101
HUBUNGAN ANTARA PARITAS, UMUR IBU DAN UMUR KEHAMILAN DENGAN
KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012
Mu’tarifah Billah, Lismawati Affandi
Abstrak.
Infeksi merupakan penyebab ketiga kematian ibu di Indonesia dimana 65 % penyebab infeksi dikarenakan ketuban pecah dini. Salah satu faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah paritas, umur ibu dan umur kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas, umur ibu dan umur kehamilan terhadap kejadian KPD di RSUD Kota Tasikmalaya tahun 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional,populasi semua ibu hamil yang mengalami KPD di RSUD Kota Tasikmalaya dari januari-juni 2012,dengan menggunakan total sampling, instrument menggunakan format rekapitulasi dan menggunakan analisa bivariat. Jumlah ibu hamil yang mengalami KPD periode januari-juni 2012 yaitu 818 orang. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian KPD, dengan p value 0,006. Terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian KPD dengan p value 0,000. Terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian KPD, dengan p value 0,002. Untuk Hasil penelitian ini menjadi sumbang saran bagi instansi kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan program Kesehatan Ibu hamil dan bersalin dengan cara memberikan penyuluhan atau konseling tentang tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan khususnya mengenai KPD.
Kata kunci : paritas, umur ibu, umur kehamilan, KPD. Daftar Pustaka : 15 ( 2002-2012)
RELATIONSHIP BETWEEN PARITY, AGE AND AGE OF MOTHER WITH
PREGNANCY IN THE EVENT PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE IN
TASIKMALAYA CITY HOSPITAL 2012
Abstract
Infection is the third cause of maternal death in Indonesia where 65% of the causes of infection due to premature rupture of membranes. One of the factors predisposing to premature rupture of membranes is the parity, maternal age and gestational age. This study aims to determine the relationship between parity, maternal age and gestational age on the incidence of KPD in Tasikmalaya City Hospital in 2012. This study uses cross sectional design, the population of all pregnant women of KPD in hospitals from January-June 2012, using the total sampling, instrument use summary format and use a bivariate analysis. The number of pregnant women have KPD period January-June 2012 is 818 people. There is a relationship between parity with the incidence of KPD, with p value 0.006. There is a relationship between maternal age with KPD incident with p value 0.000. There is a relationship between the incidence of gestational age with KPD, with p value 0.002. For the results of this study to be contributions for health agencies in order to improve the health care program Pregnant women and maternity by providing counseling or counseling about danger signs in pregnancy and childbirth, especially the KPD.
102
A.
Pendahuluan
AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI
mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. AKI merupakan
salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target
yang telah ditentukan dalam tujuan Pembangunan Nasional atau Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu, yaitu mencapai angka 102/100.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB adalah 17/ 1000 kelahiran hidup.
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan tahun
sebelumnya menampilkan kecenderungan terjadi penurunan (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat,
2007).
Penataan Sistem Informasi Kesehatan Kota sangat penting artinya, yaitu sebagai sarana penyedia
indikator-indikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya Kota Sehat.
Indikator yang sering digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat
kematian. Secara umum tingkat kematian berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya
merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian. Beberapa Angka Kematian yang sering
digunakan sebagai indikator adalah Angka Kematian kasar (Crude Death Rate/CDR), Angka
Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR), angka Kematian Anak Balita (Child Mortality rate/CMR)
dan angka Kematian Ibu bersalin (Maternal Mortality Rate/MMR).
Tahun 2010 di Kota Tasikmalaya jumlah kelahiran bayi sebanyak 14.335 bayi, jumlah bayi lahir
mati sebanyak 49 bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya (96 bayi).
Sedangkan untuk jumlah kematian bayi di Kota Tasikmalaya tahun 2010 sebanyak 147 bayi,
103 Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2011 sebanyak 144 bayi yang mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yaitu 147 bayi. Meskipun sudah mengalami penurunan pada tahun 2011 tetapi
AKB masih tergolong sangat tinggi. Oleh karena itu, program penurunan Jumlah Kematian Bayi di
Kota Tasikmalaya harus terus dilakukan, baik itu oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada umumnya,
maupun khususnya yang dilakukan oleh jajaran Dinas kesehatan kota Tasikmalaya. ( Dinas Kota
Tasikmalaya )
Jumlah kematian ibu di Kota Tasikmalaya berdasarkan data laporan program KIA Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2010 didapatkan seperti dapat dilihat pada grafik 4.1. dibawah ini
Grafik 1.1.
Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Puskesmas Di Kota Tasikmalaya Tahun 2010
Sumber: Laporan Program Kesehatan Ibu Dinkes Kota Tasikmalaya Tahun 2010
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah kematian ibu pada tahun 2010 sebanyak 23
kasus. Jumlah kematian ibu pada tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2009 yaitu
sebanyak 19 kasus. Pada grafik di bawah ini dapat dilihat fluktuasi jumlah kematian ibu dari tahun
104 Grafik 1.2
Fluktuasi Jumlah Kematian Ibu Dari Tahun 2008 – 2010Di Kota Tasikmalaya
13
19
23
0 5 10 15 20 25
2008 2009 2010
Sumber: Laporan Program Kesehatan Ibu Dinkes Kota Tasikmalaya Tahun 2010
Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun 2010. Pada tahun
2010 AKI sejumlah 23 orang sedangkan tahun 2011 sejumlah 28 orang . Pada grafik di bawah ini
dapat dilihat fluktuasi jumlah kematian ibu dari tahun 2008 – 2011 yang menunjukkan kecenderungan
terjadi kenaikan kasus kematian ibu
Grafik 1.3
Fluktuasi Jumlah Kematian Ibu Dari Tahun 2008 – 2011 Di Kota Tasikmalaya
13
19
23
28
0 5 10 15 20 25 30
2008 2009 2010 2011
105 Dibawah ini merupakan 10 diagnosa terbanyak yang berada di VK RSUD Kota Tasikmalaya.
Tabel 1.1
10 Diagnosa Terbanyak di Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya
Periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2011
Sumber: Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya Periode 1Januari sampai dengan 31 Desember 2011
Berdasarkan data di atas, bahwa dari 10 Diagnosa Terbanyak di Ruang VK RSUD Kota
Tasikmalaya Periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2011 yang merupakan diagnosa
yang sering ditemukan yaitu Ketuban Pecah Dini (KPD).
106 Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan merupakan masalah yang besar di
bidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas
perinatal dan maternal.
Kejadian KPD dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor selaput ketuban, faktor
infeksi, faktor sosial ekonomi, faktor ibu dan faktor janin.
Faktor ibu yang paling dominan dalam terjadinya ketuban pecah dini yaitu dari faktor paritas ,
umur ibu dan usia kehamilan yang merupakan pertimbangan dalam penanganan KPD (Saifudin,
2002).
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai seorang wanita (BKKBN, 2006).
Sedangkan menurut Manuaba, paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Menurut
prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia
luar (varney,2006), multipara adalah wanita yang pernah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali
(prawirohardjo,2009) sedangkan grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak
atau lebih (varney, 2006). Pada kejadian KPD, yang paling rentan terjadi yaitu pada primipara dan
grandemultipara. Ini disebabkan karena organ reproduksi yang kemungkinan tidak siap ataupun
kurang siap karena kehamilan pertama atau untuk kehamilan yang lebih dari 3 kali.
Usia ibu hamil mempengaruhi dalam berbagai kemungkinan terjadinya komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan. Batas usia yang aman untuk hamil dan melahirkan adalah dari 20 tahun
sampai 35 tahun karena organ reproduksi wanita telah siap dan matang untuk dibuahi pada usia
tersebut, sedangkan usia yang memiliki resiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan adalah pada usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Usia kehamilan tidak kalah pentingnya dalam menentukan terjadinya komplikasi pada kehamilan,
pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu merupakan usia kehamilan yang
beresiko tinggi terhadap terjadinya komplikasi, sedangkan pada usia 37 minggu sampai 42 minggu
107 Tabel 1.2
Profil Persalinan di RSUD Kota Tasikmalaya tahun 2010 dan 2011
JENIS TAHUN KENAIKAN
2010 2011
Persalinan 3107 3566 459
Kehamilan dengan KPD
466 868 402
Sumber : Rekam Medis RSUD Kota Tasikmalaya
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara
Paritas, Umur ibu dan Umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
Dari Mengidentifikasi Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
a. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012
b. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012
c. Untuk mengetahui hubungan antara umur kehamilan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
(KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012
B.
KAJIAN LITERATUR
Pillitteri, Adele(2002) menyatakan Ketuban Pecah Dini (KPD) dapat mengancam kehidupan ibu
maupun janin, khususnya jika hal ini terjadi pada kehamilan preterm. Setelah selaput ketuban
mengalami ruptur, perlindungan terhadap janin akan hilang sehingga memudahkan terjadinya
hubungan langsung antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim, yang dapat mengarah terjadinya
infeksi.
Hanifa (2005) mendefinisikan Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of
the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus : yaitu bila pembukaan pada
108 Varney (2004) mendefinisikan Ketuban Pecah Dini (KPD) sebagai pecahnya membran sebelum
waktu persalinan, tanpa memperhatikan umur kehamilan.
Moegni mengemukakan bahwa banyak teori yang menyebabkan Ketuban Pecah Dini (KPD),
mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar kasus disebabkan
oleh infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen
pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan.
1. Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Karakteristik Ibu
a) Faktor usia
Usia 20–30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan, akan tetapi di
negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar
dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi
yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2–7 %
dan tinggi badan 1 %. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya Ketuban Pecah Dini, usia
wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang
dari 20 thn). Hubungan peningkatan usia terhadap Ketuban Pecah Dini adalah sama dan
meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Organ reproduksi yang belum
siap untuk proses kehamilan dan persalinan merupakan suatu alasan penting kenapa wanita usia
kurang dari 20 tahun memiliki resiko tinggi terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD). Sedangkan
wanita usia diatas 35 tahun memiliki resiko yang tinggi dikarenakan tubuh dan organ
reproduksi yang semakin melemah efektifitasnya sehingga kemungkinan besar akan terjadi
komplikasi saat kehamilan,salah satunya ketuban pecah dini.
b) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN,
2006). Menurut Prawirohardjo (2009;32), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara
109 Klasifikasi paritas
1) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk
hidup di dunia luar (Varney, 2006;310)
2) Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali
(Prawirohardjo, 2009; 66). Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau
lebih (Varney, 2006; 332).
3) Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau
mati (Rustam, 2005; 87). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih (Varney, 2006; 332).
Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman. Paritas 1 dan lebih dari 3 merupakan
paritas yang berisiko. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang
lebih baik, sedangkan paritas lebih dari 3 dapat dicegah dengan keluarga berencana ( Saiffudin
,2002;62)
c) Umur Kehamilan
Usia kehamilan tidak kalah pentingnya dalam menentukan terjadinya komplikasi pada
kehamilan, pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu merupakan
usia kehamilan yang beresiko tinggi terhadap terjadinya komplikasi, sedangkan pada usia 37
minggu sampai 42 minggu merupakan rentan waktu yang memiliki resiko komplikasi
kehamilan yang lebih rendah.
Ketuban pecah dini pada trimester kedua mungkin disebabkan oleh serviks yang tidak
lagi mengalami kontraksi (inkompeten) (Persis M.H, 2002 ; 87).
Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin, khususnya jika hal ini terjadi di awal
kehamilan karena setelah ruptur membran amnion perlindungan terhadap janin hilang sehingga
110
C. Metode
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tasikmalaya pada bulan Juli 2012. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota
Tasikmalaya dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni Tahun 2012 yaitu sebanyak 818 orang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional,
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Penelitian ini, akan melihat tentang hubungan antara paritas, umur ibu dan umur kehamilan
dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
D. Hasil dan Pembahasan
Dengan menggunakan uji statistik chi- square dengan tingkat kemaknaan 5 % ( α = 0.05 ) .
berikut merupakan hasil analisis univariat dan analisis bivariat :
1. Analisis Univariat
a. Kejadian KPD pada Ibu Hamil di RSUD Kota Tasikmalaya
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012
NO KPD f Persentasi (%)
1 Preterm 689 84,2
2 Aterm 129 15,8
Jumlah 818 100
Sumber : Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya 2012
Berdasarkan tabel diatas dari 818 ibu hamil yang mengalami KPD, didapatkan ibu hamil yang
mengalami KPD saat preterm sebanyak 689 orang (84,2%) dan saat aterm sebanyak 129 orang
111
b. Paritas
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD)
berdasarkan paritas di RSUDKota Tasikmalaya Tahun 2012
NO Paritas f Persentasi (%)
1 Resiko Rendah (2-3anak) 395 48,3
2 Resiko Tinggi (1&>3anak) 423 51,7
Jumlah 818 100
Sumber : Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya 2012
Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada ibu
hamil berdasarkan paritas yang beresiko rendah (2-3anak) sebanyak 395 kasus(48,3%) dan yang
beresiko tinggi (1 & >3anak) sebanyak 423 kasus (51,7%).
c. Umur Ibu
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD)
berdasarkan umur di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012
NO Umur ibu F Persentasi (%)
1 Resiko Rendah (20-35 thn) 497 60,8
2 Resiko Tinggi (<20&>35th) 321 39,2
Jumlah 818 100
Sumber : Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya 2012
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada ibu
hamil berdasarkan umur ibu yang beresiko rendah (20-35 tahun) sebanyak 497 kasus (60,8%) dan
112 d. Umur Kehamilan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD)
berdasarkan umur kehamilan di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012
NO Umur Kehamilan f Persentasi (%)
hamil berdasarkan umur kehamilan yang beresiko rendah (37-42minggu) sebanyak 497 kasus
(60,8%) dan yang beresiko tinggi (<37 & > 42 minggu) sebanyak 321 kasus (39,2%).
1. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tabel 4.5
Hubungan antara paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012
Paritas KPD Total OR
Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan resiko rendah dan jumlah kejadian terbanyak berada pada ibu
113 Ketuban Pecah Dini (KPD) ada sebanyak 423 orang (51,7%) dengan jumlah kejadian terbanyak
berada pada ibu preterm yaitu sebanyak 371 orang (87,7%).
Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh bahwa nilai p value=0,006. Dari hasil
penelitian nilai p value lebih kecil daripada nilai alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian Ketuban Pecah
Dini (KPD). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,579, artinya ibu hamil yang tergolong
pada resiko tinggi berdasarkan paritas berpeluang 0,579 kali terjadi Ketuban Pecah Dini
dibandingkan dengan ibu hamil yang tergolong pada resiko rendah.
b. Hubungan antara umur ibu dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tabel 4.6
Hubungan antara umur ibu dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012
Umur ibu KPD Total OR 95%
Sumber : Penelitian Juli 2012
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa ada 497 (60,8%) ibu yang mengalami
Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan umur resiko rendah dan jumlah kejadian terbanyak berada
pada ibu preterm yaitu sebanyak 442 orang (88,9%). Sedangkan ibu yang mengalami Ketuban
Pecah Dini (KPD) dengan umur yang beresiko tinggi ada sebanyak 321 (39,2%) dan jumlah
114 Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh bahwa nilai p value=0,000. Dari hasil
penelitian nilai p value lebih kecil daripada nilai alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian Ketuban Pecah
Dini (KPD). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,408, artinya ibu hamil yang tergolong
pada resiko tinggi berdasarkan umur ibu berpeluang 2,408 kali terjadi Ketuban Pecah Dini
dibandingkan dengan ibu hamil yang tergolong pada resiko rendah.
c. Hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tabel 4.7
Hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012
Umur
dengan umur kehamilan beresiko tinggi ada sebanyak 321 orang (39,2%), dengan jumlah kejadian
terbanyak berada pada ibu preterm yaitu 287 orang (89,4%).
Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh bahwa nilai p value=0,002. Dari hasil
penelitian nilai p value lebih kecil daripada nilai alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara umur kehamilan dengan kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,501 , artinya ibu hamil
yang tergolong pada resiko tinggi berdasarkan umur kehamilan berpeluang 0,501 kali terjadi
115
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antar paritas umur ibu dan umur kehamilan dengan kejadian KPD di RSUD Kota
Tasikmalaya tahu 2012.
Referensi
Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta;YBPSP.
Arikunto, S. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta
Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta;Rineka Cipta
Prawirohardjo,Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta;PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Syaifuddin.A.B.2002.Ketuban Pecah Dini dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Buku Pustaka Suwarno Prawihardjo.
Saifuddin, Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta;YBP-SP
Varney, Hellen,dkk.2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan,volume2. Jakarta;EGC