5.1 Teknik Penangkaran
Secara umum terdapat beberapa aspek teknik manajemen penangkaran satwa yang diketahui dapat menentukan keberhasilan penangkaran suatu jenis satwa. Aspek teknis penangkaran tersebut adalah sejarah penangkaran jalak bali, jumlah populasi jalak bali di penangkaran, aspek perkandangan, aspek pakan, pemeliharaan kesehatan, teknik pengembangbiakan, teknik adaptasi dan manajemen pemanfaatan hasil. Adapun penjelasan secara lengkap tentang praktek pengelolaan setiap aspek teknis penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildii) yang dilakukan oleh UD Anugrah berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola disajikan berikut ini.
5.1.1 Sejarah Penangkaran UD Anugrah
Penangkaran jalak bali yang berada di penangkaran UD Anugrah dimulai pada tahun 2007. Pemilik penangkaran membuat penangkaran burung awalnya hanya untuk dijadikan hiburan dan hobi. Pada awalnya jalak bali yang berada di penangkaran UD Anugrah berjumlah dua pasang yaitu berasal dari UD Star Jaya yang berasal dari Solo, Jawa Tengah dan UD Suara Abadi yang berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Pengangkutan dari Solo dan Nganjuk menggunakan Surat Angkut Tumbuhan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS – DN) yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA).
Penangkaran UD Anugrah memiliki tujuan konservasi dan ekonomi. Pada waktu pengamatan, pihak TNBB melakukan pertukaran jalak bali sebanyak 3 pasang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Pertukaran jalak bali antara pihak TNBB dan pihak Penangkaran UD Anugrah bertujuan untuk melakukan pertukaran genetik. Pertukaran genetik berfungsi untuk memelihara perbedaan genetik yang mengurangi tingkat inbreeding. Menurut Thohari (1987), penangkaran satwa liar yang menggunakan bibit dalam jumlah sedikit mempunyai suatu konsekuensi kemungkinan terjadinya inbreeding, yaitu perkawinan antara
anggota keluarga dekat yang sebenarnya dapat membawa pengaruh jelek dalam kualitas keturunannya.
Gambar 2 Pihak TNBB menukarkan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah.
5.1.2 Populasi jalak bali di penangkaran
Populasi jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah sampai pada bulan April tahun 2012 berjumlah 39 ekor yang meliputi kelas umur sebagai berikut (Tabel 5).
Tabel 5 Populasi jalak bali tahun 2012 berdasarkan kelas umur
Kelas umur Jumlah (ekor) Keterangan
0 – 1 tahun 15 Anakan
1 – 2 tahun 4 -
2 – 7 tahun 20 Indukan
Berdasarkan Tabel 5, populasi jalak bali paling banyak berada pada usia indukan yaitu pada kelas umur 2 – 7 tahun, hal ini dikarenakan jalak bali yang menjadi indukan, dipelihara dengan sangat baik dengan memperhatikan kesehatannya. Hal ini yang membuat jalak bali yang menjadi indukan di Penangkaran UD Anugrah mempunyai jumlah yang paling banyak. Selain itu, indukan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah juga diperhatikan dari segi kualitasnya, sehingga mampu menghasilkan telur sebanyak 12 kali dalam satu tahun atau dalam satu bulan mempunyai musim kawin sebanyak satu kali dengan jumlah telur yang dihasilkan 2 – 4 telur. Pada kelas umur 0 – 1 tahun berjumlah 15 ekor, hal ini dikarenakan jalak bali yang dapat hidup setelah menetas hanya 1 – 2 ekor. Jalak bali yang berumur 1 – 2 tahun berjumlah paling
sedikit, yaitu hanya empat ekor, hal ini dikarenakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah pada umur tiga bulan sudah mulai dijual oleh pengelola penangkaran kepada konsumen. Penjualan jalak bali yang berumur tiga bulan dilakukan karena menurut pengelola Penangkaran UD Anugrah, pada umur tiga bulan jalak bali tersebut sudah bisa makan dengan sendiri.
5.1.3 Perkandangan
Di habitat aslinya, jalak bali sanggup mempertahankan hidupnya karena ada empat faktor penunjang, yakni ketersediaan pakan, ketersediaan air, dapat menghindarkan diri dari serangan musuh, dan tersedia sarang untuk membesarkan anak burung. Keempat faktor tersebut sudah tercakup pada jalak bali yang ditangkarkan di Penangkaran UD Anugrah. Jika di alam keempat faktor itu berada di tempat terpisah, maka jalak bali yang ditangkarkan menemukan seluruhnya di satu tempat. Penangkaran jalak bali sebagai upaya pengembangbiakan jenis di luar habitat alaminya, membutuhkan suasana habitat buatan yang mirip dengan habitat alaminya. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), untuk mendapatkan kondisi habitat seperti yang alami, terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi penangkaran burung, diantaranya:
a. Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan. b. Jauh dari keramaian dan kebisingan.
c. Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai. d. Tidak terganggu oleh berbagai polusi (debu, asap, dan bau gas).
e. Tidak berada pada tempat yang lembab, becek atau tergenang air karena akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
f. Di dalam kandang hendaknya ditanami pohon-pohon pelindung agar terasa sejuk dan burung merasa seperti di habitat alaminya.
g. Terisolasi dari pengaruh binatang atau ternak lain.
h. Tersedianya sumber air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta untuk pembersihan kandang.
i. Mudah untuk mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia. Perkadangan meliputi segala aspek yang berhubungan dengan kandang dan pengelolaannya. Aspek perkadangan yang harus diperhatikan, meliputi jenis kandang, jumlah kandang, fungsi kandang, bahan bangunan kandang, ukuran
kandang, sarana kandang, perawatan kandang serta suhu dan kelembaban kandang.
5.1.3.1 Jenis kandang, ukuran kandang, konstruksi kandang dan fungsi kandang
Penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah termasuk ke dalam jenis penangkaran intensif. Jenis kandang jalak bali yang terdapat di UD Anugrah terdapat 4 jenis kandang, yaitu kandang pembesaran, kandang kawin, kandang soliter dan inkubator, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis, ukuran, konstruksi dan unit kandang jalak bali di penangkaran UD Anugrah
No. Jenis kandang Ukuran kandang (p x l x t) Konstruksi kandang Unit
1. Kandang pembesaran 1,5 m x 2,5 m x 3m Kawat, kayu, batako dan
besi
1
2. Kandang kawin 1,5 m x 2 m x 3 m Kawat, kayu, batako dan
besi
8
3. Kandang soliter 50 cm x 40 cm x 35 cm Kayu dan besi 5
4. Inkubator 100 cm x 50 cm x 45 cm Seng dan papan 3
Kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah terdapat delapan unit yang dibuat dengan sistem permanen dengan konstruksi kandang yang terbuat dari kawat, kayu, batako dan besi. Kandang dengan sistem permanen terdapat kelemahan yaitu kandang tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan, sehingga terkadang sedikit merugikan. Sebagai contohnya, apabila sangkar pembesaran berada di luar ruangan, saat hujan datang sangkar tersebut terkena curahan hujan (sekalipun sudah memiliki atap) dan burung di dalamnya tetap berada di kandang tersebut dan tidak bisa dipindahkan yang mengakibatkan burung tersebut dapat kedinginan. Ukuran kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berukuran dengan panjang 1,5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 3 m. Kandang pembesaran berfungsi untuk membesarkan bibit-bibit jalak bali yang berumur tiga bulan hingga menjadi jalak bali dewasa yang siap untuk dijadikan indukan. Kandang pembesaran memiliki ukuran yang lebih luas jika dibandingkan dengan kandang yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah. Kandang yang lebih luas ini akan memberikan ruang gerak dan produktivitas yang lebih layak bagi bibit jalak bali hingga kemudian bisa tumbuh menjadi jalak bali
dewasa. Berikut gambar kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kandang pembesaran di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, fungsi kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah adalah untuk menampilkan jalak bali yang akan dijual kepada konsumen serta untuk mendapatkan jalak bali yang mencari jodohnya secara alami yang kemudian dipindahkan ke kandang kawin.
Kandang kawin yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah termasuk kandang permanen yang berjumlah delapan unit. Kandang tersebut terbuat dari kawat, kayu, batako dan besi dengan ukuran untuk panjang 1,5 m, lebar 2 m dan tinggi 3 m. Kandang kawin yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berfungsi untuk menjodohkan indukan jantan dan indukan betina yang siap kawin. Berikut gambar mengenai kandang kawin dapat dilihat pada Gambar 4.
Kandang soliter yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berjumlah lima unit, kandang tersebut terbuat dari rangka utama yaitu kayu dan besi hanya sebagai gantungan. Kandang tersebut mempunyai ukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 35 cm. Menurut Forum Agri (2012), bentuk sangkar soliter yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah telah sesuai dengan yang disarankan, berbentuk persegi empat, karena akan memberikan ruang gerak yang maksimal bagi burung yang ada di dalamnya. Kandang soliter yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berfungsi untuk membesarkan anakan jalak bali yang berumur satu bulan hingga berumur tiga bulan serta kandang tersebut berfungsi untuk proses adaptasi dari jalak bali yang baru didatangkan dari luar dan untuk proses penghilangan dari stress dan penyakit. Berikut gambar kandang soliter yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kandang soliter di Penangkaran UD Anugrah.
Inkubator yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berjumlah tiga unit dengan bahan konstruksi yang terbuat dari seng dan papan. Inkubator tersebut berukuran dengan panjang 100 cm, lebar 50 cm dan tinggi 45 cm. Inkubator yang berada di Penangkaran UD Anugrah berfungsi untuk membesarkan anakan jalak bali yang berumur antara 3 – 7 hari sampai berumur satu bulan yang kemudian dipindahkan ke kandang soliter. Berikut gambar inkubator yang berada di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 Inkubator di Penangkaran UD Anugrah.
5.1.3.2 Sarana kandang
Di dalam kandang harus dilengkapi dengan sarana seperti kayu untuk tempat bertengger, tempat mandi, tempat makan serta tempat minum dan tempat untuk bersarang. Berikut sarana kandang yang terdapat di penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Sarana kandang jalak bali di Penangkaran UD Anugrah
No Jenis kandang Sarana
1 Kandang pembesaran Kayu untuk tempat bertengger, tempat makan, tempat minum,
dan tempat mandi
2 Kandang kawin Kayu untuk tempat bertengger, tempat makan, tempat minum,
tempat mandi, tempat sarang, dan kamera Closed Circuit
Television (CCTV) serta daun pinus
3 Kandang soliter Tempat makan, tempat minum, lampu penerangan dan kayu
untuk tempat bertengger
4 Inkubator Sarang
Pada kandang pembesaran dan kandang kawin, tempat pakan dan tempat minum terbuat dari plastik dan diletakkan menempel di dinding yang di sampingnya terdapat pintu kecil seukuran tangan untuk memasukkan pakan dan air minum. Penggunaan plastik untuk tempat makan dan tempat minum dikarenakan apabila tempat pakan dan tempat minum tersebut jatuh, maka kemungkinan kecil akan pecah. Untuk meletakkan pakan buah seperti pisang dan pepaya, pengelola Penangkaran UD Anugrah memasang paku untuk menempelkan buah-buah tersebut. Selain itu, untuk tempat mandi terbuat dari semen dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 40 cm dan tinggi 5 cm. Berikut
gambar tempat pakan, tempat minum serta tempat mandi yang berada di Penangkaran UD Anugrah yang disajikan pada Gambar 7 (a) dan (b).
Gambar 7 (a) Tempat pakan dan tempat minum; (b) Tempat mandi.
Penggunaan kamera CCTV pada kandang kawin digunakan untuk memantau indukan jalak bali, memantau telur jalak bali dan untuk membantu dalam pengamanan. Selain itu, pada kandang kawin juga terdapat daun pinus yang digunakan sebagai bahan penyusun sarang. Bahan tersebut dimasukkan ke kotak sarang yang berada 2 meter dari lantai kadang dan sebagian lagi diletakkan di lantai kandang di tempat yang kering. Berikut gambar kotak sarang yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah yang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Kotak sarang di Penangkaran UD Anugrah.
Pada kandang soliter, tempat pakan dan minum digantung di dinding kandang. Dalam pengelolaannya tempat pakan dan minum selalu dibersihkan setiap hari agar selalu bersih dan tidak menjadi sumber penyakit yang dapat
membuat jalak bali tidak dapat berproduksi dengan baik. Di kandang soliter juga terdapat lampu penerangan yang berfungsi untuk menghangatkan burung serta untuk meminimalisir kehadiran hewan pemangsa seperti tikus yang biasanya sering menyerang pada malam hari pada ruangan yang gelap (Forum Agri 2012). Pada inkubator yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah menggunakan inkubator yang otomatis dalam mengatur suhu yang terdapat di dalam inkubator tersebut, sehingga tidak perlu menggunakan lampu penerangan yang digunakan untuk menghangatkan anakan jalak bali yang baru dipindahkan dari induknya. Sarang yang terbuat dari tumpukan daun pinus digunakan untuk menaruh piyik jalak bali agar piyik tersebut menjadi nyaman.
5.1.3.2 Perawatan kandang
Kebersihan dalam kandang dan sekitarnya sangat membantu dalam produktivitas jalak bali yang ditangkarkan oleh Penangkaran UD Anugrah. Kandang yang tidak bersih akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Kegiatan perawatan pada kandang dilakukan pada pagi hari dengan cara:
1. Mengganti air yang digunakan untuk mandi dan untuk minum. 2. Mengganti pakan yang tersisa dengan pakan yang baru.
3. Menyapu, menyikat dan menyemprot pada bagian kandang yang terdapat kotoran yang melekat.
Selain perawatan harian, Penangkaran UD Anugrah juga melakukan perawatan bulanan yaitu dengan cara menyemprot desinfektan pada kandang dengan campuran obat kutu dan cairan antiseptik. Kegiatan perawatan kandang di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 9.
5.1.3.3 Suhu dan kelembaban udara kandang
Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran suhu udara di kandang penangkaran UD Anugrah berkisar antara 24°C – 29°C. Kondisi suhu udara di kandang Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Suhu udara kandang di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, kelembaban udara di kandang Penangkaran UD Anugrah berkisar antara 85% - 92% yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Kelembaban udara kandang di Penangkaran UD Anugrah.
Berdasarkan hasil pengamatan di Penangkaran UD Anugrah, suhu dan kelembaban kandang jalak bali hampir sama dengan keadaan jalak bali di habitat alaminya, yaitu di TNBB dengan suhu yang berkisar antara 28°C – 33°C dengan
24 24 25 25 27 28 28 29 28 27 27 25 0 5 10 15 20 25 30 35 6: 00 7: 00 8: 00 9: 00 10: 00 11: 00 12: 00 13: 00 14: 00 15: 00 16: 00 17: 00 Suhu Waktu Suhu (0C) 85 85 85 92 92 85 85 85 85 85 85 85 80 82 84 86 88 90 92 94 6: 00 7: 00 8: 00 9: 00 10: 00 11: 00 12: 00 13: 00 14: 00 15: 00 16: 00 17: 00 Kel embaban Waktu Kelembaban (%)
kelembaban udara 86% (Novianti 2011). Dengan demikian, kondisi iklim mikro di Penangkaran UD Anugrah sangat mendukung untuk perkembangbiakan jalak bali, sehingga sangat cocok sebagai lokasi untuk menangkarkan jalak bali. Selain itu, ketika cuaca sangat panas pengelola Penangkaran UD Anugrah mengalirkan air yang digunakan untuk menyiram lantai kandang sehingga membuat keadaan di dalam kandang lebih sejuk dan air yang tergenang karena penyiraman tersebut digunakan jalak bali untuk mandi.
5.1.4 Pakan
Pakan merupakan hal yang sangat vital untuk jalak bali. Hal yang perlu diperhatikan adalah kecocokan antara pakan dengan jalak bali yang ditangkarkan. Untuk itu, pemberian pakan pada jalak bali tidak boleh dilakukan sembarangan karena berkaitan dengan keseimbangan unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh jalak bali untuk berproduksi secara optimal. Menurut Mas’ud (2010), didalam pemilihan pakan untuk jalak yang dipelihara di penangkaran harus memperhatikan faktor kebiasaan makan (food habit) setiap jenis jalak, yakni sebagai pemakan buah, faktor penampakan bahan pakan, dan individu burung itu sendiri.
Selain itu, dalam penyediaan pakan harus cukup untuk kebutuhan jalak bali sehingga makanan yang diberikan berfungsi secara efektif dan efisien. Kriteria pakan yang berkualitas diantaranya adalah mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan oleh burung, makanan harus segar, tidak berjamur dan tidak tengik, makanan mudah dikonsumsi dan mudah dicerna oleh burung serta kandungan serat kasarnya tidak tinggi (Forum Agri 2012). Agar lebih jelas, dibawah ini akan diterangkan mengenai jenis pakan, sumber pakan, jumlah pakan, cara pemberian pakan, waktu pemberian pakan dan tempat penyimpanan pakan serta kandungan gizi pakan.
5.1.4.1 Jenis pakan, sumber pakan dan tempat penyimpanan pakan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terdapat pakan utama dan pakan tambahan yang diberikan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali, pakan utama jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah adalah voer BR 1 dan jangkrik, serta pakan tambahan yang diberikan kepada jalak bali diantaranya adalah kroto, ulat hongkong dan cacing. Selain itu, terdapat
pakan tambahan alami yang berasal dari buah yang diberikan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali diantaranya adalah pepaya dan pisang. Pemberian air minum dilakukan di dua tempat yaitu di tempat besar yang digunakan jalak bali untuk mandi dan minum serta di tempat plastik yang ditaruh dekat tempat makanan yang digunakan khusus untuk minum.
Pakan yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dinilai cukup bervariasi dibandingkan dengan pakan yang diberikan di Penangkaran MBOF yaitu hanya pisang, jangkrik, pur dan kroto (Yunanti 2012). Pakan yang bervariasi membuat jalak bali di Penangkaran UD Anugrah tidak pernah bosan untuk memakan pakan yang diberikan oleh pengelola. Untuk lebih mengetahui pakan yang diberikan Penangkaran UD Anugrah pada jalak bali dapat dilihat pada Gambar 12 (a) dan (b).
Gambar 12 (a) Pakan utama (voer dan jangkrik); (b) Pakan tambahan jalak bali (pisang, pepaya, cacing, ulat hongkong dan kroto) di Penangkaran UD Anugrah.
Pakan yang diberikan kepada jalak bali di Penangkaran UD Anugrah didapatkan melalui informasi yang terdapat dalam buku panduan penangkaran burung dan didapatkan melalui pengalaman menangkarkan burung. Di alam, jalak bali dapat memperoleh pakan dari habitat hutan savana, hutan musim, maupun hutan mangrove. Pakan yang diperoleh di habitat tersebut berupa pakan buah dan pakan hewani, diantara pakan hewani tersebut adalah ulat, belalang, capung, rayap, dan semut (Mas’ud 2010).
Penangkaran UD Anugrah selain mendapatkan sumber pakan dari pasar tradisional juga memperkerjakan masyarakat sekitar wilayah penangkaran untuk menyediakan pakan bagi jalak bali. Pakan yang disediakan oleh masyarakat
diantaranya adalah kroto dan jangkrik. Tempat penyimpanan pakan pada umumnya menyatu dengan dapur atau ruang gudang di rumah tinggal pengelola.
Perhatian pengelola Penangkaran UD Anugrah dikhususkan kepada penyimpanan kroto. Kroto yang baru didatangkan di Penangkaran UD Anugrah langsung dipisahkan antara telur dan larva dengan semut-semut pekerja yang kecil. Menurut Hermawan (2012), pemisahan antara telur dan larva dengan semut-semut pekerja yang kecil dilakukan karena jika tercampur menjadi satu maka burung tersebut tidak menyukai kroto yang diberikan. Selain itu, pemisahan antara telur dan larva dengan semut-semut pekerja bertujuan untuk mendapatkan kroto yang berkualitas dengan kriteria tidak berbau, tidak terlalu lengket dan berwarna cerah (Forum Agri 2012). Kroto yang diberikan kepada jalak bali tersebut termasuk kedalam jenis kroto basah yang mempunyai kandungan air (78,72%), jika tidak cepat disimpan maka akan terjadi pembusukan (Hermawan 2012). Penyimpanan kroto tersebut dilakukan di dalam kulkas yang sebelumnya ditutup rapat dengan tempat makanan.
5.1.4.2 Jumlah pakan, cara pemberian pakan dan waktu pemberian pakan
Jumlah pakan yang diberikan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali yang berada di penangkaran tidak diukur secara pasti. Pengelola memberikan pakan yang dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 06:00 – 07:30 WIB. Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui persentase jumlah pakan yang diberikan kepada jalak bali, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Persentase jumlah pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah
No Bahan Pakan Jumlah (gr) Persentase (%)
1 Voer 100 22,22
2 Jangkrik 140 31,11
3 Kroto, ulat hongkong,
cacing
20 4,44
4 Pepaya 90 20
5 Pisang 100 22,22
Jumlah pakan yang diberikan kepada jalak bali haruslah cukup, karena menurut Masy’ud dan Prayitno (1997), pemberian pakan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan satwa. Pada dasarnya, setiap penangkar memiliki cara-cara
yang berbeda dalam memberikan jumlah pakan kepada satwa yang ditangkarkan. Masy’ud (2010) juga memberikan jenis dan jumlah pakan yang diberikan kepada jalak bali yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Jenis dan jumlah pakan yang diberikan per pasang jalak bali di penangkaran
No Jenis pakan Jumlah pemberian
1 Pakan nabati ¾ Pisang ¾ Pepaya 110 gram 80 gram 2 Pakan hewani ¾ Ulat hongkong ¾ Jangkrik ¾ Telur semut 10 gram 2 ekor 10 gram 3 Pakan konsentrat
¾ Fancy gold food ¾ Fancy food anti stress ¾ Kroto kristal ¾ Kroto voer 521 10 gram 10 gram 10 gram 10 gram
Pemberian pakan cacing, ulat hongkong hanya diberikan kepada jalak bali yang berada di kandang reproduksi. Pemberian pakan cacing, kroto, ulat hongkong dan jangkrik dilakukan dengan cara ditaruh di wadah yang telah tersedia di dalam kandang. Selain ditaruh di wadah yang tersedia di dalam kandang, pemberian pakan kroto juga dilakukan dengan cara menebar kroto di lantai kandang. Pemberian pakan cacing dan ulat hongkong dapat meningkatkan birahi, tetapi jika terlalu biasa diberikan cacing oleh pengelola maka efeknya tidak secepat yang diharapkan. Pemberian kroto di kandang reproduksi dicampur dengan probiotik breeding agar jalak bali yang berada di kandang reproduksi dapat mencapai birahi. Pemberian jangkrik pada kandang reproduksi lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kandang yang lain. Menurut Yunanti (2012), pemberian jangkrik pada kandang reproduksi dapat membantu proses birahi agar indukan segera bertelur.
Kroto juga diberikan kepada jalak bali yang masih piyik. Pemberian kroto pada piyik dicampur dengan air hangat agar memudahkan piyik tersebut menelan makanannya. Pemberian kroto pada piyik dilakukan setiap satu jam sekali dengan
batasan lolohan 4 kali. Hal ini dilakukan karena pencernaan piyik masih belum stabil dan jika piyik terlalu kenyang maka piyik tersebut akan mati kekenyangan.
Pemberian pakan pisang dan pepaya dilakukan dengan cara mengupas kulitnya. Pisang dan pepaya yang telah dikupas kulitnya tersebut kemudian ditaruh di wadah yang telah disediakan. Dalam satu minggu pemberian pisang dan pepaya dilakukan secara bergantian dengan komposisi 5 hari pisang dan 2 hari pepaya.
5.1.4.3 Kandungan gizi pakan
Jalak bali sama dengan satwa yang ada di dunia, yaitu membutuhkan kandungan gizi yang cukup untuk hidupnya. Kandungan gizi pakan merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan beternak jalak bali. Jika pakan diberikan sembarangan, maka keseimbangan unsur gizi yang dibutuhkan oleh jalak bali tidak berproduksi secara optimal. Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah yang pernah dilaporkan Novianti (2011), dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah No Jenis Pakan Kandungan gizi Kadar abu (%) Kadar protein (%) Kadar lemak (%) Serat kasar (%) Ca (%) BETN (%) ME (Kkal/kg) 1 Pepaya 0,51 0,88 1,21 0,79 0,0016 4,92 299,68 2 Pisang 1,22 3,27 20,16 1,0025 0,22 28,57 2612,4 3 Kroto 2,04 12,43 2,48 3,59 0,15 0,34 614,28 4 Ulat hongkong 1,99 15,23 2,99 4,6 1,62 7,28 1002,32 5 Pur 13,53 11,68 9,12 11,27 5,14 47,75 2830,04 6 Jangkrik 1,47 17,72 3,47 3,49 1,24 0,4 864,18 7 Cacing 2,16 17,29 4,19 0,14 1,4 1,68 940,63 Jumlah 22,92 78,5 43,62 24,8825 9,7716 90,94 9163,53
Berdasarkan Tabel 10, total kadar abu dalam kandungan gizi pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar 22,92% dengan total kadar abu dalam pakan utama sebesar 15%, total kadar protein dalam kandungan gizi pakan jalak bali sebesar 78,5% dengan total kadar protein dalam pakan utama sebesar 29,4%,
total kadar lemak dalam kandungan gizi pakan jalak bali sebesar 43,62% dengan total kadar lemak dalam pakan utama sebesar 12,59% dan jumlah total serat kasar dalam kandungan gizi pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar 24,8825% dengan total serat kasar dalam pakan utama sebesar 14,76% serta jumlah total energi yang terdapat pada pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar 9163,53 kkal/kg dengan total energi dalam pakan utama sebesar 3694,22 kkal/kg. Ditinjau dari Sudarwo dan Siriwa (1999), menyebutkan bahwa jumlah kebutuhan energi pada unggas sebesar 2900 – 3200 kkal/kg dan jumlah protein sebesar 10–30%. Kebutuhan energi dan protein tersebut tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan jumlah kebutuhan energi di Penangkaran UD Anugrah sebesar 3694,22 kkal/kg dan kebutuhan protein sebesar 29,4% dalam pakan utama jalak bali, sehingga dapat dikatakan kandungan gizi pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sudah cukup baik.
Kandungan protein diperlukan bagi burung sebagai zat pembangun tubuh, dapat menggantikan jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan baku pembentukan enzim, hormon, dan zat-zat antibodi serta mengatur peredaran cairan tubuh dan zat yang larut di dalamnya ke dalam dan ke luar sel (Hermawan 2012). Protein terbentuk dari 20 asam amino (Turut 2011). Menurut Hermawan (2012), kekurangan protein menyebabkan burung menjadi kurus, bulu rusak, kerdil, kanibalisme, murung, enggan berkicau, serta sering berprilaku mencabuti bulunya sendiri.
Menurut Forum Agri (2012), kandungan serat kasar pada pakan yang diberikan kepada jalak bali tidak boleh terlalu tinggi. Bila terlalu tinggi akan mengakibatkan berkurangnya daya serap tubuh terhadap sari makanan. Menurut Hermawan (2012), karbohidrat merupakan unsur di dalam pakan yang berfungsi sebagai sumber energi, pembakar lemak, memperkecil oksidasi protein menjadi energi, dan memelihara fungsi normal alat-alat pencernaan serta kadar lemak merupakan sumber energi, saluran air metabolik, insulator (pengatur suhu tubuh), sebagai bantalan atau pelindung bagian tubuh, serta sebagai pembawa vitamin A, D, E, dan K. Apabila burung terlalu banyak mengonsumsi lemak maka burung tersebut berpeluang mencret atau gemuk. Padahal burung yang gemuk cenderung malas berkicau dan berbiak.
5.1.5 Pemeliharaan kesehatan
Salah satu kendala terbesar dalam penangkaran jalak bali adalah munculnya serangan penyakit yang bisa datang kapan saja, dan apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan jalak bali menjadi cacat atau bahkan mati. Penyakit yang ditemukan sering menyerang jalak bali di Penangkaran UD Anugrah adalah diare. Menurut Suzanna dan Wresdiyati (1991), penyebab penyakit diare pada satwa yang ditangkarkan disebabkan oleh bakteri Coliform
diarrhea. Diare ditandai dengan kotoran burung yang encer. Pengobatan yang
dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah adalah dengan cara mencampurkan
Revell Global sebanyak 1 tetes kepada minuman jalak bali. Penggunaan Revell Global pada umumnya merupakan suplemen yang digunakan oleh manusia, tetapi
di Penangkaran UD Anugrah menggunakan obat tersebut untuk mengobati jalak bali yang sedang mengalami diare. Perbandingan dosis yang dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah dalam memakai Revell Global adalah 1:20, dengan artian 20 tetes kepada manusia setara dengan satu tetes kepada jalak bali.
Menurut hasil penelitianYunanti (2012), penyakit yang pernah dialami oleh jalak bali di Penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Riwayat penyakit yang pernah diderita jalak bali di Penangkaran MBOF
No Jenis penyakit Obat Keterangan
1 Katarak Tidak dapat diobati -
2 Flu Tetra-chrol dan mitrafox-12 Dicampurkan pada minuman
3 Sakit mata Obat tetes mata (polidex) Diteteskan pada mata burung
4 Cacar pada kaki Antiseptic dan Salep 88 atau
cabe
Disemprotkan pada kandang atau dioleskan pada kaki
Penangkaran UD Anugrah selain memberikan penanganan secara cepat terhadap penyakit yang diderita oleh jalak bali juga memberikan suplemen tambahan berupa vitamin yang dapat menjaga kondisi tubuh serta memberikan
Prebiotik Alami untuk mempercepat birahi jalak bali yang berada di kandang
kawin. Berikut gambar obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran UD Anugrah (Gambar 13).
Gambar 13 Obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
5.1.6 Teknik reproduksi
Reproduksi jenis-jenis satwa liar yang dilakukan secara intensif dalam penangkaran, memiliki proses pemeliharaan yang pada dasarnya sama dengan pengembangbiakan pada hewan ternak (Thohari 1987). Menurut Setio dan Takandjandji (2007), reproduksi merupakan kunci keberhasilan dalam penangkaran untuk meningkatkan populasi dan produktivitas. Pengetahuan tentang biologi dan perilaku reproduksi jenis satwa yang ditangkarkan sangat penting karena dapat memberikan arah pada tindakan manajemen yang diperlukan guna menghasilkan produksi satwa yang ditangkarkan sesuai harapan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola, aspek reproduksi yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah meliputi pemilihan bibit, penentuan jenis kelamin, pengaturan kawin dan pembesaran piyik.
5.1.6.1 Pemilihan bibit
Salah satu langkah pertama dalam memulai beternak jalak bali adalah menyeleksi atau memilih bibit unggulan yang nantinya akan dipelihara atau dikembangbiakan. Tujuan dari seleksi bibit ini adalah untuk mendapatkan bakalan jalak bali yang benar-benar bagus dan sehat sehingga nantinya dapat menghasilkan jalak bali yang berkualitas baik. Apabila bibit jalak bali yang digunakan kualitasnya buruk, seberapa pun bagusnya kualitas pemeliharaan yang telah diberikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. Di Penangkaran UD Anugrah, pemilihan bibit jalak bali untuk dijadikan indukan harus sehat dan tidak cacat.
Menurut Mas’ud (2010), pemilihan bibit jalak bali yang dijadikan sebagai indukan harus sehat, energik (aktif), nafsu makannya baik, kotorannya tidak keras atau tidak encer, mata jernih, bulu halus, bulu bersih putih mengkilat, dan gerakannya lincah. Selain itu, pemilihan bibit di Penangkaran UD Anugrah untuk jantan usia minimal berumur satu tahun dan untuk betina usia minimal delapan bulan.
5.1.6.2 Penentuan jenis kelamin
Salah satu bentuk aktivitas yang sangat penting dan harus dilakukan dalam beternak jalak bali adalah melakukan identifikasi jenis kelamin jalak bali yang dikenal dengan istilah sexing. Identifikasi jenis kelamin ini sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan perbedaan perlakuan yang harus diberikan pada jalak bali jantan dengan jalak bali betina setelah memasuki masa birahi. Selain itu, identifikasi jenis kelamin ini sangat berguna sewaktu akan dilakukan proses perkawinan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan indukan, baik pada jantan maupun pada betina yang dijodohkan.
Bagi sebagian orang, sexing ini merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Sebab, tampilan luar antara jalak bali jantan dan jalak bali betina memang nyaris tidak jauh berbeda. Mas’ud (2010) juga menyebutkan jalak bali termasuk burung monomorfik yang memiliki tampilan luar relatif sama, maka membedakan jenis kelamin antara burung jantan dan betina relatif sulit. Penangkaran UD Anugrah mempunyai cara sendiri dalam menentukan jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina pada jalak bali yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Ciri-ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina di Penangkaran UD Anugrah
No Ciri morfologi Jantan Betina
1 Postur tubuh Tampak lebih besar Tampak lebih ramping
2 Bulu di paruh Lebih panjang dan tegak ke atas Pendek dan datar
3 Kuncir Lebih panjang Pendek
Untuk mengetahui perbedaan nyata dari jalak bali jantan dan jalak bali betina, dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Jalak bali jantan (kanan) dan jalak bali betina (kiri).
Selain ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina, Penangkaran UD Anugrah juga melihat dari aktivitasnya. Aktivitas jalak bali jantan lebih aktif daripada aktivitas jalak bali betina. Mas’ud (2010) menambahkan, perbedaan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina adalah jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki volume suara yang lebih besar dan bervariasi. Pada musim kawin juga terlihat perbedaan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Kurniasih (1997), pada musim kawin jalak bali jantan lebih agresif dari pada jalak bali betina.
5.1.6.3 Pengaturan kawin
Pengaturan kawin terhadap jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah adalah dengan mengawinkan satu jantan dengan satu betina dalam satu kandang reproduksi. Jalak tergolong hewan monogamus yang hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin sehingga sex rasionya adalah 1:1 (Mas’ud 2010). Proses perkawinan jalak bali menurut pengelola Penangkaran UD. Anugrah terjadi setiap bulan dengan frekuensi telur yang dihasilkan antara 2 – 4 telur.
Jalak bali yang akan dijadikan induk, sebelumnya dilakukan tahap penjodohan. Cara tersebut adalah melepas beberapa pasang jalak bali dewasa di kandang pembesaran, jalak bali dibiarkan memilih pasangannya sendiri. Jalak bali yang sudah berjodoh ditandai selalu berdua dengan pasangannya dan berkicau
sahut menyahut. Setelah itu, jalak bali yang sudah memilih jodoh dipindahkan ke kandang kawin kemudian jika tidak memperlihatkan tanda-tanda kawin maka salah satu induk diambil dan diganti dengan pasangan yang lain. Menurut Mas’ud (2010), dalam proses perkawinan intensitas perawatan kandang harus dikurangi dan faktor-faktor gangguan sedapat mungkin harus dihindari karena jika terdapat gangguan, pasangan jalak bali seringkali memperlihatkan sifat tidak mau bertelur, enggan mengerami telur atau bahkan kanibalisme.
Setelah melakukan perkawinan dan mengeluarkan telur, jalak bali jantan dan jalak bali betina akan mengerami telur dengan masa pengeraman 14 – 18 hari. Jalak bali betina mengeluarkan satu telur per hari dan terus berlanjut hingga jumlah telur di tubuhnya habis. Berdasarkan hasil pengamatan, proses mengeluarkan telur terjadi pada pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB. Pengeraman telur dilakukan pada waktu hari pertama mengeluarkan telur dengan frekuensi pengeraman paling banyak pengeraman dilakukan oleh jalak bali betina.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah, terdapat kasus dimana telur berhasil menetas, tetapi anaknya mati setelah menetas. Menurut Forum Agri (2012), terdapat binatang pengganggu yang masuk ke dalam sarang. Solusi untuk hal ini, begitu telur-telur sudah menetas, peternak harus rajin memperhatikan atau mengawasi keadaan sarang (dalam jarak yang tidak terlalu dekat), sehingga apabila terjadi hal-hal yang mencurigakan bisa langsung ditangani.
5.1.6.4 Pembesaran piyik
Proses pembesaran piyik di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan cara pengelola mengambil piyik yang telah berumur 3 – 7 hari kemudian dipindahkan ke inkubator. Menurut hasil wawancara dengan pengelola, proses pemindahan piyik ke inkubator disebabkan oleh indukan jalak bali tidak mau meloloh anaknya dan anaknya dibuang dari sangkar. Menurut Mas’ud (2010), dengan mempercepat usia sapih anak, pada dasarnya dapat mempercepat induk untuk bertelur kembali, namun cara ini perlu dilakukan dengan hati-hati, agar tidak menimbulkan resiko stres baik kepada induk maupun anaknya.
Di inkubator piyik jalak bali diberi makanan berupa kroto basah yang dicampur dengan air hangat agar piyik tersebut mudah menelan makanannya.
Pemberian pakan kroto basah tersebut juga untuk memberikan gizi yang terbaik, terutama protein, yaitu 47,80% (Hermawan 2012). Piyik jalak bali sangat memerlukan protein karena fungsi protein sebagai perkembangan setiap sel dalam tubuh dan juga untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit. Piyik jalak bali berada di inkubator selama 1 bulan yang kemudian dipindahkan ke kandang soliter. Berdasarkan hasil pengamatan, di dalam inkubator, suhu di dalamnya disesuaikan dengan suhu nyaman jalak bali yaitu sekitar 29°C supaya piyik tersebut tetap hangat dan nyaman, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Piyik jalak bali di inkubator Penangkaran UD Anugrah.
Menurut Setio dan Takandjandji (2007), pembesaran piyik yang dilakukan di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan cara hand rearing. Hand rearing adalah proses penanganan piyik dengan cara memisahkan atau mengambil burung dari induknya untuk kemudian dipelihara dan dibesarkan oleh penangkar secara lebih intensif sampai burung bisa dianggap mandiri. Walaupun memberikan kemungkinan keberhasilan hidup anak piyik yang lebih tinggi, hand rearing membutuhkan waktu cukup banyak dan ketelatenan, sehingga kurang praktis terutama apabila kegiatan penangkaran melibatkan pasangan burung dalam jumlah relatif banyak. Oleh karena itu, sebaiknya piyik dibiarkan dipelihara oleh induknya secara alami. Keberhasilan hidup piyik yang dipelihara induknya secara alami dapat ditingkatkan dengan bertambahnya pengalaman penangkar dalam menangani piyik yang dipelihara induknya.
Pemasangan cincin dilakukan terhadap piyik yang berumur tujuh hari pada kaki kiri. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), pemasangan cincin kepada piyik yang masih berumur muda dilakukan agar tidak merusak kakinya serta pemasangan cincin di sebelah kiri karena kaki kiri sering dipakai untuk bertumpu sedangkan kaki kanan dipakai untuk mengambil, memegang atau menjepit makanan.
5.1.7 Teknik adaptasi
Teknik adaptasi dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali yang baru didatangkan ke dalam lingkungan penangkaran yang baru. Proses adaptasi satwa bagi jalak bali diletakkan di dalam kandang karantina yang bertujuan untuk mengurangi rasa stres pada burung. Kandang karantina yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah sama dengan kandang soliter. Menurut Mas’ud (2010), adaptasi di kandang karantina hal ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya penyakit atau gangguan lain. Lama proses adaptasi jalak bali di kandang soliter yang pernah dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah selama 2 – 7 hari. Menurut Turut (2011), dalam menjinakkan burung yang didatangkan dari luar terdapat beberapa cara, diantaranya:
a. Harus diupayakan mandi di tempat mandi khusus burung. b. Jangan terlalu sering membuatnya terkejut.
c. Harus dijauhkan dari gangguan lingkungan, baik pada siang dan malam hari.
Selain itu, penggunaan kandang karantina juga digunakan bagi jalak bali yang menderita penyakit. Pemisahan ini dilakukan agar penyakit yang diderita tidak menular ke jalak bali yang lain dan agar bisa segera mendapatkan perawatan yang semestinya. Perlakuan yang diberikan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah terhadap jalak bali yang berada di kandang karantina adalah sama seperti perlakuan pada burung lainnya yaitu memberi makan, minum dan pemberian obat-obatan serta vitamin.
5.2.8 Manajemen pemanfaatan hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah, jalak bali yang dimanfaatkan digunakan sebagai satwa peliharaan dan indukan penangkaran. Menurut Hermawan (2012), jalak bali banyak diminati oleh
konsumen karena penampilannya yang indah dan elok. Syarat jalak bali yang diperdagangkan adalah sehat dan tidak ada cacat.
Jalak bali yang berumur tiga bulan dijual dengan harga Rp. 5.000.000,- per ekor lengkap dengan cincin, sertifikat dan SATS-DN. Jalak bali yang telah berpasangan dijual oleh Penangkaran UD Anugrah dengan harga 9 – 20 juta per pasang. Pemakaian cincin dilakukan pengelola kepada jalak bali yang berumur tujuh hari. Jalak bali yang sudah dibeli, dibawa oleh konsumen dengan kandang soliter yang dipakaikan dengan kerodong. Kerodong adalah kain yang digunakan menutup kandang soliter agar burung yang dibawa tidak stres. Perbedaan harga yang dijual selain syarat utama yaitu sehat dan tidak ada cacat serta syarat yang lain yaitu dari perbedaan umur jalak bali yang ditangkarkan. Untuk mengetahui bentuk cincin dan sertifikat yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 16 (a) dan (b).
Gambar 16 (a) Cincin jalak bali; (b) Sertifikat penjualan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah.
Pemasaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah masih secara sederhana dalam melakukan promosi kepada konsumen karena promosi hanya dilakukan secara lisan antara penggemar burung. Konsumen yang tertarik dengan jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD. Anugrah, datang ke penangkaran dan memilih jalak bali yang diminati olehnya.
5.2 Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah
Dalam suatu usaha penangkaran, khususnya penangkaran jalak bali keberhasilan dalam mengembangbiakkan jalak bali hingga memperoleh bibit yang baru adalah hal yang mutlak untuk diperoleh apabila penangkaran tersebut ingin terus berjalan. Jalak bali yang ditangkarkan oleh suatu penangkaran harus sehat dan tidak cacat, hal ini akan berakibat dengan kualitas jalak bali dan bibit jalak bali yang dihasilkan. Berikut persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan induk jalak bali dan angka kematian piyik dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan dan angka kematian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah
No Tahun
Persentase (%)
Daya tetas telur Perkembangbiakan induk jalak bali Angka kematian 1 2009 50 40 25 2 2010 50 50 25 3 2011 50 70 25 4 2012 50 100 25 Rata-rata (%) 50 65 25
Kriteria Sedang Tinggi Rendah
Berdasarkan tabel 14, daya tetas telur diperoleh sebanyak 50% dengan kategori sedang. Daya tetas telur diperoleh dari telur yang ditetaskan dibagi dengan jumlah total telur yang ada. Jalak bali di Penangkaran UD Anugrah mampu menghasilkan telur antara 2 – 4 telur, namun yang dapat ditetaskan berjumlah 1 – 2 telur. Persentase perkembangbiakan induk jalak bali di Penangkaran UD Anugrah tergolong tinggi yaitu 65%. Hal ini diduga karena pengelolaan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah telah cukup berhasil untuk membuat jalak bali di penangkaran tersebut menghasilkan telur serta bertambahnya indukan jalak bali yang mampu berkembangbiak menyebabkan nilai dari tingkat perkembangbiakan menjadi tinggi. Angka kematian piyik yang berada di Penangkaran UD Anugrah tergolong rendah yaitu 25%. Hal ini dikarenakan pada saat umur piyik sekitar 3 – 7 hari telah dipisahkan lebih awal agar mencegah kematian piyik akibat dipatuk oleh induknya serta nilai tersebut
didapatkan dari total anak yang mati tiap kelas umur dibagi dengan total anak keseluruhan tiap kelas umur. Menurut Permenhut Nomor P.19/Menhut-II/2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar menyebutkan bahwa tingkat daya tetas telur, tingkat perkembangbiakan induk jalak bali serta tingkat angka kematian piyik yang berada di Penangkaran UD Anugrah telah memenuhi syarat untuk keberhasilan penangkaran dalam segi standar kualifikasi penangkaran yang telah ditetapkan oleh Permenhut tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil penangkaran yang dinyatakan telah layak untuk dijual kepada peminat jalak bali. Standar kualifikasi penangkaran tersebut dapat dilihat pada lampiran 8 mengenai keputusan dari Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur yang member izin kepada Penangkaran UD Anugrah sebagai pengumpul/pengedar jalak bali.
Peran serta masyarakat sekitar penangkaran sangat diperlukan dalam suatu usaha penangkaran, apabila tidak diperhatikan faktor tersebut maka besar kemungkinan akan terjadi kecemburuan sosial yang akan merugikan kegiatan pengelolaan suatu penangkaran. Berdasarkan hasil wawancara, Penangkaran UD Anugrah telah memperhatikan faktor tersebut dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar sebagai keeper serta sebagai penyedia pakan bagi jalak bali. Penangkaran UD Anugrah juga tidak melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat, seperti membuang limbah sembarangan. Hal ini dikarenakan limbah yang berasal dari hasil pembuangan Penangkaran UD Anugrah dikumpulkan dan dibuang ke tempat sampah serta membuat Penangkaran UD Anugrah dinilai berhasil dalam memperhatikan faktor sosial yang berada di sekitar penangkaran tersebut. Prayana (2012) menambahkan, beberapa hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan penangkaran antara lain:
a. Letak kandang yang jauh dari kebisingan dan gangguan manusia. b. Kebersihan, keamanan, dan perawatan kandang yang selalu terjaga.
c. Pemberian pakan, baik pakan utama maupun pakan tambahan yang rutin diberikan setiap hari.
d. Pemberian obat dan vitamin secara rutin untuk menjaga kesehatan dan mencegah terserangnya penyakit pada burung yang ditangkarkan.
5.3 Aktivitas Harian
Tempat penangkaran tidak dapat dikondisikan serupa dengan habitat asli jalak bali di alam. Akibat keterbatasan inilah yang menyebabkan perubahan pada perilaku jalak bali. Hasil penelitian mengenai persentase aktivitas harian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 17. Berdasarkan gambar 20, aktivitas jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas diam, yaitu selama 147,13 menit atau sekitar 20,43% dari waktu pengamatan disusul dengan aktivitas mengerami telur yaitu selama 125,92 menit atau sekitar 17,49% dari waktu pengamatan, aktivitas yang sedikit dilakukan oleh jalak bali jantan aktivitas kawin yang dilakukan selama 0,2 menit atau sekitar 0,03% dari waktu pengamatan, sedangkan untuk aktivitas jalak bali betina aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah aktivitas mengerami telur, yaitu selama 366,76 menit atau sekitar 50,94% dari waktu pengamatan disusul dengan aktivitas makan selama 94,45 menit atau sekitar 13,12% dari waktu pengamatan serta untuk aktivitas yang sedikit dilakukan yaitu aktivitas membangun sarang, yaitu selama 0,55 menit atau sekitar 0,08% dari waktu pengamatan. Aktivitas harian jalak bali yang ditunjukkan di Penangkaran UD Anugrah, jalak bali jantan cenderung lebih aktif dan dominan daripada jalak bali betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Houpt dan Thomas (1982) dalam Rekapermana et. Al (2006), yang menyatakan bahwa pada umumnya satwa jantan lebih agresif dibandingkan satwa betina, baik dalam hubungan interspecies maupun intraspecies.
Aktivitas jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas diam karena jalak bali jantan menunggu jalak bali betina yang mengerami telur di luar sarang untuk berjaga-jaga (Dimitra 2011). Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat aktivitas yang dapat membedakan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina, aktivitas tersebut hanya dilakukan oleh jalak bali betina yaitu melakukan aktivitas bertelur.
Gambar 17 Persentase aktivitas harian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, untuk mengetahui hubungan perbedaan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak bali, maka diuji dengan menggunakan uji khi-kuadrat (X2) yang dapat dilihat pada tabel 14.
2.21 10.66 5.73 0.09 3.7 11.68 0.59 2.09 20.43 11.28 0.63 1.73 1.73 0.21 17.49 6.72 3 0.03 0 1.9 3.23 3.62 0.08 1.28 9.16 0.47 1.85 10.84 13.12 0.34 0.58 0.32 0.08 50.94 1.77 0.29 0 1.08 0 10 20 30 40 50 60 Melompat Bersuara Berjalan Membuang kotoran Bergeser Menelisik bulu Membersihkan paruh Terbang Diam Makan Minum Mandi Membawa bahan sarang Membangun sarang Mengerami telur Saling dekat Saling menelisik tubuh Kawin Bertelur Persentase AKtivitas harian Betina Jantan
Tabel 14 Perbedaan karakteristik aktivitas harian antara jalak bali jantan dan jalak bali betina berdasarkan hasil uji X2
No Jenis aktivitas X2 hitung Perbedaan antara jalak bali
jantan dan jalak bali betina
1 Melompat 0,22 Tidak nyata
2 Bersuara 28,63 Sangat nyata
3 Berjalan 3,42 Nyata
4 Membuang kotoran 0,007 Tidak nyata
5 Bergeser 8,48 Sangat nyata
6 Menelisik bulu 2,2 Nyata
7 Membersihkan paruh 0,08 Tidak nyata
8 Terbang 0,1 Tidak nyata
9 Diam 21,6 Sangat nyata
10 Makan 1 Nyata
11 Minum 1,03 Nyata
12 Mandi 4,14 Nyata
13 Membawa bahan sarang 6,95 Nyata
14 Membangun sarang 0,41 Nyata
15 Mengerami telur 117,74 Sangat nyata
16 Saling dekat 10,78 Sangat nyata
17 Saling menelisik tubuh 16,15 Sangat nyata
18 Kawin 0,2 Tidak nyata
19 Bertelur 1,08 Nyata
Keterangan X2 tabel (0.99;4) = 0.297
Berdasarkan tabel 14, diketahui bahwa sebagian besar aktivitas jalak bali terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaan nyata antara jalak bali jantan dan jalak bali betina terdapat 14 aktivitas, diantaranya adalah bersuara, berjalan, bergeser, menelisik bulu, diam, makan, minum, mandi, membawa bahan sarang, mengerami telur, bertelur, saling dekat dan saling menelisik tubuh. Perbedaan nyata didapatkan ketika nilai X2 hitung lebih besar dari pada nilai X2 tabel maka tolak H0. Selain itu, terdapat aktivitas yang tidak menunjukkan perbedaan nyata antara
jalak bali jantan dan jalak bali betina yaitu terdapat lima aktivitas, diantaranya aktivitas melompat, membuang kotoran, membersihkan paruh dan terbang serta aktivitas kawin. Hal ini dikarenakan nilai X2 hitung lebih kecil dari pada nilai X2 tabel maka terima H0.
5.3.1 Aktivitas melompat
Jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas melompat ketika jalak bali tersebut menghampiri pakan yang diberikan pengelola dan ketika jalak bali tersebut turun ke lantai kandang serta menghampiri tempat mandi. Ketika melompat, jalak bali menyentakkan kaki belakang dan kaki depan lurus ke depan sampai ke tempat yang dituju. Jalak bali jantan melakukan aktivitas melompat selama 15,93 menit atau 2,21% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas melompat selama 13,65 menit atau 1,9% dari waktu pengamatan. Aktivitas melompat lebih sering dilakukan oleh jalak bali betina di pagi hari ketika pengelola memberikan pakan ke kandang serta aktivitas melompat lebih sering dilakukan jalak bali jantan di siang hari menuju tempat mandi ketika suhu di penangkaran menjadi tinggi.
5.3.2 Aktivitas bersuara
Menurut Fitri (2012) dan Fraser (1980) diacu dalam Rianti (2010), suara yang dikeluarkan oleh burung pada dasarnya untuk mempertahankan diri dari predator serta untuk memikat betina dalam proses pra kawin. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas bersuara yang dilakukan jalak bali jantan dalam memikat jalak bali betina, ditandai dengan suara “wuudtuk” secara berulang. Ketika mengeluarkan suara, kepala diarahkan ke atas, jambul ditegakkan, perut menjadi besar dan badan digerakkan naik dan turun (Gambar 18).
Gambar 18 Aktivitas bersuara jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas bersuara sebanyak 76,76 menit atau sekitar 10,66% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas bersuara sebanyak 23,25 menit atau sekitar 3,23% dari waktu pengamatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mas’ud (2010), yang menyatakan bahwa jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki kicauan yang rajin, volume suara yang lebih besar dan bervariasi.
5.3.3 Aktivitas berjalan
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas berjalan di lantai kandang, biasanya aktivitas ini bertujuan untuk memperoleh pakan dan air. Menurut Dimitra (2011), berjalan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama berjalan biasa menggunakan kaki kiri lalu disusul dengan kaki kanan. Kedua berjalan cepat, yaitu seperti halnya dengan jalan biasa hanya lebih cepat. Jalak bali jantan melakukan aktivitas berjalan sebanyak 41,26 menit atau sekitar 5,73% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas berjalan sebanyak 26,09 menit atau sekitar 3,62% dari waktu pengamatan. Jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas berjalan dibandingkan dengan jalak bali betina karena jalak bali betina selama pengamatan banyak menghabiskan waktu di dalam sarang untuk mengerami telur.
Menurut Takandjandji dan Mite (2008), aktivitas berjalan disebabkan oleh adanya rangsangan eksternal dan internal dari dalam tubuh. Ransangan internal berasal dari dalam tubuh, dimana burung merasa lapar, haus, dan ingin kawin, sehingga melakukan aktivitas berjalan yang diinginkan. Ransangan eksternal merupakan rangsangan dari luar, misalnya adanya gangguan yang menyebabkan jalak bali melakukan aktivitas.
5.3.4 Aktivitas membuang kotoran
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah pada saat membuang kotoran bisa di sembarang tempat. Jalak bali saat membuang kotoran biasanya di atas kayu tangkringan dan di lantai kandang. Saat membuang kotoran, jalak bali mengibaskan seluruh bulu tubuhnya serta merenggangkan bulu ekornya sambil mengeluarkan kotoran melalui kloaka. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membuang kotoran selama 0,64 menit atau sekitar 0,09% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membuang kotoran selama 0,55 menit atau sekitar 0,08% dari waktu pengamatan.
Pada aktivitas membuang kotoran, tidak terdapat perbedaan yang besar antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Bagus (2011), tingginya aktivitas membuang kotoran yang dilakukan oleh satwa disebabkan oleh hasil metabolisme konsumsi pakan pada waktu sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan.
5.3.5 Aktivitas bergeser
Aktivitas bergeser merupakan aktivitas yang dilakukan jalak bali ketika berpindah tempat pada tempat bertengger dengan cara bergeser. Ketika melakukan aktivitas bergeser, jalak bali bergeser dengan posisi kepala menghadap arah yang dituju (Gambar 19).
Gambar 19 Aktivitas bergeser jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas bergeser selama 26,62 menit atau sekitar 3,7% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas bergeser selama 9,2 menit atau sekitar 1,28% dari waktu pengamatan. Menurut hasil penelitian di lapangan, jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas bergeser karena aktivitas tersebut digunakan untuk menghampiri jalak bali betina yang ketika itu berada di tempat bertengger.
5.3.6 Aktivitas menelisik bulu
Aktivitas menelisik bulu merupakan aktivitas utama dalam pemeliharaan bulu. Menelisik membantu burung untuk mengeluarkan benda-benda asing yang menempel di antara bulu-bulunya serta merapikan kembali yang kusut (Rekapermana et al. 2006). Aktivitas menelisik bulu pada jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan paruh, digerakkan atau
digigit-gigit hingga keujung. Kaki burung dapat menggaruk bagian kepala, biasanya untuk membersihkan bagian kepala yang tidak dapat tersentuh oleh paruh. Aktivitas menelisik bulu dilakukan di atas tempat bertengger. Untuk mengetahui aktivitas menelisik bulu jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Aktivitas menelisik bulu jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas menelisik bulu selama 84,12 menit atau sekitar 11,68% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas menelisik bulu selama 65,94 menit atau sekitar 9,16% dari waktu pengamatan. Menurut hasil pengamatan, perbedaan mendasar yang menyebabkan perbedaan aktivitas menelisik bulu pada jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah adalah pengaruh dari lamanya aktivitas mandi. Aktivitas menelisik bulu dilakukan oleh jalak bali setelah melakukan aktivitas mandi. Air yang berada di bulu burung dapat menghambat pergerakan, dengan menelisik bulu maka akan merangsang kelenjar minyak di bawah kulit untuk mengeluarkan sejenis minyak yang berfungsi untuk melapisi permukaan bulu agar kedap air (Artini 1997 diacu dalam Rekapermana et al. 2006). Selain itu, aktivitas menelisik bulu juga dilakukan oleh jalak bali setelah makan. Menurut Setyaningrum (2007), aktivitas menelisik bulu dilakukan untuk merapikan kembali helai-helai bulu yang menyatu serta mengeluarkan benda-benda asing yang menempel di antara bulu-bulunya.
5.3.7 Aktivitas membersihkan paruh
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas membersihkan paruh setelah melakukan aktivitas makan. Berdasarkan hasil pengamatan, paruh burung dibersihkan dari sisa pakan yang menempel dengan cara menggesek-gesekan paruh pada kayu tenggeran, tetapi kadang-kadang burung mengangkat salah satu kakinya kemudian paruh dibersihkan menggunakan jari kaki. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membersihkan paruh selama 4,22 menit atau sekitar 0,59% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membersihkan paruh selama 3,39 menit atau sekitar 0,47% dari waktu pengamatan. Pada aktivitas membersihkan paruh tidak terdapat perbedaan besar antara jalak bali jantan dan jalak bali betina dikarenakan aktivitas ini tidak terlalu sering dilakukan oleh jalak bali.
5.3.8 Aktivitas terbang
Dari hasil pengamatan aktivitas terbang dilihat dari Gambar 24 waktu terbang jantan lebih tinggi dari yang betina. Waktu yang dibutuhkan jalak bali jantan untuk terbang selama 15,04 menit atau sekitar 2,09%, sedangkan untuk betina selama 13,3 menit atau sekitar 1,85%. Pada waktu terbang jalak bali sangat jarang mengepakkan sayap. Menurut Fitri (2008) diacu dalam Dimitra (2011), cara terbang yang dilakukan oleh jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah disebut dengan meluncur (gliding), dan sayap tidak dikepakkan berfungsi sebagai penyeimbang tubuh agar tubuh tetap stabil dalam posisi melayang. Terbang dilakukan oleh jalak bali dengan cara berpindah tempat pada lantai kandang dan tempat bertengger dengan menggunakan kedua sayap (Gambar 21).
Waktu terbang yang dilakukan jalak bali jantan lebih tinggi dari pada jalak bali betina. Jalak bali jantan yang berada di Penangkaran UD Anugrah lebih aktif tingkah lakunya dari pada jalak bali betina yang cenderung untuk berada di dalam sarang sehingga jalak bali betina sehingga kurang aktif. Kemampuan terbang pada burung dalam penangkaran mempunyai keterbatasan karena luasan kandang yang terbatas, sehingga tidak memungkinkan bagi jalak bali melakukan aktivitas terbang dalam waktu lama (Takandjandji et al. 2010).
5.3.9 Aktivitas diam
Aktivitas diam adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh jalak bali jantan. Jalak bali jantan di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas diam di luar sarang karena jalak bali jantan mempunyai sifat melindungi jalak bali betina yang sedang mengerami telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Takandjandji
et. al (2010), burung jantan umumnya mempunyai sifat melindungi, lebih agresif,
dan lebih berani terhadap gangguan dibandingkan dengan burung betina. Sifat melindungi sering terlihat di Penangkaran UD Anugrah, apabila jalak bali betina masuk ke dalam kotak sarang untuk bertelur dan mengeram maka burung jantan bertugas menjaga dan melindungi. Jalak bali melakukan aktivitas diam dengan cara posisi tegak dan mengamati lingkungan sekitar (Gambar 22).
Gambar 22 Aktivitas diam jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas diam selama 147,13 menit atau sekitar 20,43% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas diam selama 78,04 menit atau sekitar 10,84% dari waktu pengamatan. Aktivitas diam juga merupakan aktivitas istirahat (Gitta 2011). Bagi burung yang
berada di penangkaran, makanan dan semua kebutuhan telah terpenuhi sehingga tidak perlu mencari seperti halnya burung di alam sehingga burung di penangkaran lebih banyak menggunakan waktunya untuk beristirahat dibandingkan dengan burung di alam yang harus terbang mencari makan (Takandjandji dan Mite 2008).
5.3.10 Aktivitas makan
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan upaya penangkaran burung. Pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah berupa pakan hewani dan pakan nabati. Aktivitas makan pada jalak bali terlihat perbedaan antara pakan nabati dan hewani. Pada pakan selain jangkrik, aktivitas ini dilakukan sambil merundukkan kepala sementara paruhnya mematuk makanan yang berupa pakan nabati (Takandjandji dan Mite 2008). Cara jalak bali memakan pakan hewani dilakukan dengan cara membawa pakan dari tempat makan dan membawanya di tanah lalu memakannya (Gambar 23).
Gambar 23 Aktivitas makan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas makan selama 81,22 menit atau sekitar 11,28% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas makan selama 94,45 menit atau sekitar 13,12%. Jalak bali betina yang berada di Penangkaran UD Anugrah lebih banyak melakukan aktivitas makan karena untuk memberikan asupan nutrisi bagi tubuh dalam melakukan proses reproduksi.
5.3.11 Aktivitas minum
Aktivitas minum dilakukan oleh jalak bali untuk memenuhi kebutuhan akan air. Jalak bali akan minum jika merasa haus. Aktivitas minum jalak bali dilakukan dengan cara menundukkan kepala, paruh dibuka lebar, kepala didekatkan ke tempat air kemudian menengadahkan paruh ke atas (Gambar 24). Proses ini berlangsung sampai rasa haus yang dirasakan oleh jalak bali hilang.
Gambar 24 Aktivitas minum jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas minum selama 4,55 menit atau sekitar 0,63% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas minum selama 2,45 menit atau sekitar 0,34% dari waktu pengamatan. Jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah jarang melakukan aktivitas minum. Menurut Bagus (2011), rendahnya aktivitas minum yang dilakukan oleh satwa dikarenakan kebutuhan akan air sudah terpenuhi dari pakan yang dikonsumsi serta kondisi kandang yang sejuk juga berpengaruh terhadap aktivitas minum satwa sehingga satwa tersebut tidak perlu banyak minum untuk menjaga kestabilan suhu tubuhnya.
5.3.12 Aktivitas mandi
Mandi merupakan aktivitas yang paling disenangi oleh jalak bali. Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah suka bermain air sekaligus membersihkan badannya. Menurut Takandjandji dan Mite (2008), aktivitas mandi dilakukan satwa sebagai bagian dari perawatan bulu agar tetap mengkilap dan tidak kusut. Aktivitas mandi jalak bali dilakukan dengan cara jalak bali
mendatangi tempat mandi kemudian seluruh badan dicelupkan ke air dan jalak bali mengepakkan sayap dan memasukkan kepala ke dalam air (Gambar 25).
Gambar 25 Aktivitas mandi jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas mandi selama 12,43 menit atau sekitar 1,73% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas mandi selama 4,15 menit atau sekitar 0,58% dari waktu pengamatan. Aktivitas mandi dilakukan oleh jalak bali jantan dan jalak bali betina di Penangkaran UD Anugrah pada siang hari. Menurut Hermawan (2012), pada siang hari saat cuaca cukup panas aktivitas mandi dilakukan jalak bali agar suhu normal jalak bali tetap dapat dijaga.
5.3.13 Aktivitas membawa bahan sarang
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah mempunyai musim kawin setiap satu bulan. Pada musim kawin tersebut, kedua pasangan jalak bali membuat sarang untuk tempat bertelur. Bahan sarang jalak bali disiapkan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah dari daun pinus yang sudah mengering. Bahan tersebut sebagian dimasukkan ke kotak sarang untuk merangsang jalak bali membuat sarang dan sebagian lagi diletakkan di lantai kandang. Bahan sarang yang digunakan jalak bali untuk membuat sarang juga diperoleh dari bulu jalak bali yang jatuh di lantai kandang. Aktivitas membawa bahan sarang dilakukan oleh jalak bali dengan cara dibawa oleh jalak bali dengan paruhnya lalu ditaruh kotak sarang. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membawa bahan sarang selama 12,44 menit atau sekitar 1,73% sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membawa bahan sarang selama 2,31 menit atau sekitar 0,32%. Berdasarkan hasil penelitian Tribisono (2002), Aktivitas membawa bahan sarang
banyak dilakukan oleh burung jantan karena burung betina menunggu di sarang sambil menata.
5.3.14 Aktivitas membangun sarang
Aktivitas membangun sarang tidak terlalu sering dilakukan oleh jalak bali. Aktivitas ini dilakukan oleh jalak bali ketika telah membawa bahan sarang ke dalam kotak sarang. Bahan tersebut ditata oleh jalak bali di kotak sarang sampai merasa aman dan cukup nyaman untuk bertelur dan mengerami terlurnya. Selama pengamatan, jalak bali jantan lebih banyak melakukan aktivitas membangun sarang daripada jalak bali betina. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membangun sarang selama 1,51 menit atau sekitar 0,21% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membangun sarang 0,58 menit atau sekitar 0,08%. Aktivitas membangun sarang tidak terlalu dilakukan oleh jalak bali karena diduga bahan sarang yang dimasukkan pengelola di kotak sarang sudah dianggap aman dan nyaman oleh jalak bali.
5.3.15 Aktivitas mengerami telur
Aktivitas mengerami telur oleh jalak bali agar telur tersebut dapat menetas dan menjadi seekor anakan jalak bali. Tujuan mengerami telur adalah agar telur selalu dalam keadaan hangat. Suhu yang terlalu dingin akan mengganggu perkembangan embrio. Gangguan ini dapat menyebabkan kematian embrio sehingga telur tidak dapat menetas. Aktivitas mengerami telur di Penangkaran UD Anugrah dilakukan oleh kedua induk jalak bali. Aktivitas mengerami telur dilakukan oleh induk jalak bali setelah telur pertama dikeluarkan. Menurut hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah jalak bali mengerami telur selama 14 – 18 hari.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas mengerami telur selama 125,92 menit atau sekitar 17,49% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas mengerami telur selama 366,76 menit atau sekitar 50,94% dari waktu pengamatan. Aktivitas mengerami telur yang dilakukan oleh jalak bali jantan selama 1 – 14 menit hanya untuk menggantikan jalak bali betina ketika jalak bali betina melakukan aktivitas mandi, makan, minum, diam, dan aktivitas lainnya.
5.3.16 Aktivitas saling dekat
Aktivitas saling dekat yang dilakukan oleh jalak bali jantan dan jalak bali betina menandakan jalak bali tersebut berarti sudah terbentuk pasangan (Mas’ud 2010). Aktivitas saling dekat yang dilakukan oleh jalak bali biasanya diakhiri dengan kegiatan menelisik tubuh pasangannya. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas saling dekat dilakukan oleh jalak bali di kayu tangkringan (Gambar 26).
Gambar 26 Aktivitas saling mendekat antar jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas saling dekat selama 48,4 menit atau sekitar 6,72% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas saling dekat selama 12,75 menit atau sekitar 1,77% dari waktu pengamatan. Aktivitas saling dekat lebih banyak dilakukan oleh jalak bali jantan karena jalak bali betina cenderung lebih pasif dalam melakukan aktivitas. Selain itu, aktivitas saling dekat dilakukan untuk menjaga salah satu pasangannya dari pengganggu, membersihkan tubuh pasangannya, melakukan aktivitas istirahat maupun berjemur bersama (Dimitra 2011).
5.3.17 Aktivitas saling menelisik tubuh
Aktivitas saling menelisik tubuh adalah aktivitas yang dilakukan oleh burung jantan setelah terjadi pendekatan terhadap burung betina (Takandjandji et
al 2010). Aktivitas ini dilakukan dengan cara saling membersihkan bulu-bulu
kepala dan leher menggunakan paruh (Gambar 27). Aktivitas saling menelisik tubuh dilakukan oleh jalak bali yang telah masuk ke dalam musim kawin.
Gambar 27 Aktivitas saling menelisik tubuh jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas saling menelisik tubuh selama 21,61 menit atau sekitar 3% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas saling menelisik tubuh selama 2,06 menit atau sekitar 0,29%. Aktivitas saling menelisik tubuh lebih banyak dilakukan oleh jalak bali jantan di Penangkaran UD Anugrah. Hal ini sependapat dengan pernyataan Kurniasih (1997) yang menyatakan pada musim berbiak jalak bali jantan lebih agresif dari pada jalak bali betina.
5.3.18 Aktivitas kawin
Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas kawin yang dilakukan oleh jalak bali di Penangkaran UD Anugrah hanya dilakukan oleh jalak bali jantan. Jalak bali jantan melakukan aktivitas kawin selama 0,2 menit atau sekitar 0,03% dari waktu pengamatan. Aktivitas kawin ditandai dengan terjadinya kopulasi, yaitu dengan naiknya jantan ke atas punggung betina. Sebelum melakukan proses kopulasi, jalak bali jantan melakukan suara panggilan yang disebut dengan suara seksual (sexual calling) (Mas’ud 2007). Jalak bali jantan kemudian bersuara lalu menggerakkan kepala kemudian mematuk dan menyelisik bulu. Setelah melakukan kopulasi, jalak bali jantan turun dari punggung jalak bali betina, diam sesaat kemudian terbang ke tenggeran.
Lamanya proses kopulasi sangat singkat berkisar 2 – 10 detik. Aktivitas kawin dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08:00 – 09:00 WIB, menjelang siang hari yaitu pukul 10:00 – 12:00 WIB dan pada sore hari yaitu pukul 15:00 – 17:00
WIB. Menurut Ayat (2002), perilaku kawin dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain suhu, cahaya dan kelembaban dimana ritme harian sangat menentukan kapan saat yang tepat untuk melangsungkan aktivitas kawin tersebut. Selain itu, aktivitas kawin juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu siklus hormonal tubuhnya dan siklus hormon ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
5.3.19 Aktivitas bertelur
Aktivitas bertelur adalah aktivitas yang dapat membedakan jenis kelamin antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Aktivitas bertelur dapat dikatakan hanya dilakukan oleh jalak bali betina karena saat melakukan aktivitas bertelur, jalak bali betina mengeluarkan telur dari ovum yang menuju kloaka. Ovum hanya terdapat pada jalak bali betina
Jalak bali betina melakukan aktivitas bertelur selama 1,08 menit atau sekitar 0,15 dari waktu pengamatan. Aktivitas bertelur dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08:00 – 09:00 WIB. Berdasarkan hasil pengamatan, jalak bali betina dapat bertelur sebanyak empat telur. Aktivitas bertelur dilakukan dengan cara jalak bali betina terlihat seperti menahan sakit dengan bagian pantat agak sedikit dinaikkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah, lama jalak bali betina mengeluarkan telur tergantung dari terbiasanya jalak bali betina mengeluarkan telur, gangguan dari jalak bali jantan yang masuk ke dalam kotak sarang serta dari gangguan dari lingkungan di dalam Penangkaran UD Anugrah. Jalak bali betina yang baru mengeluarkan telur dengan yang sudah pernah mengeluarkan telur waktu bertelurnya lebih cepat yang sudah pernah mengeluarkan telur karena sudah terbiasa dengan aktivitas bertelur. Gangguan dari lingkungan di dalam Penangkaran UD Anugrah adalah seperti suara ribut yang ditimbulkan dari kegiatan pengelolaan Penangkaran UD Anugrah yang dapat mengganggu konsentrasi jalak bali betina dalam melakukan aktivitas bertelur.