• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V SIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

149 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

5.1.4 Perkembangan Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM) Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terkabung dalam Sektor Properti dan Real Estate Periode 2007-2010. 1. Perkembangan Return On Equity (ROE)

Perkembangan ROE dari 27 perusahaan di sektor properti dan real estate selama tahun penelitian mengalami kenaikan terus-menerus, terlihat dari rata-rata ROE tahun 2007 sebesar 2,77%, lalu mengalami penurunan di tahun 2008 menjadi 2,20%, di tahun 2009 naik menjadi 5,85%, dan di tahun 2010 menjadi 7,65%. ROE itu sendiri adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengembalian yang diterima para pemegang saham atas modal yang digunakan dalam berinvestasi, jadi semakin tinggi nilai ROE itu berarti semakin besar peluang pemegang saham mendapat pendapatannya atas investasi yang diberikan. Dengan melihat rata-rata ROE yang terus meningkat ini berarti 27 perusahaan di sektor properti dan real estate tersebut mampu mengelola kinerja keuangannya sehingga dapat memberikan pengembalian terhadap pemegang saham. Nilai ROE tertinggi selama tahun penelitian dihasilkan oleh PT. Indonesia Prima Property, Tbk sebesar 27,81% pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan perusahaan mencatat Laba bersih sebesar Rp 83,8 milyar atau meningkat 123,3 milyar dari tahun 2008. Dan jumlah ekuitas di tahun 2009 meningkat menjadi Rp 301.280. kenaikan Laba bersih dan ekuitas perusahaan yang menyebabkan nilai ROE perusahaan meningkat dibanding perusahaan properti lainnya. Sedangkan Untuk ROE terendah dihasilkan oleh PT. Surya Mas Duta Makmur, Tbk yaitu sebesar -58,20%. Hal ini disebabkan pada tahun 2007 perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp 121,3 milyar. Dan ekuitas

(2)

150 perusahaan sebesar Rp 208,4 milyar. kerugian ini lah yang menyebabkan perusahaan mendapatkan nilai ROE kecil.

2. Perkembangan Return On Investment (ROI)

Perkembangan ROI dari 27 perusahaan di sektor properti dan real estate selama tahun penelitian mengalami kenaikan terus-menerus, terlihat dari rata-rata ROI tahun 2007 sebesar 1,35%, lalu mengalami penurunan di tahun 2008 menjadi 0,70%, di tahun 2009 naik menjadi 2,41%, dan di tahun 2010 menjadi 3,88%. ROI itu sendiri adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Maka semakin tinggi nilai ROI semakin baik kinerja keuangan perusahaan atau semakin efektif dalam pemanfaatan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak dan dari nilai ROI ini pun dapat menjelaskan bahwa bagaimana perusahaan mampu mengelola asset guna menghasilkan laba bersih. Dengan melihat rata-rata ROI dari 27 perusahaan di sektor properti dan real estate tersebut, berarti perusahaan mampu mengelola assetnya dengan baik sehingga menghasilkan laba bersih. ROI tertinggi dihasilkan oleh PT. Roda Vivatex, Tbk (RDTX) pada tahun 2010 sebesar 20,05%. Kenaikan nilai ROI dikarenakan nilai asset perusahaan bertambah terus di tahun 2010 menjadi Rp 852.447 milyar, dan Laba bersih meningkat menjadi Rp 170.889 milyar, artinya kenaikan laba bersih dan aktiva perusahaan yang menyebabkan ROI perusahaan meningkat paling tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis di bidang properti dan real estate. Sedangkan ROI terendah dihasilkan oleh PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk (PWSI) pada tahun 2007 sebesar -15,32%. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan aktiva perusahaan sebesar 6%. Sementara itu Laba Bersih perusahaan sebesar Rp 2,4 milyar meningkat 0,6% dari tahun 2006. Penurunan aktiva ini lah yang menyebabkan perusahaan mendapatkan nilai ROI kecil.

3. Perkembangan Net Profit Margin (NPM)

Perkembangan NPM dari 27 perusahaan di sektor properti dan real estate selama tahun penelitian cenderung berada diposisi rendah, terlihat dari rata-rata

(3)

151 ROE yang berada di posisi minus pada tahun 2007 sebesar 62,39%, tahun 2008 -43,53%, tahun 2009 34,10%, dan di tahun 2010 -6,06%. Salah satu penyebabnya dikarenakan salah satu perusahaan selalu mendapatkan rugi. NPM itu sendiri bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan, karena semakin efisien dalam mengeluarkan biaya-biaya, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh perusahaan atau dengan kata lain semakin besar NPM artinya semakin baik operasi perusahaan. NPM terbesar di hasilkan oleh PT. Suryainti Permata, Tbk dengan jumlah NPM sebesar 11,65% pada tahun 2009. Nilai tersebut didapat dari hasil pendapatan perusahaan tahun 2009 yang telah terkoreksi menjadi sebesar Rp 3,7 milyar dan laba bersih perusahaan sebesar Rp 43 milyar. Sedangkan NPM terendah dihasilkan oleh PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk yaitu sebesar -1857,54%. Jumlah ini didapat karena pendapatan perusahaan di tahun 2007 Rp 2,4 milyar dan rugi bersih sebesar Rp 45,3 milyar. Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan kurang mampu menghasilkan laba lebih besar dari hasil penjualannya sehingga menghasilkan NPM yang terendah.

5.1.5 Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Terkabung dalam Sektor Properti dan Real Estate Periode 2007-2010.

Perkembangan Harga Saham dari 27 perusahaan di sektor properti dan real estate selama tahun penelitian mengalami fluktuatif, terlihat dari rata-rata Harga Saham tahun 2007 adalah Rp 656,9, lalu mengalami penurunan di tahun 2008 menjadi Rp 282,9, di tahun 2009 naik menjadi Rp 347,52, dan di tahun 2010 menjadi Rp 494,63. Indeks harga saham individu menggambarkan suatu rangkaian informasi histori mengenai pergerakan harga masing-masing sampai pada periode tertentu yang akan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek, karena harga saham timbul karena adanya permintaan dan penawaran dari investor. Harga Saham tertinggi diperoleh oleh PT. Suryainti Permata, Tbk dengan harga saham Rp 2.000 per saham. Dikarenakan pada tahun 2007 PT. Suryainti Permata, Tbk mendapatkan laba bersih perusahaan mencapai Rp 108,92 milyar atau mengalami peningkatan

(4)

152 sebesar 16,26% jika dibanding tahun 2006. Sedangkan harga saham terendah dihasilkan oleh PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk di tahun 2008 dan PT. Bhuwanatala Asri Pemula, Tbk di tahun 2009 dan 2010 yang masing-masing perusahaan tersebut mendapatkan harga saham terendah dengan nilai Rp 50 per saham. Dikarenakan pada tahun 2008 PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk menghasilkan rugi sebesar Rp -62,4 milyar dan di tahun 2009 dan 2010 PT. Bhuwanatala Asri Pemula, Tbk mendapatkan ROI terendah dan mengalami kerugian, tentu hal tersebut akan mempengaruhi permintaan investor terhadap saham perusahaan.

5.1.6 Pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham Perusahaan Pada Sektor-Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2010 Secara Parsial dan Simultan

5.1.3.1 Pengaruh Secara Parsial

1. Pengaruh Return On Equity (ROE) Secara Parsial terhadap Harga Saham Dari tabel koefisien korelasi sebesar 0,583 yang berada diantara 0,40-0,59, artinya bahwa Return On Equity (ROE) memiliki keeratan hubungan yang sedang dengan Harga Saham (Y). Dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis didapat hasil bahwa diterima dan ditolak maka variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham (Y) pada sektor properti dan real estate.

2. Pengaruh Return On Investment (ROI) Secara Parsial terhadap Harga Saham

Dari tabel koefisien korelasi sebesar 0,757 yang berada diantara 0,60-0,79, artinya bahwa Return On Investment (ROI) memiliki keeratan hubungan yang kuat dengan Harga Saham (Y). Dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis didapat hasil bahwa diterima dan ditolak maka variabel Return On Investment

(5)

153 (ROI) berpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham (Y) pada sektor properti dan real estate.

3. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Secara Parsial terhadap Harga Saham Dari tabel koefisien korelasi sebesar 0,241 yang berada diantara 0,20-0,39, artinya bahwa Net Profit Margin (NPM) memiliki keeratan hubungan yang rendah dengan Harga Saham (Y). Dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis didapat hasil bahwa ditolak dan diterima maka variabel Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham (Y) pada sektor properti dan real estate.

5.1.3.2 Pengaruh Secara Simultan Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham Perusahaan Pada Sektor-Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2010 Dari tabel koefisien korelasi sebesar 0,789 yang berada diantara 0,60-0,79, artinya bahwa Return On Equity (ROE) , Return On Investment (ROI) , dan Net Profit Margin (NPM) memilki kereratan hubungan yang kuat terhadap Harga Saham (Y). Dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis didapat hasil bahwa

ditolak, karena sebesar 12,609 berada pada daerah penolakan , yang berarti bahwa Return On Equity (ROE) , Return On Investment (ROI) , dan Net Profit Margin (NPM) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham (Y) pada sektor properti dan real estate.

5.2 Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan variabel yang mempengaryhi harga saham hanya dari tiga variabel saja, yaitu Return On Equity (ROE) , Return On Investment (ROI) , dan Net Profit Margin (NPM) .

(6)

154 2. Unit penelitian terbatas hanya pada sektor properti dan real estate.

3. Periode penelitian terbatas hanya selama empat tahun saja yaitu periode 2007-2010.

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan keterbatasan-keterbatasan yang ada, adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan di atas, maka sebaiknya penelitian

selanjutnya menggunakan unit analisis penelitian yang lebih banyak dari semua perusahaan atau sektor lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga generalisasi penelitian untuk sektor Bursa Efek Indonesia dapat ditingkatkan.

2. Penelitian selanjutnya juga bisa menggunakan alat analisis lainnya seperti rasio-rasio keuangan yang ada yang dapat menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dan dapat mempengaruhi harga saham perusahaansehingga hasil yang didapat lebih maksimal.

3. Penelitian selanjutnya juga bisa menambah periode penelitian lebih lama sehingga variabel-variabel yang digunakan untuk mempengaruhi harga saham dapat lebih tergambar dan mendapatkan hasil yang lebih baik.

4. Bagi investor yang ingin menginvestasikan sahamnya pada perusahaan sebainya melihat terlebih dahulu kondisi perusahaan yang akan dipilih. Dalam hal ini investor harus menginvestasikan sahamnya pada perusahaan yang tepat. Untuk melihat kondisi perusahaan dalam kondisi terbaik, dapat dilihat dari nilai Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM). Karena semakin baik atau semakin tinggi nilai Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM) maka semakin baik pula perusahaan dalam mengelola kondisi keuangan perushaaan.

5. Bagi perusahaan sebaiknya tetap menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaannya, karena perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik akan menarik investor untuk berinvestasi dan tentunya hal ini akan meningkatkan harga saham perusahaan, karena harga saham timbul dari permintaan dan penawaran para investor.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Analisis Sistem Informasi Akuntansi Dalam Prosedur Pembelian Untuk Meningkatkan Pengendalian Internal Pada PT MKDP.. Menyatakan bahwa tugas akhir skripsi

Untuk dapat mewujudkan visi ini, BPS Kabupaten Bengkulu Selatan telah merumuskan 3 pernyataan misi, yakni: (1) menyediakan data statistik berkualitas melalui

Pada Generasi ke-4 ketika Penelitian dari microelektronik telah sukses menghasilkan Sirkuit Terpadu atau Chip dimana ribuan transistor disatukan didalam kepingan

Pada kondisi tersebut kuantitas barang yang diminta oleh pembeli sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual sehingga tercapai kondisi keseimbangan harga pasar

selalu tercurah pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul “ Rancang Bangun Mobil e Robot

Hari PPOK Sedunia adalah even tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2002 atas Prakarsa Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cacing yang ditemukan pada ikan kerapu tikus ( Cromileptes altivelis ) pada Karamba Jaring Apung di Perairan Laut

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan indikator motif yang dikemukakan oleh Greenberg dan Woods (1999) yaitu motif pelarian, motif pembelajaran sosial,