• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999)."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah

Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999).

Limbah adalah bahan atau sisa buangan yang dihasilkan oleh suatu proses produksi baik skala rumah tangga (Domestik) maupun industri yang kehadirannya pada suatu tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Soeheri, 2013).

b. Macam Limbah 1) Limbah Padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan dosmetik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat- tempat umum. Jenis– jenis limbah padat : kartas, kayu, kain, karet/ kulit tiruan, plastik, metal, gelas/ kaca, organik, bakteri, kulit telur, dan lain-lain (Soeheri, 2013).

(2)

7

2) Limbah Cair

Limbah cair adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair (Peraturan Pemerintah 82 tahun 2001). Segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta buangan yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air (Soeheri, 2013).

3) Limbah Gas

Limbah Gas adalah tercemarnya udara oleh beberpa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfor dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimia), karbon mooksida dan timah (Soeheri, 2013).

4) Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 th 1999 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/ atau konsentrasinya dan/ atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Definisi Limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(3)

8

(toxicity, flammability, reactivity dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

c. Identifikasi Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 limbah dapat diidentifikasi menurut sumber dan uji karakteritik atau uji toksikologi, berikut ini merupakan karakteristik limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 7 meliputi:

1) Sumber limbah B3 dibedakan menjadi sebagai berikut : a) Limbah B3 sumber spesifik

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.

b) Limbah B3 sumber tidak spesifik

Limbah B3 bersumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi (indikator korosi), pelanggan kerak, pengemasan dan lain- lain.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

14

3) Uji Toksikologi

Menentukan sifat akut dan kronik limbah

a) Sifat akut limbah uji hayati untuk mengukur hubungan dosis respon antara limbah dengan kematian hewan uji, untuk mendapatkan nilai LD50 (Lethal Dose Fifty). Apabila nilai LD50> 50 mg/ kg berat badan (Lampiran III Peraturan Pemerintah 85 tahun 1999) maka dilakukan Evaluasi sifat kronis.

b) Sifat kronis limbah

Penentuan sifat kronis limbah dengan mencocokan toksik, mutagenik, karsiogenik dengan zat pencemar limbah yang ada dalam limbah tersebut dengan Lampiran III Peraturan Pemerintah 85 tahun 1999.

d. Perijinan Pengelolaan Limbah B3

Menurut Undang- undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa pada “BAB VII” Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun”

Bagian Kedua

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pasal 59 Ayat :

1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.

(10)

15

2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.

3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya. 5) Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota wajib mencantumkan

persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin. 6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.

7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Menurut KepmenLH No. 30 tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan Dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun pada pasal 5 ayat :

1) Badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah B3 wajib mengajukan permohonan izin kepada:

a) Gubernur untuk izin pengumpulan limbah B3 skala Provinsi; atau

(11)

16

b) Bupati/walikota untuk izin penyimpanan sementara dan izin pengumpulan limbah B3 skala kabupaten/kota.

2) Permohonan izin penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pemohon dengan mengisi dan melengkapi formulir permohonan izin serta persyaratan administrasi dan teknis

e. Pengelolaan Limbah B3

1) Definisi Pengelolaan Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan pengelolaan dan penimbunan limbah B3. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan.

2) Tujuan Pengelolaan Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 menyebutkan bahwa pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.

(12)

17

3) Prosedur Pengelolaan Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menggunakan B3 dan atau menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan atau menimbun limbah B3. Pengelolaan dan atau penimbunan limbah B3 dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkan itu kepada pengolah dan atau penimbun limbah B3.

a) Reduksi Limbah

Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan beracun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegitan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999).

b) Pengemasan Limbah B3

Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya (Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001). Proses pengemasan limbah berdasarkan lampiran keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995 yang isinya antara lain mengenai;

(13)

18

c) Persyaratan umum kemasan yaitu :

(1) Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.

(2) Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakterisitik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam pengemasannya

(3) Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik High-density polyethylene (HDPE), Polypropylene (PP) atau Polyvinyl chloride (PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, Stainless Steel Grade 304, Stainless Steel Grade 316 atau Stainless Steel Grade 40) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.

d) Prinsip pengemasan limbah B3

(1) Limbah-Limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah bahan yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan; (2) Untuk mencegah risiko timbulnya bahaya selama

penyimpanan, maka jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan

(14)

19

terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan. (3) Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam

kondisi yang tidak layak (misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan limbah B3.

(4) Terhadap kemasan yang telah berisi limbah diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.

(5) Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung jawab pengelolaan limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpul atau pengolah) untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran pada kemasan akibat korosi atau faktor lainnya.

(6) Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.

(15)
(16)

21

(2) Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak kontainer tertutup dengan kapasitas 2 M3, 4 M3atau 8 M3;

(3) Limbah B3 yang disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki karakteristik yang sama, atau dengan limbah lain yang memiliki karakteristik sama;

(4) Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih aman, limbah B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalam kantong kemasan yang tahan terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas dalam kemasan dengan memenuhi butir (2). (5) Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan mempertimbangkan karakteristik dan jenis limbah, pengaruh pemuaian limbah, pembentukan gas dan kenaikan tekanan selama penyimpanan. (a) Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan

ruangan untuk pengembangan volume dan pembentukan gas;

(17)

22

(b) Untuk limbah B3 yang beraksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan ruang kosong dalam kemasan;

(c) Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan kenaikan tekanan dari dalam dan dari luar kemasan.

(6) Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus;

(a) Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan pada kemasan limbah B3;

(b) Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalam nya; (c) Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan

untuk penyimpanan limbah B3 serta mematuhi tata cara penyimpanan nya.

(7) Terhadap drum/ tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan di tempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan seminimalnya 1 (satu) minggu satu kali. (a) Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami

(18)

23

B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam drum/ tong yang baru, sesuai dengan ketentuan butir 1 di atas.

(b) Apabila terjadi ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut harus diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan di dalam kemasan limbah B3 terpisah.

(8) Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 dengan karakteristik:

(a) Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau (b) Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas

sebelumnya.

Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak cocok, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai kemasan limbah B3 dengan memenuhi ketentuan butir 1 di atas.

(9) Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan di tempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang tidak

(19)

24

saling sesuai sebelumnya, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang label “KOSONG” sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan limbah B3.

(10) Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai limbah B3.

f) Tata Cara Pemberian Simbol dan Label B3

Setiap kemasan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999). Ketentuan lebih lanjut mengenai simbol dan label limbah B3 ditetapkan dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 05 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun dalam lampiran tentang Pemasangan Simbol dan Label Limbah B3.

(1) Simbol pada kemasan limbah

Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

(a) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik limbah yang dikemasnya. Jika suatu limbah memiliki karakteristik lebih dari satu, maka

(20)

25

simbol yang dipasang adalah simbol dari karakteristik yang dominan, sedangkan jika terdapat lebih dari satu karakteristik dominan (predominan), maka kemasan harus ditandai dengan simbol karakteristik campuran;

(b) Ukuran minimum yang dipasang adalah 10 cm x 10 cm atau lebih besar, sesuai dengan ukuran kemasan yang digunakan;

(c) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau pelat logam) dan harus melekat kuat pada permukaan kertasnya; (d) Dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak

terhalang oleh kemasan lain dan mudah dilihat; (e) Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan

diganti dengan simbol lain sebelum kemasan dikososngkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3;

(f) Kemasan yang telah dibersihkan dari limbah B3 dan akan dipergunakan kembali untuk mengemas limbah B3 harus diberi label “ KOSONG “.

(21)

26

(2) Simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3

Simbol yang dipasang pada kendaraan pengangkut limbah B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

(a) Jenis simbol yang dipasang harus satu macam simbol yang sesuai dengan karakteristik limbah yang diangkutnya;

(b) Ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar, sebanding dengan ukuran boks pengangkut yang ditandainya;

(c) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air hujan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau pelat logam) yang menggunakan bahan warna simbol yang dapat berpendar (flourescence); (d) Dipasang di setiap sisi boks pengangkut dan bagian

muka kendaraan serta harus dapat terlihat dengan jelas dari jarak lebih kurang 30 meter,

(e) Simbol tidak boleh dilepas atau diganti dengan simbol lain sebelum muatan limbah B3 dikeluarkan serta kendaraan telah dibersihkan dari sisa limbah B3 yang tertinggal.

(22)

27

(3) Simbol pada tempat penyimpanan limbah B3

Gudang tempat penyimpanan limbah B3 harus ditandai dengan simbol dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut :

(a) Simbol dipasang pada setiap pintu tempat penyimpanan limah B3 dan bagian luar dinding yang tidak terhalang;

(b) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan katakteristik-karakteristik limbah yang disimpannya;

(c) Ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar, sehingga tulisan pada simbol dapat terlihat dari jarak 20 meter.

(d) Terbuat dari bahan yang tahan goresan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau pelat logam);

(e) Selama tempat penyimpanan masih difungsikan, simbol tidak boleh terlepas atau dilepas atau diganti dengan simbol lain, kecuali jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang berlainan.

(23)
(24)
(25)
(26)

31

g) Penyimpanan Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 menyebutkan bahwa penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999). Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan instansi yang bertanggung jawab.

Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengolahan dan atau pemanfaatan dan atau penimbunan limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999). Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999).

(27)

32

Kegiatan pengumpulan limbah B3 wajib memenuhi ketentuan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 30) sebagai berikut; memperhatikan karakteristik limbah B3, mempunyai laboratorium yang dapat mendeteksi karakteristik limbah B3 kecuali uji toksikologi, memiliki perlengkapan untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan, memilik konstruksi bangunan kedap air dan bahan bangunan yang disesuaikan dengan karakteristik limbah B3, serta mempunyai lokasi pengumpulan bebas banjir.

h) Bangunan Penyimpanan Limbah B3

Penyimpanan limbah B3 dilakukan di tempat penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan. Tempat penyimpanan limbah B3 yang dimaksudkan adalah yang wajib memenuhi syarat-syarat (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 29) sebagai berikut:

(1) Lokasi bebas banjir, tidak rawan bencana dan di luar dinding kokoh sesuai dengan rencana tata ruang. (2) Rencana bangunan disesuaikan dengan jumlah,

karakteristik limbah B3, dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan.

(3) Tempat penyimpanan limbah B3 memenuhi ketentuan antara lain memperhatikan karakteristik limbah B3, mempunyai laboratorium yang dapat mendeteksi

(28)

33

karakteristik limbah B3, perlengkapan untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan, konstruksi yang kedap air, dan lokasi penyimpanan bebas banjir.

i) Rekapitulasi Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan B3 pasal 11 menyebutkan bahwa penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan, tentang:

(1) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkan limbah Berbahaya dan Beracun.

(2) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah Berbahaya dan Beracun.

(3) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.

j) Reporting Limbah B3

Penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat untuk di ekspor, serta kepada pengolah dan atau penimbun limbah B3 tidak mengurangi tanggung jawab penghasil limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkan, sehingga penghasil tetap bertanggung jawab dengan limbah B3 yang dihasilkan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan B3 pasal 9).

(29)

34

Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3 sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan kepada instansi yang terkait dan Bupati atau Walikotanya Kepala Daerah Tingkat II yang berdangkutan (Keputusan Kepala Bapedal No. 225 tahun 1996).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 catatan limbah B3 dipergunakan untuk inventarisasi jumlah limbah yang dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan dalam pengelolaan limbah B3.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 menyebutkan bahwa pengumpul B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3 sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan kepada instansi yang terkait Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah tingkat II yang bersangkutan. Penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan, dan atau penimbun limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Pengangkutan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Menteri Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 penyerahan limbah B3 oleh penghasil dan atau pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah kepada pengangkut

(30)

35

wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah B3.

(31)

36

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan :

: Tidak dibahas dalam laporan.

Gambar 2. 10. Bagan Kerangka Pemikiran Proses Produksi

Limbah Gas Produk

1. Limbah Padat 2. Limbah Cair 3. Limbah B3 Identifikasi Limbah B3 1. Menurut Sumbernya 2. Berdasarkan Karakteristik 3. Berdasarkan Uji Toksikologi Pengelolaan Limbah B3: 1. Reduksi 2. Pengumpulan 3. Penyimpanan 4. Pelabelan dan pemberian simbol 5. Pengangkutan 6. Pengolahan 7. Rekapitulasi Data 8. Reporting Perijinan Pengelolaan Limbah B3 Limbah Gas

Gambar

Gambar 2. 10. Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan survey Accenture 2016 minat masyarakat terhadap pernggantian dari pelayanan kesehatan konvensional dengan sistem digital menunjukkan 5% positif, 17% merespon

Penelitian ini merupakan analisis kelayakan bisnis Es Bang Jo’e di Purwokerto berdasarkan perencanaan. Penyusunan rencana bisnis Es Bang Jo’e terdiri dari beberapa

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah delima terstandar yang mengandung 40% ellagic acid terhadap ekspresi kolagen tipe I dan derajat

33 memahami setiap siswanya yang berbeda-beda sifat dan perilakunya; praktikan dapat kreatif dalam mengembangkan metode dan media pembelajaran sehingga proses

This study is aimed to (a) the reliability of the English summative test for the second semester of the second grade of SMA Muhammadiyah 1 Palangka Raya.. (b) the

Mekanisme sulfit dalam pencegahan reaksi pencoklatan non-enzimatis yaitu sulfit akan membelokir gugus karbonil dari gula reduksi, akibatnya asam amino tidak dapat bereaksi dengan

Setelah didiskusikan dengan mitra, untuk lebih meningkatkan efisiensi dan kapasitas pemanggangan, baking oven pada program peningkatan kapasitas produksi ini menggunakan

Penyajian permainan yang dikembangkan terutama untuk pelajaran matematika pada materi balok diharapkan mampu memberi efek yang menarik terhadap siswa tunarungu agar