap: (Gs) = W CO2 + W SO2 + W H2O + W N2 + W O2...(19) b. Berat gas asap sebenarnya (Gs)

Gs = Us + (1-A)

kg/kgBB...(20)

Untuk menetukan komposisi dari gas asap didapatkan: Kadar gas = (W gas tersebut / W total gas) x 100%

2.17 Volume Gas Asap

Jumlah oksigen adalah 21% jumlah udara pembakaran. Maka:

V(o2) = 21% (Va)act

Pada persamaan tersebut belum termasuk oksigen yang dikandung dalam bahan bakar. Oksigen yang terdapat dalam bahan bakar tergantung persentasenya. Dengan demikian maka volume gas asap basah adalah :

...(21) Dimana :

Vg = Volume gas asap (m3/kgBB) C = Nilai Carbon bahan bakar S = Nilai Sulfur bahan bakar

(35)

H2 = Nilai Hidrogen bahan bakar

2.18 Perhitungan Efisiensi Ketel Uap

Daya guna (efisiensi) ketel uap adalah perbandingan antara konsumsi panas dengan suplai panas (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat konversi 1

(Ketel Uap) 1988:223).

Efisiensi ketel uap =Panas Pembentukan uap panas masuk

Efisiensi ketel uap (n) = Ws x (h3−h2)

wf x LHV ... (22)

Keterangan:

ws = Kapasitas produksi uap ( kg uap/jam ) wf = Konsumsi bahan bakar ( kg/jam ) h3 = Entalpi uap ( kJ/kg )

h2 = Entalpi air umpan/pengisi ketel ( kJ/kg ) LHV= Nilai kalor pembakaran rendah (kJ/kg)

Gambar

Gambar 2.1 Ketel Uap
Gambar 2.2 Ketel Uap Pipa Api
Gambar 2.3 Ketel uap Pipa Air
Gambar 2.4 Ketel Uap Tegak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, dengan menggunakan metode brainstorming akan membuat lingkungan bersifat bebas di mana setiap individu akan termotivasi untuk berpartisipasi menyatakan

Alat dan bahan yang digunakan dalan percobaan ini meliputi sampel air yang berasal dari yang ada pada salah satu kamar mandi di Fakultas Biologi, medium laktosa cair atau tabung

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Karakteristik Habitat Tempat Bersarang Lebah (Trigona Sp) Di Desa Pelat Kecamatan Untir Iwes Kabupaten Sumbawa

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang bermaksud akan mengadakan penelitian

orientasi kebijakan Pariwisata Budaya pada Pura Taman Ayun ditinjau dari local genius, maka kita berbicara mengenai konsep kehidupan masyarakat Bali pada umumnya dan

Tidak terjadi perubahan signifikan kadar testosteron dan estrogen serum pada tikus Sprague dawley betina hipotiroid dengan induksi propylthiouracil.. Kata

Dari hasil penelitian diketahui bahwa daya antiinflamasi rebusan kulit batang jambu mete dosis pemberian 1,25 ; 2,5 dan 5 g/kgBB tidak berbeda signifikan dengan indometasin

Untuk mengatasi kendala yang sering terjadi dilakukan dengan beberapa cara: untuk hal administrasi pihak pengadilan mempunyai mitra kerja lembaga yang khusus untuk