• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

148

ANALISIS PENGELOLAAN MANAJEMEN LOGISTIK

DI DEPO FARMASI PUSAT JANTUNG TERPADU

RSUP H. ADAM MALIK

Desy Natalia Siahaan

1

Nahdhia Fallah Putri Hamzah

2 1

Prodi Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan, Indonesia

Email : Desshn@gmail.com

ABSTRAK

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan kesehatan masyarakat

di indonesia. Salah satunya dengan meningkatkan mutu pelayanan farmasi di rumah sakit. Pelayanan

farmasi merupakan revenue center (pendapatan utama) di rumah sakit, mengingat bahwa 90%

pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi. Penelitian ini dilakukan

didepo farmasi pusat jantung terpadu RSUP H.Adam Malik selama bulan juli 2018 yang bertujuan

untuk mengetahui pengelolaan manajemen logistik obat di depo farmasi jantung terpadu RSUP

H.Adam Malik. Penelitian ini dilakukan dengan studi prospektif menggunakan metode kualitatif dan

kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara telaah dokumen, wawancara

langsung kepada informan, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

depo farmasi pusat jantung terpadu memiliki 465 jenis obat, 537 jenis BMHP dan 5 jenis alat

kesehatan. Pengelolaan manajemen logistik obat di depo farmasi jantung terpadu RSUP H.Adam

Malik tergolong dalam kategori baik melihat persentase pelayanan obat, bahan medis habis pakai dan

alat kesehatan yang terpenuhui mencapai 100%. Pengelolaan manajemen logistik di RSUP H.Adam

Malik meliputi perencanaan, penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran,

pengendalian dan penghapusan. Untuk fungsi pengendalian RSUP H.Adam Malik belum

menggunakan metode khusus, oleh karena itu perlu dilakukannya perhitungan metode analisi ABC

yaitu mengurutkan nilai sediaan farmasi berdasarkan nilai investasi, metode economy order quantity

(EOQ) untuk mengetahui jumlah optimal tiap pemesanan, reorder point (ROP) untuk mengetahui

jumlah waktu pemesanan kembali dan buffer stock dilakukan untuk mengetahui persediaan minimal

agar terhindar dari stock out dan stagnant obat.

Kata Kunci : Manajemen Logistik, ROP, EOQ, Buffer Stock, Analisis ABC

ABSTRACT

Hospitals as health service facilities must be able to improve public health in Indonesia. One of them

is by improving the quality of pharmacy services in hospitals. Pharmacy services are a revenue center

(main revenue) in hospitals, given that 90% of health services in hospitals use pharmaceutical

supplies. This research was conducted at the depot of an integrated heart center pharmacy of H. Adam

Malik Hospital during July 2018 which aims to determine the management of drug logistics

management in the integrated heart pharmacy depot H. Adam Malik Hospital.This research was

conducted with a prospective study using descriptive qualitative and quantitative methods. The data

was collected by means of document review, direct interviews with informants, observation and

documentation study. The results showed that the integrated heart center pharmacy depot had 465

types of drugs, 537 types of BMHP and 5 types of medical devices. Management of drug logistics

management at the depot of integrated cardiac pharmacy at H. Adam Malik Hospital is in the good

category seeing the percentage of services for drugs, consumable medical materials and medical

devices that are fulfilled reaching 100%. Logistics management at RSUP H. Adam Malik includes

JURNAL STIKNA

Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan

(2)

planning, budgeting, procurement, receiving, storage, distribution, control and deletion. For the

control function of RSUP H. Adam Malik has not used a special method, therefore it is necessary to

calculate the ABC analysis method, namely sorting the value of pharmaceutical preparations based

on the investment value, the economy order quantity (EOQ) method to determine the optimal amount

of each order, reorder point (ROP) to find out the amount of time to reorder and buffer stock to

determine the minimum inventory to avoid stock out and drug stagnation.

Keywords: Logistics Management, ROP, EOQ, Buffer Stock, ABC Analysis

Pendahuluan

Penyakit tidak menular telah menjadi menjadi momok besar bagi masyarakat Indonesia. Menurut data dan informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 setidaknya tiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular dan lebih dari 9 juta kematian terjadi sebelum usia 60 tahun. Secara global penyakit tidak menular penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Setiap tahunnya diperingati Hari Jantung Dunia pada tangeal 29 September dengan tujuan untuk menurunkan resiko penyakit Kardiovaskuler bagi individu, keluarga dan orang sekitar (Kemenkes, 2014).

Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan tidak hanya melaksanakan upaya kesehatan kuratif, dan rehabilitatif. tetapi seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta sosial budaya diperlukan juga pelayanan preventif dan promotif. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit dituntut untuk mampu meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit (Indriawati, et al., 2001).

Pelayanan farmasi merupakan revenue center (pendapatan utama) dalam rumah sakit. Pemasukan rumah sakit sebesar 50% dari keseluruhan berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Investasi berlebihan pada farmasi akan meningkatkan biaya penyimpanan yang mungkin mempunyai opportunity cost (biaya peluang). Sedangkan sediaan farmasi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan biaya kekurangan bahan dan tertundanya keuntungan atau bahkan dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan (Mellen dan Pudjirahardjo, 2013).

Menurut Depkes RI, secara nasional biaya untuk obat sekitar 40-50% dari seluruh biaya operasional kesehatan. Pelayanan senada juga dikemukakan oleh Quick dkk, bahwa di negar berkembang anggaran belanja obat merupakan anggaran kedua terbesar sesudah gaji, yaitu sekitar 40% dari anggaran rumah sakit (Indriawati, et al. 2001)

Sehingga, manajemen obat yang kurang baik akan mengakibatkan persediaan obat mengalami stagnant (kelebihan persediaan obat) dan stock out (kekurangan atau kekosongan persediaan obat). Obat yang mengalami stagnant memiliki resiko kadaluarsa dan kerusakan bila tidak di simpan dengan baik. Obat yang mengalami stagnant dan stock out akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh karena itu, jika ada ketidakefesienan dalam pengelolaan farmasi rumah sakit akan menimbulkan dampak negatif baik secara medis maupun ekonomis (Romania dan Stefanus, 2015).

Beranjak dari latar belakang masalah diatas, peneliti merasa perlu untuk melihat pengelolaan manajemen logistik khususnya dalam pengendalian persediaan farmasi meliputi obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan di depo farmasi jantung terpadu RSUP H. Adam Malik Medan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

dengan studi prospektif menggunakan metode

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

dan kuantitatif dengan mengolah data kedalam

sebuah

rumus

matematis.Data

yang

dikumpulkan berupa data primer dan data

sekunder.Data sekunder merupakan hasil dari

telaah dokumen untuk mendapatkan data

nama-nama

obat,harga

obat,dan

jumlah

pemakaian obat. Sedangkan data primer

merupakan

hasil

wawancara

mendalam

dengan informan.Data sekunder yang sudah

didapat akan diolah dan dihitung dengan

menggunakan metode analisis ABC yang

selanjutnya akan dihitung nilai economic order

quantity(EOQ),buffer

stock,dan

reorder

point(ROP).Semua hasil perhitungan tersebut

kemudian akan diperkuat dengan analisa

deskriptif

berdasarkan

hasil

wawancara

mendalam dengan beberapa informan.

(3)

Penelitian ini di lakukan selama bulan

Juli tahun 2018 di di depo farmasi pusat

jantung terpadu Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Jalan Bunga.

Informan penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dapat

memberikan informasi mengenai hal yang

diperlukan

selama

penelitian

berlangsung.Pemilihan informan penelitian

dilakukan

dengan

teknik

purposive

sampling.Purposive

sampling

merupakan

salah satu teknik pengambilan sampel yang

didasarkan oleh suatu pertimbangan tertentu

yang di buat oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010)

Adapun kriteria informan penelitian yang di

ambil adalah:

1. Terlibat dalam proses atau kegiatan

dalam pengelolaan manajemen logistik

sediaan farmasi dan bahan medis habis

pakai di depo farmasi pusat jantung

terpadu RSUP H.Adam Malik

2. Mampu berkomunikasi dengan baik

3. Bersedia menjadi narasumber

Pengumpulan data

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari telaah

dokumen seperti,daftar nama obat dan sediaan

bahan

medis

habis

pakai,daftar

harga

obat,kartu stock,dan stock opname pada bulan

Juli 2018.

Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil

wawancara tenaga kesehatan yang bertugas di

depo farmasi jantung terpadu RSUP H.Adam

Malik yang telah dipilih sebagai informan

penelitian.

Metode Pengumpulan Data

1. Observasi,yaitu dengan mengadakan

pengamatan secara langsung ke lokasi

penelitian yaitu di depo farmasi

jantung terpadu Rumah Sakit Umum

Pusat H.Adam Malik Medan.

2. Interview,yaitu mengadakan

seperangkat wawancara langsung

dengan informan

penelitian(Sugiyono,2007).

Validitas Data

Untuk menjamin dan mencerminkan

akurasi informasi yang dikumpulkan,

digunakan beberapa teknik pengujian

keabsahan data,yaitu:

1. Triangulasi yang meliputi:

a. Dengan membandingkan(cross

check)antara informasi yang

satu dengan yang lain.Hal ini

untuk melihat akurasi

informasi yang diperoleh.

b. Dengan membandingkan

antara informasi dengan data

sekunder

c. Dengan membandingkan

antara informasi informan

dengan hasil observasi.

2. Meningkatkan ketekunan berarti

melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan.

Mengecek kembali data-data yang

ditemukan,ada yang salah atau

tidak(Sugiyono,2007).

Teknik Pengolahan Data

Data penelitian dikumpulkan melalui

wawancara mendalam dengan beberapa

informan dicatat dan dibuat transkip

wawancara. Data yang dianggap kurang

penting dan tidak berhubungan dengan

penelitian direduksi.Kemudian hasil

wawancara yang telah direduksi ditranskip

kedalam matriks berdasarkan pertanyaan

penelitian.

a. Metode analisis ABC

Penelitian

diawali

dengan

mengumpulkan dan menginput data mengenai

daftar nama obat,harga obat,jumlah pemakain

obat dilihat dari kartu stock selama bulan Juli

2018,diolah dengan menggunakan Microsoft

excel.

Kemudian

obat

dikelompokkan

berdasarkan nilai investasinya.Nilai investasi

obat dihitung dengan cara mengkalikan jumlah

pemakaian dengan harga masing-masing obat.

pengelompokan

obat

dilakukan

sebagai

berikut:

1. Kelompok obat A dengan persentase

kumulatif 0-70%

2. Kelompok obat B dengan persentase

kumulatif 71-90%

3. Kelompok obat C dengan persentase

kumulatif 90-100%

(4)

b. Perhitungan Economy Order

Quantity (EOQ)

Perhitungan EOQ dilakukan

berdasarkan rumus sebagai berikut:

Q=

√2𝐷𝑆

𝐻

Q: Jumlah optimum unit per pesan

D: Jumlah permintaan suatu periode

S: Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H: Biaya penyimpanan per unit tahun

c. Perhitungan buffer stock

Perhitungan buffer stock dilakukan

sebagai berikut:

SS= Z × d × L

Keterangan:

SS: safety stock

Z: service level

D: rata-rata pemakaian

L: lead time

d. Perhitungan Reorder point (ROP)

Perhitungan

ROP

dilakukan

dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

ROP=(d × L) = SS

Keterangan :

ROP: reorderpoint

D:permintaan harian

L: lead time

SS: persediaan penaman (safety stock/ buffer

stock)

Penyajian Data

Penyajian

data

adalah

langkah

selanjutnya dimana informasi yang telah

tersusun memberikan kemungkinan adanya

penarikan

kesimpulan

dan

pengambilan

tindakan. Hasil penelitian disusun dan

disajikan dalam nerasi deskriptif berdasarkan

hasil wawancara oleh informan peneliti,

sedangkan untuk pengendalian persediaan obat

meliputi economy order quantity (EOQ),

reorder point (ROP), buffer stock, analisis

ABC, jumlah obat keluar dan jumlah obat

kosong dalam bulan juli 2018 akan disajikan

dalam bentuk tabel.

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan

bertujuan

untuk

mengetahui

persentase

terpenuhinya pelayanan obat, bahan medis

habis pakai dan alat kesehatan di depo farmasi

pusat jantung terpadu di RSUP H. Adam

Malik. Berdasarkan analisis data yang

menggambarkan keseluruhan informasi yang

diperoleh peneliti selama proses penelitian

adalah sebagai berikut:

a. perencanaan

Perencanaan obat di depo farmasi pusat jantung terpadu dilaksanakan kepala instalasi farmasi dan pihak manajemen komite pemesanan. Pelayanan evaluasi (P2E) RSUP H. Adam Malik berdasarkan usulan dari masing-masing kepala depo farmasi. Pemilihan perbekalan Farmasi di RSUP H. Adam Malik dilakukan berdasarkan Formulariun Nasional, keputusan Kepala Instalasi, usulan dari tiaptiap depo farmasi, kartu stok masing-masing depo, dan stock opname bulan lalu.

Perencanaan merupakan inti dari kegiatan manajemen karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan. Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaraa untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentaan (Febriawati, 2013).

Dari hasil penelitian, perencanaan di depo belum menggunakan metode khusus, perencanaan perbekalan farmasi hanya berdasarkan dari penggunaan bulan-bulan sebelumnya. Menurut Febriawati (2013), dalam perencanaan setidaknya dikenal 3 metode perencanaan yaitu metode konsumsi metode epidemiologi dan metode kombinasi. Metode konsumsi ini didasarkan atas analisa data konsumsi perbekalan farmasi periode sebelumnya dengan berbagai penyesuaian. Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada. Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.

b. Pengadaan

Pengadaan obat di depo farmasi jantung terpadu RSUP H. Adam Malik dilakukan dengan pemesanan. Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan oleh instalasi farmasi pusat RSUP H. Adam Malik melalui telepon maupun online. Jika barang yang di pesan oleh masing-masing depo telah sampai, maka pihak gudang akan memberitahukan langsung, sehingga obat dapat di amprah ke gudang. Untuk waktu sampai obat bervariasi, tetapi biasanya berkisar 3-10 hari kerja.

(5)

Untuk pengadaan perbekalan farmasi, tiap-tiap depo mengamprah ke gudang instalasi, dengan memperhatikan jumlah yang dipesan, expire date. dan pengecekan fisik. Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti. Berclacarkan wawancara diatas, alur perencanaan dalam penentuan kebutuhan dan peneadaan obat di depo farmasi pusat jantung terpadu dimulai dari kepala depo yang mengusulkan obat yang diperlukan ke instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, kemudian pengusulan akan di terima dan di evaluasi oleh komite pemesanan. pelayanan dan evaluasi, pemesanan dilakukan via telepon dan online, untuk waktu tunggu bervariasi berkisar 3-10 hari kerja. Untuk pengadaan barang maka sebelum serah terima dilakukan pengecekan jumlah, expire date dan pengecekan fisik.

c. Penerimaan Dan Penyimpanan

Penerimaan perbekalan farmasi di Depo Pusat jantung terpadu dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab, semua perbekalan farmasi yang diterima diperiksa ulang sesuai dengan spesifikasi pada order pengamprahan depo ke gudang instalasi rumah sakit. Persediaan farmasi yang sudah diterima dan sudah dilakukan pemeriksaan segera disimpan diruang penyimpanan sesuai dengan standar penyimpanan. Berdasarkan hasil observasi peneliti metode penyimpanan di depo pusat jantung terpadu dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi. Obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip first expired first out (FEFO) dan first in first out (FIFO). Penyimpanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip di ben label LASA (look alike sound alike) dan tidak ditempatkan berdekatan dan diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan. Begitu juga dengan sediaan farmasi yang memiliki kewaspadaan tinggi diberi label high alert dan disimpan dalam lemari yang berbeda. Untuk sediaan narkotika disimpan didalam lemari narkotika yang dikunci, kunci lemari dalam narkotika hanya boleh di pegang oleh apoteker yang bertanggung jawab, sedangkan kunci lemari luar narkotika di pegang oleh asisten apoteker. Hal ini berlaku untuk sediaan psikotropika. Untuk pencatatan keluar masuknya persediaan farmasi di depo farmasi jantung terpadu

dilihat dari kartu stock elektronik di tiap komputer depo yang tersedia.

d. Penyaluran

Pendistribusian obat didepo farmasi jantung terpadu terbagi menjadi dua yaitu: distribusi untuk pasien rawat jalan dan distribusi untuk pasien rawat inap. Pada pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem distribusi obat resep individu. Sistem individu yaitu resep yang di tulis dokter untuk tiap penderita. hams diambil/ditebus di tempat pelayanan farmasi dengan membawa resepfinstruksi pengobatan dari dokter. Tempat pelayanan farmasi tersebut dapat di instalasi farmasi rumah sakit, apotik baik yang ada di rumah sakit maupun di luar rumah sakit.

Dari hasil observasi peneliti pelayanan didepo farmasi pusat jantung terpadu dilakukan dengan baik, dan semua resep rawat jalan yang masuk ke depo farmasi 100% terpenuhi baik permintaan berupa obat, BMHP, maupun alas kesehatan. Untuk pasien yang tidak mendapatkan obat tidak ada, hanya saja ada penggantian obat dikarenakan obat yang diresepkan tidak tersedia dan penggantian obat telah disetujui oleh dokter yang bersangkutan.

Pendistribusian obat di depo farmasi jantung terpadu pada pasien rawat Map menggunakan sitem distribusi dosis unit. Obat dosis unit aclalah obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita, terdiri atas satu atau beberapa jenis otet yang masing-masing dalam kemasan dosis tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.

Dari hasil observasi penelitian, untuk obat, BMHP, dan alat kesehatan bagi pasien rawat Map 100% terpenuhi. Hal ini dikarenakan jika ada obaL BMHP, dan alat kesehatan untuk pasien rawat inap yang tidak tersedia di dew. maka staff depo farmasi akan mengamprah ke depo lain, dan mengusahakan untuk menyediakannya.

Berdasarkan hasil penelitian, untuk distribusi pasien rawat jalan menggunakan sistem resep individual, yaitu obat atau sediaan farmasi diambil/ditebus di tempat pelayanan farmasi yang tersedia dengan memba‘; a resep/instruksi pengobatan dokter. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem dosis unit, yaitu obat diorder oleh dokter untuk pasien, yang disiapkan dalam bentuk dosis terbagi siap pakai unuk

(6)

pemakaian selama 24 jam. Berikut adalah obat dan BMHP terbanyak yang didistribusikan selama bulan Juli 2018.

Tabel Obat dan BMHP yang paling sering digunakan Juli 2018

No

BMHP

Jumlah

Obat

Jumlah

1.

Kapas beralkohol 4Ply

4500

Isosorbid dinitrat tab

Sublingual 5 mg

57409

2.

Plastic klip 10 x 15

cm

3000

Furosemide 40 mg

36533

3.

Plastic obat 10 x 6 cm

3000

Bisoprolol-concor 2.5 mg

32377

4.

Skintact Paper

Easitab 5

2800

Gliseril Nitrokaf 2.5 mg

31669

5.

Electroda Red dot

2228

2590

Aspilet 80 mg

30050

e. Pengendalian

Pengendalian/pengawasan yang dilakukan RSUP Haji Adam Malik adalah dengan melakukan stock opname dan kartu stok. Stock opname dilakukan sebulan sekali di akhir bulan, dan kartu stok digunakan sebagai pencatatan untuk melihat berapa jumlah sisa stock obat yang berada di depo farmasi. Untuk kendala yang dialami dalam pengendalian persediaan obat di pusat jantung terpadu adalah ketidak sesuaian jumlah kartu stok dan jumlah riil obat hal ini dapat disebabkan obat rekon yang mengalami kerusakan, obat yang rusak saat penyimpanan dan faktor lainnya.

Selama pelayanan penyediaan obat di depo farmasi pusat jantung terpadu Juli 2018 tidak terlalu sering mengalami kekosongan obat. Jika ada resep rang masuk, dan barang yang diminta tidak tersedia, maka apoteker dari depo farmi akan berkomunikasi dengan dokter terkait untuk mengganti dengan obat yang tersedia, jika memang mendesak maka akan di lakukan pengamprahan ke depo lain yang memang memiliki obat yang diresepkan.

Untuk jenis obat yang disediakan di depo farmasi PJT sesuai dengan obat yang ada di gudang farmasi, dan gudang farmasi menentukan obat dan BMHP berdasarkan formularium nasional. Untuk penentuan kebutuhan obat di depo farmasi berdasarkan jumlah pemakaian pada periode sebelumnya, yaitu berdasarkan metode konsumsi.

Kelompok obat yang tergolong fast moving akan disediakan dengan jumlah yang lebih banyak untuk menghindari stock out obat begitupun sebaliknya, obat yang tergolong slow moving akan disediakan lebih sedikit untuk menghindari pemborosan, dan agar tidak terjadi stagnant obat di lemari penyimpanan.

Dari beberapa informan, maka kemungkinan RSUP H. Adam malik belum menggunakan pengelompokan obat berdasarkan nilai investasinya. Pengelompokan obat hanya berdasarkan pengalaman.

Obat fast moving merupakan obat yang sering digunakan dan paling sering diresepkan, sedangkan obat slow moving merupakan obat yang jarang digunakan dan sedikit di resepkan. Dalam menghindari stock out dan stagnant perbekalan farmasi dapat dilakukan dengan pengendalian persediaan dengan melakukan beberapa metode diantaranya: metode analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ), dan Reorder Point (ROP).

1. Metode Analisis ABC

Perbekalan farmasi di depo farmasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari obat, dan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan. Berdasarkan kartu stock Juli 2018, depo farmasi pusat jantung terpadu menggunakan 465 jenis obat dan 573 jenis bahan medis habis pakai dan 5 buah alat kesehatan.

(7)

Tabel Analisis ABC Obat berdasarkan nilai investasi

Kelompok

obat

Jumlah

jenis obat

Persentase

jumlah obat

Nilai investasi (Rp)

Persentasi

nilai

Kelompok A

25

04,30%

Rp. 260,007,412.00

69,18%

Kelompok B

40

08,60%

Rp. 77,989,896.00

20,75%

Kelompok C

400

86,20%

Rp. 37,830,496.53

10,07%

Jumlah

465

100,00%

Rp. 375,827.804.53

100,00%

Dari 465 jenis obat, obat yang tergolong kelompok A sebanak 25 jenis obat dengan persentase jumlah obat 4,30% dan nilai investasi sebesar Rp. 260,007,412.00

Obat yang tergolong kelompok B sebanyak 79 jenis obat dengan persentase jumlah obat 8,60% dan nilai investasi sebesar Rp. 77,989,896.00 dan obat yang tergolong kelompok C sebanyak 400 jenis obat dengan persentase nilai 86,20% dengan nilai investasi terbesar Rp. 37,830.496.53. Untuk melihat klasifikasi obat menggunakan metode analisis ABC dapat dilihat di lampiran 7.

Dari 573 jenis BMHP, BMHP yang tergolong kelompok A sebanyak 34 jenis BMHP dengan persentase jumlah obat 6,33% dan nilai investasi sebesar Rp. 858,765,898.50 Untuk BMHP kelompok B sebanyak 58 jenis BMHP dengan persentase jumlah BMHP 10,80% dengan nilai investasi sebesar Rp. 246,530,912.66 sedangkan BMHP yang tergolong kelompok C sebanyak 445 jenis BMHP dengan persentase jumlah BMHP 82,87% dengan nilai investasi sebesar Rp. 124,062,858.56.

Tabel Analisis ABC bahan medis habis pakai berdasarkan nilai

Kelompok

BMHP

Jumlah

jenis

BMHP

Persentase

jumlah

obat

Nilai investasi

(Rp)

Persentasi

nilai

Kelompok A

34

06,33%

Rp 858,765.898.50

69.85%

Kelompok B

58

10,80%

Rp 246,530,912.66

20.05%

Kelompok C

445

82,87%

Rp 124,062,858.56

10.09%

Jumlah

537

100,00%

Rp 1,229.359.669.72

100.00%

Dari 5 jenis alat kesehatan, alat kesehatan yang tergolong kelompok A sebanyak 1 jenis alat kesehatan dengan persentase jumlah obat 20% dan nilai investasi sebesar Rp. 7,430,134.95 Untuk alat kesehatan yang termasuk. kelompok B tidak ada,

sedangkan BMHP yang tergolong kelompok C sebanyak 12 jenis dengan persentase jumlah alat kesehatan 80% dengan nilai investasi sebesar Rp.754,378.00.

Tabel Analisis ABC Alat kesehatan berdasarkan nilai investasi

Kelompok

BMHP

Jumlah

jenis BMHP

Persentase

jumlah obat

Nilai investasi (Rp)

Persentasi

nilai

Kelompok A

1

20,00%

Rp

7.430,134.95

90.78%

Kelompok B

0

00,00%

Rp

0

00,00%

Kelompok C

4

80,00%

Rp

754,378.00

09,22%

(8)

2. Metode Economic Order Quantity

(EOQ)

Dalam pelaksanaan pemesanan obat di RSUP H. Adam Malik tidak perhitungan khusus. Jumlah pemesanan biasanya dilihat dari pemakaian bulan bulan sebelumnya. Obat yang tergolong dalam fast moving akan lebih banyak di pesan. Hal ini akan dapat mengakibatkan stagnant dan stock our obat dan meningkatkan biaya penyimpanan. Oleh karena itu, perlu adanya perhitungan yang tepat dalam sekali pemesanan obat. Dalam hal ini metode Economy Order Quantity dapat diterapkan. Untuk menentukan EOQ, diperlukan jumlah permintaan pada suatu periode, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Jumlah permintaan pada sutau periode dilihat dari jumlah pemakaian, biaya pemesanan obat setelah dikalkulasikan sebesar Rp. 2000 sedangkan biaya penyimpanan per unit/tahun 26% dari harga per item. Setelah diketahui jumlah pemakaian obat, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, kemudian dilakukan perhitungan mengenai jumlah pemesanan optimum setiap kali pemesanan.

3.

Metode Reorder Point (ROP)

Dalam menentukan waktu pemesanan kembali ke gudang instalasi depo farmasi jantung terpadu dilaksanakan setiap hari Jum'at dan Selasa tetapi untuk perhitungan pemesanan kembali depo farmasi pusat jantung terpadu tidak menggunakan perhitungan khusus. Sehingga kemungkinan resiko terjadi stagnant dan stock out obat lebih besar. Keputusan mengenai kapan mengajukan pemesanan kembali terletak pada dua faktor, yaitu: pertama, pertimbangan tingkat pemesanan kembali era langsung berdasarkan pada pemakaian normal dan yang kedua pertimbangan sediaan pengaman berdasarkan derajat ketidakpastian dan tingkat pelayanan rang diminta.

Oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan buffer stock terlebih dahulu agar dapat menentukan kapan mengajukan pemesanan kembali Untuk menentukan buffer stock, perlu mempertimbangkan target kerja (service level). Menurut Assauri (2004) yang dikutip dari penelitian Utari (2014). service level adalah 98% (Z=2.05) jika lead time diketahui dan bersifat konstan. Menurut informan, waktu tunggu hingga obat sampai di gudang farmasi RSUP H. Adam Malik sekitar 5 hari.

f. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kedaluwarsa, rusak. mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar. Selama peneliti melakukan penelitian di depo farmasi RSUP H. Adam Malik belum pernah melakukan penghapusan barang.

Menurut Guswani (2014), Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa. rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi peneliti, untuk pelayanan obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di depo farmasi Pusat Jantung Terpadu 100% terpenuhi, dengan catatan adanya penggantian obat yang tidak tersedia atas izin dokter yang bersangkutan. Metode yang digunakan untuk menghindari stock out dan stagnant pada obat, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan di depo farmasi pusat jantung terpadu terpadu adalah dengan menggunakan penggolongan yaitu obat, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan digolongkan kedalam dua kategori yaitu fast moving dan slow moving.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Azis, Abdul. 2013. Evaluasi penggunaan

antibiotik secara kualitas dan kuantitas

disertai tingkat resistensi dan pola

kuman di bagian penyakit dalam

RSUP H. Adam Malik Medan Periode

Oktober-Desember

2016.

Skripsi.

Medan: Universitas Tjut Nyak Dhien.

Halaman 8-10.

Charles. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori &

Terapan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC. Halaman 26-30.

Febriawati, Henny. 2013. Manajemen Logistik

Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta:

Gosyen Publishing. Halaman 8-20,

26-28, 54-55, 63-67, 90-97.

Gray, H. H., Dawkins., Keith D., John M., dan

A. Simpson. 2003. Lectures Notes

Kardiologi. Jakarta: Erlangga.

Halaman 45-48.

Guswani. 2016. Analisis Pengelolaan

Manajemen Logistik Obat di Instalasi

Farmasi RSUD Lanto Daeng Pasewang

Kabupaten Jeneponto Tahun 2016.

Skripsi. Makassar: UIN Alauddin

Makassar. Halaman 3-6, 23-27, 40-46.

Imran, Moch. 2010. Manajemen Logistik

Rumah sakit. Jakarta: Sagung Seto.

Halaman 32-34.

Indriawati, C, S., S. Suryawati, Pudjaningsih.

2001. Analisis pengelolaan obat di

rumah sakit umum daerah wates.

Jurnal

manajemen

pelayanan

kesehatan Vol. 04 No. 03. Halaman

173-174.

Iskandar, Halmy.1998. Rumah Sakit,

Tenaga Kesehatan, dan Pasien.

Jakarta: Sinar Grafika. Halaman 6.

Kamiensksi, Marry. 2015. Farmakologi

Demystified. Yogyakarta: Rapha

Publishing. Halaman 65-68, 70-75.

Kementria n Ke sehat an. 2014. Situa si

Kes ehata n Jantung. [onlin e]

(http://www.depkes.go.id)

di akses

pada tanggal 26 Juli 2018

Mellen dan Pudhihardjo. 2013. Faktor

penyebab dan kerugian akibat stockout

dan stagnant obat di unit logistik

RSU Haji Surabaya. Surabaya:

Jurnal

Administrasi

Kesehatan

Indonesia Volume 1 Nomor 1. Halaman

99.

Mentri Kesehatan. 2016. Peraturan Mentri

Kesehatan No. 72 tahun 2016 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit. Jakarta: Mentri Kesehatan

Republik Indonesia. Halaman 13-30

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta. Halaman 78.

Oscar, Lydianita dan Jauhar, M. 2016.

Dasar-dasar Manajemen Farmasi. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher. Halaman

45-48, 60-63, 65-68.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang

No. 40 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.

Halaman 2, 9-12.

Rosmania, Fenty A., dan Stefanus, S. 2015.

Analisis Pengelolaan Obat sebagai

dasar pengendalian safety stock pada

stagnant dan stock out obat. Jurnal

Administrasi Kesehatan Indonesia

Volume 3 Nomor 1. Januari-Juni.

Halaman 1-3.

Sabarguna, Boy. S. 2011. Buku Pegangan

Mahasiswa Manajemen Rumah Jakarta:

Sagung Seto. Halaman 3.

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian

Kualitatif Bandung: Alfabeta

Halaman 63.

Tjay, Tan H., & Rahardja, Kirana. 2007.

Obat-Obat

Penting

Khasica.

Penggunaan

dan

Efek-Efek

Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta

-

.

PT.

Elea

Media

Computindo

Gramedia. Halaman 168-173.

Utari, Anindita. 2014. Cara Pengendalian

Persediaan Obat Paten Dengan Metode

Analisis ABC, Metode Economic

Order Quantity (EOQ). Butler Stock

dan Reorder Point (ROP) di Unit

Gudang Farmasi RS Zahira Tahun

2014. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Halaman 6-8.

4549. 5557.

Gambar

Tabel Analisis ABC Obat berdasarkan nilai investasi  Kelompok  obat  Jumlah  jenis obat  Persentase

Referensi

Dokumen terkait

Articulated Dump Truck biasa disingkat ADT merupakan.. kombinasi dari traktor – trailer, dimana kabin dan dump body – nya dapat bergerak secara bebas dan fleksibel

Hukum perkawinan menurut madzhab Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali Dalam pasal 71 ayat 1, suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang haruslah mengatur giliran dengan

Pada kondisi awal siswa peneliti melakukan wawancara dengan guru pembimbing sekaligus wali kelas VII A SMP N Gebog Kudus, berdasarkan hasil wawancara ditemukan 8 dari

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah selain teridentifikasi dan terpilihnya lokasi tegakan benih ulin yang terseleksi di dalam KHDTK, juga nantinya

Tujuan penelitian ini terbentuknya sistem informasi kesehatan khususnya dalam penanganan bencana di Kabupaten Ciamis untuk memudahkan dalam koordinasi penanganan

Partial Eta Squared menunjukkan bahwa perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 97,7% dipengaruhi oleh media audio dan

Dan kalaupun posisi nasabah tersebut masuk kategori macet karena nasabah kabur dan tidak ada ikhtikad baik buat berusaha melunasi maka dapat dibenarkan akan pihak Bank

Dalam tahap ini dilakukan penyebaran kuesioner I kepada sejumlah responden yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan admin layanan SIAKAD di jurusan Teknik Industri