• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

3.1. Kondisi Umum Wilayah Studi

Pengelolaannya Jalan tol Jakarta-Cikampek ditangani oleh PT Jasa Marga. Jalan tol ini memiliki panjang 72 km, yang menghubungkan Jakarta hingga Cikampek. Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek terletak pada Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat, yang mencakup 6 kabupaten/kota, yaitu Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Secara total, jalan tol ini melewati 31 kecamatan dan 149 desa, yang secara rinci disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Wilayah Administratif Jalan Tol Jakarta-Cikampek

Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa

Jawa Barat KabupatenBekasi 8 35

Kabupaten Karawang 5 44

Kota Bekasi 9 29

Kabupaten Purwakarta 2 11

DKI Jakarta Kota Jakarta Selatan 3 8

Kota Jakarta Timur 4 22

Total 31 149

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009

Perkembangan jalan tol Jakarta-Cikampek ini membawa dampak terhadap pertumbuhan wilayah, seperti Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi sebagai bagian wilayah pengembangan Jabotabek masih relatif memiliki lahan yang cukup untuk menampung limpahan perkembangan Kota Jakarta. Perkembangan ini didukung pula oleh adanya akses jalan tol Jakarta-Cikampek, sehingga memudahkan mobilisasi penduduk antar-kedua wilayah. Keadaan ini memicu fenomena berkembangnya kota baru atau permukiman berskala besar di Kabupaten Bekasi, seiring dengan berkembangnya kawasan industri. Kota-kota baru tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan yang dlengkapi dengan berbagai sarana pendukungnya, serta aktivitas kawasan industri sebagai basis ekonomi kota baru. Gambaran spasial batas administratif jalan tol Jakarta-Cikampek disajikan pada Gambar 18.

(2)
(3)

3.2. Kondisi Tofografi dan Hidrologi

Jalan tol Jakarta-Cikampek terletak pada dataran pantai Jayakarta, yang merupakan bagian dari pegunungan zona Bogor bagian utara (Gambar 19). Lahan jalan tol ini berada pada variasi ketinggian (16-25) m, dari KM 0 hingga KM 40, dan pada ketinggian bervariasi antara (25-64) m di bagian timur, mulai dari KM 40 hingga akhir ruas jalan tol ini.

Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta dan Karawang diketahui bahwa wilayah ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek ini bagian dari permukaan tersusun oleh endapan aluvium, yang terdiri atas endapan banjir, endapan sungai Resen, endapan sungai purba, dan endapan pematang pantai. Endapan bersifat vulkanis berumur pliosen serta batu lempung dan batu gamping berumur miosen.

Struktur geologi yang berkembang di sepanjang jalan tol dan sekitarnya adalah struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan merupakan struktur sinklin dan antiklin dengan arah Barat Laut-Tenggara dan Barat-Timur. Sedangkan struktur sesar terdapat pada sebelah selatan jalan tol.

Kemiringan lereng Ruang Milik Jalan sepanjang ruas jalan tol ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, seperti yang terdapat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kemiringan Lereng Rumija Jalan Tol Jakarta-Cikampek

No. Kelas Lereng (%) Total Panjang Segmen

(km) Lokasi Lereng 1. 0 – 8 63,5 KM 0 – KM 39,5 KM 40,5 – KM 43 KM 45 – KM 49 KM53 – KM 64 KM 65 – KM 69 KM 71 – KM 73 2. 8 – 15 7,5 KM 39,5 – KM 40,5 KM 43 – KM 45 KM 49,5 – KM 50,5 KM 64 – KM 65 KM 69 – KM 71 3. > 15 2,5 KM 50,5 – KM 53

Sumber: Jasa Marga, 2005

Jalan tol Jakarta-Cikampek mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sepanjang ruas. Hal ini disebabkan ruas jalan tol Jakarta-Cikampek ini berada pada kondisi topografi yang berbeda-beda. Kondisi topografi sepanjang jalan tol Jakarta-Cikampek meliputi daerah datar, lembah dan berbukit-bukit, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 20. Namun pada saat dibangun, jalan tol sudah dirancang sedemikian rupa menjadi jalan yang datar.

(4)

Ruas jalan tol yang melewati wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Kota Bekasi relatif datar, sedangkan ruas jalan yang terletak di wilayah Kabupaten Karawang berada pada wilayah yang berbukit-bukit. Ruas jalan tol Jakarta-Cikampek juga melintasi daerah aliran sungai atau daerah lembah, yaitu di Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Teluk Jambe, dan Kecamatan Klari.

Untuk memenuhi standar pembangunan jalan tol, pada tahap konstruksi telah dilakukan pekerjaan atau pengupasan (clearing and grubbing) serta pekerjaan penggalian dan penimbunan. Aktivitas penggalian dan penimbunan banyak dilakukan pada bagian-bagian cekungan, rawa, dan daerah banjir.

Kondisi hidrologi jalan tol Jakarta-Cikampek digambarkan dengan keberadaan sungai sepanjang ruas jalan. Sepanjang ruas tersebut terdapat 4 sungai utama, dari arah barat ke timur berturut-turut, meliputi kali Bekasi, Cikarang, Cibeet, dan Citarum. Di antara sungai-sungai tersebut terdapat juga sungai-sungai kecil, yaitu kali Jambe, kali Sadang, dan Cikedokan. Sungai-sungai kecil ini terletak di antara kali Bekasi dan Cikarang. Di antara Cikarang dan Citarum terdapat Cilemahabang, Cibarebeg, Cibarengkok, Kali Tanjung, dan Cisubah. Di antara Citarum-Cibeet terdapat Cirandeui, Cikaranggelam, dan Cimahi.

Sungai-sungai tersebut mengalir ke utara dan bermuara di Laut Jawa. Pola aliran anak-anak sungai pada umumnya dendritik, tetapi secara keseluruhan sungai-sungai yang ada bertipe aliran radial dan berbentuk kipas.

Dengan adanya sungai-sungai, di sepanjang Jalan Tol Jakarta-Cikampek ini telah dibuat jembatan pada sungai-sungai tersebut. Ukuran-ukuran jembatan pada sungai-sungai besar disajikan pada Table 17.

Tabel 17. Ukuran Jembatan pada Sungai-Sungai yang Dilewati Jalan Tol

Lokasi Jembatan Lebar Sungai (m) Lebar Jembatan (m)

Kali Bekasi 58,6 64

Citarum 63,3 70

Cikarang 31,4 40

Cibeet 52,0 60 Sumber: Jasa Marga, 2005

(5)
(6)
(7)

3.3. Kondisi Tataguna Lahan

Wilayah yang dilalui Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada umumnya berupa daerah permukiman, pertanian, dan perkebunan dengan sebagian di antaranya dialokasikan bagi pengembangan industri. Ditinjau dari tataguna lahannya, penggunaan tanah di sepanjang jalan Tol dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Segmen I; berada di antara Jakarta-Bekasi, dengan tataguna tanah lebih

didominasi oleh perumahan.

b. Segmen II; berada di antara Bekasi-Cikarang, dengan tataguna tanah didominasi oleh persawahan dengan indikasi untuk dikembangkan sebagai wilayah industri.

c. Segmen III; berada di antara Cibitung-Karangan-Klari, dengan tataguna tanah lebih didominasi oleh persawahan dengan indikasi untuk dikembangkan sebagai wilayah industri.

d. Segmen IV; berada di antara Klari-Cikampek, dengan tataguna tanah lebih didominasi oleh persawahan dengan indikasi untuk dikembangkan sebagai wilayah industri.

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, Jalan Tol Jakarta-Cikampek dibagi menjadi 4 segmen rona lingkungan yang menunjukkan perbedaan sesuai dengan tataguna dan prioritas peruntukannya. Sejalan dengan dilaksanakannya pembangunan jalan tol, pemerintah juga menetapkan kebijakan berupa beberapa wilayah di sepanjang jalan tol Jakarta-Cikampek, yaitu Bekasi dan Karawang, dikembangkan menjadi kawasan industri. Dalam lingkup yang lebih mikro, berdasarkan pengolahan data Potensi Desa dari BPS, didapatkan hasil bahwa sebagian besar wilayah yang memiliki status administratif “kota”, memiliki luas lahan yang sebagian besar dijadikan permukiman dan bangunan, yaitu rata-rata mencapai lebih besar dari 80%. Sementara wilayah yang memiliki status kabupaten memiliki lahan untuk permukiman dan bangunan yang lebih kecil dibandingkan untuk fungsi lainnya.

Tabel 18. Penggunaan Lahan di Sepanjang Jalan Tol Jakarta Cikampek Kabupaten/Kota Sawah Ladang Kebun Holtikul

tura Perumahan Bangunan Lainnya Total Jakarta Selatan 0 14 2 0 7.054 823 1.513 9.406 Jakarta Timur 1.670 195 0 0 32.531 7.961 6.965 49.322

Karawang 37.702 51.107 50.755 1.213 11.497 373 3.599 156.246 Kota Bekasi 925 138 7 0 10.711 1.377 897 14.055

(8)

Gambar 21. Kondisi Penggunaan Lahan Sepanjang Jalan Tol Jakarta-Cikampek

(9)

3.4. Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu modal dalam pelaksanaan pembangunan, karena penduduk itu sendiri merupakan objek sekaligus subjek dari pembangunan. Jumlah penduduk sepanjang koridor Jakarta-Cikampek Ditunjukkan pada Tabel 19.

Tabel 19. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Sepanjang Koridor Jalan Tol Jakarta-Cikampek

Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan (Jiwa/km2)

DKI Jakarta Jakarta Selatan 267.558 24.300,67

DKI Jakarta Jakarta Timur 819.324 21.800,82

Jawa Barat Karawag 123.154 700,16

Jawa Barat Kota Bekasi 293.977 10.900,85

Jumlah 1.504.010

Sumber: BPS, 2006

Sebaran penduduk di sepanjang koridor jalan tol Jakarta-Cikampek relatif tidak merata, yang merupakan dinamika perkembangan daerah dan bukan merupakan masalah bagi pengembangan wilayah. Hal ini menyangkut berbagai aspek geografis, tingkat pembangunan daerah, dan aspek lainnya. Sebaran penduduk kota dan perdesaan yang tidak merata sangat erat kaitannya dengan perpindahan penduduk dari desa ke kota serta perubahan status wilayah dari desa menjadi kota. Tingkat kepadatan penduduk terbesar berada di kecamatan Makasar, mencapai 56.600 penduduk/km2, sedangkan kepadatan rendah di

kecamatan Cikampek, yaitu sebanyak 300 penduduk /km2. Dalam lingkup

kabupaten, terlihat bahwa kepadatan tertinggi ada di Jakarta Selatan, yang mencapai lebih dari 24 ribu jiwa per km2, sementara kepadatan terendah di

Kabupaten Karawang, yang hanya sebesar 700 jiwa per km2 .

Kondisi kesejahteraan penduduk secara umum dalam lingkup desa ditunjukkan dalam tingkat kategori miskin, cukup, dan kaya. Data hasil olahan menunjukkan bahwa sebagian kecil memiliki kategori ‘kaya’ berada di Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, yang meliputi Desa Jatimakmur, Jatibening, dan Jatiwaringin. Beberapa desa dalam kategori miskin adalah 1 desa di Jakarta Timur (Pondok Bambu), 2 desa di Kota Bekasi (Jati Mekar dan Marga Jaya), dan 6 desa di Kabupaten Karawang (Gintungkerta, Wanasari, Kutanegara, Mulyasari, Mulyasejati, dan Pinayungan).

(10)

.

(11)

Dalam lingkup mikro, kondisi kesejahteraan diwakili oleh besaran pendapatan perkapita penduduk yang dalam lingkup kabupaten/kota. Produk Domestik Regional Bruto untuk daerah di wilayah studi ini disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di Sepanjang Jalan Tol Jakarta-Cikampek

Kabupaten/Kota Tahun PDRB per Kapita

Kabupaten Bekasi 2009 7.049.999,17 Kota Bekasi 2009 7.417.554,21 Karawang 2009 3.673.112,00 Jakarta Selatan 2009 6.529.901,00 Jakarta Timur 2009 7.400.000,00 Purwakarta 2009 6.781.926,14 Indonesia 2010 6.326.100,00 Sumber: BPS, 2011

Data pada Tabel 20 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan perkapita di sepanjang ruas jalan tol Jakarta-Cikampek lebih tinggi dengan dibandingkan pendapatan per kapita nasional. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah di sepanjang ruas jalan tol merupakan pusat perekonomian yang memiliki peran vital dan membutuhkan dukungan fasilitas infratsruktur yang memadai.

(12)

Gambar 23. Kondisi Kesejahteraan Penduduk Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek

(13)

3.5. Tingkat Pelayanan Jalan

Tujuan pembangunan prasarana jalan, termasuk jalan tol, adalah untuk melayani seluruh kebutuhan lalulintas (demand) dengan sebaik mungkin. Kualitas pelayanan jalan dapat dinyatakan dalam tingkat pelayanan jalan (Level

of Service, LOS). Pengukuran tingkat pelayanan jalan dimaksudkan untuk

memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat peayanan jalan tersebut, yaitu kecepatan, waktu perjalanan, kebebasan bergerak, dan keamanan (Ditjen Bangda dan LPM ITB, 1994).

. Tingkat pelayanan jalan tol yang akan dikaji pada penelitian ini terletak pada ruas jalan tol Jakarta-Cikampek, yang ditunjukkan pada Gambar 24. Untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan tersebut, dilakukan survei volume lalulintas di setiap gerbang tol yang teretak pada ruas ruas jalan tol tersebut. Hasil survei volume kendaraan kemudian diolah untuk mengetahui volume lalulintas maksimum, dansetelah diperoleh volume lalulintas maksimum dilakukan dianalisis tingkat pelayanan jalan.

(14)

3.6. Inventarisasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek

Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek memiliki panjang sekitar 73 km, yang membentang dari Cawang hingga Cikampek. Jumlah lajur pada jalan ini berkisar antara 3 hingga 5 lajur per arah. Terdapat beberapa gerbang tol yang melayani transaksi, yang disajikan pada Gambar 25.

Gambar 25. Sketsa Pembagian Ruas Tol Jakarta - Cikampek

GERBANG CAWANG PDKGD JTBNG LL/JTA BKSBRT BKSTMR TAMBUNCIBITUNG CKRBRT CKRUTAMA CKR PST KRWBRT KRWTMR SS DAWUAN KLIHRP CIKAMPEK

POSISI GERBANG ( 4.5 8.4 10.0 13.4 16.6 21.0 24.6 28.0 29.0 37.0 47.1 54.4 66.67 68.3 73.0

PANJANG RUAS (K

KETERANGAN : CAWANG = CAWANG CKRUTAMA         = CIKARANG UTAMA

PDKGD = PONDOK GEDE CKR PST       = CIKARANG PUSAT

JTBNG = JATIBENING KRWBRT        = KARAWANG BARAT

LL/JTA = LINGKAR LUAR/JATI ASIH KRWTMR       = KARAWANG TIMUR

BKSBRT = BEKASI BARAT SS DAWUAN      = SIMPANG SUSUN DAWUAN

BKSTMR = BEKASI TIMUR KLIHRP       = KALIHURIP

TAMBUN = TAMBUN CIKAMPEK       = CIKAMPEK

CIBITUNG = CIBITUNG CKRBRT = CIKARANG BARAT SKETSA PEMBAGIAN RUAS JALAN TOL JAKARTA ‐ CIKAMPEK 0.0 4.4 3.6 3.4 1.0 8.0 10.1 4.5 3.9 1.6 3.4 3.2 7.3 12.27 1.63 4.7

Gambar

Gambar 18.  Batas Administratif Jalan Tol Jakarta-Cikampek
Gambar 19. Kondisi Geografi Jalan Tol Jakarta-Cikampek
Gambar 20.  Kondisi Topografi Jalan Tol Jakarta-Cikampek
Tabel 18. Penggunaan Lahan di Sepanjang Jalan Tol Jakarta Cikampek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh tidak langsung lingkungan kelembagaan terhadap pengelolaan usaha ramah lingkungan dengan peubah mediasi orientasi pasar, orientasi keberwirausahaan, teknologi ramah

Penelitian yang dilakukan oleh Das Salirawati, dkk (2010) terhadap berbagai kadar zat gizi yang terkandung dalam teh bunga sepatu, baik yang dioven maupun disangrai,

Hasil uji hipotesis pada kemampuan berpikir kritis menggunakan uji gain-t, diperoleh t hitung lebih besar dari pada t tabel (3,5> 1,67) pada taraf signifikan 5%,yang artinya

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan menyatakan tentang sanksi hukum bagi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan yang tidak memiliki Surat

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan kandungan hara boron tanah yang diperoleh melalui perbaikan sifat kimia tanah memiliki hubungan yang erat dengan penurunan

thuringiensis Vectobac® yang sudah kadaluarsa lebih dari 14 hari tanggal expired (H-14) dibandingkan dengan yang tidak kadaluarsa terhadap persentase

Pembuatan elektroda pembanding Ag/AgCl dengan variasi jenis membran yaitu membran poliisoprena, LDPE, kaolin, selulosa dan grafit telah dilakukan dengan ukuran yang

Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras organik, harga beras