• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan Sungai

Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Perairan darat meliputi sungai, rawa, danau, payau atau muara sungai (Brotowidjoyo et al., 1995). Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air berasal dari mata air, embun, dan hujan. Menurut Setyaningrum et al., (2002), DAS adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara kelaut. Aliran sungai bergerak searah yaitu mengalir dari hulu ke hilir. Menurut (Brotowidjoyo et al., 1995), sungai terdiri dari 3 bagian yaitu bagian hulu terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat mengalir turun, bagian tengah sungai berada di bagian sungai yang landai, dan bagian hilir terletak di daerah landai dan mendekati muara sungai.

Daerah Aliran Sungai (DAS) ada 2 macam yaitu Daerah Aliran Sungai (DAS) gemuk dan Daerah Aliran Sungai (DAS) kurus. DAS gemuk adalah DAS yang luas sehingga memilih daya tampung air yang besar. DAS ini cenderung mengalami luapan air yang besar pada waktu hujan besar yang terjadi di bagian hulu, sedangkan DAS kurus adalah DAS yang relatif kecil sehingga daya tampung air hujan juga sedikit. DAS ini tidak mengalami luapan air yang begitu besar pada saat hujan turun di hulu (Brotowidjoyo et al.,1995). DAS merupakan suatu aliran air yang sangat panjang. Setiap aliran sungai pasti mempunyai sungai-sungai kecil yang akan bermuara ke sungai utama. Menurut Setyaningrum et al., (2002) muara merupakan hasil akhir aliran sungai

(2)

dan masukan bahan organik yang dipengaruhi oleh morfologi saluran air, gradient, penumpukan sedimen yang berasal dari penggunan lahan yang ada bagian hulu. Menurut Jangkaru (1995) dalam Nurfiani (2011) muara sungai terletak pada bagian sungai yang hampir mencapai laut, arus airnya sangat lambat, banyak mengandung bahan terlarut dan lumpur dari hilir hingga membentuk delta yang airnya sangat keruh.

Muara merupakan pertemuan antara anak sungai dengan sungai utama. Pertemuan beberapa sungai tersebut akan menyaebabkan tingkat keanekaraman dan kemelimpahan ikan tinggi. Menurut Munir (2010), sungai mengalir membawa berbagai unsur atau makanan yang mungkin dibutuhkan oleh ikan. Populasi ikan berdasarkan jenis dan jumlahnya di hulu sungai lebih sedikit dibandingkan dengan hilir dan muara (Brotowidjoyo et al.,1995 dan Mulyanto, 2007). Setiap sungai mempunyai kondisi yang berbeda. Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (nutrien). Bila interaksi keduanya terganggu, maka akan terjadi perubahan atau gangguan yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang. Secara alami sungai mempunyai kondisi fisika dan kimia yang berbeda-beda. Faktor tersebut akan mempengaruhi kondisi vegetasi. Vegetasi sungai meliputi fauna dan flora yang hidup di dalam ekosistem tersebut.

2.2. Peranan dan Manfaat Sungai

Sungai memiliki peranan dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Secara umum sungai dimanfaatkan manusia dari segi air sampai biota yang hidup didalamnya. Menurut Effendie (2002) keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Sungai dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sebagai sarana transportasi, sebagai tempat MCK, sebagai sumber air bagi pertanian, dan sebagai

(3)

tempat pertambangan seperti pasir dan batu. Banyak sungai yang menjadi daerah pertambangan, hal tersebut akan merusak keseimbangan ekosistem perairan sungai tersebut. Menurut Munir (2010) banyak aliran sungai yang dimanfaatkan sebagai wilayah pertambangan pasir dan batu. Selain pertambangan, manusia memanfaatkan sungai sebagai tepat pembuangan sampah. Mengeluarkan limbah dan menghasilkan sampah yang langsung dibuang ke dalam perairan sungai sehingga masuknya sumber-sumber pencemar tersebut menyebabkan penurunan kualitas perairan. Pemanfaatan ikan sungai manusia akan mempengaruhi faktor fisika kimai air.

2.3. Faktor Fisika dan Kimia Perairan Sungai

Faktor fisika dan kimia air merupakan parameter untuk menentukan kualitas suatu sungai. Menurut Nurfiani (2011) parameter fisika berupa suhu, kecepatan arus, kekeruhan, warna, bau dan rasa dan parameter kimia berupa DO, CO2, dan pH. Menurut Setijanjo dan

Sulistyo (2008) dalam Munir (2010) secara alami keberadaan dan distribusi ikan sungai dipengaruhi oleh aktifitas manusia di sungai, terutama yang menyebabkan perubahan faktor fisika dan kimia air, polusi dan pemasukan spesies baru ke dalam badan air sungai. Suatu ekosistem dikatakan baik jika faktor biotik dan abiotiknya saling mendukung. Menurut Djuanda (1981) dan Subardja et al., (1989) faktor utama yang mempengaruhi perkembangbiakan ikan adalah oksigen terlarut, makanan, suhu, temperatur, kedalaman, kecepatan arus dan makhluk hidup lain yang tinggal bersamanya.

2.3.1. Suhu (Temperatur)

Suhu merupakan ukuran panas dingin sesuatu yang dapat diukur dengan termometer. Menurut Dirjdosoemarto (1986) perubahan suhu pada atmosfer akan menimbulkan perubahan tekanan udara pada suatu tempat atau wilayah. Ikan memiliki suhu optimum untuk pertumbuhan

(4)

dan perkembangan. Suhu yang baik untuk kehidupan ikan di sungai berkisar antara 25 – 30 0C (Nurfiani, 2011).

2.3.2. Oksigen Terlarut

Dissoved oxygen atau oksigen terlarut sangat dibutuhkan olah makhluk hidup untuk kehidupan. Oksigen berperan dalam proses metabolisme dalam tubuh karena oksigen merupakan zat organik. Menurut Nurfiani (2011), oksigen salah satu unsur utama dalam metabolisme ikan. Oksigen terlarut dibutuhkan untuk pernafasan dan pelepasan energi dari makanan. Kadar oksigen terlarut di dalam air tergantung pada kondisi sungai yaitu pencemaran permukaaan sungai, suhu, dan timbunan bahan organik pada dasar sungai (Effendie, 2000). Menurut Yustina (2002), kadar oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih dari 4 ppm.

2.3.3. Derajat Keasaman (pH)

Menurut Odum (1971), pH atau derajat keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan akuatik. pH merupakan suatu ukuran untuk menentukan kadar asam basa. Secara umum, makhluk hidup akan hidup secara optimal pada pH yang netral. Nilai pH netral antara 6-7. Kondisi perairan dengan pH 6-7 merupakan habitat terbaik untuk kehidupan ikan (Susanto dan Purnomo, 2005).

2.3.4. Kecepatan Arus

Kecepatan arus setiap aliran air sungai berbeda-beda. Hal ini dikarenakan kondisi fisik dan lokasi sungai yang berbeda. Menurut Nurfiani (2011) kecepatan arus akan bepengaruh terhadap distribusi ikan. Ikan adalah hewan yang aktif bergerak untuk mencari makan. Arus sebagai faktor pembatas mempunyai peranan sangat penting dalam perairan, baik pada ekosistem

(5)

lotic (mengalir) maupun ekosistem lentic (menggenang) karena arus berpengaruh terhadap distribusi organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air (Barus, 2002).

2.3.5. Kedalaman Sungai

Kedalaman sungai juga berpengaruh besar terhadap populasi ikan. Semakin dalam sungai maka semakin banyak pula ikan yang menempati. Menurut Munir (2010), kedalaman suatu perairan dapat berpengaruh terhadap jumlah organisme yang ada. Naiknya tinggi permukaan air dan kecepatan arus sungai dapat menyebabkan substrat-substrat yang ada di sungai mudah terkoyak dan terbawa arus, sehingga tingkat kecerahan menjadi berkurang atau sungai menjadi lebih keruh.

2.4. Determinasi dan Identifikasi Ikan

Determinasi dan identifikasi adalah memberikan nama yang benar dan tepat sesuai ciri morfologi dan tempat ditemukannya. Identifikasi berfungsi untuk mengetahui jenis setelah dilakukan inventarisasi. Menurut Munir (2010), iventarisasi adalah salah satu usaha pencatatan, pendataan, dan pengumpulan atau penangkapan ikan. Penangkapan ikan biasa menggunakan alat berupa seser, jala, pancing dan bubu. Menurut Subarjda et al. (1989), identifikasi adalah usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap spesies dan member nama ilmiahnya. Setiap spesies mempunyai ciri fisiologi dan morfologi yang berbeda-beda. Menurut Saanin (1984), sifat, tanda, dan bagian tubuh ikan yang harus diperhatikan adalah :

a. Rumus sirip, yaitu rumus untuk menggambarkan betuk dan jari-jari sirip. b. Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi sirip.

c. Jumlah sisik dan gigi pada pertengahan sisi atau garis sisi.

d. Bentuk garis rusuk dan jumlah sirip yang memebentuk garis rusuk. e. Bentuk sisi dan gigi beserta susunan tempatnya.

(6)

f. Tulang-tulang insang.

Menurut Soeseno (1977) dalam Munir (2010) langkah-langkah identifikasi adalah menggunakan kunci deterrminasi identifikasi pendahuluan untuk mencari ordo dan familia, menggunakan kunci untuk genus, dan species (apabila dapat memperoleh morfologi atau buku fauna yang mutakhir), mencocokan dengan katalog ikan yang paling mutkahir, mencocokan dengan deskripsi yang asli dan menganalisa bahan serta sintesa hasilnya. Menurut Kottelat et al. (1993) identifikasi ikan dilakukan dengan melihat ciri-ciri morfologi meliputi sirip, sisik, jumlah sisik pada gurat sisi, jumlah sisik melintang badan, jumlah sisik di depan sirip punggung, jumlah sisik di sekeliling batang ekor, bentuk kepala, posisi mulut, tipe dan letak gigi, struktur lengkung insang dan bentuk badan. Selanjutnya mencocokan sampel ikan dengan buku atau katalog yang relevan. Menurut Saanin (1984) identifikasi dan determinasi sangat penting untuk pengelolaan lingkungan hidup guna mempermudah pengelolaan suatu organisme.

2.5. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Ikan

Keanekaragaman dan kemelimpahan suatu wilayah tergantung pada 2 faktor yang mempengaruhinya (Yustina, 2001). Menurut Wooton (1991) dalam (Yustina, 2001), 2 faktor yang mempengaruhi keanekaragman dan kemelimpahan yaitu peningkatan jumlah mikro habitat dan area atau wilayah yang luas sering memilki variasi habitat yang lebih besar dibandingkan dengan area yang lebih sempit. Menurut Setyaningrum et al., (2002) kualitas air berhubungan positif terhadap kemelimpahan, keanekaragaman jenis dan dominasi ikan.

2.5.1. Keanekaragaman Ikan

Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Salah satunya adalah keanekaragaman fauna perairan. Menurut Odum (1996), binatang konsumen penyusun sebagian besar biomas dari kebanyakan ekosistem air tawar adalah mollusca, serangga air,

(7)

udang-udangan dan ikan. Ikan air tawar terutama di sungai Serayu berbagai macam jenis. Menurut Munir (2010), ikan merupakan hewan yang berdarah dingin, mempunyai tulang belakang yang khas, bernafas dengan insang, bergerak dengan sirip dan habitatnya di air. Menurut Yustina (2001), populasi ikan di hulu lebih besar tetapi tidak bervariasi di bandingkan muara.

Menurut Kottelat et al. (1993), jenis ikan air tawar yang telah diketahiu dikawasan Indonesia bagian barat dan Sulawesi berjumlah 1032 spesies. Sungai Serayu memiliki potensi perikanan yang sangat baik dari segi jumlah dan jenis. Menurut Munir (2010), sungai Tajum merupakan salah satu bagian sungai Serayu yang mempunyai keanekaragaman tertinggi karena lokasinya yang berdekatan dengan Samudra Hindia.

Pada umumnya perairan Indonesia bagian barat dan Sulawesi di huni oleh ikan karnivora dan sedikit ikan herbivora (Subardja et al. 1989). Ikan golongan herbivora memakan tumbuhan dan fitoplankton, golongan karnivora memakan hewan lain dan zooplankton, tetapi juga ada ikan yang omnivora yaitu memakan tumbuhan, hewan, fitoplankton dan zooplankton. Menurut Effendie (1997), jenis-jenis ikan tersebut adalah :

a. Ikan karnivora : Grasscrap (Ctenoparingodon idellus), Sepat siam (Trichoaster pectoralis), Gurame (Ospheronemus gouramy), Melem (Osteochilus intermedius) dan Tawes (Puntius javanicus).

b. Ikan herbivora : Sidat (Aungilla bicolor), Kakap (Lates carcaifer), Kerapu (Epinephelus sp.), Lele (Clarias batracus), Gabus (Ophiocphalus stariatus), dan Belut (Monopterus alba).

c. Ikan omnivora : Ikan Mas (Chypinus carpio), Mujaer (Tilapia mossambica) dan Nila (Oreochromis sp.)

(8)

2.5.2. Kemelimpahan Ikan

Menurut Kottelat et al., (1993), Indonesia mempunyai ikan yang melimpah. Wilayah Indonesia bagian Barat dan Sulawesi telah diketahui kurang lebih 1032 species. Menurut Odum (1996), kemelimpahan adalah kepadatan relatif suatu organisme di suatu tempat tertentu. Kemelimpahan suatu lokasi dapat dihitung dengan jumlah individu species ke i dibagi dengan jumlah total individu semua species. Menurut Anwar (2008), kondisi suatu perairan sangat menentukan kemelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme mempunyai kebutuhan dan lingkungan yang berbeda-beda untuk hidup. Kondisi suatu perairan berupa faktor fisika dan kimia mempengaruhi kemelimpahan suatu perairan tersebut (Subardja et al, 1989). Menurut Mulyanto (2007), semakin besar ukuran sungai maka semakin besar pula jumlah ikan yang hidup di dalamnya.

Menurut Anwar (2008), setidaknya ada tiga alasan utamakan untuk memilih tempat hidup atau habitat yaitu sumber makanan yang banyak, yang sesuai kondisi tubuhnya serta cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi kemelimpahan ikan di suatu perairan. Menurut Kottelat et al, (1993) selain kondisi makanan, kondisi dasar perairan juga mempengaruhi lingkungan yang memadai tentu berpengaruh besar terhadap populasi ikan. Perairan yang memiliki dasar berlumpur, berpasir dan sedikit berbatu cenderung mempunyai sedikit jenis ikan dibandingkan dengan perairan yang dasarnya berbatu-batu. Kesinambungan antara faktor fisika kimia dan biologi akan menentukan tingkat kemelimpahan suatu perairan (Munir, 2010).

2.5.3. Indeks Dominasi

Indeks dominasi merupakan nilai perbandingan yang menunjukkan jumlah individu suatu ordo dengan jumlah total individu semua ordo. Suatu komunitas dapat dilihat dari nilai indeks

(9)

dominasi. Menurut Odum (1996), indeks dominasi yang <1 menunjukkan bahwa komunitas tersebut tidak ada ordo yang mendominasi sedangkan jika indeks dominasi >1 menunjukkan hahwa komunitas ekosistem tersebut labil.

2.6. Pengaruh Cahaya Bulan Terang dan Bulan Gelap

Menurut Dirjdosoemarto (1986), cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan. Aspek cahaya yang berpengaruh bagi kehidupan salah satunya adalah intensitas cahaya. Perubahan suhu juga dipengaruhi oleh jumlah energi matahari yang sampai ke bumi yang ditentukan oleh intensitas cahaya. Intensitas cahaya tergantung pada kondisi cuaca. Pengaruh cahaya pada kehidupan organisme terutama dalam aktifitas bergerak, mencari makan, perkembangan dan masa reproduksi.

Menurut Mujiman (1994), ikan di perairan sungai memakan organisme yang ada di sungai tersebut. Pakan alami ikan perairan sungai berupa tumbuhan, plankton, udang dan ikan. Sebagian besar ikan lebih aktif mencari makan pada malam hari yang disebut dengan nokturrnal. Hal tersebut dikarenakan ikan merasa aman dari predator karena ikan-ikan predator tidak dapat melihat mangsanya. Menurut Munir (2010), besarnya nilai kemelimpahan ikan pada malam bulan gelap cenderung lebih tinggi dari pada malam bulan terang. Cahaya bulan yang terang dapat memudahkan ikan predator atau hewan predator lainnya untuk memangsa ikan-ikan yang ada, sehingga kemungkinan ketika malam bulan terang ikan cenderung mencari tempat yang aman. Akibatnya, jumlah ikan yang ditangkap pada malam bulan terang cenderung lebih sedikit dibandingkan pada malam bulan gelap.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini dapat menerima input data calon debitur, melakukan konversi data berdasarkan kriteria ke bilangan crisp , melakukan perhitungan normalisasi,

Meningkatkan produktivitas dalam industr perlu adanya strategi promosi dalam perusahaan, agar produksi tidak tergantung pada permintaan sehingga industri kacang

kanannya. Segmen dilatasi ini disebut bulbus aortikus, dan pada potongan transversal menunjukkan bentuk yang oval. Aorta ascenden terdapat dalam pericardium. Batas-batas—aorta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji konsep pemasaran tentang bauran pemasaran dalam meningkatkan kinerja pemasaran, studi kasus ini dilakukan pada

Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih

Proses “Pengolahan Awal” adalah proses persiapan permukaan dari benda kerja yang akan mengalami proses pelapisan logam.Pada umumnya proses pelapisan logam

Dalam hal ini Seorang customer service melayani pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tamu serta memberikan informasi yang diinginkan selengkap mungkin secara ramah, sopan, menarik

11 atau 17,46% perusahaan sampel tergolong Grey atau Grey Company, perusahaan yang tergolong dalam perusahaan Grey tidak dapat dikatakan melakukan fraud (kecurangan)