• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INISIASI MENYUSUI DINI DI RUMAH SAKIT SILOAM MANADO Octavia Rompis*, Marjes N. Tumurang*, Jean H.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INISIASI MENYUSUI DINI DI RUMAH SAKIT SILOAM MANADO Octavia Rompis*, Marjes N. Tumurang*, Jean H."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

53

FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INISIASI MENYUSUI DINI DI RUMAH SAKIT SILOAM MANADO

Octavia Rompis*, Marjes N. Tumurang*, Jean H. Raule*

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. Sampai saat ini belum ada laporan tentang hasil cakupan pelaksanaan IMD di RS Siloam Manado. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul faktor-faktor yang behubungan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Siloam Manado. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode observasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional.yang dilakukan di Rumah Sakit Siloam Manado berlangsung pada bulan Agustus 2016 – Januari 2017 dengan populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Siloam Manado. Populasi ibu selang tahun 2015 dan sampel diambil rata-rata kunjungan per bulan yaitu sebanyak 35 ibu. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai signifikan pengetahuan ibu (0,488), motivasi ibu (0,012), proses persalinan (0,944), dukungan suami (0,784), dukungan petugas kesehatan (0,003) dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di di Rumah Sakit Siloam Manado. Kesimpulannya terdapat hubungan antara motivasi dan dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini sedangkan pengetahuan, proses persalinan dan dukungan suami tidak terdapat hubungan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di di Rumah Sakit Siloam Manado dan Motivasi merupakan variabel yang paling dominan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di Rumah Sakit Siloam Manado

Kata Kunci: Inisiasi Menyusu Dini

ABSTRACT

Early initiation of breastfeeding (IMD) is an opportunity given to infants shortly after birth by placing the baby in the mother's abdomen, then let the baby to find the mother's nipple and suckle until satisfied. Until now there has been no report on the implementation of the scope of IMD at Siloam Hospital Manado. Based on the above description, the researcher is interested to take the title of the factors that relate to the implementation of early initiation of breastfeeding in Siloam Hospital Manado. This study uses a quantitative approach to design methods of analytic observational study conducted cross-sectional yang Siloam Hospital Manado took place in August 2016 - January 2017 with the population in this study are all mothers who gave birth at Siloam Hospital Manado. Population 2015 lapse mother and samples were taken average visits per month as many as 35 mothers. The analysis conducted in this study is divided into three types of univariate, bivariate and multivariate analyzes. The analysis showed that the significant value of knowledge of mothers (0,488), maternal motivation (0.012), labor (0.944), the husband support (0.784), the support of health workers (0,003) with the implementation of early initiation of breastfeeding by midwives at Siloam Hospital Manado. In conclusion there is a relationship between motivation and support health workers with the implementation of early initiation of breastfeeding while knowledge, labor and support of her husband there was no correlation with the implementation of early initiation of breastfeeding by midwives at Siloam Hospital Manado and motivation is the most dominant variable on the implementation of early initiation of breastfeeding by midwives at Siloam Hospital Manado.

Keyword: Initiation Early Breastfeeding

PENDAHULUAN

Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. Proses

ini dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah bayi lahir (Anonim, 2009).

Program Inisiasi Menyusu Dini secara signifikan akan dapat mengurangi beban penyakit menular karena segera setelah lahir bayi telah mendapatkan kolostrum yang terbukti mampu meningkatkan immunitas

(2)

54 bayi baru lahir. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan inisiasi menyusu dini sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI secara eksklusif dan sebagai bagian manajemen laktasi. Menurut data Riskesdas 2013, persentase proses mulai menyusu pada anak 0-23 bulan di Indonesia kurang dari satu jam (< 1 jam) setelah bayi lahir masih sangat rendah yaitu 29,3%, sementara untuk Provinsi Sulawesi Utara menurut data Dinas Kesehatan sebesar 9, 59%. (Anonim, 2012).

Berdasarkan laporan tahunan statistik ASEAN (Association of South East Asian Nations), Brunei Darusallam, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand tergolong AKB yang rendah, yaitu di bawah 20 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Indonesia, AKB-nya yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih di bawah negara Filipina, yang AKB-nya adalah 26 per 1000 kelahiran hidup. (Prasetyawaty, 2012)

Menurut teori Model sistim kesehatan yang terdapat dalam Notoatmodjo (2010), perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, dan karakteristik, demografi), faktor pendukung (pelatihan, sosialisasi dan faktor pemungkin. Peran dan komitmen dari rumah sakit sangat besar untuk mendukung pelaksanaan IMD karena 9 dari 10 langkah keberhasilan menyusu tersebut dilakukan di Rumah Sakit.

Banyak faktor yang mempengaruhi

kinerja bidan antara lain kompetensi individu, dukungan organisasi, dan dukungan menajemen. Kompetensi individu ini dilihat

pada kemampuan dan keterampilan

melakukan kerja (Gibson, 1985). Ada 3 hal yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Faktor—faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan karakteristik demografi. Faktor-faktor psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi, sedangkan

faktor-faktor organisasi meliputi

sumberdaya, kepemimpinan, imbalan,

struktur dan desain pekerjaan. (Gibson, 1985)

Salah satu faktor yang juga berperan penting terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD segera setelah bayi lahir adalah dukungan tenaga kesehatan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa Tenaga Kesehatan dan penyelenggaran fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru dilahrikan kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam. Mujiati (2015) meneliti Faktor Pendukung Keberhasilan Praktik Inisiasi Menyusu Dini Di RS Swasta Dan Rumah Sakit Pemerintah Di Jakarta menemukan bahwa Faktor yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan IMD adalah proses persalinan, kondisi ibu dan bayi paska persalinan, pengetahuan ibu mengenai pentingnya IMD, dukungan suami dan

dukungan tenaga kesehatan dalam

pelaksanaan IMD.

Rumah Sakit Siloam Manado telah menjalankan IMD sebagai prosedur yang

(3)

55 wajib dikerjakan oleh tenaga bidan saat membantu menolong proses persalinan sejak tahun 2012. Berdasarkan survei awal jumlah persalinan di RS Siloam Manado tahun 2015 sebanyak 471 persalinan dengan jumlah bayi sebanyak 478, dan selang Januari – Juli 2016 sebanyak 232 ibu yang melahirkan 237 bayi. Namun sampai saat ini belum ada laporan tentang hasil cakupan pelaksanaan IMD di RS Siloam Manado. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul faktor-faktor yang behubungan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Siloam Manado.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode observasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional.yang dilakukan di Rumah Sakit Siloam Manado berlangsung pada bulan Agustus 2016 – Januari 2017 dengan populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Siloam Manado. Populasi ibu selang tahun 2015 dan sampel diambil rata-rata kunjungan per bulan yaitu sebanyak 35 ibu. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden

menunjukkan bahwa mayoritas responden

berumur >26 tahun sebanyak 18 responden (60,0%) sedangkan untuk responden yang berumur <26 tahun sebanyak 12 responden (40,0%). Usia 20-40 tahun merupakan usia menengah dimana pada usia menengah kematangan dari fisik maupun psikologis akan mempengaruhi pengetahuannya yang berpengaruh pada partisipasi sehingga pada penelitian ini responden memiliki partisipasi yang tinggi. Responden sebagian kecil partisipasi rendah (n=7, 33,33%).

Ajibade et al (2013) dalam penelitian mereka berjudul ―Factors Influencing Initiation of Breast Feeding among PostPartum Mothers in a Teaching Hospital of Osun State, Nigeria‖ menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari ibu (51%) berada pada rentang usia 26-33 tahun, 29% dalam rentang 18-25 tahun sedangkan 14% berada dalam rentang 34 dan 41 tahun, dan 6% berada di atas usia 42 tahun.

Ajibade et al (2013) dalam penelitian mereka menemukan dalam hal tingkat pendidikan responden, 44% responden lulusan dari lembaga yang lebih tinggi, 36% hanya sertifikat pendidikan menengah sementara 14% memiliki pendidikan sekolah dasar, dan sisanya sebesar 6% tidak memiliki pendidikan formal.

(4)

56

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Rumah Sakit Siloam Manado

Tabel 1 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado

Pengetahuan

IMD

Nilai p

Melakukan Tidak Melakukan Total

n % n % n %

Baik 20 57.1 5 14.3 25 71.4 0,221

Kurang Baik 6 17.1 4 11.4 10 28.6

Total 26 74.3 9 25.7 35 100,0

Hasil penelitian menunjukkan antara paritas dengan pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Siloam Manado, diperoleh data bahwa jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 25 responden (71,4%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 20 responden (57,1%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 5 responden (14,3%), sedangkan jumlah responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 10 responden (28,6%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 6

responden (17,1%) dan yang tidak

melakukan IMD sebanyak 4 responden (11,4%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,488>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ratnawati dkk (2014) tentang Hubungan Pengetahuan Tentang Inisiasi Menyusu Dini Tim Neonatal Intensive Care Unit Pada

Operasi Sectio Caesarea Dengan

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Ruang Operasi RSUD Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode

deskriptif observasional korelatif dengan pendekatan studi potong lintang (Cross Sectional). Populasi penelitian ini 18 orang Tim NICU. Hasil uji statistik didapatkan nilai X2 hitung sebesar 0,643 p-value = 0,423 (p> 0,05) sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di ruang Operasi RSUD Sukoharjo.

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan faktor sosial demografi terhadap ketahanan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia diteliti oleh Mumpuni dan Utami (2016). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapat IMD dalam waktu lebih dari satu jam setelah kelahiran memiliki risiko 1,6 kali lebih besar untuk tidak menyusu secara eksklusif dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI pertama dalam waktu satu jam setelah kelahiran, sedangkan faktor sosial demografi yang mempengaruhi ketahanan pemberian ASI Eksklusif adalah paritas, IMD dan status pekerjaan ibu. Persentase bayi yang berumur 0-6 bulan di Indonesia tahun 2012 yang mendapat ASI segera setelah kelahiran adalah sebanyak

(5)

57 48,9 persen dan 51,1 persen tidak mendapat ASI segera setelah kelahiran. Hal ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar ibu belum menyadari akan pentingnya pelaksanaan IMD. Bayi yang mendapatkan ASI pertama pada 1 jam setelah kelahiran memiliki persentase lebih besar untuk masih diberi makanan ASI saja (41 persen) dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI pertama lebih dari 1 jam setelah kelahiran (32,2 persen)

Mujur, dkk (2014) meneliti tentang faktor keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2014 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan keberhasilan IMD. Pernyataan diatas berbanding terbalik dengan teori oleh Prawirohardjo mengatakan berdasarkan jumlah paritas, ibu dengan paritas > 3 kali cenderung tidak berhasil melakukan IMD karena biasanya akan menghadapi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya terutama kelelahan yang berlebihan sehingga mempengaruhi kestabilan emosinya untuk melakukan IMD. Sebaliknya, ibu dengan paritas 1 – 3, biasanya memiliki motivasi yang besar untuk melakukan dan mengetahui

apa saja yang bermanfaat bagi bayinya. Selain itu, rentang kelahiran yang ideal dari aspek kejiwaan memberikan kesempatan kepada orang tua untuk lebih intensif mencurahkan waktu bagi anak pada awal usianya.

Rusada dkk (2016) meneliti faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 86 orang, sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 responden dan ditetapkan

dengan menggunakan teknik simple.

Terdapat hubungan (p<0.00) antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD. Bayi yang dilakukan IMD akan 6,9 kali lebih besar untuk mendapatkan ASI ekslusif dibandingkan bayi yang tidak dilakukan IMD.

Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang seseorang memiliki hubungan yang positif terhadap tingkah laku yang dilakukannya, berarti semakin kurang pengetahuan seseorang, maka semakin jarang melaksanakan inisiasi menyusu dini.

Hubungan Antara Motivasi Ibu Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Rumah Sakit Siloam Manado.

Tabel 2 Hubungan Antara Motivasi Ibu Dengan Pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado

Motivasi ibu

IMD

Nilai p

Melakukan Tidak Melakukan Total

n % n % n %

Baik 24 68.6 5 14.3 29 82.9 0.012

Kurang baik 2 5.7 4 11.4 6 17.1

(6)

58 Hasil penelitian menunjukkan antara motivasi ibu dengan pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Siloam Manado, diperoleh data bahwa jumlah responden baik sebanyak 29 responden (82,9%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 24 responden (68,6%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 5 responden (14,3%), sedangkan jumlah responden yang kurang baik sebanyak 6 responden (17,1%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 2 responden (5,7%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 4 responden (11,4%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,649>α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara motivasi ibu dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Sakit Siloam Manado.

Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur) atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah mungkin masih terlalu lemah apabila harus menghisap ASI dari ibunya. Berat badan yang kurang dari 1200 gram kemampuan untuk menyusu sangat kurang sehingga ASI harus dikeluarkan dan diberikan kepada bayi secara manual, demi mempertahankan kualitas laktasi sampai bayi sanggup untuk menghisap sendiri secara langsung dari payudara (Moehji, 1988). Refleks tergantung pada usia gestasi yaitu refleks rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32, koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernapas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke- 32 (Doengoes & Moorhouse, 2001).

Bayi dengan berat badan lahir rendah (prematur), seharusnya diberikan ASI dari ibunya sendiri. Bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan, sepsis dan malformasi, sebagian besar bayi prematur biasanya mampu menyusu dengan segera (Supriadi, 2002 dalam Rahardjo, 2005). Menurut Brinch (1986) bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah atau prematur ataupun bayi kembar dapat tetap diberikan ASI segera setelah lahir, apalagi bayi dengan berat lahir normal dapat segera diberikan ASI pada 1 jam pertama setelah kelahirannya, kecuali bayi tersebut lahir dalam kondisi yang bermasalah.

Secara teoritis, produksi dan ejeksi ASI lebih cepat pada ibu yang kulit bayinya sejak lahir dilekatkan kepada kulit ibunya. Hal ini digalakkan dengan penerapan praktik inisiasi menyusu dini (IMD). Pada inisiasi menyusu dini terjadi skin to skin contact antara bayi dan ibu. Semakin sering ibu melakukan kontak fisik langsung dengan bayi akan membantu menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusu

bayinya kapanpun sang bayi

menginginkannya.

Wiendarto, (2014) meneliti ―Hubungan Antara Pengetahuan Ibu, Motivasi Ibu, Dan Dukungan Bidan Dengan Kesediaan Ibu Melakukan Inisiasi Menyusu Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Kota

(7)

59 Surakarta‖ Sampel sebanyak 70 ibu yang diambil dengan Proporsional Random Sampling tiap kelurahan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang

memiliki motivasi, sebesar 60 orang (85,7%) bersedia melakukan IMD, sedangkan ibu yang tidak memiliki motivasi, sebanyak 3 orang (4,3%) tidak bersedia IMD. Analisis bivariate menunjukkan ada hubungan antara motivasi ibu (p=0,001) dengan kesediaan ibu melakukan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta.

Rahardjo (2006) menekankan bahwa motivasi merupakan salah satu mekanisme

bagaimana terbentuknya proses alami perubahan. Motivasi berarti dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar sehingga berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhan. Afifah (2008) menyimpulkan bahwa perlu ada motivasi yang berupa penyuluhan atau pemberian informasi dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu timbul untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya

Hubungan Antara Proses Persalinan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan Di Rumah Sakit Siloam Manado.

Tabel 3 Hubungan Antara Proses Persalinan Dengan Pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado

Proses Persalinan

IMD

Nilai p

Melakukan Tidak Melakukan Total

n % n % n %

Normal 9 25.7 3 8.6 12 34.3 0.944

Tindakan intervensi 17 48.6 6 17.1 23 65.7

Total 26 74.3 9 25.7 35 100,0

Hasil penelitian menunjukkan antara proses persalinan dengan pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Siloam Manado, diperoleh data bahwa jumlah responden yang melakukan persalinan normal sebanyak 12 responden (34,3%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 9 responden (25,7%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 3 responden (8,6%), sedangkan jumlah responden yang melakukan tindakan intervensi sebanyak 23 responden (65,7%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 17 responden (48,6%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 6

responden (17,1%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,221>α=0,05 yang

menunjukkan tidak terdapat proses

persalinan dengan pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado.

Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Persalinan terdiri dari persalinan normal tanpa bantuan alat, persalinan normal dengan bantuan alat (vakum dan forsep), melahirkan di dalam air atau water birth, dan operasi caesar (elektif dan darurat). (Jamaan, 2013). Operasi caesar adalah proses

(8)

60 kelahiran bayi dengan melakukan irisan pembedahan yang menembus abdomen (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Tindakan ini dilakukan pada gawat janin, jalan lahir tertutup plasenta (plasenta previa totalis), persalinan macet, ibu mengalami hipertensi (pre-eklampsia), bayi dalam posisi sungsang atau melintang, serta terjadi perdarahan sebelum proses persalinan.

Tidak terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini sering terjadi pada ibu yang melahirkan secara operasi disebabkan karena ibu dilakukan anestesi yang menyebabkan ibu mengantuk sehingga kurang respon terhadap bayi, petugas di kamar operasi terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Padahal menunda permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusu (Anonim, 2008)

Keberhasilan IMD lebih cepat pada ibu post partum normal dimana ditemukan perbedaan pengeluaran ASI pada ibu post partum normal dengan ibu post sectio caesarea yang sama-sama di IMD. Pengeluaran ASI lebih cepat pada ibu post partum normal dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea mengalami nyeri luka setelah operasi yang mengganggu kenyamanan ibu dan pengeluaran endorfin lambat sehingga aliran darah tidak lancar ke otak. (Cunningham, et al., 2005)

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Zanardo et al., (2010), dalam penelitiannya disebutkan angka kejadian

menyusu di ruang bersalin secara signifikan lebih tinggi setelah persalinan pervaginam (71,5%) dibandingkan dengan persalinan caesar (3,5%). Hasil uji dengan Chi-Square test ditemukan nilai p = 0,001, sehngga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sectio caesarea dengan pemberian ASI eksklusif (Zanardo, et al, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian Indramukti (2014) dengan korelasi bivariat antara peran petugas kesehatan dengan praktek Awal Inisiasi Menyusui (IMD) pada normal ibu pasca-melahirkan di Puskesmas Blado I Batang. Nilai P (0.010) <Α (0,05) dan RP nilai 12,333 diketahui bahwa petugas kesehatan tidak memfasilitasi IMD pada postpartum yang normal ibu berisiko 12 kali lebih besar dari petugas yang memfasilitasi ibu untuk berlatih IMD. Hal ini sejalan dengan hasil uji statistik uji Chi-Square diperoleh p = 0,000 <α = 00:05. Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan IMD.

Desmawati, (2013) meneliti pengaruh posisi menyusu, nyeri setelah sectio caesarea, mobilisasi, rooming in, dan rolling massage terhadap kecepatan pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea. Populasi penelitian dengan metode cross sectional ini adalah ibu-ibu post sectio caesarea yang berjumlah 90 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan posisi menyusu, nyeri setelah sectio caesarea, mobilisasi aktif, rooming in kontinu, dan intervensi rolling massage dengan kecepatan waktu pengeluaran ASI pada ibu post sectio

(9)

61 caesarea (nilai p= 0,000). Posisi menyusu berhubungan dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu post partum sectio caesarea. Posisi yang tepat untuk bayi dan kelekatannya pada payudara ibu sangat penting dalam keberhasilan menyusu. Menyusu akan sukses bila posisi menyusu ibu benar. Menurut peneliti, posisi lying down merupakan posisi menyusu terbaik untuk kenyamanan ibu di hari-hari pertama melahirkan, bila ibu telah yakin bayinya mampu latch on dengan tepat. Nyeri berat pada ibu post sectio caesarea merupakan faktor yang memperlambat keluarnya ASI. Semakin tinggi nyeri yang dialami ibu post partum sectio caesarea,

semakin lambat pengeluaran ASI.

(Cunningham, et al., 2005)

Hobbs et al (2016) meneliti ―The impact of caesarean section on breastfeeding initiation,

duration and difficulties in the first four months postpartum‖ dan menemukan bahwa ibu yang melahirkan melalui proses section

caesaria memiliki kesulitan dalam

menerapkan IMD (41%), dan menggunakan banyak metode sebelum (67%) dan sesudah

(58%) meninggalkan rumah sakit,

dibandingkan dengan melahirkan per vaginal (berturut turut 29%, 40%, dan 52%) atau sectio elektif (masing-masing 33 %, 49 %, dan 41 %). Ibu yang melahirkan melalui section elektif cenderung menghentikan ASI sebelum 12 minggu postpartum (OR = 1.61; 95 % CI: 1.14, 2.26; p = 0.014) dibandingkan dengan persalinan normal, setelah dikontrol dengan pendapatan, pendidikan, paritas, kehamilan preterm, kesehatan fisik dan mental maternal, ras dan kesulitan pemberian ASI.

Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Sakit Siloam Manado

Tabel 4 Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado

Dukungan Suami IMD

Nilai p

Melakukan Tidak Melakukan Total

n % n % n %

Baik 16 45.7 6 17.1 22 69.9 0,784

Kurang Baik 10 28.6 3 8.6 13 37.1

Total 26 74.3 9 25.7 35 100,0

Hasil penelitian menunjukkan antara dukungan suami dengan pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Siloam Manado, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 22 responden (69,9%) dengan

yang melakukan IMD sebanyak 16

responden (45,7%) dan yang tidak

melakukan IMD sebanyak 6 responden

(17,1%), sedangkan jumlah responden yang

menjawab kurang baik sebanyak 13

responden (37,1%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 10 responden (28,6%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 3 responden (8,6%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,001<α=0,05 yang menunjukkan tidak

(10)

62

terdapat dukungan suami dengan

pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado, menyebabkan dukungan suami tidak diperoleh ibu pada saat bersalin yaitu mungkin suami sedang bekerja, selain itu,

beberapa petugas kesehatan tidak

membolehkan suami untuk masuk ke ruang bersalin sehingga tidak dapat mendampingi ibu pada saat persalinan yang akan berlanjut pada pelaksanaan IMD. Peran seorang suami merupakan hal yang cukup vital guna

menunjang keberhasilan program

pelaksanaan IMD. Jika seorang suami mendapatkan informasi mengenai pentingnya IMD maka kemuingkinan besar suami akan mendukung pelaksanaan IMD.

Aprina (2015) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di RSIA Mutiara Putri Bandar

Lampung Tahun 2015 menggunakan

populasi penelitian semua ibu postpartum di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung pada

tahun 2014 yaitu sebanyak 360 orang dengan besar sampel sebanyak 78 orang. Hasil penelitian menunjukkan responden ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan IMD di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung Tahun 2015(p value 0,006).

Faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan program inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2016 diteliti oleh Rusada dkk (2016) terhadap 71 orang ibu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan (p<0.00) antara dukungan suami dengan pelaksanaan IMD.

Wahrini dkk (2015) dalam

penelitiannyaberjudul ―Determinants Related to the Implementation of Early Breastfeeding Initiation at the Maternity of Regional General Hospital of Yowari, Jayapura

Regency‖ menemukan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pelaksanaan IMD, (p = 0.012) Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Sakit Siloam Manado

Tabel 5 Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado

Dukungan Petugas

Kesehatan Melakukan Tidak Melakukan IMD Total Nilai p

n % n % n %

Baik 22 62.9 3 8.6 25 71.4 0,003

Kurang Baik 4 11.4 6 17.1 10 28.6

Total 26 74.3 9 25.7 35 100,0

Hasil penelitian menunjukkan antara

dukungan petugas kesehatan dengan

pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Siloam Manado, diperoleh data bahwa jumlah

responden yang menjawab baik sebanyak 25 responden (71,4%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 22 responden (62,9%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 3

(11)

63 responden (8,6%), sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 10 responden (28,6%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 4 responden (11,4%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 6 responden (17,1%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,001<α=0,05 yang menunjukkan terdapat dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2012), bahwa dukungan tenaga kesehatan yang menolong persalinan sebagai faktor penguat untuk pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Tenaga kesehatan juga memerlukan sikap yang mendukung terhadap menyusu melalui pengalaman dan pengertian mengenai berbagai keuntungan emberian ASI. Tenaga kesehatan membina atau membangun kembali kebudayaan menyusu dengan meningkatkan sikap positif yang sekaligus dapat menjadi teladan bagi wanita lainnya (Anonim, 2004). Syafrina (2011), menyatakan bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan IMD tidak hanya dari dukungan suami dan keluarga tetapi juga dari petugas kesehatan.

Petugas kesehatan penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan IMD karena dalam waktu tersebut peran dan dukungan penolong persalinan masih sangat dominan. Apabila penolong persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi

diharapkan segera terjadi. Dengan

pelaksanaan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel pada payudara ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir. (Roesli, 2010)

Pengetahuan perawat dan bidan

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal di antaranya yaitu tingkat kecerdasan dan tingkat emosi. Oleh karena tingkat pendidikan seorang perawat

dan bidan sangat mempengaruhi

pengetahuan, semakin tinggi pendidikan

seorang perawat dan bidan, maka

pengetahuan semakin baik. Faktor eksternal yaitu lingkungan sosial budaya seorang bidan.

Rusada dkk (2016) meneliti faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program inisiasi menyusu dini (IMD) di puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD (p = 0,000). Dari 47 responden yang memiliki dukungan petugas menangani responden mulai dari persalinan hingga kesehatan yang baik terkait IMD, terdapat 27 pasca persalinan responden (64,3%) yang melaksanakan IMD dan 15 responden (35,7%) yang tidak melaksanakan IMD, sedangkan dari 29 responden yang tidak IMD. Keadaan yang tampak dari lingkungan sekitar mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan ibu khususnya lingkungan sosial dapat dinilai terkait IMD,

(12)

64 mempengaruhi pengetahuan ibu. Sebagian besar melaksanakan IMD dan 27 responden

(93,1%) yang ibu yang memiliki

pengetahuan kurang terkait IMD tidak

melaksanakan IMD. Apabila petugas

kesehatan tidak terampil dalam penerapan langkah – langkah dalam IMD maka

kemungkinan besar IMD akan gagal

dilaksanakan pascapersalinan, selain dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sikap ibu serta dukungan suami.

Wahrini dkk (2015) dalam penelitiannya berjudul ―Determinants Related to the Implementation of Early Breastfeeding Initiation at the Maternity of Regional General Hospital of Yowari, Jayapura Regency‖ menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD (p = 0.000).

Penelitian Khoniasari, (2015)

menunjukkan bahwa peran tenaga kesehatan khususnya bidan memiliki hubungan positif dan secara statistik hubungan peran bidan dengan pelaksanaan IMD terbukti signifikan. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut,

peran bidan yang besar memiliki

kemungkinan meningkatkan pelaksanaan IMD oleh ibu 34.27 kali lebih besar dari pada peran bidan yang kecil. Adam dkk (2016) meneliti pengaruh pengetahuan, dukungan tenaga kesehatan dan social budaya terhadap pemberian IMD pada bayi yang baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Makassar dengan populasi seluruh ibu yang telah melakukan persalinan dengan besaran sample sebanyak 100 responden. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan layanan dengan pemberian IMD (p = 0. 000).

Yunus (2013) meneliti faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai χ2

hitung=62,956 dan ρ Value=0,000 maka χ

2 hitung

> χ2

tabel dan ρ Value < α 0,05, berarti ada

hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan terkait pelaksanaan IMD. Setelah diuji keeratan hubungan dengan uji koefisien Phi (RØ) diperoleh nilai 0,903

yang menunjukkan bahwa antara

pengetahuan ibu dan pelaksanaan IMD mempunyai tingkat hubungan sangat kuat.

Aprina (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan (IMD di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung. Populasi penelitian adalah semua ibu post partum di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung pada tahun 2014 yaitu sebanyak 360 orang dengan besar sampel sebanyak 78 orang. Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak mau melaksanakan IMD sebanyak 53 responden (67,9%), tidak pernah melakukan IMD sebelumnya 51 responden (65.4%), bersikap positif terhadap pelaksanaan IMD 42 responden (53,8%),

mendapatkan dukungan dari petugas

kesehatan terhadap pelaksanaan IMD 48 responden (61,5%). Hasil analisis bivariate menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan petugas

(13)

65 pelaksanaan IMD di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung (p value 0,006).

Pentingnya pelatihan bagi tenaga kesehatan ditelusuri oleh Rahmaania (2014) yang meneliti gambaran sistem pelatihan terkait inisiasi menyusu dini (IMD) di RSIA Srikandi Kabupaten Jember. Hasil dari penelitian menunjukkan, bahwa tahap pengkajian terdiri dari penentuan kebutuhan, tujuan, dan kriteria evaluasi. Kekurangannya dalam kriteria evaluasi, RSIA Srikandi hanya mentapkan kriteria evaluasi pengetahuan. Tahap implementasi terdiri dari penentuan metode, pengaturan, dan penyelenggaraan pelatihan. Pada tahap implementasi terdapat beberapa hambatan yakni penyusunan jadwal dan pemberian umpan balik. Terakhir, tahap evaluasi yang terdiri dari evaluasi reaksi dan belajar. Kekurangannya adalah evaluasi

tersebut tidak dapat mengevaluasi

keterampilan, kompetensi, dan komitmen. Dukungan tenaga kesehatan juga ditentukan oleh pengetahuan tenaga kesehatan tentang IMD. Mohamad dkk

(2015) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di rumah sakit Prof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hasil analisis uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,005 < 0,05) antara pengetahuan bidan dengan pelaksanaan IMD. Berdasarkan nilai Odds Rasio (OR), pengetahuan bidan yang baik mempunyai peluang sebesar 4 kali untuk melaksanakan tindakan IMD.

Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan

menggunakan uji regresi logistik.

Berdasarkan uji bivariat dari 5 variabel (pengetahuan, motivasi ibu, proses persalinan, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan) maka diambil 2 variabel yang memiliki nilai p<0,05 sehingga dimasukkan dalam analisis regresi logistic seperti terlihat pada table 17.

Tabel 17 Hasil Analisis Regresi Logistik

Variabel B S.E. Sig. Exp(B)

Motivasi 3.160 1.360 .020 23.565

Dukungan Tenaga

Kesehatan 3.121 1.211 .010 22.658

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa motivasi dan dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan pelaksanaan IMD Di

Rumah Sakit Siloam Manado yang

ditunjukkan dengan nilai signifikan (p<0,20 dan 0,010). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa nilai statistik Exp (B) motivasi lebih dari nilai statistik (23,565) dan menunjukkan

bahwa motivasi merupakan faktor paling dominan diantara variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD Di Rumah Sakit Siloam Manado.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan

(14)

66 inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Siloam Manado.

2. Terdapat hubungan antara motivasi ibu dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Siloam Manado. 3. Tidak terdapat hubungan antara proses

persalinan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di Rumah Sakit Siloam Manado.

4. Tidak terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Siloam Manado.

5. Terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Siloam Manado

6. Motivasi merupakan variabel yang paling dominan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di Rumah Sakit Siloam Manado

SARAN

Bagi RS Siloam Manado agar lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) bagi calon ibu, ibu hamil dan suami agar mendapatkan informasi mengenai IMD sehingga dapat menambah pengetahuan ibu, mengubah sikap ibu terkait IMD dan ibu dapat mempersiapkan kondisi fisik dan mentalnya untuk melaksanakan IMD serta suami dapat mendampingi dan memberikan dukungan kepada istri pada saat pelaksanaan IMD berbekal informasi yang diperoleh. Selain itu, pelatihan bagi petugas kesehatan penolong persalinan mengenai tata cara

pelaksanaan IMD yang tepat sangat perlu diadakan agar petugas kesehatan yang menolong persalinan dapat menerapkan pelaksanaan IMD dengan tepat kepada ibu pascabersalin.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G., et al. 2014. Obstetri Williams.

Desmawati. 2013. Penentu Kecepatan Pengeluaran Air Susu Ibu setelah Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8, Maret hal 360- 4.http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-6-7.pdf

Gibson L J , 1985. Alih Bahasa Dharma A, Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses Erlangga, Jakarta

Jamaan, T. 2013. Panduan Praktis Persalinan Mudah & Nyaman. Jakarta: PT. Onbloss Creative Mandiri.

Mohamad, S., A. J. M. Rattu, dan J. M. L Umboh. 2015. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan di Rumah Sakit Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo ) JIKMU, Vol. 5. No. 2a April

Mujur, A., S. As'ad dan I. Idri. 2014. Faktor Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Jumpandang Baru. Kebidanan AKBID Pelita Ibu Kendari Mumpuni, R. S. dan E. D. Utami. 2016.

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Dan Faktor Sosial Demografi Terhadap Ketahanan Pemberian Asi Eksklusif

(15)

67 Lingkungan 116 Volume 1 Nomor 2 April

Notoatmodjo. S. 2010a. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Ratnawati, S. R., Istiqori, dan H. Sukardi. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Inisiasi Menyusu Dini Tim Neonatal Intensive Care Unit Pada Operasi Sectio Caesarea Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Ruang Operasi RSUD Sukoharjo. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 7, No. 2, Juli

Rusada, D. A., S. Yusran, dan N. N. Jufri.

2016. Faktor Yang Berhubungan

Dengan Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

Wiendarto, S. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu, Motivasi Ibu, Dan Dukungan Bidan Dengan Kesediaan Ibu Melakukan Inisiasi Menyusu Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014

Wahrini, S., N. B. Noor, and A. Rantetampang. 2015. Determinants Related to the Implementation of Early Breastfeeding Initiation at the Maternity of Regional General Hospital of Yowari, Jayapura Regency International Journal of Sciences: Basic and Applied

Research (IJSBAR) (2015) Volume 24, No 6, pp 11-20

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif penyelesaian untuk siswa yang mengalami miskonsepsi dengan sebab khusus minat belajar menurut Anggraeni (2017) adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yakni : (1) mengidentifikasi produk dan jasa yang dikomplain oleh konsumen, (2) mengidentifikasi perilaku komplain konsumen,

Pada dasarnya Biblio-Journaling merupakan salah satu layanan yang ada dalam Bimbingan dan Konseling yang dapat menangani beragam masalah, meskipun banyak studi

Master Plan ITS Tahun 2015 yang diperoleh dari Pusat Implementasi Master Plan ITS (PIMPITS). Foto bangunan Gedung UPMB, UPMS dan Teknik Geomatika Kampus ITS Surabaya. Selain

Proses selanjutnya yaitu pentuan tatanan massa. Tatanan massa pada Japan Theme Park didasarkan pada pembagian dan pengelompokkan kebudayaan Jepang apa saja yang

Djoko Susilo Adhy, MT , selaku dosen pembimbing I terimakasih telah memberikan ilmunya serta semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Nina Anindyawati,

Pada kamus Inggris pencarian dapat dilakukan dengan relatif mudah, sedangkan pada kamus Mandarin pencarian kata dari Mandarin ke bahasa lain lebih kompleks1. Pencarian arti

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan selama menulis skripsi ini, sehingga skripsi dengan judul