• Tidak ada hasil yang ditemukan

MSDJ : Management Sustainable Development Journal Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN (Online) ISSN (Print)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MSDJ : Management Sustainable Development Journal Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN (Online) ISSN (Print)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN (Online) 2657-2036

ISSN (Print) 2684-6802

Faktor – Faktor Yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam

Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga Pada Family Business

Community Universitas Ciputra

Annisa Aisyah Fayola, Metta Padmalia, Junko Alessandro Effendy

Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas Ciputra

email: 1 [email protected], 2[email protected], 3[email protected]

ABSTRAK Artikel History:

Artikel masuk Artikel revisi Artikel diterima

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat merefleksikan family business brand dalam perspektif generasi penerus perusahaan keluarga. Pengumpulan data penelitian disebarkan sebanyak 135 responden pada generasi penerus perusahaan keluarga yang tergabung dalam family business community Universitas Ciputra angkatan tujuh, delapan, dan sembilan yang mayoritas sudah pernah terlibat dalam perusahaan keluarga, pengambilan sampel dilakukan dengan metode teknik pengambilan sampel non-probability sampling dan metode purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square Structural Equation Modeling (SEM PLS) dengan bantuan program smartPLS 3.0. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa Family Business Brand dapat terefleksikan oleh faktor Family Firm Identity, Family Firm Image, dan Family Firm Reputation. Faktor Family Firm Identity terdiri dari pengaruh keluarga, nilai tujuan keluarga, tempat asal perusahaan, nama bisnis/ perusahaan keluarga, dan tumpang tindih nilai bisnis keluarga. Faktor Family Firm Image terdiri dari penggambaran perjanjian keluarga, saluran atau channel yang digunakan, perilaku anggota yang mencerminkan nilai-nilai, dan sejarah pengorbanan bisnis keluarga. Faktor Family Firm Reputation terdiri dari visi kepemimpinan perusahaan, lingkungan tempat kerja, dan kinerja keuangan perusahaan

Keywords:

Family Business Brand, Family Firm Identity, Family Firm Image, Family Firm Reputation, Next Generation, Family Busines

Style Harvard Referencing Standard dalam mensitasi artikel ini: [Heading sitasi]

Satu, N. P., & Dua, N. P. (Tahun). Judul Artikel. Ekonika : Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri, v(n), Halaman awal - Halaman akhir. [heading Isi sitasi]

ABSTRACT

This research in done to find out the factors that can reflect family business brand in the perspective of family business next generation. Research data collection is distributed as many as 135 respondents to the next generation of family companies that join seventh, eight, and ninth batch of Universitas Ciputra in which majority are those who have involved in family business. Sampling is done with non-probability sampling technique method and purposive sampling method. Data analysis method that is used Partial Least Square Structural Equation Modeling

(2)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perusahaan keluarga yang cukup besar dengan presentase 95% menurut data yang dihasilkan oleh International Finance

Corporation (2016). Rock (1991, dalam Cakranegara et al, 2018) menyatakan bahwa

perusahaan keluarga atau family business adalah suatu perusahaan yang pemegang kepemilikan saham terbesar adalah sebuah keluarga dan posisi pengelola (manajemen) dikuasai oleh anggota keluarga serta diharapkan keturunan keluarga tersebut mengikuti jejak mereka nantinya sebagai pengelola. Pernyataan Rock (1991) juga didukung oleh Handler (1989, dalam Zehrer & Leiß, 2020) yang juga menyatakan bahwa perusahaan keluarga dikendalikan oleh anggota keluarga yang berkelanjutan lintas generasi dengan tujuan adanya transfer kepemilikan dan pengetahuan kepada generasi berikutnya. Price Waterhouse Cooper menjelaskan dalam hasil survei yang dilakukan kepada para incumbent bahwa saat ini pendiri sudah mempersiapkan rencana terhadap generasi selanjutnya dimana sebesar 62% pemimpin perusahaan ingin generasi penerusnya sukses dalam mengambil ahli perusahaan keluarga (PWC 2019).

Menurut hasil survei dengan 12 macam pasar serta karyawan bisnis keluarga sebagai sampelnya mendapatkan hasil terkait dengan perencanaan pengalihan kepemimpinan pada generasi penerus menimbulkan kekhawatiran seperti krisis kredibilitas dan kepemimpinan generasi penerus pada saat melanjutkan kepemimpinan perusahaan keluarga. Karyawan dalam bisnis keluarga mengatakan bahwa generasi penerus akan salah dalam mengelola perusahaan keluarganya sebesar 63% (Edelman Trust Barometer, 2017). Perusahaan harus menyikapi

(SEM PLS) with the help of smartPLS 3.0 program. The results of the analysis in this research indicate that Family Business Brand can be reflected by the factors of Family Firm Identity, Family Firm Image, and Family Firm Reputation. Family Firm Identity factors consist of family influence, family goal value, company origin, name of family business / company, and overlapping family business value. The Family Firm Image factors consist of the description of family agreement, the channel or channel that is used, the behavior of members that reflect values, and the history of family business sacrifice. Family Firm Reputation factors consist of the company's leadership vision, workplace environment, and company financial performance. The results of data process show that the factors that reflect the Family Business Brand in the perspective of next generation are if it is sorted from the highest that is, family firm identity factor, family firm image factor, and family firm reputation factor.

(3)

kekhawatiran tersebut seawal mungkin sebelum generasi baru mengambil alih kepemilikan, mereka harus sepenuhnya terlatih dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis dengan cara pendahulu atau generasi pendahulunya dapat melakukan pembelajaran pengetahuan mengenai perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Hautala (2006, dalam Uwamahoro & Twesige, 2020) melalui penelitiannya menemukan bahwa perusahaan keluarga dapat berkelanjutan hanya jika kepemilikan, manajemen, dan juga pengetahuan diserahkan kepada keturunan yaitu anak-anaknya.

Keuntungan salah satu bisnis keluarga yaitu anggota keluarga merupakan sumber daya yang berharga dalam perusahaan (Kim & Gao, 2013; dalam Telling & Goulding, 2020). Habbershon & Williams (1999, dalam Kotlar & Chrisman, 2018) menggambarkan kekeluargaan sebagai kumpulan unik sumber daya yang diciptakan oleh interaksi keluarga dan bisnis. Keunggulan bersaing atau kompetitif dapat menjadi keunggulan dari perusahaan untuk menciptakan kompetisi yang lebih efektif dalam pasarnya (Porter, 2003; dalam Daengs

et al, 2019). Salah satu upaya perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor dalam produk

dan jasa bisnis keluarganya adalah menciptakan merek (Barroso et al, 2019).

Merek dalam perusahaan keluarga berbeda dengan perusahaan non–keluarga lainnya karena merek bisnis keluarga memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan sumber istimewa yang berharga yaitu salah satunya dengan menunjukkan sifat dari keluarga perusahaan sehingga dapat menjadi nilai tambah tersendiri (Craig et al, 2008; dalam Astrachan & Botero, 2017). Menurut tinjauan Astrachan et al (2018) terhadap literatur menunjukkan tiga pandangan atau konseptualisasi dari merek bisnis keluarga. Konsep pertama adalah The identity view of the family business brand atau tampilan identitas merek bisnis keluarga berfokus pada apa yang pemilik dan pemimpin bisnis keluarga percaya tentang organisasi mereka, yang mencakup karakteristik mereka memandang sebagai faktor pembeda bisnis mereka sehingga faktor ini lebih kepada bagian internal perusahaan.

Konsep kedua yaitu The image view of the family business brand atau pandangan gambar merek bisnis keluarga berkaitan dengan apakah dan bagaimana pemilik atau pemimpin bisnis memilih untuk menggambarkan sifat keluarga mereka bisnis kepada pemangku kepentingan di dalam dan di luar bisnis (yaitu, citra adalah apa yang diproyeksikan oleh para pemimpin dan pemilik bisnis keluarga kepada dunia dengan keyakinan bahwa proyeksi mereka akan menciptakan citra perusahaan dalam pikiran para pemangku kepentingan yang sangat cocok dengan esensi perusahaan). Konsep terakhir adalah The reputation view of the family business

(4)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

dipandang oleh pemangku kepentingan eksternal sebagai faktor pembeda untuk perusahaan keluarga dengan perusahaan lainnya. Maka secara garis besar branding pada bisnis keluarga terdiri dari komponen family firm identity, family firm image, dan family firm reputation (Astrachan et al, 2018).

KAJIAN LITERATUR

Teori Identitas Organisasi (Organizational Identity Theory)

Teori identitas organisasi adalah konsep yang digunakan untuk menggambarkan persepsi bersama anggota organisasi mengenai bagaimana perusahaan keluarga dikenal sebagai organisasi (Balmer et al, 2007; dalam Astrachan & Botero, 2017). Identitas organisasi pertama kali diusung oleh Albert dan Whetten, 1985 dengan menjelaskan bahwa sebuah identitas organisasi akan mencakup nilai-nilai inti dan kepercayaan dari suatu organisasi yang anggotanya dianggap sebagai paling sentral, khas, dan bertahan lama (Albert & Whetten, 1985).

Family Business Brand

Perusahaan keluarga memanfaatkan brand sebagai keunikan dari organisasinya yaitu seperti yang dikemukakan oleh Simon (2009, dalam Botero, 2017) bahwa brand dapat menjadi pembeda merek perusahaan keluarga dan non – keluarga bahwa kedua organisasi ini ada karena alasan yang berbeda yaitu perusahaan keluarga bertujuan untuk menyediakan dan merawat anggota keluarganya sedangkan tujuan utama non – keluarga adalah menyediakan barang dan jasa untuk keuntungan ekonomi. Merek bisnis keluarga dapat didefinisikan sebagai komunikasi formal dan informal dari elemen keluarga suatu perusahaan (yaitu keterlibatan keluarga dalam perusahaan), yang mengarah pada asosiasi dan harapan dalam pikiran para pemangku kepentingan dan membantu membedakan perusahaan-perusahaan keluarga dari yang lain (Astrachan, 2018).

Family Business Brand Identity

Elemen utama merek perusahaan adalah identitasnya. Identitas merek perusahaan inilah yang membuat merek perusahaan unik dan relevan sehingga dapat dibandingkan dengan pesaing (Kapferer, 2008; dalam Iglesias et al, 2019). Tagiuri & Davis (1996, dalam Wielsma & Brunninge, 2019) Menyatakan bahwa dalam perusahaan keluarga, identitas organisasi terdiri dari kombinasi identitas keluarga pemilik dan identitas bisnis. Sejak awal mula perusahaan keluarga didirikan , bisnis keluarga sering kali dikaitkan dengan nama keluarga sehingga koneksi keluarga memainkan peran penting dalam kemampuan perusahaan untuk memobilisasi sumber dayanya (Aldrich & Cliff 2003; dalam Craig et al, 2008).

(5)

Identitas merek bisnis keluarga dapat berpengaruh dalam keunggulan kompetitif perusahaan keluarga dimana identitas merek keluarga dapat dianggap sebagai sumber daya yang langka, berharga, tidak dapat ditiru, dan tidak dapat diganti (Carney, 2005; dalam Fotea, 2020).

Family Business Brand Image

Image atau citra perusahaan keluarga akan mencerminkan apa yang ingin disampaikan

perusahaan keluarga kepada eksternal atau bagaimana perusahaan ingin dirasakan oleh pendengarnya secara beragam (Brown, 2006; Astrachan et al, 2018). Perbedaan citra yang ditunjukkan dapat memudahkan konsumen untuk mengalami keunikan, tidak mudah untuk ditiru, dan keaslian perusahaan keluarga akan terjaga (Gursoy & Lu, 2015). Konsep ini berfokus pada cara pemilik bisnis keluarga memilih untuk menggambarkan sifat keluarga organisasi mereka (Astrachan et al, 2018).

Family Business Brand Reputation

Reputasi bisnis keluarga telah didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan dari publik terhadap perilaku organisasinya dari waktu ke waktu (Berens & Van Riel, 2004; dalam Shahani et al, 2019). Reputasi perusahaan keluarga dapat berfungsi sebagai kualitas perusahaan yang akan menjadi peluang investasi karena keluarga biasanya memandang perusahaan keluarganya sebagai penggambaran sifat dirinya sendiri (Dyer & Whetten, 2006; dalam Kashmiri & Mahajan, 2010). Perusahaan keluarga selalu termotivasi untuk melindungi reputasi perusahaan keluarga karena reputasi adalah aset yang kuat dan bisa dijadikan sebagai warisan keluarga yang dapat ditransfer dari satu generasi ke generasi lainnya (Craig et al, 2007).

Penelitian pertama dilakukan oleh Astrachan et al (2018) dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengusulkan konseptualisasi multidimensi dari merek bisnis keluarga yang muncul dari penelitian sebelumnya dan pengamatan sendiri tentang bisnis keluarga yang sebenarnya. Dalam penelitian ini telah menunjukkan tiga komponen yang mendasar yaitu komponen identitas merek dengan mengambil sudut pandang pemilik serta pemimpin organisasi yang menggambarkan organisasi mereka. Komponen yang kedua yaitu penggambaran merek dengan mencerminkan karakteristik pesan dan bagaimana pesan dikomunikasikan. Komponen yang terakhir yaitu reputasi merek dengan menggambarkan persepsi umum yang dimiliki pemangku kepentingan tentang organisasi dan mengambil perspektif penerima merek. Keterkaitan penelitian terdahulu ini dapat membantu penelitian ini dalam membangun pengetahuan serta mendalami bagaimana family business brand sebenarnya.

(6)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

Penelitian kedua dilakukan oleh Binz et al (2013), dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk menyelidiki persepsi konsumen yang berbeda pada perusahaan keluarga. Penelitian ini juga mengkaji terkait indikator yang membentuk family firm reputation, indikator tersebut dimanfaatkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap perusahaan dan konsumen mengenai persepsi terhadap perusahaan keluarga. Indikator yang disebutkan dalam penelitian Binz et al (2013) tersebut juga menjadi acuan dalam penelitian ini dikarenakan kesesuaian terhadap topik yang diangkat yaitu family firm reputation dalam family business brand. Penelitian Binz et al (2013) menemukan bahwa identitas merek berbasis keluarga ternyata dapat meningkatkan kemampuan perusahaan keluarga karena dapat membantu dalam membangun reputasi yang baik serta hubungan pelanggan yang kuat, positif, dan bertahan lama.

Penelitian ketiga oleh Wielsma & Brunninge (2019) memberikan kontribusi pemahaman tentang masalah identitas dalam perusahaan keluarga, dengan memahami bagaimana hubungan identitas dengan bisnis keluarga dapat mempengaruhi pilihan generasi berikutnya. Penelitian ini mengeksplorasi perkembangan identitas dalam konteks keluarga perusahaan. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa identitas perusahaan keluarga dapat mempengaruhi identitas keluarga bisnis baik pada tingkat kelompok maupun individu yang dampaknya terwujud dalam pilihan pribadi para anggota keluarga. Pilihan ini dimotivasi oleh keinginan untuk mempertahankan warisan keluarga, di mana kepemilikan perusahaan merupakan fitur identitas utama. Penelitian ini dapat membantu peneliti untuk memahami

keterkaitan merek bisnis keluarga dengan identitas perusahaan yang saling

berkesinambungan.

Penelitian keempat oleh Motoc (2019) membahas tentang salah satu elemen kunci kesuksesan bisnis keluarga terletak pada komunitas perusahaan dengan citra atau image yang baik. Merek saat ini tidak hanya menawarkan manfaat fungsional tetapi juga emosional, sehingga dapat dibedakan satu dengan lainnya. Bisnis keluarga seringkali dikaitkan dengan nilai-nilai yang muncul secara sosial dalam branding modern. Perusahaan keluarga secara tradisional dikenal karena kepercayaan dan integritasnya, sehingga sekarang mereka harus lebih memperhatikan citra atau image mereka dan mengembangkan strategi cerdas untuk melindunginya. Reputasi perusahaan merupakan aset tidak berwujud yang diakui dan dinilai oleh para pemangku kepentingan. Citra dan reputasi bisnis keluarga mempengaruhi perusahaan baik faktor keuangan maupun non keuangan. Penelitian ini memberikan penjelasan secara lebih dalam tentang bagaiaman image dan reputation sangat berpengaruh pada identitas merek perusahaan.

(7)

Penelitian kelima dilakukan oleh Astrachan & Botero (2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki mengapa perusahaan keluarga memutuskan untuk mempromosikan merek bisnis keluarga dalam upaya mengkomunikasikan pada pemangku kepentingan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara menentukan objek dan mengumpulkan responden berdasarkan hasil wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah persatuan antar keluarga dan identitas bisnis di perusahaan keluarga dapat menjadi pendorong untuk mengkomunikasikan merek bisnis keluarga. Harapan yang dimiliki oleh pemilik bisnis keluarga mengenai efek mengkomunikasikan sifat bisnis keluarga dari sebuah perusahaan juga berperan penting dalam proses pengambilan keputusan. Keterkaitan penelitian terdahulu ini dapat membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau pandangan perusahaan keluarga terhadap merek bisnis keluarga

(8)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada Gambar 1.1 Kerangka Alur Berpikir

Pengaruh keluarga (X.1.1)

Family Firm Identity

(X.1) Tingkat kepemilikan (X.1.2)

Nilai tujuan keluarga (X.1.3)

Ukuran umur perusahaan (X.1.4) Model industri bisnis (X.1.5) Tempat asal perusahaan (X.1.6)

Ikatan komunitas (X.1.8) Tumpang tindih nilai bisnis (X.1.9) Kehadiran peran keluarga (X.1.10)

Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus (Y) Sejarah kepemilikan (X.1.12) Family Firm Image (X.2) Tingkat promosi keluarga (X.2.1)

Karakterisasi keluarga (X.2.2) Penggambaran perjanjian keluarga (X.2.3)

Saluran yang digunakan (X.2.4) Pemangku kepentingan (X.2.5) n

Arsitektur merek (X.2.6) Pemahaman nilai merek (X.1.11)

Perilaku anggota yang mencontohkan nilai-nilai (X.2.7)

Sejarah pengorbanan bisnis keluarga (X.2.8)

Profesionalisme perusahaan (X.2.9) Daya tarik emosional (X.3.1)

Visi kepemimpinan (X.3.2) Produk layanan perusahaan (X.3.3)

Lingkungan tempat kerja (X.3.4) Tanggung jawab sosial lingkungan (X.3.5)

Kinerja keuangan (X.3.6)

Family Firm Reputation (X.3)

Nama bisnis keluarga (X.1.7)

Sumber: Data diadaptasi dari Astrachan et al (2017) dan Binz et al (2013)

(X.1)

(X.2)

(X.3)

(9)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dimana menurut Creswell (2018:41) Penelitian kuantitatif adalah pendekatan untuk menguji teori-teori obyektif dengan memeriksa hubungan antara variabel yang dapat diukur pada instrument sehingga data bernomor dapat dianalisis menggunakan prosedur statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah para generasi penerus perusahaan keluarga yang tergabung atau terdaftar sebagai anggota family business community Universitas Ciputra yang juga tergabung dalam guild

family business Universitas Ciputra. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling dan metode sampling purposive sampling. Sampel yang dipilih

dalam penelitian ini adalah tiga angkatan (2016, 2017, dan 2018) yang tergabung dalam

Family Business Community Universitas Ciputra dengan tujuan pemilihan sampel

dikarenakan sudah berkontribusi pada perusahaan keluarganya. Menurut Hair et al (2014) setidaknya jumlah minimal sampel lima sampai sepuluh kali lebih banyak dari jumlah indikator maka dalam penelitian ini jumlah indikator 27 dikali lima menjadi 135 responden yang akan dijadikan sampel penelitian..

Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel/ Faktor

Definisi Konseptual

Indikator Definisi Operasional Sumber

1. Family Firm Identity Tampilan identitas merek bisnis keluarga berfokus pada apa yang pemilik dan pemimpin bisnis keluarga percaya benar tentang organisasi mereka. 1. Pengaruh keluarga 2. Tingkat kepemilikan keluarga 3. Nilai dan tujuan

keluarga 4. Ukuran umur perusahaan 5. Model industri bisnis 6. Tempat asal 7. Nama keluarga bisnis yang ditampilkan 8. Ikatan komunitas 9. Kehadiran peran keluarga 10. Tumpang tindih nilai bisnis 11. Pemahaman

tentang nilai merek 12. Kebanggaan

sejarah

kepemilikan bisnis

1. Saya merasa keluarga berpengaruh terhadap pembentukan identitas bisnis keluarga. 2. Saya merasa tingkat

kepemilikan keluarga berpengaruh pada penentuan identitas perusahaan.

3. Saya merasa nilai tujuan keluarga saya berpengaruh pada identitas perusahaan. 4. Saya merasa ukuran umur perusahaan berpengaruh pada identitas perusahaan. 5. Saya merasa model industri

bisnis saya berpengaruh pada identitas perusahaan. 6. Saya merasa tempat asal

perusahaan dapat

menggambarkan identitas perusahaan.

7. Saya merasa nama bisnis keluarga yang dibagikan sudah menggambarkan identitas perusahaan.

Astrachan,

et al

(10)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada 8. Saya merasa ikatan

komunitas dapat membantu identitas perusahaan. 9. Saya merasa kehadiran

peran keluarga dalam manajemen berpengaruh pada identitas perusahaan. 10. Saya merasa tumpang

tindih nilai bisnis keluarga berpengaruh terhadap penggambaran identitas perusahaan.

11. Saya merasa sudah memahami tentang nilai yang ada pada identitas merek perusahaan saya 12. Saya merasa sejarah

kebanggan atas

kepemilikan bisnis keluarga dapat berperan dalam penggambaran identitas perusahaan. 2. Family Firm Image Pandangan gambar merek bisnis keluarga berkaitan dengan apakah dan bagaimana pemilik dan pemimpin bisnis memilih untuk menggambarkan sifat keluarga mereka bisnis kepada pemangku kepentingan di dalam dan di luar bisnis. 1. Tingkat promosi keluarga 2. Karakterisasi keluarga 3. Penggambaran keluarga dalam perjanjian keluarga 4. Saluran yang digunakan 5. Pemangku kepentingan (stakeholders) 6. Arsitektur merek 7. Perilaku anggota yang mencontohkan nilai-nilai 8. Sejarah pengorbanan keluarga untuk bisnis 9. Profesionalisme perusahaan

1. Saya merasa tingkat promosi keluarga dapat berpengaruh dalam menggambarkan image perusahaan.

2. Saya merasa karakter dari keluarga dapat membantu dalam menggambarkan

image perusahaan.

3. Saya merasa komitmen perjanjian yang keluarga sampaikan berpengaruh dalam image perusahaan. 4. Saya merasa channels yang

digunakan oleh perusahaan dapat menentukan image perusahaan.

5. Saya merasa para

stakeholder dapat

berpengaruh pada image perusahaan.

6. Saya merasa arsitektur merek bisnis keluarga saya sudah dapat

menggambarkan image perusahaan.

7. Saya merasa perilaku anggota keluarga yang mencerminkan nilai keluarga dapat

menggambarkan image perusahaan.

8. Saya merasa sejarah pengorbanan keluarga untuk pendirian bisnis dapat menjadi image perusahaan.

Astrachan

et al

(11)

9. Saya merasa tingkat profesionalisme dalam perusahaan keluarga dapat mempengaruhi image perusahaan. 3. Family Firm Reputati on Pandangan reputasi merek bisnis keluarga menangkap persepsi unik yang dipandang oleh pemangku kepentingan eksternal sebagai faktor pembeda untuk perusahaan keluarga dengan perusahaan lainnya. 1. Daya tarik emosional 2. Produk layanan perusahaan 3. Visi kepemimpinan 4. Lingkungan tempat kerja 5. Tanggung jawab sosial lingkungan 6. Kinerja keuangan

1. Saya merasa bangga terhadap perusahaan keluarga saya.

2. Saya merasa perusahaan keluarga saya selalu memiliki inovasi terbaru. 3. Saya merasa perusahaan

keluarga saya memiliki visi kepemimpinan yang jelas untuk kedepannya 4. Saya merasa lingkungan

kerja perusahaan saya tertata dengan baik. 5. Saya merasa perusahaan

saya adalah perusahaan yang bertanggung jawab kepada lingkungan sosial sekitar.

6. Saya merasa perusahaan saya memiliki rekor yang kuat dalam keuangan.

Binz et al (2013)

HASIL & PEMBAHASAN

Uji validitas diskriminan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan nilai cross

loading sebagai acuan. Indikator dinyatakan memenuhi validitas diskriminan jika nilai cross loading indikator pada variabelnya menunjukkan nilai paling besar diantara variabel lainnya.

Setelah mengeliminasi 15 indikator yang tidak valid maka nilai cross loading mengalami sedikit perubahan, namun dengan menghilangkan indikator tidak merubah makna variabel dari indikator tersebut. Berikut adalah hasil uji validitas diskriminan:

(12)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

Tabel 1.2 Hasil Uji Validitas Diskriminan

X.1 (Family Firm Identity) X.2 (Family Firm Image) X.3 (Family Firm Reputation) Y (Family Business Brand) X.1.1 0.846 0.738 0.601 0.812 X.1.3 0.825 0.760 0.582 0.806 X.1.4 0.300 0.218 0.288 0.293 X.1.6 0.776 0.652 0.586 0.745 X.1.7 0.835 0.747 0.621 0.813 X.1.9 0.866 0.791 0.605 0.842 X.2.3 0.842 0.883 0.621 0.871 X.2.4 0.787 0.853 0.640 0.841 X.2.7 0.714 0.884 0.547 0.796 X.2.8 0.763 0.821 0.588 0.805 X.3.2 0.595 0.559 0.884 0.715 X.3.4 0.618 0.558 0.855 0.716 X.3.6 0.652 0.611 0.798 0.735

Sumber: Data diolah Peneliti (2020)

Hair, et al (2017) mengungkapkan bahwa nilai cross loading akan memenuhi persyaratan valid yaitu dengan memiliki nilai > 0,70 untuk setiap indikator. Pada Tabel 4.7 dan 4.8 nilai angka yang bewarna kuning menunjukkan hasil nilai cross loading pengolahan data dan membandingkan nilai cross loading awal dan akhir. Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat mayoritas indikator dalam penelitian ini memiliki validitas diskriminan yang baik

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan setelah uji validitas untuk membuktikan akurasi ketepatan indikator dalam mengukur variabel. Variabel dapat dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai

cronbach’s alpha dan composite reliability yang lebih besar dari 0,7 (Hair et al 2017). Berikut

adalah nilai cronbach’s alpha dan composite reliability dalam penelitian ini:

Setelah menghilangkan 15 indikator yang tidak valid, nilai uji construct mengalami sedikit perubahan, tetapi dengan menghilangkan indikator tidak merubah makna variabel dari indikator tersebut. Berdasarkan Tabel 4.9, terlihat bahwa nilai composite reliability dan cronbach’s

(13)

variabel telah memenuhi composite reliability dan cronbach’s alpha maka dapat dikatakan reliabel untuk mengukur variabel latennya dan akan menghasilkan nilai yang sama jika dilakukan pengujian secara berulang.

PEMBAHASAN

Family Business Brand direfleksikan dari tiga faktor yaitu family firm identity, family firm image, dan family firm reputation (Astrachan et al, 2018). Penelitian ini menggunakan

faktor-faktor tersebut serta indikator yang ada didalamnya sebagai acuan untuk diteliti pada generasi penerus perusahaan keluarga. Pada tahap analisis diketahui bahwa dari ketiga faktor tersebut dapat merefleksikan family busines brand namun terjadi pengeliminasian terhadap beberapa indikator dari setiap faktor. Eliminasi yang dilakukan pada indikator dari ketiga faktor adalah hal yang wajar dikarenakan Astrachan et al (2018) sebagai peneliti dari penelitian terdahulu yang dijadikan acuan mengatakan bahwa telah terjadi pertumbuhan yang signifikan dalam studi merek dan branding dalam konteks bisnis keluarga selama dekade terakhir maka perlunya penyesuaian dan pembaharuan melalui penelitian lebih lanjut. Kurangnya pemahaman yang jelas tentang apa itu merek bisnis keluarga dan bagaimana proses branding bisnis keluarga sebenarnya, sehingga hal tersebut dapat berpengaruh dalam perbedaan persepsi tiap individu dalam sebuah penelitian (Astrachan et al, 2018).

Family Firm Identity

Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor family firm identity dapat merefleksikan

family business brand. Berdasarkan hasil nilai uji validitas konvergen, validitas diskriminan,

dan reliabilitas faktor tersebut memenuhi syarat yang ada, yaitu AVE sebesar 0,733,

cronbach’s alpha sebesar 0,908, composite reliable sebesar 0,932, nilai R2 sebesar 0,940, dan

nilai t-statistics sebesar 152,121. Berdasarkan penelitian Astrachan et al (2018) faktor family

firm identity merefleksikan family business brand dengan 12 indikator namun 7 diantaranya

adalah X.1.2, X.1.4, X.1.5, X.1.8, X.1.10, X.1.11, dan X.1.12 mendapatkan nilai loading

factor dibawah 0,7 sehingga dinyatakan indikator tidak valid dalam menjelaskan variabel.

Indikator yang bertahan dalam faktor family firm identity yaitu sebesar 5 indikator.

Indikator pertama (X.1.1) yaitu pengaruh keluarga dengan nilai loading factor sebesar 0,883 yang artinya pengaruh keluarga menjelaskan faktor family firm identity sebanyak 70,2% dan sisanya 29,8% adalah kesalahan. Keterlibatan keluarga pada perusahaan dapat

(14)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

menjadikan sebuah identitas tersendiri bagi perusahaan keluarga karena hal tersebut dapat menjadi keunikan yang bisa membedakan perusahaan keluarga dengan non keluarga (Thiele & Wendt, 2017). Berdasarkan literatur Habbershon dan Williams (1999) dalam Thiele dan Wendt (2017) pada dasarnya kumpulan sumber daya unik perusahaan keluarga muncul dari pengaruh kehadiran keluarga yang berkolaborasi dengan bisnis keluarga. Family firm identity sendiri merupakan persepsi bersama anggota organisasi tentang siapa mereka sebagai organisasi yang dalam perusahaan keluarga anggota organisasi merupakan anggota keluarga sehingga pembentukan identitas berdasarkan pengaruh keluarga (Balmer, 2001; dalam Astrachan et al, 2018). Pernyataan indikator ini banyak dipilih karena sesuai dengan karakteristik responden juga dimana seluruh responden sudah pernah terlibat dalam perusahaan keluarga sehingga menurut Breton-Miller et al (2011) keterlibatan keluarga dapat berpengaruh pada proses, keputusan, perilaku dan hasil sebagai identitas perusahaan.

Indikator kedua (X.1.3) yaitu nilai tujuan keluarga dengan nilai loading factor sebesar 0,878 yang artinya nilai tujuan keluarga menjelaskan faktor family firm identity sebanyak 73,0% dan sisanya 27,0% adalah kesalahan. Nilai tujuan keluarga atau value dalam identitas perusahaan adalah salah satu hal yang penting dalam sebuah merek bisnis keluarga karena anggota keluarga mencontohkan nilai-nilai keluarga dan perusahaan dari waktu ke waktu sehingga cerita tertanam dibenak karyawan, pelanggan, dan pemangku pentingan (Blombäck, 2011; dalam Astrachan et al, 2018). Sebagian besar responden dalam penelitian ini beranggapan bahwa generasi penerus perusahaan keluarga mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan mempertahankan nilai tujuan perusahaan keluarganya sehingga menjadi identitas tersendiri sebagai keunggulan kompetitif (Astrachan et al, 2018).

Indikator ketiga (X.1.6) yaitu tempat asal perusahaan keluarga dengan nilai loading

factor sebesar 0,778 yang artinya tempat asal perusahaan keluarga dapat menjelaskan faktor family firm identity sebanyak 65,6% dan sisanya 34,5% adalah kesalahan. Astrachan et al

(2018) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa negara atau tempat asal perusahaan

mempengaruhi promosi merek perusahaan keluarga yang menunjukkan bahwa

mengkomunikasikan kepemilikan keluarga dapat dianggap berbeda dalam konteks budaya yang berbeda. Pernyataan tentang tempat asal yang dapat mempengaruhi juga sesuai dengan responden penelitian ini yang sebagian besar setuju terhadap pernyataan tersebut karena dapat terlihat dalam identitas responden pada lampiran bahwa responden berasal dari berbagi tempat asal yang berbeda atau wilayah yang berbeda.

(15)

Indikator keempat (X.1.7) yaitu nama bisnis keluarga dengan nilai loading factor sebesar 0,836 yang artinya nama bisnis atau perusahaan dapat menjelaskan faktor family firm

identity sebanyak 70,5% dan sisanya 29,5% adalah kesalahan. Generasi penerus sebagai

responden dalam penelitian ini setuju bahwa nama bisnis keluarga sebagai identitas perusahaan keluarga karena Smit et al (2010) dalam Astrachan et al (2018) menemukan bahwa kecenderungan anggota keluarga lebih cenderung menempatkan promosi mengenai latar belakang mereka pada nama bisnis keluarga sehingga nama merupakan komponen terpenting dalam sebuah identitas perusahaan. Pernyataan tersebut juga didukung dengan penelitian terdahulu oleh Rubenstein (1990) yang menemukan bahwa perusahaan keluarga cenderung menempatkan hal yang berkaitan dengan ikatan keluarga dalam sebuah nama perusahaan keluarga untuk dijadikan iklan promosi tersendiri. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa nama perusahaan juga sebagai salah satu bentuk identitas penunjang media pemasaran perusahaan keluarga (Astrachan et al, 2018). Nama keluarga yang digunakan pada nama perusahaan merupakan cara unik bagi perusahaan keluarga, dengan mengaitkan nama perusahaan keluarga dapat memberikan sinyal kepada publik tentang nilai, kepercayaan, dan norma keluarga (Craig et al, 2008).

Indikator kelima (X.1.9) yaitu tumpang tindih nilai bisnis keluarga dengan nilai

loading factor sebesar 0,899 yang artinya tumpang tindih nilai bisnis dapat menjelaskan

faktor family firm identity sebanyak 75,8% dan sisanya 24,2% adalah kesalahan. Tumpang tindih antara nilai keluarga dan sistem bisnis dapat menunjukkan identitas sebuah perusahaan keluarga karena melalui pendekatan tumpang tindih, perusahaan keluarga dapat menggambarkan mengapa tujuan dan nilai di antara perusahaan keluarga dapat berbeda dan mengapa masalah perusahaan keluarga bisa sangat berbeda dari perusahaan non-keluarga (Zellweger et al, 2010). Menurut Astrachan et al (2018) perusahaan keluarga memiliki integrasi yang tinggi dengan sistem tumpang tindih antara keterlibatan dalam bisnis dan pembagian dalam hal tujuan, nilai, kepercayaan, norma, serta gaya interaksi dari anggota keluarga diyakini lebih unggul dalam mengetahui bagaimana mempromosikan family business

brand yaitu sebagai identitas perusahaan keluarganya. Family Firm Image

Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor family firm image dapat merefleksikan

family business brand. Berdasarkan hasil nilai uji validitas konvergen, validitas diskriminan,

(16)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

cronbach’s alpha sebesar 0,912, composite reliable sebesar 0,938, nilai R2 sebesar 0,895, dan

nilai t-statistics sebesar 84,949. Berdasarkan penelitian Astrachan et al (2018) faktor family

firm image merefleksikan family business brand dengan 9 indikator namun 5 diantaranya

adalah X.2.1, X.2.2, X.2.5, X.2.6 dan X.2.9 mendapatkan nilai loading factor dibawah 0,7 sehingga dinyatakan indikator tidak valid dalam menjelaskan variabel. Indikator yang bertahan dalam faktor family firm image yaitu sebesar 4 indikator.

Indikator pertama (X.2.3) yaitu penggambaran perjanjian keluarga dengan nilai

loading factor sebesar 0,914 yang artinya pengaruh keluarga menjelaskan faktor family firm image sebanyak 77,1% dan sisanya 22,9% adalah kesalahan. Perjanjian keluarga ternyata

dapat mewakili image perusahaan dengan menampilkan sebagian janji yang dibuat organisasi untuk mengkomunikasikan tentang perusahaannya dalam upaya mencapai diferensiasi pasar (Astrachan et al, 2018). Perjanjian keluarga juga dapat disebut sumber daya bisnis keluarga yang menggambarkan serangkaian janji dan harapan yang menunjukkan karakteristik seperti kepercayaan dan konsistensi sebagai referensi pelanggan terhadap citra perusahaan yang ditampilkan (Memili et al, 2010). Citra perusahaan disini dapat berupa tindakan dan kepemimpinan seorang anggota keluarga dalam integritas kejujuran terhadap janji yang disampaikan (Astrachan et al, 2018).

Indikator kedua (X.2.4) yaitu saluran atau channel yang digunakan dengan nilai

loading factor sebesar 0,906 yang artinya pengaruh saluran atau channel yang digunakan

dapat menjelaskan faktor family firm image sebanyak 76,4% dan sisanya 23,6% adalah kesalahan. Saluran dan channel yang dipilih dan digunakan oleh perusahaan keluarga dapat menggambarkan image perusahaan mereka dapat memilih dari berbagai tekstual (misalnya, riwayat keluarga), petunjuk visual (misalnya, potret foto keluarga atau video) atau suara (misalnya, podcast dengan anggota keluarga) untuk membentuk sebuah penggambaran image perusahaan (Blombäck & Ramírez, 2012). Verhagen et al (2010) dalam Botero et al (2013) mengungkapkan bahwa perusahaan juga dapat mempromosikan merek bisnis keluarga mereka menggunakan beragam saluran komunikasi, mulai dari periklanan tradisional dan pemasaran langsung hingga media baru (misalnya, media sosial) hal ini merujuk pada karakteristik responden yaitu angkatan 2016, 2017, dan 2019 yang termasuk generasi z dimana generasi tersebut sudah sangat aware bahkan menjadi kebutuhan pokok terhadap media promosi internet saat ini sebagai penunjang operasional perusahaan (Sa’diya, 2017).

(17)

Indikator ketiga (X.2.7) yaitu perilaku anggota yang mencontohkan nilai-nilai dengan loading faktor sebesar 0,866 yang artinya perilaku anggota yang contohkan nilai-nilai dapat menjelaskan faktor family firm image sebanyak 73,0% dan sisanya 27,0% adalah kesalahan. Menurut Brown et al (2006) image perusahaan dapat meliputi asosiasi mental atau perilaku anggota organisasi yang ditampilkan untuk membuat orang percaya terhadap apa yang ingin ditunjukkan sehingga perilaku anggota keluarga sangat mepengaruhi pembentukan image perusahaan keluarga. Generasi penerus yang merupakan anggota keluarga yang terlibat dalam operasional perusahaan sebagai perwakilan organisasi cenderung bertindak atas nama organisasi, dan perilaku ini juga mempengaruhi persepsi pemangku kepentingan tentang bisnis keluarga (Astrachan et al, 2018).

Indikator keempat (X.2.8) yaitu sejarah pengorbanan bisnis keluarga dengan nilai

loading factor sebesar 0,869 yang artinya sejarah pengorbanan terhadap keluarga dapat

menjelaskan faktor family firm image sebanyak 73,3% dan sisanya 26,7% adalah kesalahan. Sejarah pengorbanan dalam mendirikan perusahaan keluarga dapat menjadi keyakinan dengan menidentifikasi diri dengan organisasi untuk merangkul tujuan yaitu berkomitmen membuat perusahaan sukses bahkan hingga menggorbankan pribadi sebagai bentuk penggambaran

image perusahaan (Davis et al, 2010). Menurut Miller & Breton-Miller (2006)

Kecenderungan pengorbanan yang dilakukan para incumbent dapat memberi manfaat bagi generasi berikutnya dengan mengarah pada komitmen sumber daya yang murah hati, ketahanan perusahaan, kapabilitas khusus, dan keuntungan finansial yang superior.

Family Firm Reputation

Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor family firm Reputation dapat merefleksikan family business brand. Berdasarkan hasil nilai uji validitas konvergen, validitas diskriminan, dan reliabilitas faktor tersebut memenuhi syarat yang ada, yaitu AVE sebesar 0,782, cronbach’s alpha sebesar 0,860, composite reliable sebesar 0,915, nilai R2 sebesar 0,689, dan nilai t-statistics sebesar 22,912. Berdasarkan penelitian Astrachan et al (2018) faktor family firm reputation merefleksikan family business brand dengan 6 indikator namun 3 diantaranya adalah X.3.1, X.3.3, dan X.3.5 mendapatkan nilai loading factor dibawah 0,7 sehingga dinyatakan indikator tidak valid dalam menjelaskan variabel dan harus dilakukan eliminasi. Dyer & Whetten (2006) menemukan bahwa keluarga-perusahaan pemilik berperilaku lebih bertanggung jawab secara sosial daripada rekan non-keluarga mereka. Mereka berpendapat bahwa bagi perusahaan keluarga, melindungi reputasi perusahaan yang

(18)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

baik lebih penting karena perusahaan keluarga sering dikaitkan dengan nama keluarga, dan aktivitas apa pun yang merusak reputasi perusahaan akan berdampak buruk pada keluarga pemilik (Dyer & Whetten, 2006). Berikut adalah deskripsi 3 indikator yang bertahan dalam faktor family firm identity yaitu:

Indikator pertama (X.3.2) visi kepemimpinan perusahaan keluarga dengan nilai

loading factor sebesar 0,910 yang artinya visi kepemimpinan keluarga dapat menjelaskan

faktor family firm identity sebanyak 76,8% dan sisanya 23,2% adalah kesalahan. Menurut Fendri & Nguyen (2019) Perusahaan keluarga memiliki banyak competitive advantages diantaranya melestarikan bisnis untuk kepentingan generasi mendatang dengan mempromosikan visi jangka panjang akan memberikan perusahaan keluarga kemampuan untuk melakukan investasi yang menguntungkan karena memiliki reputasi yang baik dibandingan dengan perusahaan yang lain.

Indikator kedua (X.3.4) yaitu lingkungan tempat kerja perusahaan dengan nilai

loading factor sebesar 0,882 yang artinya lingkungan tempat kerja perusahaan keluarga dapat

menjelaskan faktor family firm identity sebanyak 74,4% dan sisanya 25,6% adalah kesalahan. Lingkungan tempat kerja yang baik dapat mempengaruhi reputasi perusahaan baik secara internal maupun eksternal salah satunya dapat mengintegrasikan pemangku kepentingan utama yaitu karyawan non-keluarga dengan keterlibatan keluarga melalui pengorganisasian yang cermat (Alwadani & Ndubisi, 2019).

Indikator ketiga (X.3.6) yaitu kinerja keuangan perusahaan keluarga dengan nilai

loading factor sebesar 0,860 yang artinya kinerja keuangan menjelaskan faktor family firm identity sebanyak 72,5% dan sisanya 27,5% adalah kesalahan. Kinerja keuangan sebuah

perusahaan sering kali menjadi salah satu acuan keberhasilan perusahaan yang menghasilkan reputasi terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Zellweger (2007) menyatakan bahwa keterlibatan dan keputusan keluarga dapat berpengaruh positif terhadap laba ekuitas perusahaan. Studi lain menghubungkan bisnis keluarga dengan kinerja keuangan yang lebih buruk dapat berakibat reputasi yang kurang baik, Keluarga juga memandang perusahaan mereka sebagai aset berharga untuk diwariskan kepada generasi mendatang maka mereka senantiasa menjaga kinerja keuangannya (González et al, 2012). Kedua penelitian tersebut menjelaskan bahwa kinerja keuangan dapat berdampak pada reputasi perusahaan keluarga dengan hasil reputasi baik maupun buruk karena kinerja keuangan sebuah perusahaan dapat menjadi acuan untuk publik menilai sebagai reputasi terhadap perusahaan tersebut (Binz et al, 2013).

(19)

Tabel 1.3 Implikasi Manajerial

Implikasi

Faktor Incumbent Generasi Penerus

X.1 “Pengaruh keluarga” dan “Nilai dan

Tujuan Keluarga” di dalam perusahaan memiliki nilai mean tertinggi di dalam variabel

Family Firm Identity adalah X.1.1 dan X.13

dengan nilai 4.36 sehingga implikasi yang harus dilakukan adalah dengan menciptakan budaya perusahaan yang baik. Budaya perusahaan yang baik diharapkan mampu untuk menciptakan kondisi perusahaan yang kondusif. Terciptanya

budaya perusahaan yang kondusif

mencerminkan pengaruh keluarga dalam waktu ke waktu, selain itu budaya perusahaan adalah nilai dan tujuan yang ditanamkan menjadi

budaya perusahaan. Sebagai incumbent

perusahaan dengan menciptakan budaya

perusahaan akan membantu membawa

perusahaan menjadi lebih baik ke depannya. Nilai mean terkecil adalah X.1.6 atau “Tempat Asal Perusahaan”. Incumbent bisa melakukan pemindahan perusahaan agar sesuai dengan supply chain. Lokasi perusahaan yang dekat dengan supply chain memudahkan perusahaan untuk mendapatkan diferensiasi berupa harga yang kompetitif.

Berkorelasi dengan tujuan untuk

incumbent, budaya perusahaan adalah nilai yang

dititipkan dari generasi awal ke generasi penerus sehingga visi dan misi perusahaan yang diharapkan mampu untuk tercapai. Budaya perusahaan membantu generasi penerus untuk berjalan sesuai dengan gaya perusahaan, hal tersebut membantu perusahaan mempunyai karakter perusahaan serta karyawan yang kuat. Lingkungan yang kondusif memungkinkan perusahaan menjadi maju

X.2 Saluran yang digunakan” adalah nilai

dengan mean tertinggi, yaitu dengan 4,30. Implikasi yang dapat dibuat adalah dengan mentransformasi saluran-saluran yang dimiliki oleh perusahaan, seperti merubah sistem saluran dari offline menjadi online untuk beberapa hal yang dirasa mampu membuat perusahaan menjadi lebih efisien.

Nilai mean terendah adalah X.2.8 atau “Perilaku Anggota yang Mencerminkan Nilai” dengan nilai sebesar 0,821. Hal yang dapat dilakukan oleh incumbent adalah menjadi contoh sehingga anggota atau karyawan dapat mencotoh perilaku tersebut. Hal tersebut bagus demi menjaga nama perusahaan.

Bagi generasi penerus, saluran-saluran yang telah ditransformasikan adalah suatu keharusan untuk terus diinovasi. Implikasi yang dapat dilaksanakan adalah melakukan transformasi saluran sehingga seluruh data bisa menjadi online. Hal tersebut berguna agar kendali berada di dalam satu pintu, sehingga keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang terbaik.

Dengan nilai mean terendah, generasi penerus dapat membuat saluran offline ataupun

online tentang nilai-nilai perusahaan harus dijaga.

Hal tersebut agar nilai tidak lekang oleh waktu.

X.3 “Kinerja Keuangan” memiliki nilai paling tinggi dalam mean, yaitu sebesar 3,90. Implikasi yang dapat dilakukan oleh incumbent selaras dengan X.1 dan X.2. Yaitu dengan menciptakan budaya perusahaan yang baik dan mentransformasikan

“Kinerja Keuangan” bagi generasi hanya perlu implikasi berupa inovasi hal-hal yang berkaitan dengan sistem sehingga tidak ada celah bagi terjadinya kecurangan. Perbaikan hal-hal yang berkaitan dengan “Kinerja keuangan” dapat

(20)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada saluran. Hal-hal tersebut ditujukan agar kinerja

keuangan baik. Budaya akan membuat kinerja keuangan sehat tanpa ada penyakit seperti korupsi dan lain-lain. Transformasi saluran juga mendorong tidak adanya kecurangan informasi. Nilai mean yang rendah adalah “Lingkungan tempat Kerja”, lingkungan tempat kerja dapat diimplikasikan dari perpanjangan dari nilai perusahaan. Penciptaan tempat kerja yang baik dapat dibangun dengan metode “Ringan Tangan”, metode yang dimaksud adalah

incumbent selalu memberikan memberikan

pertolongan. Hal yang dimaksud agar terjadi kondisi saling membantu sehingga perusahaan kuat karena semua saling melakukan back-up.

dilakukan dengan pengarahan bagi generasi penerus agar mengerti bahwa kinerja keuangan yang baik mencerminkan image yang baik. Generasi penerus dapat melaksanakan implikasi berupa pembagian seperti kecocokan sifat antar tim atau usia sehingga kondisi internal dapat dicapai ke depannya.

Sumber: Data diolah Peneliti (2020)

SIMPULAN & SARAN Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Family Business

Brand dapat terefleksikan oleh faktor Family Firm Identity (X.1), Family Firm Image (X.2), dan Family Firm Reputation (X.3). Faktor Family Firm Identity terdiri dari pengaruh

keluarga, nilai tujuan keluarga, tempat asal perusahaan, nama bisnis/ perusahaan keluarga, dan tumpang tindih nilai bisnis keluarga. Faktor Family Firm Image terdiri dari penggambaran perjanjian keluarga, saluran atau channel yang digunakan, perilaku anggota yang mencerminkan nilai-nilai, dan sejarah pengorbanan bisnis keluarga. Faktor Family Firm

Reputation terdiri dari visi kepemimpinan perusahaan, lingkungan tempat kerja, dan kinerja

keuangan perusahaan. Hasil olah data menunjukkan faktor yang merefleksikan Family

Business Brand dalam perspektif generasi penerus jika diurutkan dari yang tertinggi yaitu

faktor family firm identity (X.1), faktor family firm image (X.2), dan faktor family firm

reputation (X.3).

Saran dan Keterbatasan Saran Bagi Praktis

Bagi generasi penerus perusahaan keluarga yang tergabung dalam family business

community Universitas Ciputra diharapkan dapat memahami dan mengembangkan merek

bisnis keluarganya, karena mereka sebagai generasi penerus akan menempati estafet kepemimpinan sehingga perlu adanya pemahaman yang baik dalam proses pindah tangan perusahaan keluarga maka perusahaan dapat tetap mempertahankan ciri khas dan

(21)

keunikannya. Generasi penerus juga disarankan untuk lebih dapat berkontribusi terhadap perusahaan keluarga dan para incumbent sehingga mereka bisa mendapatkan persepsi dan pemahaman terkait family business brand yang sama sesuai keinginan pendiri perusahaan. Salah satu bentuk kontribusi yang dapat dilakukan adalah dengan ikut terlibat langsung pada kegiatan operasional perusahaan. Hal tersebut guna menambah wawasan generasi penerus dan menambahkan perspektif baru bagi incumbent perusahaan.

Saran Bagi Penelitian Mendatang

Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode analisis yang lain yaitu eksploratori. Metode tersebut dapat membantu menjelaskan secara lebih dalam terkait faktor-faktor yang merefleksikan family business brand melalui observasi dan wawancara sehingga dapat mengetahui lebih mendalam terkait faktor beserta indikatornya. Penelitian yang akan datang juga dapat mengambil responden yaitu para incumbent sehingga dapat membandingkan hasil responden antara generasi penerus dan incumbent.

(22)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

REFERENSI

A GS, N Kurniasih, A Reni, E Istanti, D Zuhroh, N Qomariah (2019) The effect

of business sphere on competitive advantage and business performance of SMEs, Management Science Letters 9 (8), 1153-1160,

DOI: 10.5267/j.msl.2019.4.025

Akram Khan Shahani; Imamuddin Khoso; Muhammad Sharif Abbasi. The Impact

of Corporate Reputation on Building Brand Equity: A Perspective of Multinationals FMCGS (Jun 2019) :45, Jurnal of Business Strategies; Karachi Vol.13, Iss. 1. DOI: 10.29270/JBS.13.1(2019).073

Albert, S., & Whetten, D. A. (1985). Organizational identity. Research in Organizational Behavior, 7, 263–295.

Albertha J. Wielsma, Olof Brunninge, “Who am I? Who are we?” Understanding

the impact of family business identity on the development of individual and family identity in business families, Journal of Family Business Strategy, Volume 10, Issue 1, 2019, Pages 38-48, ISSN 1877-8585,https://doi.org/10.1016/j.jfbs.2019.01.006.

Allan Cheng Chieh Lu, Dogan Gursoy, Carol Yirong Lu, Authenticity

perceptions, brand equity and brand choice intention: The case of ethnic restaurants, International Journal of Hospitality Management,

Volume 50, 2015, Pages 36-45, ISSN 0278-4319, https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2015.07.008. Andrea Santiago, Shweta Pandey, Ma. Theresa Manalac,Family presence, family

firm reputation and perceived financial performance: Empirical evidence from the Philippines, Journal of Family Business Strategy, Volume 10, Issue 1, 2019, Pages 49-56, ISSN 1877-8585, https://doi.org/10.1016/j.jfbs.2019.02.002.

Antonio Leotta, C. R. (2020). An Overview of Family Business. Profiles,

Definitions and the Main Challenges of the Business Life Cycle . Contributions to Management Science book series (MANAGEMENT SC.). https://doi.org/10.1007/978-3-030-47741-7_2

Astrachan, J.H, Klein, S.B., & Smyrnios, K.X. (2002) The F-PEC Scale of Family

Influence: A Proposal for Solving the Family Business Definition Problem, Family Business Review, Vol. 15, Issue. 1. https://doi.org/10.1111/j.1741-6248.2002.00045.

Alwadani, R. and Ndubisi, N.O. (2019), "Sustainable family business: The role of

stakeholder involvement, mindful organizing, and contingent human factors", International Journal of Manpower, Vol. 41 No. 7, pp. 945-965. https://doi.org/10.1108/IJM-08-2019-0359 Binz Astrachan, C. and Botero, I.C. (2018), "“We are a family firm”: An

exploration of the motives for communicating the family business brand", Journal of Family Business Management, Vol. 8 No. 1, pp. 2-21. https://doi.org/10.1108/JFBM-01-2017-0002 Binz Astrachan, Claudia & Botero, Isabel & Astrachan, Joseph & Prügl,

Reinhard. (2018). Branding the family firm: A review, integrative framework proposal, and research agenda. Journal of Family Business Strategy. 10.1016/j.jfbs.2018.01.002.

Brown, T. A. (2015). Confirmatory Factor Analysis for Applied Research (2nd ed.). New York, NY: Guilford Publications.

Brown, T. J., Dacin, P. A., Pratt, M. G., & Whetten, D. A. (2006). Identity,

Intended Image, Construed Image, and Reputation: An Interdisciplinary Framework and Suggested Terminology. Journal of the Academy of Marketing Science, 34(2), 99–106. https://doi.org/10.1177/0092070305284969

Chang, A.A., Mubarik, M.S. and Naghavi, N. (2020), "Passing on the legacy:

exploring the dynamics of succession in family businesses in Pakistan", Journal of Family Business Management, Vol. ahead-of-print No. ahead-of-print. https://doi.org/10.1108/JFBM-10-2019-0065

Chin-Jung Luan, Ying-Yu Chen, Hsiu-Ying Huang, Kai-Shiuan Wang,

CEO succession decision in family businesses – A corporate governance perspective, Asia Pacific Management Review, Volume 23, Issue 2, 2018,

(23)

Pages 130-136, ISSN 1029-3132,

https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2017.03.003.

Chizoba P. Nwanah, Bamidele S. Adeleke, Emmanuel K. Agbaeze, Does Task

Environment Moderates Organizational Performance? Evidence from the Nigerian Manufacturing Industry. International Journal of Mechanical Engineering and Technology 10(7), 2019, pp. 8-21.

Claudia Binz Astrachan, Isabel Botero, Joseph H. Astrachan, Reinhard Prügl,

Branding the family firm: A review, integrative framework proposal, and research agenda, Journal of Family Business Strategy, Volume 9, Issue 1, 2018, Pages 3-15, ISSN 1877-8585, https://doi.org/10.1016/j.jfbs.2018.01.002.

Claudia Binz Astrachan, Reinhard Prügl, Joseph F. Hair, Barry J. Babin,

Marketing and branding in family business: Assessing the landscape and charting a path forward, Journal of Family Business Strategy,

Volume 10, Issue 1, 2019, Pages 3-7, ISSN 1877-8585, https://doi.org/10.1016/j.jfbs.2019.02.003.

Claudia Binz, Joseph F. Hair, Torsten M. Pieper, Artur Baldauf, Exploring the effect of distinct family firm reputation on consumers’ preferences, Journal of Family Business Strategy, Volume 4, Issue 1, 2013,Pages 3-11, ISSN 1877-8585,https://doi.org/10.1016/j.jfbs.2012.12.004. Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research Design: Qualitative,

Quantitative, and Mixed Methods Approaches. SAGE Publications. https://books.google.co.id/books?id=KGNADwAAQBA

Daniel Quaye, Isaac Mensah, (2018) "Marketing innovation and sustainable

competitive advantage of manufacturing SMEs in Ghana", Management Decision, https://doi.org/10.1108/MD-08-2017-0784

Davis, J. H., Allen, M. R., & Hayes, H. D. (2010). Is Blood Thicker Than Water?

A Study of Stewardship Perceptions in Family Business. Entrepreneurship Theory and Practice, 34(6), 1093–1116. https://doi.org/10.1111/j.1540-6520.2010.00415.x

Dedi, Rianto & Cakranegara, Pandu & Genoveva, Genoveva. (2018).

"Case Study of Recruitment and Selection of Employees in the Family Businesses of Tasikmalaya", International Journal of Family Business Practices, Vol. 1 Issue. 2 pp. 139-150. Dias, M. and Junior, E.D. (2018), "Overcoming Succession Conflicts In A Limestone Family Business In Brazil", International Journal of Business and Management Review, Vol. 6, No. 7, pp 58-73.

Fendri, C. and Nguyen, P. (2019), "Secrets of succession: how one family

business reached the ninth generation", Journal of Business Strategy, Vol. 40 No. 5, pp. 12-20. https://doi.org/10.1108/JBS-08-2018-0130

Fotea S.L., Fotea I.Ş. (2020) Exploring the Family Identity as a Unique

Competitive Advantage to Family Businesses in Developing a Relationship Marketing Orientation. In: Fotea S., Fotea I., Văduva S. (eds) Challenges and Opportunities to Develop Organizations Through Creativity, Technology and Ethics. GSMAC 2019. Springer Proceedings in Business and Economics. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-030-43449-6_19

Ghozali, L., & Latan, H. (2015). Partial Least Squares, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang: Universitas Diponegoro. Hair, J. F., Black, W., Babin, B. J., & Andreson, R. E. (2014). Multivariate Data

Analysis. England: British Library Cataloguing.

Hair, Joe & Sarstedt, Marko & Hopkins, Lucas & Kuppelwieser, Volker. (2014).

Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM): An Emerging Tool for Business Research. European Business Review. 26. 106-121. DOI: 10.1108/EBR-10-2013-0128.

Ho, R. (2014). Handbook of Univariate and Multivariate Data Analysis with IBM SPSS. New York: Chapman and Hall/CRC, https://doi.org/10.1201/b15605.

(24)

Judul : Faktor-Faktor yang Merefleksikan Family Business Brand Dalam Perspektif Generasi Penerus Perusahaan Keluarga pada

IFC and Indonesia’s Family Business Nusantara Foundation Help Family-Owned Enterprises Improve Corporate Governance. (2016, November 8). Retrieved from International Finance Corporation: https://ifcext.ifc.org/ifcext/pressroom

Isabel C. Botero, Claudia Binz Astrachan, Andrea Calabrò, (2018) "A receiver’s

approach to family business brands: Exploring individual associations with the term “family firm”", Journal of Family Business Management, https://doi.org/10.1108/JFBM-03-2017-001 Isabel C. Botero, Jill Thomas, Christopher Graves, Tomasz A. Fediuk

Understanding multiple family firm identities: An exploration of the communicated identity in official websites, Journal of Family Business Strategy, Volume 4, Issue 1,2013, Pages 12-21, ISSN 1877-8585, https://doi.org/10.1016/j.jfbs.2012.11.004.

Jeffrey A. Chandler, G. Tyge Payne, Curt Moore, Keith H. Brigham, Family involvement signals in initial public offerings,

Journal of Family Business Strategy,Volume 10, Issue 1,2019,Pages 8-16,ISSN 1877-8585,https://doi.org/10.1016/j.jfbs.2019.01.004.

Josip Kotlar & James J. Chrisman (2019) Point: How Family Involvement

Influences Organizational Change, Journal of Change Management, 19:1, 26-36, DOI: "https://doi.org/10.1080/14697017.2017.1419804" 10.1080/14697017.2017.1419804 . Justin B. Craig, Clay Dibrell & Peter S. Davis (2008) Leveraging Family‐Based

Brand Identity to Enhance Firm Competitiveness and Performance in Family Businesses*, Journal of Small Business Management, 46:3, 351-371, DOI: 10.1111/j.1540-627X.2008.00248.

Lailatus Sa'diya. (2017), Strategi Promosi di Media Sosial Instagram Terhadap

Kesadaran Merek di Era Generasi Z, Competence: Journal of Management Studies, Vol 11, No 2. DOI:https://doi.org/10.21107/kompetensi.v11i2.3530

Laurence Z. Rubenstein, Alan S. Robbins, Karen R. Josephson, Barbara L.

Schulman, et al. The Value of Assessing Falls in an Elderly Population: A Randomized Clinical Trial. Ann Intern Med. 1990;113:308-316. [Epub ahead of print 10 March 2020]. doi:10.7326/0003-4819-113-4-308

Leavy, P. (2017). Research Design: Quantitative, Qualitative, Mixed Methods,

Arts‐Based, and Community‐Based Participatory Research Approaches. New York, NY: The Guilford Press. ISBN 9781462514380. 300 pp.

Maximiliano González, Alexander Guzmán, Carlos Pombo, María-Andrea Trujillo,Family firms and financial performance: The cost of growing,

Emerging Markets Review,Volume 13, Issue 4, 2012, Pages 626-649, ISSN 1566-0141, https://doi.org/10.1016/j.ememar.2012.09.003.

Miller, D., Le Breton‐Miller, I. and Lester, R.H. (2011), Family and Lone

Founder Ownership and Strategic Behaviour: Social Context, Identity, and Institutional Logics. Journal of Management Studies, 48: 1-25. https://doi.org/10.1111/j.1467-6486.2009.00896.x

Motoc, A. (2019). Family Business Image and Reputation. A Model of the

Influencing Factors, Actions, and Effects, Management Dynamics in the Knowledge Economy, 7(4), 503-519. doi:https://doi.org/10.25019/mdke/7.4.04

Next Generation Survey of Family Business Leaders. (2016, April). Retrieved from Pricewaterhouse Coopers: https://www.pwc.com/nextgen.

Oriol Iglesias, Stefan Markovic, Josep Rialp, How does sensory brand experience

influence brand equity? Considering the roles of customer satisfaction, customer affective commitment, and employee empathy, Journal of Business Research, Volume 96, 2019, Pages 343-354, ISSN 0148-2963,

https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.05.043.

Price Waterhouse Cooper Global Family Business Survey . (2014). Retrieved from Price Waterhouse Cooper: https://www.pwc.com/gx/en/pwc-family-business-survey/assets/family-business-survey-2014.pdf

(25)

the bright and dark sides of family influence. In The Palgrave Handbook of Heterogeneity among Family Firms (pp. 297–331). Palgrave Macmillan. https://doi.org/10.1007/978-3-319-77676-7_12

Sageder. M, Duller. C, & Mitter. C, Reputation of Family Frims From A

Customer Perspective, International Journal of Business Research, Vol. 15, No. 2, 2015. ISSN: 1555-1296.

Saim Kashmiri, Vijay Mahajan, What's in a name?: An analysis of the strategic behavior of family firms, International Journal of Research in Marketing, Volume 27, Issue 3, 2010, Pages 271-280, ISSN 0167-8116,

https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2010.04.001.

Sekaran, U. and Bougie, R., 2016. Research Methods For Business: A Skill Building Approach Seventh Edition. 1st ed. John Wiley & Sons.

Special Report: Family Business. (2017, September 28). Retrieved from Edelman Trust Barometer: https://www.edelman.com/research/family-business-trust Thiele, F., Busse, S., & Prigge, S. (2018). Private equity investors and family

firms: The role of exit intentions and conflicts. Corporate Ownership & Control, 15(2), 44-58. https://doi.org/10.22495/cocv15i2art4

Uwamahoro A., Twesige D. (2020) Determinants of Entrepreneurship

Sustainability Among Family Businesses in Rwanda: Case of Small and Medium Family Businesses in Kigali. In: Das G., Johnson R. (eds) Rwandan Economy at the Crossroads of Development. Frontiers in African Business Research. Springer, Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-15-5046-1_10

Yun-Zhong Wang, Fang-Yi Lo, Shan-Ming Weng, Family businesses successors

knowledge and willingness on sustainable innovation: The moderating role of leader's approval, Journal of Innovation & Knowledge, Volume 4, Issue 3, 2019, Pages 188-195, ISSN 2444-569X,

https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.05.001.

Zellweger, T. (2007). Time Horizon, Costs of Equity Capital, and Generic

Investment Strategies of Firms. Family Business Review, 20(1), 1–15. https://doi.org/10.1111/j.1741-6248.2007.00080.x

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Alur Berpikir
Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 1.2 Hasil Uji Validitas Diskriminan
Tabel 1.3 Implikasi Manajerial

Referensi

Dokumen terkait

Banjur Gusti Yésus ngendika marang para sekabaté yèn Panjenengané bakal dikiyanati, lan para murid kabèh bakal mlayu ngadoh.. “Kula mboten badhé késah utawi mlajar,”

Menurut Suhardjo (1989c), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi adalah berat bayi lahir rendah, kembar, banyak anak dalam keluarga, jarak kelahiran

Metode penanganan yang dihasilkan untuk mengurangi jumlah waste dan emisi karbon adalah dengan meningkatkan koordinasi dari pihak-pihak dalam proyek konstruksi,

Secara umum, politik hukum adalah kebijakan yang diambil atau ditempuh oleh negara melalui lembaga negara atau pejabat yang diberi wewenang untuk menetapkan hukum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung menggunakan metode contextual teaching and learning di SD 1 Sembungharjo Metode Dalam Penelitian

http://sainsedutainment.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-berbasis- inkuiri.html, diakses Senin, 17 Februari 2014 pukul 8.42... bagi guru mengenai pendekatan pembelajaran yang

Pada mesin EBI alat ini bekerja berupa sensor kamera mendeteksi benda asing dalam botol, apabila botol dideteksi “NG” maka hasil pendeteksian akan dikirimkan ke

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan