• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF STAD PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR. Sumariyati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF STAD PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR. Sumariyati"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah

Vol. 11, No. 1, Januari - April 2021

ISSN 0854-2172

IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF STAD PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KELILING DAN LUAS

BANGUN DATAR

Sumariyati

SD Negeri Sidoharjo, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah Smyati@gmail.com

Abstract

The learning outcomes of fourth graders at SD Negeri Sidoharjo in learning mathematics about the circumference and area of flat shapes are still low. To overcome this, the researchers tried to use a learning strategy that was in accordance with the material, namely the STAD cooperative learning model. The purpose of this study was to describe the use of the model and find out how much there was an increase in learning mathematics. The research method used is classroom action research. The subjects of this study were fourth grade students, with a total of 17 children. The data source uses 2 data, namely primary data and secondary data. The data collection technique used a test technique, namely a written test and non-test, namely observation. To validate the data the researchers used data triangulation. Data analysis in this study used comparative descriptive data analysis. Research with 2 cycles, each cycle consists of 2 meetings. The success indicator in this study was more than 89% of students reached the KKM. The results of the study obtained an increase in student learning outcomes from the initial condition to the final condition. This increase can be seen in the average value of the initial conditions, cycle I and cycle II have increased from 66.88 to 71.18 and in the second cycle to 87.35. While the increase in mastery learning from 47.06% to 88.24%.

Keywords: STAD cooperative; mathematics; two-dimentional figuree.

Abstrak

Hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri Sidoharjo dalam pembelajaran matematika materi keliling dan luas bangun datar masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mencoba menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yaitu model pembelajaran kooperatif STAD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan model dan mengetahui seberapa besar adanya peningkatan yang ditimbulkan pada pembelajaran matematika. Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV, dengan jumlah 17 anak. Sumber data menggunakan 2 data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes yaitu dengan tes tertulis dan non tes yaitu observasi. Untuk memvalidasi data peneliti menggunakan triangulasi data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif komparatif. Penelitian dengan 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari 2 pertemuan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini lebih dari 89% peserta didik mencapai KKM. Hasil penelitian yang diperoleh terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik dari kondisi awal sampai kondisi akhir. Peningkatan tersebut terlihat dalam nilai rata-rata kondisi awal, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 66,88 menjadi 71,18 dan pada siklus II menjadi 87,35. Sedangkan peningkatan ketuntasan belajar dari 47,06% menjadi 88,24 %.

© 2021 Dinamika

Kata Kunci: bangun datar; kooperatif STAD; matematika.

(2)

PENDAHULUAN

Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motornya tidak ada maka aktivitas tidak akan terjadi dan bila motornya lemah aktivitas yang terjadi pun akan lemah. Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna dan bermanfaat baginya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Untuk meningkatkan motivasi belajar pendidik harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik baik karakteristik mata pelajaran, karakteristik peserta didik maupun karakteristik lingkungan belajar. Metode atau model pembelajaran yang dipilih harus dapat menarik minat peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik bukan hanya terbatas pada aktivitas pendidik saja.

Pada pembelajaran matematika Materi Keliling dan Luas Bangun Datar kelas IV SD Negeri Sidoharjo semester II tahun 2018/2019 peserta didik terlihat kurang aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran hanya didominasi oleh pendidik melalui metode yang monoton sehingga hasil belajar peserta didik sangat rendah. Dari 17 peserta didik hanya 8 peserta didik yang tuntas KKM yang ditentukan yaitu 71. Itu berarti kurang dari 50 % peserta didik yang tuntas KKM. Lemahnya daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran disebabkan kurangnya minat dan motivasi belajar bagi peserta didik.

Penyajian pembelajaran matematika tidak harus diawali dengan teorema atau definisi, tetapi harus disesuaikan dengan taraf perkembangan berpikir peserta didik. Apalagi untuk tingkat SD, mereka belum mampu seluruhnya berpikir deduktif dengan objek yang abstrak. Pendekatan yang induktif dan menggunakan objek yang konkret merupakan sarana tepat untuk membelajarkan matematika, karena kemampuan berpikir peserta didik Sekolah Dasar masih dalam tahap operasional konkret. Jadi pendidik harus mampu menerapkan konsep matematika itu secara langsung kepada peserta didik.

Pembelajaran matematika sering kali menjadi momok seram bagi sebagian besar peserta didik. Banyak faktor penyebab atas terjadi hal tersebut, bisa jadi dari lingkungan yang tidak kondusif ataupun pendidik yang belum berkompeten dalam rangka memahamkan peserta didiknya. Setiawan dan Sulistiani (2019) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika diperlukan adanya semacam keterampilan, keterampilan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan ketiga keterampilan tersebut peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensi dirinya. Karena pada pembelajaran matematika sejatinya mengajarkan pada peserta didik untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi, jika peserta didik mampu menyelesaikan masalah tersebut, tentunya hal ini dapat berdampak dengan kehidupannya. Peserta didik dengan kepekaan yang dimiliki selalu mencari solusi yang tepat atas permasalahannya.

Identifikasi dini mengenai ihwal kesulitan pembelajaran matematika pada peserta didik dirasa perlu. Pendidik dalam hal ini berperan sebagai fasilitator harusnya mengetahui lebih awal, apakah yang menjadi ganjalan peserta didik sulit untuk menerima pelajaran, apakah dari faktor lingkungan, dalam hal ini pertemanan, atau faktor keluarga yang tidak memberi semangat untuk belajar, ataupun pendidik yang harus melakukan perabaan diri agar menjadi lebih kompeten. Andri, dkk (2020) terdapat tiga faktor kesulitan pembelajaran matematika yaitu berdasar peserta didik, pendidik, serta lingkungan keluarga. Jika penyebabnya adalah individu peserta didiknya, maka terdapat ciri-ciri yang ditandainya seperti peserta didik menyibukkan diri dengan bermain bersama teman, menyepelekan pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik, dilain itu, pun terdapat peserta didik yang memang lemah tingkat intelegensinya dengan ditandai kecepatan peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Lain halnya jika penyebab atas menurunnya tingkat belajar

(3)

metode dan media yang digunakan. Barang pasti faktor ketiga yaitu lingkungan keluarga yang tidak mendukung, dalam hal ini terjadi kelalaian orang tua untuk mengingatkan buah hatinya bila ada pekerjaan sekolah yang harus segera diselesaikan.

Lain halnya dengan servis yang diberikan pendidik pada peserta didik. Handayani dan Mahrita (2021) menyebutkan bahwa faktor fisiologis menjadi salah satu faktor penghambat pembelajaran matematika peserta didik. Faktor fisiologis berhubungan erat dengan kondisi fisik, dalam hal ini pancaindra mempunyai peran aktif dalam menangkap semua informasi, entah mata maupun telinga kedua pancaindra tersebut memosisikan tingkat kepamahaman seseorang. Serupa itu, antara pendidik dan peserta didik harus menjaga pancaindra masing-masing. Karena jika peserta didik tidak memadukan indra penglihatan dengan pendengaran dapat dipastikan terdapat barangkali satu atau lebih informasi yang tertinggal. Begitu pun pendidik harus mengintegrasikan indra mata dan telinga untuk memerhatikan gerak peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

Pendidik dalam struktur pembelajaran ialah sebagai fasilitator agar peserta didik dapat menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan. Tetapi sering kali pendidik menjauhkan langkahnya untuk meningkatkan kemampuan diri dengan tetap konsisten menggunakan model pembelajaran yang sudah usang. Sebagai sarana solusi permasalahan tersebut, pendidik harusnya selalu memperbarui model pembelajaran sesuai dengan zaman yang dilalui oleh peserta didik. Sebagaimana diketahui, sekarang ialah zaman digital yang dicirikan individualisme pelakunya sangat tinggi karena diiringi dengan kemajuan teknologi canggih. Oleh sebab itu perlunya menumbuhkan nilai kerja sama antar peserta didik, sehingga dapat menjadi pribadi yang peduli dengan pribadi yang lain. Model pembelajaran yang bercirikan seperti yang disebutkan dinamakan dengan model kooperatif STAD (Student Team Achievment Division) Septian, dkk (2020) menguatkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD terbukti bekerja aktif dalam mempengaruhi pola belajar peserta didik utamanya pada kegiatan kelompok, peserta didik menjadi terbuka wawasan terhadap arti penting sikap kerja sama, bahwa dengan kerja sama yang solid menghasilkan kelompok belajar menjadi unggul dari pada yang lain.

Model pembelajaran kooperatif STAD juga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika materi keliling dan luas bangun datar. Hal ini dilatarbelakangi adanya cara proses pembelajaran yang berubah tentunya berdampak pada meningkatnya hasil belajar peserta didik. Ariawan (2020) Ihwal tersebut dapat dianalogi bahwa semakin luas kerja sama antar peserta didik yang terjalin karena pengelompokan berdasar tim, pun rasa tanggung jawabnya, sehingga dapat menjalir pada hasil belajarnya.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan model kooperatif STAD dan mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika materi keliling dan bangun datar. Adapun manfaat yang dapat dituai pada lingkungan masyarakat ialah dengan menjadikan peserta didik kaya akan pengalaman bekerja sama serta tanggung jawab, secara tidak langsung akan memengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya.

METODE PEMBELAJARAN

Desain penelitian yang digunakan sebagai landasan rangkaian tahap-tahap yang harus ditempuh peneliti agar mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang telah disusun. Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Hal ini didasari topik penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan dari segi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Penelitian jenis ini dilalui dengan dua siklus, yaitu siklus pertama sebagai upaya melihat seberapa besar kemampuan dasar peserta didik, pada siklus kedua peserta didik menerima impuls berupa implementasikan model pembelajaran kooperatif STAD.

(4)

Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV, tahun ajaran 2018/2019 semester II yang berjumlah 17 peserta didik terdiri dari atas 9 peserta didik putra dan 8 peserta didik putri. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SD Negeri Sidoharjo Kecamatan Candiroto, sekolah ini terletak di sebelah timur kecamatan Candiroto. Alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena peneliti adalah Pendidik mapel di SD Negeri Sidoharjo.

Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian sekitar 3 bulan. Pelaksanaan siklus 1 pertemuan pertama Rabu, 13 Februari 2019, siklus 1 pertemuan kedua Jumat, 15 Februari 2019, dan siklus 2 pertemuan pertama Rabu, 20 Februari 2019, siklus 2 pertemuan kedua Jumat, 22 Februari 2019.

Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini adalah dalam mata pelajaran matematika bangun datar lebih dari 89% peserta didik mencapai KKM mata pelajaran matematika yang ditentukan pada KTSP SD Negeri Sidoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019.

Uraian Sintak Pembelajaran

Secara rinci urutan pembelajarannya sebagai berikut :

Kegiatan Pendahuluan

1. Pendidik mengucapkan salam.

2. Pendidik meminta salah satu peserta didik memimpin do’a.

3. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk siap menerima pelajaran. 4. Pendidik mengecek kehadiran peserta didik.

5. Apersepsi : Pendidik bertanya jawab tentang bangun datar dan meminta peserta didik menjawab teka-teki yang berhubungan dengan keliling dan luas bangun datar.

6. Motivasi : Pendidik menceritakan sebuah cerita yang berhubungan dengan keliling dan luas bangun datar.

7. Informasi : Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran dan penilaian kegiatan

Kegiatan Inti a. Pertemuan ke-1

1. Pendidik melakukan tanya jawab tentang keliling dan luas bangun datar. 2. Pendidik menjelaskan sekilas tentang keliling dan luas bangun datar. 3. Peserta didik dibagi menjadi 8 kelompok.

4. Setiap kelompok diminta mempelajari materi tentang keliling dan luas bangun datar. 5. Pendidik mengawasi jalannya diskusi.

6. Setelah selesai berdiskusi, peserta didik diberikan pertanyaan kuis dan masing-masing peserta didik harus menjawab tanpa bantuan teman sekelompoknya.

7. Pendidik meluruskan pemahaman tentang keliling dan luas bangun datar

b. Pertemuan ke-2

1. Pendidik memberikan soal evaluasi secara individu. 2. Peserta didik diminta mengerjakan soal evaluasi.

3. Pendidik mengawasi peserta didik dalam mengerjakan soal.

4. Setelah selesai mengerjakan soal, peserta didik diminta mengumpulkan pekerjaan mereka ke depan.

(5)

Kegiatan Penutup

1. Pendidik dan peserta didik merangkum materi keliling dan luas bangun datar.

2. Pendidik merencanakan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi siklus II sebagai bahan untuk program pengayaan.

.Pengamatan

Untuk mengetahui hasil tindakan perbaikan pembelajaran, peneliti kembali meminta bantuan teman sejawat untuk memperoleh data, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilannya. Pengamatan dilakukan pada hasil tes formatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah tindakan siklus II. Selain itu pengamatan juga dilakukan terhadap keterampilan pendidik dan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pembelajaran dan minat serta motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Refleksi

Refleksi dilakukan setelah didapatkan hasil observasi tentang keberhasilan belajar peserta didik dan keefektifan pembelajaran. Untuk memperoleh hasil yang akurat peneliti bersama teman sejawat melaksanakan refleksi bersama mengenai tindakan siklus II. Apabila tindakan pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yaitu lebih dari 70 % peserta didik tuntas KKM maka penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui bahwa hasil yang didapat peserta didik masih sangat rendah. Nilai terendah yaitu 40 diperoleh sebanyak 1 peserta didik, nilai 50 diperoleh 1 anak, nilai 53 diperoleh sebanyak 2 peserta didik, nilai 60 diperoleh 3 anak, nilai 63 diperoleh sebanyak 2 peserta didik, nilai 75 diperoleh sebanyak 2 peserta didik, nilai 80 diperoleh 5 peserta didik dan nilai tertinggi 85 hanya diperoleh 1 anak. Dari hasil tes formatif tersebut diperoleh rata-rata kelas yaitu 66,88. Ketuntasan belajar ada 8 peserta didik atau 47,06 % dan yang tidak tuntas ada 9 peserta didik.

Berdasarkan kondisi awal tersebut belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Untuk itu penulis melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan siklus I dan siklus II.

Deskripsi Siklus I

Pada pembelajaran siklus I peneliti melaksanakan tindakan dengan menggunakan model kooperatif STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik materi keliling dan luas bangun datar pada mata pelajaran matematika. Pengamatan dilakukan terhadap hasil tes formatif pada siklus I untuk mengetahui keberhasilan tindakan siklus I dan mengetahui peningkatan yang terjadi terhadap hasil belajar peserta didik. Selain itu pengamatan juga dilakukan terhadap keterampilan pendidik dan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui minat dan motivasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pada tindakan siklus I terjadi peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik. Adapun hasil nilai tes formatif pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Hasil Ketuntasan Belajar Siklus I Uraian Total skor Ketuntasan belajar Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai 1210 70,59% 71,18% 90 50

(6)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar namun peningkatan tersebut belum maksimal. Nilai rata-rata hasil belajar matematika materi Keliling dan Luas Bangun Datar setelah tindakan siklus I adalah 71,18. Namun hanya 11 dari 17 peserta didik yang tuntas KKM atau hanya 70,59 % peserta didik yang tuntas. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90 diperoleh 1 peserta didik.

Berlandaskan hasil observasi diketahui perubahan hasil belajar peserta didik pada siklus I. Pada grafik I sebelum diadakan perbaikan, nilai terendah yang diperoleh peserta didik adalah 40. Setelah diadakan perbaikan siklus I nilai terendah yang diperoleh peserta didik adalah 50 sebanyak 2 peserta didik, dan nilai tertinggi 85 yang semula diperoleh 1 peserta didik setelah tindakan siklus I menjadi 90 diperoleh 1 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari semula 66,88 menjadi 71,18.

Mengacu data hasil aktivitas pendidik dalam kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, jumlah skor 45 berada pada rentangan dengan kriteria baik. Persentase keterampilan pendidik adalah 75 %. Observasi peserta didik dalam kegiatan perbaikan pembelajaran upaya peningkatan hasil belajar model kooperatif STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik materi keliling dan luas bangun datar pada kelas IV dilakukan oleh teman sejawat menunjukkan rata-rata 80 % atau dalam kriteria sangat baik.

Deskripsi Siklus II

Sebagai upaya mengetahui hasil tindakan perbaikan pembelajaran, peneliti kembali meminta bantuan teman sejawat untuk memperoleh data, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilannya. Diadakannya perbaikan pada siklus II hasilnya cukup menggembirakan. Hal ini terbukti adanya kenaikan nilai rata-rata dari siklus I 71,18 menjadi 87,35 pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar pada siklus I berjumlah 12 peserta didik (70,59 %) pada siklus II semua tuntas (88,24 %). Data perolehan nilai tes pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel hasil ketuntasan belajar siklus II Uraian Total skor Ketuntasan belajar Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai 1458 88,24 % 87,35 100 75

Hasil observasi terhadap aktivitas pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang diamati oleh teman sejawat juga menunjukkan peningkatan. Pada siklus II ini keterampilan pendidik mendapat persentase 85% atau dalam rentangan kriteri sangat baik. Sedangkan keaktifan peserta didik pada siklus II menunjukkan persentase 90 % atau dalam kriteria amat baik.

Pembahasan

Pada pra siklus nilai rata-rata hanya 66,88 meningkat menjadi 71,18 pada siklus I dan 87,35 pada siklus II. Nilai Terendah yang semula 40 pada pra siklus, pada siklus I nilai terendah 50. Sedangkan pada siklus II nilai terendah 75 diperoleh 2 peserta didik. Nilai tertinggi yang semula 85 diperoleh 1 peserta didik pada pra siklus, setelah diadakan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 90 diperoleh 1 peserta didik dan 100 diperoleh 2 anak pada siklus II. Persentase ketuntasan juga meningkat secara signifikan. Pada pra siklus persentase ketuntasan hanya 47,06 %, pada siklus I 70,59 % dan meningkat pada siklus II menjadi 88,24 %. Hasil observasi terhadap aktivitas pendidik

(7)

rentangan kriteria sangat baik. Sedangkan keaktifan peserta didik pada siklus II menunjukkan persentase 90 % atau datam kriteria amat baik. Hal ini dapat ditinjau pada diagram perbandingan pra siklus, siklus I, hingga siklus II.

Diagram data perbandingan hasil belajar Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

Relevan dengan hal tersebut, A’yun, dkk (2021) menyebutkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diberikan rangsangan menggunakan penerapan model kooperatif STAD. Dampak yang sangat tampak yaitu pada semakin banyaknya peserta didik yang ikut aktif, dengan begitu semakin banyak peserta didik nilai belajarnya menanjak naik. Hal ini dapat dianalogikan bahwa dengan banyaknya peserta didik yang bertanya kepada pendidik maupun kepada teman sejawatnya perihal materi pelajaran, maka mereka secara tidak langsung telah menuangkan fokusnya secara luas pada materi pelajaran yang telah berlangsung.

Hal ini sejalan dengan Siregar, dkk (2021) bahwa penerapan model kooperatif STAD pada pembelajaran matematika dapat menumbuhkan berpikir kritis peserta didik.hal tersebut didasari atas penelitian yang telah terlaksana. Model kooperatif STAD ini membantu peserta didik membangun keaktifannya dalam belajar. Sehingga berangkat dari tumbuhnya sisi keaktifan peserta didik, akan dipanen cara berpikir kritis yang cepat serta tanggap akan masalah yang terjadi dihadapkan maupun di lingkungan peserta didik.

Ngatman (2021) menguatkan pendapat tersebut, bahwa pengaplikasian model kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi belajar dengan diiringi meningkatnya hubungan sosial, seperti sikap dapat menerima kekurangan diri sendiri dan orang lain. Pembelajaran berbasis kooperatif pun dirasa dapat mewujudkan kebutuhan peserta didik dalam belajar, berpikir, hingga dapat memecahkan masalah dalam kelas maupun ketika dalam kehidupannya

Terkait pembahasan seputar model kooperatif STAD, Wele (2021) memberikan pandangannya mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan jika menerapkan model tersebut, terdapat tiga ihwal yang ditaati, pertama usahakan tahap pelaksanaannya pembagian kelompok terbagi secara merata, hal tersebut menghindarkan dari adanya ketimpangan kelompok yang hanya dipilih sesuai dengan tingkat kognitifnya, maupun dari tingkat afektifnya. Sehingga jika menaati aturan tersebut, hendaknya pendidik membagi kelompok secara merata, tidak ada ketimpangan.

Kedua sebagai pendidik tentunya lebih paham mana peserta didik dengan kemampuan lebih serta memahami mana peserta didik dengan kemampuan di bawah standar. Maka dari itu, dalam praktiknya pendidik penting memilih satu atau dua peserta didik dengan kemampuan memecahkan

(8)

masalah dengan cepat, hal ini sebagai tindakan penyelamatan, jika kelompok tertentu menemui kebuntuan berpikir. Ketiga jalannya rencana pembelajaran ditentukan pendidik yang mengajar. Pendidik dengan kedisiplinan untuk menjaga dan mengawasi peserta didik dapat sehingga menggiring penerapan model pembelajaran dengan baik.

Model kooperatif STAD tidak hanya berpengaruh pada sistem kognisi, tetapi juga berpengaruh pada sisi afektif atau sikap. Asiyah, dkk (2021) menyebutkan adanya perubahan sikap peserta didik setelah diberikan impuls model tersebut. Menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengikuti jalannya pembelajaran. Lebih spesifik peserta didik dapat dengan cepat melaksanakan LKS (lembar kerja peserta didik) yang diberikan. Hal ini dapat terjadi karena model pembelajaran tersebut tidak hanya memajukan hasil belajar, tetapi juga dapat menumbuhkan jiwa-jiwa mudah berinteraksi serta sikap kerja sama. Jika sikap kerja sama dapat terjaga hingga masa dewasa, maka akan terlahir generasi-generasi melek teknologi dengan mengindahkan sikap kerja sama dalam kehidupannya.

Demikian kebermanfaatan yang dapat dituai dari penerapan model kooperatif STAD dalam pembelajaran matematika materi keliling dan bangun datar yaitu terbagi dalam tiga ranah. Pendidik, peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pendidik menjadi sangat terbantu, karena pola model tersebut meningkatkan partisipatif peserta didik, sehingga menjadikan suasana kelas menjadi hidup. Bagi peserta didik mendapatkan kebiasaan baru atau mendapat keadaan baru dalam pembelajaran matematika, dengan begitu peserta didik dapat menjadi lebih percaya diri serta tumbuh kemampuan bekerja samanya seiring dengan berjalannya waktu. Merubah lingkungan peserta didik menjadi lingkungan kondusif yang bertradisi saling bekerja sama dan rasa saling menghormati perbedaan pendapat.

SIMPULAN

Model kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Keliling dan Luas Bangun Datar pada peserta didik kelas IV Semester II SD Negeri Sidoharjo Tahun 2018/2019. Terjadi peningkatan kurang lebih 80% hasil belajar matematika materi Keliling dan Luas Bangun Datar pada peserta didik kelas IV Semester II SD Negeri Sidoharjo Tahun 2018/2019 dengan model kooperatif STAD. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan yang terjadi terhadap hasil belajar peserta didik dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Pada pra nilai rata-rata hanya 66,88 meningkat menjadi 71,18 pada siklus I dan 87,35 pada siklus II. Nilai Terendah yang semula 40 pada pra siklus, pada siklus I nilai terendah 50. Sedangkan pada siklus II nilai terendah 75 diperoleh 2 peserta didik. Nilai tertinggi yang semula 85 diperoleh 1 peserta didik pada pra siklus, setelah diadakan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 90 diperoleh 1 anak dan 100 diperoleh 1 anak pada siklus II. Persentase ketuntasan juga meningkat secara signifikan. Pada pra siklus persentase ketuntasan hanya 47,09 %, pada siklus 70,59 % dan meningkat pada siklus II menjadi 88,24 %.

Seiring dengan kognitif yang meningkatkan, aspek afektif pun melejit bagi tumbuh kembang peserta didik berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang diamati oleh teman sejawat juga menunjukkan peningkatan. Pada siklus II ini keterampilan pendidik mendapat persentase 85% atau dalam rentangan kriteria sangat baik. Sedangkan keaktifan peserta didik pada siklus II menunjukkan persentase 90 % atau datam kriteria amat baik

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan, disampaikan saran:

1. Perlu diterapkannya model pembelajaran kooperatif STAD untuk materi-materi yang sesuai pada mata pelajaran yang lain.

(9)

Penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan menggunakan media atau alat peraga untuk memotivasi peserta didik menjadi suka pelajaran matematika

DAFTAR PUSTAKA

Andri, A., Dores, O. J., & Lina, A. H. (2020). Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika pada peserta didik SDN 01 Nanga Kantuk. J-PiMat: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 158-167.

Ariawan, R. (2020). Model Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Materi Bentuk Aljabar. AKSIOMATIK: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika, 8(1), 64-72.

Asiyah, N., Prihandono, T., & Yushardi, Y. (2021). Peningkatan Aktivitas Dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Disertai Media Animasi 3D. Jurnal

Pembelajaran Fisika, 1(2), 178-184.

Aunurrahman. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

A'yun, D. Q., Prihandono, T., & Wahyuni, S. (2021). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad berbasis multimedia audio visual dalam pembelajaran fisika di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(2), 152-157

Handayani, N. F., & Mahrita, M. (2021). Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika pada Peserta didik Kelas IV di SDN Jawa 2 Martapura Kabupaten Banjar. Jurnal PTK dan Pendidikan, 6(2).

Huda, Miftahul.(2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Karso dkk. (2011). Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Khuluqo, Ihsana El. (2017). Belajar Dan Pembelajaran Konsep Dasar Metode dan Aplikasi Nilai-Nilai Spiritualitas

Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ngatman, N. (2021). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Pola Bilangan Kelas VII SMP Negeri 5 Probolinggo Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Ilmiah Pro Pendidik, 1(2), 169-177.

Offirstson, Topic. (2014). Aktivitas Pembelajaran Matematika Melalui Inkuiri Berbantuan Software Cinderella. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Pendidik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Septian, A., Agustina, D., & Maghfirah, D. (2020). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika. MATHEMA:

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, 2(2), 10-22.

Setiawan, A., & Sulistiani, I. R. (2019). Pendidikan Nilai, Budaya Dan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika Dasar Pada SD/MI. Elementeris: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam, 1(1), 41-56.

Siregar, E. S., Makmur, A., & Hasibuan, E. A. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Di Kelas Viii-2 Smps Muhammadiyah 29 Padangsidimpuan. Peteka, 3(2), 192-202.

Sudjana, Nana. (2012). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sulasmi. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Lembaga Susunan Pemerintahan Desa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Bagi Peserta didik Kelas IV SDN 2 Temanggung II. SPEKTRUM Jurnal Ilmiah Pendidikan, vol 5 nomor 7 Juli-Des 2018 hal 1037. Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Suprihatiningrum, Jamil. (2014). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Tri Budi Hastuti dkk. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Peserta didik Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Wele, M. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Perbandingan pada Peserta didik Kelas VIIA SMP Negeri 1 Golewa Barat Tahun Pelajaran 2019-2020. Warta Pendidikan| e-Journal, 5(9), 17-22

Gambar

Tabel Hasil Ketuntasan Belajar Siklus I  Uraian  Total skor   Ketuntasan belajar   Rata-rata   Nilai tertinggi   Nilai terendah  Nilai 1210  70,59% 71,18% 90 50
Tabel hasil ketuntasan belajar siklus II  Uraian  Total skor   Ketuntasan belajar   Rata-rata   Nilai tertinggi   Nilai terendah  Nilai 1458  88,24 % 87,35 100 75
Diagram data perbandingan hasil belajar Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut diatas dimohon kepada calon penyedia yang tersebut agar dapat hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan membawa dokumen asli yang diupload dan

[r]

Pengaruh pemberian tingkat konsentrasi larutan fermentasi urin sapi dan lama perendaman perkecambahan benih trembesi ( Samanea saman ) terhadap umur berkecambah

Bercampurnya masyarakat dari berbagai kelompok etnik di wilayah Kepulauan Seribu Utara membuat bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk setempat menjadi

Ada Ushr’ unt uk ist ilah pajak t anah yang dim iliki oleh kaum M uslim (Pajak Tanah bagi non-m uslim Kharaj).. Dan Ushr’ unt uk pajak perdagangan sebagai bea im por at

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak limpahan berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

He knew a bit about sentient weapons, artifacts of great power and great ego, and he understood that Entreri, after decades of enslavement, could not begin to control Charon’s

Plagiat.. Salah satu bisnis atau usaha yang juga merasakan ketatnya persaingan saat ini adalah bisnis layanan jasa transportasi seperti ojek online yaitu Go- jek. Persaingan