• Tidak ada hasil yang ditemukan

VOLTAMETER TEMBAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VOLTAMETER TEMBAGA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4OH- 2H2O + O2 + 4e

Pengoksidaan Tindak balas di anod (Elektrod negatif) Zn Zn2+ + 2e

Pengoksidaan

Tindak balas di katod ( Elektrod negatif) Cu2+ + 2e Cu

Penurunan Tindak balas di katod ( Elektrod positif) 2H+ + 2e H2

Penurunan

PRINSIP PERHITUNGAN ELEKTROLISIS

Hukum Faraday I

"Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut".

Rumus:

m = e . i . t / 96.500 q = i . t

m = massa zat yang dihasilkan (gram)

e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi i = kuat arus listrik (amper)

t = waktu (detik)

(2)

Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama  banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."

Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2 m = massa zat (garam)

e = berat ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Hukum Faraday erat kaitanya dengan muatan lisktrik. Muatan listrik, Q, adalah  pengukuran muatan dasar yang dimiliki suatu benda. Satuan Q adalah coulomb, yang merupakan 6.24 x 1018 muatan dasar. Q adalah sifat dasar yang dimiliki oleh materi baik  itu berupa proton (muatan positif) maupun elektron (muatan negatif). Muatan listrik total suatu atom atau materi ini bisa positif, jika atomnya kekurangan elektron. Sementara atom yang kelebihan elektron akan bermuatan negatif. Besarnya muatan tergantung dari kelebihan atau kekurangan elektron ini, oleh karena itu muatan materi/atom merupakan kelipatan dari satuan Q dasar. Dalam atom yang netral, jumlah proton akan sama dengan   jumlah elektron yang mengelilinginya (membentuk muatan total yang netral atau tak   bermuatan). Muatan listrik partikel disimbolkan sebagai e atau kadang-kadang q adalah

muatan listrik oleh sebuah partikel proton atau sama dengan angka negatif muatan listrik  sebuah partikel elektron. Merupakan konstanta fisika dan satuan muatan listrik.Nilainya adalah 1.602 176 53(14) × 10-19 C, menurut daftar konstanta fisika CODATA tahun 2002. Pada sistem Centimetre gram second (CGS), nilainya mendekati 4.803 × 10-10 statcoulomb.Sejak pertama kali diukur oleh Robert Millikan pada percobaan tetes-minyak   pada tahun 1909, muatan dasar partikel diyakini tidak bisa dibagi lagi. Quark, ditemukan

tahun 1960s, dipercaya memiliki muatan listrik sebesar e/3, hanya terdapat dalam jumlah  partikel lebih dari satu. Quark tidak pernah dideteksi dalam satu partikel.

(3)

Tabel konversi untuk satuan muatan listrik  1 e (konstanta muatan listrik partikel) adalah sama dengan

1 e (konstanta muatan listrik partikel) 1,6022 x 10-20 abcoulomb (abC) 4,450555556 x 10-23 ampere-hour (Ah) 2,670333333 x 10-21 ampere-minute (Am) 1,6022 x 10-19 ampere-second (As) 1,6022 x 10-19 coulomb (C) 1,602464363 x 10-19 coulomb (internasional) (C) 1,66048323 x 10-24 faraday (kimia) (Fd) 1,660016989 x 10-24 faraday (fisika) (Fd) 4,803267424 x 10-10 franklin (Fr) 1,6022 x 10-22 kilocoulomb (kC) 1,6022 x 10-25 megacoulomb (MC) 1,6022 x 10-13 microcoulomb (µC) 1.6022 x 10-16 milicoulomb (mC)

(4)

1,6022 x 10-10 nanocoulomb (nC)

1,6022 x 10-7 pikocoulomb (pC)

4,803267424 x 10-10 statcoulomb (statC)

1. Sel volta (sel galvani yang dikembangkan oleh Alessandro Volta (1745-1827) dan Luigi Galvani (1737- 1798) dari Italia. Dalam sel v olta, reaksi redoks akan

menghasilkan arus listrik. Dengan perkataan lain, energi kimia diubah menjadi energi listrik.

2. Sel elektrolisis yang dikembangkan oleh Sir Humphry Davy (1778- 1829) dan Michael Faraday (1791- 1867) dari Inggris. Dalam sel elektrolisis arus listrik akan menghasilkan reaksi redoks. Jadi, energi listrik diubah menjadi en ergi kimia. Pada percobaan Voltameter Tembaga ini tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan ketetapan Faraday, teori – toeri yang akan dipergunakan meliputi : elektrokimia, elektrolisis, konsep reaksi redoks, hukum Faraday I , Hukum Faraday II, dan muatan listrik. Rangkaian yang digunakan adalah suatu sistem elektrolisis dengan cairan CuSO . Dimana yang menjadi katoda adalah tembaga dan yang menjadi anoda adalah seng. Reaksi yang terjadi adalah :

CuSO4 (aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)

Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)

Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H2O(l) O2(g) + 4 H+(aq) + 4

e-Seng bertindak sebagai anode (mengalami oksidasi), tembaga bertindak sebagai katode (mengalami reduksi). Perpindahan elektrode dari anode ke katode dapat kita manfaatkan sebagai sumber arus listrik dengan merancang suatu sel volta (sel galvani). Pertama-tama kita menyediakan wadah, diberi setengah sel. Dalam wadah kita celupkan sebatang logam tembaga (katode) dan sebatang logam seng (anode). Kemudian logam seng dan logam tembaga dihubungkan oleh suatu rangkaian kawat yang dilengkapi switch dan voltmeter. Setelah kita amati yang terjadi, seng (anode) secara spontan mengalami

(5)

oksidasi menjadi Zn2+ yang masuk kedalam larutan. Electron yang dilepaskan mengalir  melalui rangkaian kawat menuju tembaga (katode). Pada permukaan tembaga terjadi reduksi: electron yang terlepas ditangkap oleh Cu2+ dari larutan sehingga terbentuk  endapan tembaga. Perpindahan electron dari anode ke katode menyebabkan larutan di anode bermuatan positif (karena bertambahnya Zn2+) dan larutan di katode bermuatan negative (karena berkurangnya Cu2+). Aliran elektron ini menimbulkan arus listrik yang dapat kita gunakan untuk berbagai keperluan. Dengan memutuskan switch (off) atau menyambungkan kembali (on) setiap saat kita dapat mematikan atau menghidupkan sel

volta sesuai dengan kebutuhan.

Pada percobaan I yang menggunakan arus tetap 4 A dan tegangan 4 volt diperoleh berat eqivalen sebesar = 1,25 x 10-5 sedangkan pada percobaan II yang menggunakan arus 5,6 A dan tegangan 6 volt diperoleh hasil berat eqivalen sebesar = 7,1 x 10-5 . Rumus yang digunakan adalah :

z =

dimana : M = massa endapan tembaga

Z = massa ekivalen elektrokimia muatan yang dialirkan

Faraday merumuskan beberapa kaidah perhitungan elektrolisis yang kini dikenal sebagai Hukum Faraday I berikut ini :

1. Jumlah zat yang dihasilkan pada electrode sebanding dengan jumlah arus yang dialirkan pada zat tersebut.

2. Jika arus listrik dialirkan kedalam beberapa sel elektrolisis yang dihubungkan seri, jumlah berat zat-zat yang dihasilkan pada tiap-tiap electrode sebanding dengan berat ekuivalen tiap zat-zar tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa pada zaman Faraday electron belum dikenal sebab, electron   baru ditemukan oleh Joseph John Thomson tahun 1897. Kini berat ekivalen (e) suatu

unsur berdasarkan jumlah electron.

(6)

Untuk mengenang jasa Michael Faraday kini didefinisikan bahwa satu faraday (1 F) adalah jumlah yang terdiri dari satu mol electron atau 6,0221367 x 1023 butir electron. Karena jumlah sebutir electron adalah 1,60217733 x 10 -19 coloumb, maka listrik satu faraday setara dengan muatan sebesar:

6,0221367x 1023 x 1,60217733x 10 -19 coloumb= 9,64853 x 104 coloumb

Bilangan 9,64853x 104 ini sering dibulatkan menjadi 9,65x 104 atau 96500 dan disebut tetapan faraday dengan satuan coloumb mol -1.

1 faraday (1F) = 1 mol electron

= muatan 96500 coloumb F = = Dengan

F = jumlah arus dalam faraday (jumlah mol electron) i = kuat arus (ampere)

t = waktu (detik)

Kedua Hukum Faraday yang telah dikemukakan terdahulu dapat dirumuskan secara kuantitatif sebagai berikut :

1. Jumlah zat yang terbentuk di katode atau di anode dinyatakan oleh persamaan  berikut ini.

W = e F atau w = Dengan,

w = berat hasil elektrolisis (gram ) e = berat ekivalen

F = jumlah listrik (faraday)

2. Jika terdapat dua hasil elektrolisis dengan arus listrik yang sama, maka berlaku hubungan: =

(7)

Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama   banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."

Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2 m = massa zat (garam)

e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Voltameter Tembaga merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar  tegangan listrik  dalam suatu rangkaian listrik . Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anoda sedangkan yang di tengah sebagai katoda. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter). Tembaga memiliki berat jenis 8,93 gram/cm3,titik cairnya : 1083 0C, mampu tariknya : 200 – 360  N/mm2, perpanjangan/regangan/ : 35 – 50 %, penyusutan dingin : 2%. Metal/logam dapat   bertindak sebagai konduktor listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari

elektron-elektron pada strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.

Pada larutan elektrolit yang ada kecenderungan sebagai konduksi listrik, dalamperistiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Jika kedua elektrode dihubungkan dengan arus listrik searah (DC), maka ion-ion  pada larutan akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke elektrode negatif, sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak kearah elektrode positif. Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik. Kondisi demikian ini disebut elektrolitik. Apabila ion-ion dalam larutan terkontak dengan elektrode maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katode akan mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi.

(8)

Sifat hantaran listrik zat cair dapat dibedakan

1. Isolator, misal : air murni, minyak, dll.

2. Larutan ion, misal :

a. mengalami perubahan kimia, misal : asam-basa, garam.

 b. tidak mengalami perubahan kimia, misal : air raksa, logam cair.

Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka untukmenghitung arus, diperlukan

endapan logam di katoda. Maka, akan ditinjau aspek kuantitatif pada elektrolisis ini dengan mengggunakan hukum Faraday, yaitu :

“ Dalam elektrolisis, lewatnya 1 Faraday pada rangkaian menyebabakan oksidasi

satu bobot ekivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi satu bobot ekivalen

 pada elektrode yang lain.”

Dan dinyatakan dalam rumus :

G = a . i . t

Dimana : G = jumlah endapan logam (gr)

a = ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)

i = arus (Ampere)

t = waktu (detik)

Dengan “i . t” adalah jumlah arus yang akan disuplai, secara kuantitatif dinyatakan sebagai 1 Faraday, sehingga sesuai pula dengan kuantitas satuan standar kelistrikan yang menyatakan banyaknya elektron yang melewati elektrolit adalah coloumb maka :

(9)

1 Faraday = 1 mol elektron = 96500 Coloumb

Sehingga rumus diatas menjadi :

G = a . i . t 96500

Karena larutan yang dipakai adalah dalam percobaan adalah CuSO4, maka reaksi

kimia yang terjadi bila terdapat arus listrik adalah :

CuSO4 --- > 2 Cu2++ SO4

2-Pada anoda : SO42-> 2 e + SO4

Pada katoda: Cu2++ 2e > Cu

Artinya Cu2+dari larutan garam bergerak menuju katoda dan anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai untuk menetralkan SO42-. Sesuai dengan reaksi diatas, dan definisi ekivalensi elektrokimia, yaitu bobot zat yang diperlukan untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol elektron, maka harga elektrovalensi kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:

Dari hukum Faraday, rumus untuk “a” adalah :

a = G / (i . t) ; dimana i . t adalah 1 Faraday

maka:

a = G / 1 Faraday = G / (96500 C)

Karena 1 mol Cu (63,5) gr menghasilkan 2 mol elektron, maka hanya diperlukan 0,5 mol Cu (63,5/2) gr untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga “a” untuk Cu dapat dicari :

a = G gr = 0,3294 mg / C

(10)

Setelah harga “a” diketahui maka harga i ditentukan berdasar persamaan :

i = G / (a . t)= G / (0,3294 . t), dengan : G = dalam miligram

a = dalam miligram/C

t = dalam detik 

i = dalam ampere

Dengan persamaan tersebut, akan dapat dihitung besarnya “i” sesungguhnya yang nantinya akan dibandingkan dengan angka “i” pada amperemeter. Dengan demikian,  besarnya keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga

dapat diperhitungkan dengan ralat perhitungan.

Sifat Tembaga

Tembaga yang dikatakan murni sifatnya, yaitu lunak, liat, dan dapat diregangkan atau mulur. Selain itu juga kemampuannya sebagai penghantar panas dan penghantar  listriknya tinggi, juga tahan korosi. Pada udara terbuka, tembaga membentuk lapisan  pelindung berwarna hijau dari Cu karbonat yang dikenal dengan nama Platina. Tembaga  bila berhubungan langsung dengan asam cuka, akan menjadi terusi yang beracun.

Kemampuan untuk dikerjakan

Tembaga murni jelek untuk dicor, dimana dalam proses pengecoran, hasilnya Porus. Akan tetapi apabila diberikan suatu tambahan yaitu dengan jumlah kurang dari 1%  bersama-sama akan memperbaiki sifat untuk mampu dicor. Tambahan-tambahan tersebut antara lain: seng, mangan, timah putih, timah hitam, magnesium, nikel, phospor, dan silisium.

Sebagai bahan setengah jadi, bahwa tembaga dapat dicor dalam suhu antara 800

-900 0C untuk dibuat blok, plat yang nantinya dilanjutkan proses rol atau ditekan untuk  dibuat batangan, profil atau pipa, dan lain sebagainya. Dan untuk pengerjaan selanjutnya

(11)

seperti proses dingin untuk dibuat atau dijadikan lembaran-lembaran tipis (foil) sampai ketebalan 0,01 mm dan dibuat kawat sampai diameter 0,02 mm, akan tetapi dengan cara tersebut, tembaga akan menjadi keras dan rapuh. Karena sifat mampu bentuknya baik  sekali, tembaga dibuat bermacam-macam kebutuhan barang-barang tempa maupun tekan (forming). Melalui proses pelunakan ulang (soft anealing) pada temperatur antara 300 -700 °C akan didapatkan sifat seperti semula dan harga/nilai keregangannya kembali meningkat. Dan proses terakhir pada quenching tidak akan kembali keras, melainkan menjadi bahan mampu tempa.

Untuk pengerjaan yang berhubungan dengan panas yang berulang-ulang atau untuk bagian yang dilas atau disolder, dapat menggunakan bermacam-macam bahan tembaga, misalnya dari tembaga jenis bebas O2 yaitu SB-Cu atau SD-Cu, bahanbahan tersebut baik dan lunak. Dan untuk penyolderan keras maupun pengelasan tanpa gas lindung pun akan baik kemampuan lasnya. Pada pengerjaan permesinan, misalnya :  pembubutan, frais, bor atau shaping, dan sebagainya, bahwa tembaga murni mempunyai

tatal atau cip yang terlalu liat dan padat, dan dapat merusak alat potongnya (cutter). Untuk itu pada alat potong untuk pengerjaan tembaga, diberikan sudut pemotongan khusus dan menggunakan minyak tanah atau oli bor emultion (dromus B) sebagai pelicin membantu pemotongan.

Penggunaannya

Tembaga pada umumnya digunakan sebagai bahan kebutuhan perlistrikan, kawat tambahan solder, pipa-pipa pemanas atau pendingin, penutup atap, dan khususnya digunakan sebagai bahan paduan maupun logam paduan.

(12)

Proses Elektroplating Tembaga-Nikel-Khrom

Elektroplating merupakan suatu proses yang digunakan untuk memanipulasi sifat suatu substrat dengan cara melapisinya dengan logam lain. Proses elektroplating   banyak dibutuhkan oleh industri penghasil benda logam, diantaranya industri

komponen elektronika, peralatan listrik, peralatan olah-raga, peralatan dapur, dan sebagainya. Namun demikian proses elektroplating dalam prakteknya masih sulit dilakukan oleh karena pengendaliannya masih membutuhkan tenaga ahli yang   berpengalaman. Terbatasnya tenaga ahli yang berpengalaman di bidang

elektroplating, khususnya di Surabaya, mendorong pelaksanaan tugas akhir ini dalam rangka membuat suatu alat pengontrol elektroplating yang mudah digunakan dan

tidak membutuhkan keahlian khusus.

Hasil yang diperoleh dalam proses elektroplating dipengaruhi oleh banyak  variabel, diantaranya larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi plating, tegangan antara kedua elektroda, keadaan elektroda yang digunakan, dan sebagainya. Dalam rangka pembuatan alat kontrol elektroplating dengan MCS-51, maka ditentukan terlebih dulu bahwa variabel yang dikendalikan adalah suhu larutan, durasi plating dan tegangan yang digunakan. Variabel-variabel lain seperti keadaan elektroda dan keadaan larutan masih belum dapat dikontrol melalui mikrokontroler, sehingga akan dikendalikan secara manual. Alat kontrol elektroplating ini dilengkapi dengan display, sensor suhu, fan, heater dan sumber tegangan yang semuanya diperlukan

dalam proses pengendalian elektroplating.

Pengujian alat kontrol elektroplating ini digunakan pada proses nikel plating dan krom plating. Bagaimanapun juga, meski alat kontrol elektroplating ini berjalan dengan baik namun tidak dapat menggantikan kerja operator secara total. Salah satu kesulitan dalam mencapai hasil plating yang memuaskan adalah sifat larutan yang   berubah-ubah secara cepat dan random. Metode pengujian yang dilakukan adalah  bereksperimen dengan berbagai kombinasi variabel suhu, waktu dan tegangan. Dalam   pengujian diperoleh kesimpulan bahwa dengan adanya alat kontrol elektroplating

dengan MCS-51 ini proses elektroplating dapat dilakukan dengan mudah dan hasil yang diperoleh pun memuaskan.

(13)

Proses pelapisan tembaga-nikel-khrom terhadap logam ferro atau kuningan sebagai logam yang dilapis adalah satu cara untuk melindungi logam terhadap serangan korosi dan untuk mendapatkan sifat dekoratif. Cara pelapisan tembaga-nikel-khrom dengan metode elektroplating adalah sebagai berikut:Pelapisan menggunakan arus searah. Cara kerjanya mirip dengan elektrolisa, dimana logam pelapis bertindak sebagai anoda,sedangkan logam dasarnya sebagai katoda. Cara terakhir ini yang disertai dengan   perlakuan awal terhadap benda kerja yang baik mempunyai berbagai keuntungan

dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :

a. Lapisan relatif tipis.

b. Ketebalan dapat dikontrol.

c. Permukaan lapisan lebih halus.

d. Hemat dilihat dari pemakaian logam khrom.

Pengerjaan elektroplating tembaga-nikel-khrom pada dasarnya terbagi atas tiga proses yaitu perlakuan awal, proses pelapisan dan proses pengolahan akhir hasil elektroplating.Proses elektroplating ini terdapat tiga jenis proses pelapisan yaitu yang   pertama adalah pelapisan logam dengan Tembaga, lalu dilanjutkan dengan pelapisan  Nikel dan yang terakhir benda dilapis dengan Khrom.

Pelapisan Tembaga

Tembaga atau Cuprum (Cu) merupakan logam yang banyak sekali digunakan, karena mempunyai sifat hantaran arus dan panas yang baik. Tembaga digunakan untuk pelapisan dasar karena dapat menutup permukaan bahan yang dilapis dengan baik. Pelapisan dasar  tembaga dipelukan untuk pelapisan lanjut dengan nikel yang kemudian yang kemudian dilakukan pelapisan akhir khrom.

Aplikasi yang paling penting dari pelapisan tembaga adalah sebagai suatu lapisan dasar   pada pelapisan baja sebelum dilapisi tembaga dari larutan asam yang biasanya diikuti   pelapisan nikel dan khrom. Tembaga digunakan sebagai suatu lapisan awal untuk 

(14)

tembaga sulfat. Alasan pemilihan plating tembaga untuk aplikasi ini karena sifat  penutupan lapisan yang bagus dan daya tembus yang tinggi.

Sifat-sifat Fisika Tembaga

1.Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan 2.Dapat ditempa, dibengkokan dan merupakan penghantar panas dan listrik  3.Titik leleh : 1.0830C, titik didih : 2.3010C 4.Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3

Sifat-sifat Kimia Tembaga

1.Dalam udara kering sukar teroksidasi, akan tetapi jika dipanaskan akan membentuk 

oksida tembaga (CuO)

2.Dalam udara lembab akan diubah menjadi senyawa karbonat atau karat basa, menurut reaksi : 2Cu + O2 + CO2 + H2O → (CuOH)2 CO3 3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan HCl encer maupun H2SO4encer  4.Dapat bereaksi dengan H2SO4 pekat maupun HNO3 encer dan pekat Cu + H2SO4 → CuSO4 +2H2O + SO2 Cu + 4HNO3 pekat → Cu(NO3)2 + 2H2O + 2NO2 3Cu + 8HNO3 encer → 3Cu(NO3)2 + 4H2O + 2NO 5.Pada umumnya lapisan Tembaga adalah lapisan dasar yang harus dilapisi lagi dengan   Nikel atau Khrom. Pada prinsipnya ini merupakan proses pengendapan logam secara elektrokimia,digunakan listrik arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan adalah tipe alkali dan tipe asam. Untuk tipe alkali komposisi larutan dan kondisi operasi dapat dilihat pada tabel 2.3.

(15)

Larutan Strike menghasilkan lapisan yang sangat tipis. Larutan strike dapat pula dipakai sebagai pembersih dengan pencelupan pada larutan sianida yang ditandai dengan keluarnya gas yang banyak pada benda kerja sehingga kotoran-kotoran yang menempel akan mengelupas. Larutan ini terutama digunakan pada komponen-komponen dari baja sebagai lapisan dasar, untuk selanjutnya dilakukan pelapisan tembaga dengan logam lain. Formula kecepatan tinggi atau efisiensi tinggi digunakan untuk plating tembaga tebal, smentara proses Rochelle digunakan untuk menghasilkan pelapisan yang bersifat antara strike dan kecepatan tinggi. Garam-garam Rochelle tidak terdekomposisi dan hanya   berkurang melalui drag-out yaitu terikutnya larutan pada benda kerja pada saat

(16)

 pengambilan dari tanki tinggi disbanding larutan strike sebab kerapatan arus katoda dan efisiensi penting dalam kecepatan plating. Larutan Rochelle dan kecepatan tinggi dapat dioperasikan pada temperatur relatif tinggi.Komposisi larutan dan kondisi operasi untuk   pelapisan tembaga asam dapat dilihat pada tabel 2.4.

Proses “Pengolahan Awal” adalah proses persiapan permukaan dari benda kerja yang akan mengalami proses pelapisan logam.Pada umumnya proses pelapisan logam itu mempunyai dua tujuan pokok adalah sifat dekorasi, sifat ini untuk mendapatkan tampak  rupa yang lebih baik dari benda asalnya, dan aplikasi teknologi, sifat ini misalnya untuk  mendapatkan ketahanan korosinya, mampu solder, kekerasan, sifat listrik dan lain sebagainya.Keberhasilan proses pengolahan awal ini sangat menentukan kualitas hasil  pelapisan logam, baik dengan cara listrik, kimia maupu dengan cara mekanis lainnya.

Proses pengolahan awal yang akan mengalami proses pelapisan logam pada umumnya meliputi proses-proses pembersihan dari segala macam pengotor (cleaning proses) dan  juga termasuk proses-proses pada olah permukaan seperti poleshing, buffing,dan proses   persiapan permukaan yang lainnya.Untuk mendapatkan daya lekat pelapisan logam

(adhesi) dan fisik permukaan benda kerja yang baik dari suatu lapisan logam, maka perlu

diperhatikan cara olah permukaan dan proses pembersihan permukaan.

Ketidaksempurnaan kedua hal tersebut di atas dapat menyebabkan adanya garisan-garisan pada benda kerja dan pengelupasan hasil pelapisan logam.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Setiap permukaan dari benda kerja yang telah mengalami proses pemesinan, baik itu proses bubut, sekrap, milling, akan mengalami perubahan pada bentuk pada

electroplating sendiri yaitu proses pelapisan suatu logam dengan logam.. lain didalam larutan elektrolit dengan menggunakan arus

Proses ini dapat digunakan untuk material benda kerja berbahan logam seperti tembaga.Beberapa parameter proses yang akan dikaji adalah arus yang diberikan, lama waktu pencelupan dan

Proses Electroplating Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan elektrolit sehinnga ion logam mengendap pada benda padat yang akan

Penurunan efisiensi kerja inhibitor pada hari setelah hari ke-10 dikarenakan tanin yang melapisi permukaan logam tembaga mulai terlepas, sehingga permukaan logam

Golongan ini mencakup kegiatan umum pengolahan logam, seperti penempaan atau penekanan, persepuhan, pelapisan, pengukiran, pemboran, penyemiran, pengelasan dan lain-lain, yang

Electropolishing adalah proses pengikisan atau penghalusan permukaan logam pada benda padat konduktif dengan bantuan arus listrik, yang bertujuan untuk mengikis

Setiap permukaan dari benda kerja yang telah mengalami proses pemesinan, baik itu proses bubut, sekrap, milling, akan mengalami perubahan pada bentuk pada