WELCOME ADDRESS
Disampaikan Oleh:Dr. Firdaus Djaelani
Anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Pengawas
Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan
Seminar Nasional
REVITALISASI MODAL VENTURA DI INDONESIA
Hotel Borobudur Jakarta
Tanggal 27 April 2015
STRATEGI REVITALISASI MODAL VENTURA
DI INDONESIA
Bismillahirrahmanirahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua,
Yang Kami Hormati,
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dan para Anggota Dewan Komisioner OJK;
Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia; Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia;
Kepala Badan Ekonomi Kreatif;
Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia;
Bapak/Ibu Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Modal Ventura;
Bapak/Ibu Narasumber serta hadirin sekalian yang saya muliakan.
Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengajak Bapak/Ibu dan hadirin sekalian untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita berkesempatan hadir dan berkumpul dalam acara Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan mengambil tema “Revitalisasi Modal Ventura di Indonesia”.
Selanjutnya, perkenankan saya pada kesempatan ini juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang ikut serta mensukseskan penyelenggaraan acara seminar ini dengan sangat baik. Pelaksanaan seminar ini tentunya mempunyai makna sangat penting dan dapat dijadikan sebagai salah satu momentum bagi kita semua untuk mendapatkan
masukan dari para narasumber maupun pelaku industri mengenai strategi-strategi yang diperlukan dalam rangka revitalisasi modal ventura di Indonesia agar dapat berperan lebih luas dalam menyediakan akses pendanaan dan permodalan bagi pelaku usaha dan UMKM yang berorientasi pada entrepreneurship dan produk-produk inovasi.
Bercermin dari pengalaman negara-negara maju, entrepreneur memiliki peranan yang sangat strategis dalam mendorong kemajuan perekonomian nasional melalui penyediaan lapangan kerja baru. Di samping itu, entrepreneur juga memberikan kontribusi melalui inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan daya saing suatu negara. Oleh karena itu, kita perlu bersama-sama mendiskusikan bagaimana meningkatkan peran dan kapasitas perusahaan modal ventura untuk dapat sejajar dengan industri jasa keuangan lainnya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam melahirkan
entrepreneur-entrepreneur baru di Indonesia dan pada akhirnya dapat
memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program financial
inclusion dan pertumbuhan perekonomian nasional.
Bapak/Ibu serta Hadirin yang berbahagia,
Secara jujur, kita mengakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Industri Modal Ventura kurang menggembirakan jika dibandingkan dengan industri lain baik dalam lingkup Lembaga Pembiayaan maupun Industri Keuangan Non Bank secara umum. Sejak pertama industri ini dikembangkan pada tahun 1996 hingga akhir tahun 2014, pertumbuhan aset industri modal ventura belum menunjukkan perkembangan yang signifikan sekalipun masih menunjukkan tren pertumbuhan. Total aset industri modal ventura pada tahun 2014 tumbuh sebesar 9,10% dari Rp8,24 triliun pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp8,99 triliun pada akhir Desember
2014. Namun demikian, market share industri modal ventura saat ini masih sangat kecil bila dibandingkan industri jasa keuangan lainnya seperti industri perusahaan pembiayaan. Industri pembiayaan yang dikembangkan oleh pemerintah pada periode yang hampir bersamaan dengan industri modal ventura memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan, dimana saat ini total aset Perusahaan Pembiayaan sudah mencapai 420,44 triliun pada akhir tahun 2014. Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan industri pembiayaan tersebut, total aset industri perusahaan modal ventura hanya sekitar 2,14% dari total aset industri pembiayaan. Dalam skala yang lebih besar lagi apabila dibandingkan dengan jumlah total seluruh aset Industri Keuangan Non Bank sebesar Rp 1.351 triliun, maka market share Perusahaan Modal Ventura relatif masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,67% saja. Kondisi ini tidak terlepas dari keterbatasan sumber pendanaan yang murah dan berjangka panjang, keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidang modal ventura (venture
capitalist) dan masih kurangnya perhatian dari para pemangku
kepentingan (stakeholders) dalam mendorong pengembangan
Perusahaan Modal Ventura di tanah air. Oleh karena itu, OJK merasa terpanggil untuk menyusun Strategi Revitalisasi Modal Ventura di Indonesia sebagai salah satu wujud daripada pelaksanaan inisiatif strategis OJK pada tahun 2015, yaitu peningkatan akses keuangan dan penguatan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada sektor produktif. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011, yang menyatakan bahwa OJK memiliki misi untuk (i) Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; (ii) Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan (iii) Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Bapak/Ibu serta Hadirin yang kami muliakan,
Mencermati kondisi-kondisi yang terjadi pada industri modal ventura tersebut, OJK selaku regulator industri modal ventura merasa perlu untuk melakukan terobosan-terobosan kebijakan agar industri modal
ventura kedepannya mampu berkembang seiring dengan
perkembangan industri keuangan lainnya, serta mampu menjadi pendorong lahirnya entrepreneur-entrepreneur baru di Indonesia. Dalam merealisasikan kebijakan pengembangan modal ventura tersebut, OJK tentunya tidak mungkin sendirian, tetapi harus bekerjasama dengan stakeholders lainnya seperti Kementerian Koordinator di Bidang Perekonomian, Kementerian BUMN, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Badan Ekonomi Kreatif, KADIN, pelaku industri modal ventura, dan beberapa perguruan tinggi yang memiliki inkubator ekonomi. Last
but not least, tentunya OJK juga memerlukan dukungan political will
dari Dewan Perwakilan Rakyat, yang dalam kesempatan hari ini diwakili oleh yang terhormat anggota Dewan dari Komisi XI.
Disamping stakeholders di atas, kami juga melihat peranan Pemerintah Daerah sangat strategis dalam membantu pemberdayaan perusahaan Modal Ventura di daerah. Dalam rangka pemberdayaan UMKM di masing-masing daerah, Pemda dapat berperan aktif dalam mensinergikan potensi lembaga keuangan yang ada di daerah dengan mengoptimalkan peranan Bank Pembangunan Daerah, Perusahaan Modal Ventura, dan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida). Dengan demikian, pada akhirnya dapat mendorong pemerataan “kue” pertumbuhan perekonomian.
Strategi kebijakan revitalisasi industri modal ventura rencananya akan mencakup beberapa area strategis sebagai berikut:
Pertama, perluasan sumber pendanaan yang sesuai dengan
Ventura dapat menerima pinjaman dari bank atau lembaga lain. Kelemahan pendanaan melalui pinjaman antara lain kewajiban pembayaran kembali pokok pinjaman dan bunga akan memberatkan Perusahaan Modal Ventura yang melakukan kegiatan usaha dengan penyertaan saham bagi perusahaan-perusahaan yang masih dalam tahap awal pendirian. Selain itu, pendanaan dari pinjaman akan menyebabkan berkurangnya keleluasaan bagi Perusahaan Modal Ventura dalam memberikan pembiayaan bagi start-up company yang mungkin belum memberikan return pada awal-awal pendiriannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, OJK sedang mengkaji kebijakan dibukanya pengelolaan dana melalui venture fund oleh Perusahaan Modal Ventura. Dengan venture fund ini diharapkan terkumpul dana-dana dari investor profesional seperti dari perusahaan asuransi, dana pensiun dan investor perorangan dengan tenor yang lebih panjang, sehingga dapat Perusahaan Modal Ventura dapat menyediakan akses permodalan bagi pelaku usaha dan UMKM yang berorientasi pada entrepreneurship dan produk-produk inovasi pada awal-awal pendiriannya. Sumber pendanaan lainnya yang perlu dikaji lebih lanjut adalah sumber pendanaan yang dihimpun melalui
crowdfunding. Crowdfunding ini sudah mulai berkembangan di
beberapa negara antara lain Amerika Serikat, Inggris, Singapura, India, dan Malaysia.
Kedua, perluasan kegiatan usaha. OJK selaku regulator industri
modal ventura menyadari bahwa kegiatan penyertaan saham (equity
participation) memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi. Oleh karena
itu, OJK sedang melakukan kajian mengenai alternatif-alternatif kegiatan usaha lain seperti penyediaan modal kerja bagi UMKM di sektor produktif, penyediaan jasa pendampingan serta kegiatan usaha berbasis fee, yang dapat membantu industri modal ventura
(sustainable income) guna menjalankan bisnis perusahaan, sambil menunggu return dari penyaluran equity participation. Namun demikian, kegiatan-kegiatan lain tersebut bersifat kegiatan tambahan, OJK tetap mendorong Perusahaan Modal Ventura untuk tetap memberikan perhatian utamanya pada peningkatan penyaluran kegiatan equity participation sebagai core business agar kebutuhan permodalan bagi UMKM yang berorientasi pada entrepreneurship dan produk-produk inovatif dapat terpenuhi.
Ketiga, kebijakan proses divestasi bagi industri modal ventura juga
perlu direvitalisasi. Saat ini dengan tidak adanya bursa saham level kedua (secondary board capital market), proses divestasi umumnya dilakukan melalui pengalihan kepada investor strategis, penjualan kembali kepada Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau melalui initial
public offering (IPO) pada Bursa Efek Indonesia dengan persyaratan
dan dokumentasi yang sangat rigid dan memberatkan bagi PPU. Melihat karakteristik pelaku usaha UMKM yang dibiayai oleh Perusahaan Modal Ventura, perlu dikaji terkait pengaktifan kembali bursa saham level kedua (secondary board capital market) sebagai wadah IPO bagi pelaku usaha UMKM di Indonesia serta sarana alternatif divestasi penyertaan saham bagi Perusahaan Modal Ventura pada PPU-nya.
Keempat, penguatan permodalan industri modal ventura. Saat ini
persyaratan permodalan untuk pendirian modal ventura sebesar Rp10 miliar untuk PMV swasta nasional dan Rp30 miliar bagi PMV patungan (joint venture). Dalam rangka meningkatkan kapasitas industri modal ventura dalam mengembangkan kegiatan usahanya, perlu dilakukan kajian untuk memperkuat permodalan industri modal ventura melalui peningkatan persyaratan permodalan untuk pendirian modal ventura menjadi Rp50 miliar.
Bapak/Ibu serta Hadirin yang kami hormati,
Strategi revitalisasi industri modal ventura di Indonesia tidak akan dapat dilakukan oleh OJK sendirian selaku regulator modal ventura. Kegiatan revitalisasi ini membutuhkan dukungan pemerintah dan lembaga legislatif seperti dukungan pengaturan insentif perpajakan bagi Perusahaan Modal Ventura yang melakukan divestasi melalui bursa saham, dukungan penyediaan dana pemerintah (equity
program) yang dapat disalurkan oleh Perusahaan Modal Ventura bagi
pengembangan UMKM berbasis entrepreneurship, serta dukungan lembaga lain seperti KADIN sebagai fasilitator antara investor swasta
(angel investors) dan pengusaha yang membutuhkan modal. Saat ini
di Indonesia belum terdapat tempat atau program yang mampu memfasilitasi kepentingan pengusaha dan investor. Di sinilah peran KADIN sebagai business angel network, yang diperlukan untuk mempertemukan pelaku usaha dan investor.
Disamping itu, Perusahaan Modal Ventura juga harus secara aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pengertian modal ventura, karakteristik pembiayaan modal ventura, benefit pembiayaan melalui modal ventura, dan yang tak kalah penting adalah mengadakan sosialisasi kepada calon Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) mengenai bagaimana cara menyusun dan menuangkan ide-ide kreatif ke dalam suatu business plan yang baik, agar dapat mempermudah dalam penilaian kelayakan atas rencana bisnis yang akan dilakukan. Di kampus-kampus atau di beberapa lembaga penelitian cukup banyak temuan-temuan produk inovatif dan kreatif yang sangat berpotensi untuk menjadi produk-produk komersial, yang sampai saat ini masih belum tersentuh oleh lembaga jasa keuangan. Kendalanya mereka belum memiliki kemampuan untuk “menjual” ide-ide kreatif tersebut melalui suatu business plan yang dapat menarik perhatian bagi lembaga jasa keuangan. Oleh karena itu, hal tersebut
menjadi tantangan terseniri bagi Perusahaan Modal Ventura untuk mendorong makin banyaknya proposal business plan yang masuk. Dari sekian banyak proposal yang masuk, kami berkeyakinan akan ada satu atau dua business plan yang dapat memberikan keuntungan yang berlipat ganda (windfall capital gain).
Bapak/Ibu serta Hadirin yang kami hormati,
Mengakhiri sambutan saya pada hari ini, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada perwakilan Komisi XI DPR RI, KADIN, Badan Ekonomi Kreatif, seluruh jajaran pengurus AMVI, Para Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Modal Ventura, serta para pihak yang turut berperan dalam memajukan industri Modal Ventura di Indonesia.
Sebagai sebuah kesimpulan, kita melihat bahwa upaya revitalisasi industri modal ventura di Indonesia adalah menjadi tanggung jawab bersama dalam rangka menjadikan industri modal ventura mampu memberikan andil yang lebih besar dalam melahirkan
entrepreneur-entrepreneur baru di Indonesia dan pada akhirnya dapat memberikan
kontribusi nyata bagi perkembangan perekonomian nasional Indonesia.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa meridhoi langkah baik kita. Amin Ya Robbal’alamin.
Sekian dan terima kasih.
Wabillahi Taufik Wal Hidayah,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 27 April 2015