• Tidak ada hasil yang ditemukan

55 Pengaruh Penyuluhan Pada Ibu Terhadap...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "55 Pengaruh Penyuluhan Pada Ibu Terhadap..."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN PADA IBU TERHADAP KETRAMPILAN PIJAT BAYI DI DESA GEGER KECAMATAN GEGER MADIUN

Rheny Widi Wardhani, S.ST.,M. Kes (STIKES Bhakti Husada Mula Madiun)

ABSTRAK

Pijat bayi merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang paling tua di Indonesia bahkan di dunia dan dikembangkan kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah yang bersumber dari penelitian-penelitian para ahli neonatologi, syaraf, dan psikologi anak. Pijat bayi dapat digolongkan sebagai aplikasi sentuhan karena pijat bayi mengandung unsur sentuhan berupa kasih sayang, perhatian, suara atau bicara, pandangan mata, gerakan dan pijatan. Stimulasi ini akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari sel-sel otak. Masih banyak orang tua yang belum mengerti tentang pijat bayi, terutama mengenai perkembangan terakhirnya. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa pijat bayi dilakukan hanya pada bayi yang sakit serta dilakukan oleh dukun atau tenaga medis yang menguasai pijat bayi. Tujuan umum dari penlitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun.

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian menggunakan Statis Group Comparison. Populasinya adalah Semua ibu bayi yang melakukan kunjungan posyandu di Desa Krompol Bringin Ngawi. Jumlah sampel 40 ibu yang mempunyai bayi berusia 1-12 bulan. Teknik sampling adalah Accidental Sampling. Variabel independen adalah penyuluhan pijat bayi pada ibu dan variabel dependen adalah ketrampilan pijat bayi. Analisa data menggunakan tabulasi silang.

Dari hasil penelitian responden yang mendapatkan penyuluhan pijat bayi didapatkan hasil nilai posttest ketrampilan pijat bayinya lebih baik dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan penyuluhan pijat bayi. Hal ini berarti ada pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun

Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun. Peran bidan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mengenai pijat bayi yang dilakukan ibu bayi sendiri sehingga ibu bayi mengetahui pentingnya manfaat pijat bayi bila dilakukan ibu bayi sendiri tanpa pergi ke dukun bayi atau pelayanan pijat bayi lainnya.

Kata Kunci : penyuluhan, ibu, ketrampilan pijat

bayi

PENDAHULUAN

Masa neonatal merupakan periode tersingkat dari semua periode perkembangan. Pada masa ini terjadi penyesuaian yang radikal. Selain itu masa ini merupakan pendahuluan dari perkembangan selanjutnya dan merupakan masa yang berbahaya karena sulitnya penyesuaian diri pada lingkungan baru. Penyesuaian diri dengan lingkungan luar setelah terjadi kelahiran dapat mengakibatkan berkurangnya berat badan dan kematian bayi (Amirudin, 2007).

Sejak dilahirkan, bayi memiliki tiga kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orang tua, yaitu kebutuhan fisik-biologis yang berguna untuk pertumbuhan otak, sistim sensorik, serta motorik. Kebutuhan emosi kasih sayang untuk kecerdasan emosi, interpersonal dan intrapersonalnya, serta kebutuhan stimulasi untuk merangsang semua kerja sistim sensorik dan motoriknya (Maharani, 2009). Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak (Ngastiyah, 2005). Stimulus dari luar juga berperan bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional anak (Wibowo, 2008).

Menurut Maharani (2009) pijat bayi dapat digolongkan sebagai aplikasi stimulasi sentuhan pada bayi. Menurut Soedjatmiko (2006) pijat bayi dapat digolongkan sebagai aplikasi sentuhan karena pijat bayi mengandung unsur sentuhan berupa kasih sayang, perhatian, suara atau bicara, pandangan mata,gerakan dan pijatan. Stimulasi ini akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari sel-sel otak.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standart Profesi Bidan menyebutkan bahwa bidan mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak. Salah satu bentuk stimulasi tumbuh kembang yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan pijat bayi.

Pijat bayi merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang paling tua di Indonesia bahkan di dunia dan digali kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah yang bersumber dari penelitian-penelitian para ahli neonatologi, syaraf, dan psikologi anak (Subakti & Anggraini, 2008). Di negara Cina dan Yunani bahkan ditemukan bukti telah adanya pijat

(2)

sebagai media terapi kesehatan sejak ribuan tahun yang lalu. Sedangkan di Indonesia, hampir seluruh daerah di Indonesia mempunyai kebiasaan memijatkan bayinya sejak bayi lahir hingga masa kanak-kanak. Pelaku utama pijat bayi tradisional ini adalah dukun bayi yang mendapatkan ketrampilannya secara turun temurun. Di Australia membuktikan bahwa bayi yang dipijat oleh orang tuanya akan mempunyai kecenderungan peningkatan berat badan, hubungan tingkat emosional, dan sosial yang lebih baik (Roesli, 2001).

Pijat bayi di Indonesia pelaksanaan di masyarakat desa masih dipegang oleh dukun bayi. Jarang sekali orang tua khususnya ibu memijat bayinya sendiri. Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga saat bayi sakit atau rewel (Sari, 2004). Meskipun pijat bayi mempunyai banyak manfaat yang besar bagi bayi, namun kenyataanya perilaku ibu memijat bayinya sendiri sangat kurang. Dengan alasan bayi tidak boleh dipijat, badanya masih lemah, takut salah memijat, dan kurangnya pelatihan pijat bayi (Nestle, 2005).

Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum mengerti tentang pijat bayi, terutama mengenai perkembangan terakhirnya. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa pijat bayi dilakukan hanya pada bayi yang sakit serta dilakukan oleh dukun atau tenaga medis yang menguasai pijat bayi. Hal ini tidak sepenuhnya salah, melalui teknik tertentu, pijat bayi diyakini mampu mengatasi kolik sementara, sembelit dan bayi rewel. Namun, manfaat utama dari pijat bayi adalah membantu mengoptimalkan tumbuh kembang bayi.

Penelitian yang dilakukan oleh Procianoy (2010) meneliti 73 bayi baru lahir dimana 35 bayi menerima pemijatan secara teratur dan 38 bayi sebagai kontrol, dan diikuti selama dua than. Bayi dalam kelompok yang mendapat intervensi pijat secara teratur menunjukkan “Psychomotor Development Index” dan “Mental Development Index” yang lebih tinggi.

Dari hasil survei pra pendahuluan bulan November-Desember dalam melaksanakan upaya penyuluhan di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun, di dapatkan dari data BPS Mahmudah dari 15 ibu hanya 5 ibu yang memijatkan bayinya kefasilitas pelayanan kesehatan dan 10 ibu yang

memijatkan bayinya ke dukun.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan ketrampilan pijat bayi yang dilakukan oleh ibu yaitu dengan memberikan pelayanan yang efektif serta penyuluhan cara melakukan pijat bayi yang benar agar ibu mengerti bahwa pijat bayi bisa dilakukan oleh ibu bayi bukan hanya dukun.

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian dan Rancangan Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen (eksperimen semu), quasi eksperimen termasuk penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan, dimana rancangan penelitian untuk membandingkan dengan cara memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompok kontrol) (Notoatmodjo, 2010).

Subyek Pretest Perlakuan Posttest

G-E O I O1-E

G-K O - O1-K

Keterangan:

G-E : Group Eksperimen G-K : Group Kontrol

O : Observasi pada group eksperimen (pretest)

I : Intervensi (Perlakuan)

O1- (E+K) : Observasi pada group eksperimen dan group kontrol (posttest)

(Nursalam, 2009) 2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Statis Group Comparison, dimana kelompok eksperimen menerima perlakuan yang diikuti dengan observasi. Hasil observasi ini kemudian dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok kontrol, yang tidak menerima intervensi (Notoatmodjo, 2010).

(3)

Tabel 3.1: Definisi Pengaruh Penyuluhan Pijat Bayi Pada Ibu Terhadap Ketrampilan Pijat Bayi Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun

Variabel Penelitian

Definisi

Operasional Indikator Instrument Skala Skor Variabel

Independen Penyuluhan Pijat Bayi Pada Ibu Penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar Ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan yang melakukan kunjungan posyandu dan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani Leaflet Variabel Dependent Ketrampilan Pijat Bayi Kemampuan melaksanakan ketrampilan pijat bayi dengan menggunakan anggota badan atau peralatan kerja yang tersedia Tindakan ibu melakukan ketrampilan pijat bayi

Lebmar Ordinal Kategor i baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik umur responden seperti tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Desa Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Pada Tanggal 6 Pebruari 2014 – 24 Maret 2013.

Umur Frekuensi Presentase (%) <20 tahun 5 12.5 20-35 tahun 21 52.5 >35 tahun 14 35

Jumlah 40 100

1. Tingkat pendidikan

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik tingkat pendidikan responden seperti tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pedidikan Di

Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Pada Tanggal 6 Pebruari 2014 – 24 Maret 2014

Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase (%) SD 3 7,5 SMP 9 22,5 SMA 25 62,5 Diploma/Sarjana 3 7,5 Jumlah 40 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 didapatkan bahwa sebagian besar (62,5%) sebanyak 25 responden memiliki tingkat pendidikan SMA. Sedangkan (22,5%) sebanyak 9 responden memiliki tingkat pendidikan SMP, dan

sebagian kecil (7,5%) sebanyak 3 responden memiliki tingkat pendidikan Diploma/Sarjana dan (7,5%) sebanyak 3 responden memiliki tingkat pendidikan SD

2. Pekerjaan

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik pekerjaan responden seperti tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Pada Tanggal 6 Pebruari 2014 – 24 Maret 2014

Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

IRT 22 55

Tani 1 2,5

Swasta 15 37,5

Wiraswasta 2 5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian besar (55%) sebanyak 22 responden jenis pekerjaannya adalah ibu rumah tangga (IRT). Sedangkan (37,5%) sebanyak 15 responden jenis pekerjaannya adalah Swasta, dan sebagian kecil (5%) sebanyak 2 responden jenis pekerjaannya adalah Wiraswasta dan (2,5%) sebanyak 1 responden jenis pekerjaannya tani. 3. Jumlah anak

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik jumlah anak responden seperti tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Pada Tanggal 6 Pebruari 2014 – 24 Maret 2014

Jumlah anak Frekuensi Presentase (%)

1 20 50

2 17 42,5

3 3 7,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 didapatkan bahwa sebagian besar (50%) sebanyak 20 responden memiliki jumlah anak 1. Sedangkan (42,5%) sebanyak 17 responden memiliki jumlah anak 2, dan sebagian kecil (7,5%) sebanyak 3

(4)

responden memiliki jumlah anak3. 4. Umur bayi

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik umur bayi responden seperti tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Bayi Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Pada Tanggal 6 Pebruari 2014 – 24 Maret 2014

Umur bayi Frekuensi Presentase (%)

1-4 bulan 12 30

5-8 bulan 12 30

9-12 bulan 16 40

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 didapatkan bahwa sebagian besar (40%) sebanyak 16 umur bayi responden berumur 9-12 bulan. Sedangkan (30%) sebanyak 12 umur bayi responden berumur 5-8, dan (30%) sebanyak 12 umur bayi responden berumur 1-4 bulan.

Data Khusus

a. Distrisbusi frekuensi mengenai pretest penilaian ketrampilan pijat bayi pada Group Experiment sebelum diberi penyuluhan pijat bayi.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pretest Hasil Penilaian Pijat Bayi Sebe-lum Diberi Penyuluhan Pijat Bayi Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Pada Tanggal 6 – 27 Pebruari 2014

Ketrampilan pijat bayi Penyuluhan

Baik Cukup Kurang Jumla h F % F % F % F % Sebelum diberi Penyuluhan 5 25 8 40 7 35 20 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penilaian Ketrampilan Pijat Bayi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diatas tampak bahwa sebelum diberikan penyuluhan ketrampilan pijat bayi (25%) sebanyak 5 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik. Sedangkan (40%) sebanyak 8 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (35%) sebanyak 7

responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil kurang.

5. Distribusi frekuensi mengenai posttest penilaian ketrampilan pijat bayi pada Group Experiment setelah diberi penyuluhan.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Posttest Hasil Penilaian Pijat Bayi Sesudah Diberi Penyuluhan Ketrampilan Pijat Bayi Tanggal 3 –24 Maret

Ketrampilan pijat bayi Penyuluhan

Baik Cukup Kurang Jumlah f % f % f % f % Sesudah

diberi Penyuluhan

15 75 3 15 2 10 20 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penilaian Ketrampilan Pijat Bayi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 diatas tampak bahwa setelah diberikan penyuluhan ketrampilan pijat bayi sebagian besar (75%) sebanyak 15 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik. Sedangkan (15%) sebanyak 3 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (10%) sebanyak 2 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil kurang.

6. Distribusi Frekuensi mengenai pretest penilaian ketrampilan pijat bayi pada Group Kontrol.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pretest Ketrampilan Pjat Bayi Group Kontrol Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Tanggal 3-24 Maret

Ketrampilan pijat bayi Penyuluhan

Baik Cukup Kurang Jumlah

f % f % f % f % Tidak diberi

Penyuluhan

6 30 6 30 8 40 20 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penilaian Ketrampilan Pijat Bayi

(5)

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.8 diatas tampak bahwa pretest ketrampilan pijat bayi (30%) sebanyak 6 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, sedangkan (30%) sebanyak 6 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (40%) sebanyak 8 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil kurang.

7. Distribusi Frekuensi mengenai posttest penilaian ketrampilan pijat bayi pada Group Kontrol.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Posttest Ketrampilan Pjat Bayi Pada Group Kontrol Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun Tanggal 3-24 Maret 2014 Ketrampilan

pijat bayi

Penyuluhan

Baik Cukup Kurang Jumlah

f % f % f % f % Tidak diberi

Penyuluhan 5 25 7 35 8 40 20 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Penilaian

Ketrampilan Pijat Bayi Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.9 diatas tampak bahwa posttest ketrampilan pijat bayi (25%) sebanyak 5 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, sedangkan (35%) sebanyak 7 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (40%) sebanyak 8 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup.

8. Pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi.

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Pengaruh Penyuluhan Pijat Bayi Pada Ibu Terhadap Ketrampilan Pijat Bayi Di Desa Geger

Ketrampilan pijat bayi Penyuluhan

Baik Cukup Kurang Jumlah f % f % f % f % Diberi

Penyuluhan 15 75 3 15 2 10 20 100 Tidak diberi

Penyuluhan 5 25 7 35 8 40 20 100

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.10 tabulasi silang diatas tampak sebagian besar (75%) sebanyak 15 responden yang diberikan penyuluhan pijat bayi melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, sedangkan (15%) sebanyak 3 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (10%) sebanyak 2 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil kurang. Sedangkan yang tidak diberi penyuluhan sebanyak 5 responden (25%) melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, seda dan hasilnya 50% lebih baik ketrampilan pijat bayi dilakukan oleh ibu yang menerima penyuluhan pijat bayi.

4. 2 Pembahasan

1. Ketrampilan Pijat Bayi Sebelum Diberi Penyuluhan Pijat Bayi Pada Group Eksperimen Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diatas tampak bahwa sebelum diberikan penyuluhan ketrampilan pijat bayi (25%) sebanyak 5 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik. Sedangkan (40%) sebanyak 8 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (35%) sebanyak 7 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil kurang dan sebagian kecil (7,5%) sebanyak 3 responden berpendidikan SD dan (7,5%) sebanyak 3 responden berpendidikan Diploma/Sarjana.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolenya serta menambah ketrampilannya dalam melakukan suatu tindakan. Umur merupakan penentu kematangan seorang ibu semakin tua umur ibu maka semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh sehingga dengan usia tersebut ibu dapat memahami pesan-pesan kesehatan yang diberikan. Dan semakin tinggi pendidikan dan usia dewasa seseorang atau suatu masyarakat, maka semakin mudah dalam menyerap dan memahami pesan kesehatan khususnya dalam ketrampilan pijat bayi sehingga ibu dapat melakukan pemijatan dengan benar.

Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan dalam menyikapi pentingnya ketrampilan pijat bayi yang dilakukan oleh ibu bayi sendiri, kita

(6)

harus berusaha untuk meningkatkan ketrampilan/kemampuan ibu bayi untuk melakukan pemijatan sendiri tanpa pergi ke dukun bayi maupun ke layanan pemijatan lainnya. Salah satu cara untuk meningkatkan ketrampilan pijat bayi yaitu dengan menggunakan penyuluhan sebagai salah satu metode tersampaikannya informasi. Hal ini dikarenakan penyuluhan merupakan salah satu cara pendekatan pada masyarakat yang baik dan efektif dalam rangka memberikan atau menyampaikan pesan – pesan atau informasi-informasi kesehatan dengan tujuan untuk mengubah perilaku dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang menjadi target atau sasaran penyuluhan.

Dari hasil penelitian responden sesudah diberikan penyuluhan mendapatkan peningkatan lebih baik yaitu dari 5 responden mendapatkan hasil baik menjadi 15 responden dengan hasil baik, dari hasik nilai cukup 8 responden mengalami penurunan menjadi 3 responden yang mendapat hasil cukup, dan hasil kurang juga mengalami penuruan yaitu dari 7 responden yang mendapatkan hasil kurang menjadi 2 responden dengan hasil kurang dari disini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pijat bayi berpengaruh dalam peningkatan ketrampilan pijat bayi ibu dan menurunkan kurangnya ketrampilan pijat bayi pada responden.

Sepanjang pengamatan yang telah dilakukan pijat bayi belum dilakukan baik di pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BPM, maupun orang tua bayi yang melakukan pijat bayi sendiri. Ini terbukti dengan salah satu hasil penelitian yang penulis teliti bahwa perbandingan hasil group yang diberi penyuluhan dan tidak diberi penyuluhan berbanding 3:1 dengan hasil 15 responden mendapatkan hasil baik sesudah mendapatkan penyuluhan ketrampilan pijat bayi dan 5 responden dengan hasil baik yang tidak diberikan penyuluhan. Meskipun pijat bayi mempunyai banyak manfaat yang besar bagi bayi, namun kenyataanya perilaku ibu memijat bayinya sendiri sangat kurang, dengan alasan bayi tidak boleh dipijat, badanya masih lemah, takut salah memijat, dan kurangnya informasi serta penyuluhan tentang pijat bayi.

2. Ketrampilan Pijat Bayi Pada Tahap Pretest Dan Posttest Pada Group Kontrol Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.8 diatas tampak bahwa pretest ketrampilan pijat bayi (30%) sebanyak 6 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, sedangkan (30%) sebanyak 6 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (40%) sebanyak 8 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil kurang.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.9 diatas tampak bahwa posttest ketrampilan pijat bayi (25%) sebanyak 5 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, sedangkan (35%) sebanyak 7 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (40%) sebanyak 8 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup.

Dari frekuensi hasil pretest dan posttest group kontrol diatas dapat simpulkan bahwa jumlah reponden yang melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik menurun, dari 6 responden menjadi 5 responden, dan peningkatan hasil pada nilai cukup meningkat 1 responden, hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya pengalaman melakukan pijat bayi sendiri, kurangnya ketranpilan, tidak diberikannnya penyuluhan maupun konseling kepada para responden.

Hasil penelitian dan pernyataan diatas didukung dengan pendapat Azwar (2008) bahwa pembentukan sikap dan ketrampilan terutama terjadi karena adanya pendidikan/pelatihan, adanya Pengaruh Penyuluhan Pijat Bayi Pada Ibu Terhadap Ketrampilan Pijat Bayi Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.10 tabulasi silang diatas tampak sebagian besar (75%) sebanyak 15 responden yang diberikan penyuluhan pijat bayi melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, sedangkan (15%) sebanyak 3 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil cukup, dan (10%) sebanyak 2 responden melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil kurang. Sedangkan yang tidak diberi penyuluhan sebanyak 5 responden (25%) melakukan ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik, seda dan hasilnya 50% lebih baik ketrampilan pijat bayi dilakukan oleh ibu yang menerima penyuluhan pijat bayi.

(7)

Hasil pada penelitian ini 20 responden yang mendapatkan penyuluhan pijat bayi (Group Experimen) sebanyak 15 responden nilai ketrampilan pijat bayinya baik, sebanyak 3 responden nilai ketrampilan pijat bayinya cukup, dan sebanyak 2 responden nilai ketrampilan pijat bayinya kurang. Sedangkan hasil pada penelitian 20 responden yang tidak mendapatkan penyuluhan (Group Kontrol) (25%) sebanyak 5 responden nilai ketrampilan pijat bayinya baik, (35%) sebanyak 7 responden niali ketrampilan pijat bayinya cukup, dan (40%) sebanyak 8 responden nilai ketrampilan pijat bayinya kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan penyuluhan pada group experiment para responden mempunyai ketrampilan pijat bayi yang kurang dan pada group experiment ysesudah diberikan penyuluhan para responden mendapatkan ketrampilan pijat bayinya lebih baik dan jumlah responden yang melakukan dengan nilai baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak mendapakan penyuluhan.

Ini terbukti dengan salah satu hasil penelitian yang penulis teliti bahwa perbandingan hasil group yang diberi penyuluhan dan tidak diberi penyuluhan berbanding 3:1 dengan hasil 15 responden mendapatkan hasil baik sesudah mendapatkan penyuluhan ketrampilan pijat bayi dan 5 responden dengan hasil baik yang tidak diberikan penyuluhan. Serta fakta yang dapat dilihat bahwa pada group experiment sesudah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan hasil ketrampilan pijat bayi dengan hasil baik sebnayak 3 x lipat yaitu dari 5 responden menjadi 15 responden, sedangkan group kontrol yang tidak diberikan penyuluhan mendapatkan penurunan hasil pretest dan posttest 1 responden yaitu hasil prestest ada 6 responden yang mendapatkan hasil baik dan hasil sesudah posttet turun menjadi 5 responden yang mendapatkan hasil baik.

Ibu yang mendapat penyuluhan tentang pijat bayi mempunyai ketrampilan, pengetahuan yang lebih baik, dan para responden ini merasa memiliki ikatan emosional yang lebih baik dengan bayi mereka serta beberapa ibu menyatakan bahwa bayi yang menerima pijatan dari ibu mereka juga cenderung lebih sedikit menangis, lebih aktif, dan pemenuhan asupan ASI/susu formula lebih meningkat.

Pernyataan peneliti diatas di dukung oleh Penelitian yang di lakukan oleh Dasuki (2000) berjudul pijat bayi untuk meningkatkan asupan ASI bayi umur 4 bulan, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pijat bayi terhadap asupan ASI yang signifikan, yaitu asupan ASI bayi yang dipijat lebih besar dari pada bayi yang tidak dipijat. Dewasa ini penelitian di Australia membuktikan bahwa bayi yang dipijat oleh orangtuanya akan mempunyai kecenderungan peningkatan berat badan, hubungan tingkat emosional, dan sosial yang lebih baik (Roesli, 2001).

Sedangkan menurut Kutner (2008) dan Beider (2007) bahwa bayi yang menerima pijat secara teratur juga mendapat tidur lebih baik, mengurangi masalah kembung perut atau kolik, dan memiliki kesadaran tubuh yang lebih baik serta pencernaan lebih teratur Studi lain menunjukkan bahwa pijat memiliki efek menguntungkan pada rasa sakit langsung dan suasana hati di antara pasien dengan kanker tingkat lanjut.

Pembahasan yang telah dikemukakan diatas dapat memberikan gambaran kepada kita seorang bidan dan petugas kesehatan bahwa pijat bayi sangatlah penting dilakukan oleh ibu bayi sendiri, serta pencapaian ketrampilan pijat bayi yang baik dapat diasah bila ibu bayi mendapatkan pelayanan kesehatan salah satunya penyuluhan tentang pijat bayi. Pijat bayi mempunyai manfaat yang begitu banyak dan bermanfaat untuk bayi maupun ibu/orang tua bayi itu sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Pijat Bayi Pada Ibu Terhadap Ketrampilan Pijat Bayi Di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun”.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ketrampilan pijat bayi mulai tanggal 6 pebruari 2013 sampai 24 maret 2013 dari 40 responden yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Pretest ketrampilan pijat bayi berdasarkan

pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi pada group experiment sebelum diberi penyuluhan sebagian besar (25%) sebanyak 5 responden memiliki ketrampilan baik, dan pada group

(8)

kontrol yang tidak diberi penyuluhan sebagian besar (30%) sebanyak 6 responden memiliki ketrampilan baik.

2. Posttest ketrampilan pijat bayi berdasarkan pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi pada group experimen setelah diberi penyuluhan sebagian besar (75%) sebanyak 15 responden memiliki ketrampilan pijat bayi baik, dan pada group kontrol yang tidak diberi penyuluhan sebagian besar (25%) sebanyak 5 responden memiliki ketrampilan pijat bayi baik.

3. Perbandingan hasil penilaian ketrampilan pijat bayi hasilnya lebih baik dilakukan oleh group experiment yang mendapatkan penyuluhan ketrampilan pijat bayi dari pada group kontrol yang tidak mendapatkan penyuluhan ketrampilan pijat bayi dan kesimpulan penelitian ini ada pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi. 5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi di desa krompol bringin ngawi dan dengan hasil serta keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut

1. Bagi Ibu Bayi

Bagi ibu bayi yang mempunyai bayi uasi 1-12 bulan hendaknya memijat bayinya sendiri sesuai anjuran dan pengetahuan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan dengan mengikuti petunjuk yang telah diberikan dan dengan tidak mengacuhkan apa yang telah diberikan petugas serta lebih kooperatif karena penting untuk kondisi kesehatan bayi ibu dan mengingat pentingnya stimulasi pijatan untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi.

2. Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat diguanakan sebagi data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya serta referensi karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan pijat bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Astuti, Puji (2012). Pengaruh Keteraturan Pijat Bayi Terhadap Lama Jam Tidur Pada Bayi Usia

1-12 Bulan Di Dusun Poncol Kabupaten Magetan. Karya Tulis Ilmiah. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Budiarto, E. (2001). Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Dasuki, 2010. Data Pijat Bayi.

http//www.google.com

Dewi, Marisa. 2009. Gambaran Pelaksanaan Pijat Bayi Oleh Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan 1. Karya Tulis Ilmiah. UMY.

Dewi, S. (2012). Pijat Dan Asupan Gizi Tepat Untuk Meningkatkan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Harun, C (2012). Step By Step Menyusun Proposal

Dan Laporan Penelitian.

Ponorogo: STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan

Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

_______. (2003). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Maharani, Sabrina, (2009). Pijat Dan Senam Sehat Untuk Bayi. Jogjakarta: Kata Hati.

Munajaya, A. A. Gde, Manajemen Kesehatan Edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004 Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

_______. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Kedua. Rineka Cipta. Jakarta

Nova Kurnia, S. (2009). Menghindari Gangguan Saat Melahirkan & Panduan Bayi. Yogyakarta: Panji Pustaka

Nur, Fausi. (2012) Tentang Hubungan Persepsi Dengan Prilaku Ibu Terhadap Pijat Bayi Di Desa Kwangsen Jiwan Madiun. Karya Tulis Ilmiah. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Nursalam, (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika

Purnamasari, D. (2011). Panduan Pijat Praktis Balita Anda Agar Cerdas Dan Sehat. Yogyakarta. Pustaka Solomon

Riksani, R. (2012). Cara Mudah & Aman Pijat Bayi. Jakarta: Dunia Sehat

(9)

Saryono, A (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, Dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabet

Roesli, U. (2008). Pedoman Pijat Bayi Prematur & Bayi Usia 0-3 Bulan. Jakarta: Trubus Agriwidya http://proposal.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtpt unimus-gdl-leilanisya-5085-3-bab2.pdf http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jt ptunimus-gdl-leilanisya-5085-3 bab2.pdf http://proposal-skripsi- kesehatan- masyarakat.com/2011/10/pijat-bayi-html

Gambar

Tabel 3.1: Definisi Pengaruh Penyuluhan Pijat Bayi  Pada Ibu Terhadap Ketrampilan Pijat Bayi Di Desa  Geger Kecamatan Geger Madiun
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan  Umur Bayi Di Desa Geger Kecamatan  Geger Madiun  Pada Tanggal 6  Pebruari 2014 – 24 Maret 2014
Tabel 4.10   Tabulasi Silang Pengaruh  Penyuluhan Pijat Bayi Pada Ibu  Terhadap Ketrampilan Pijat Bayi Di  Desa Geger

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui jumlah kerang yang berhasil memproduksi mutiara, maka dapat dihitung dari persentase jumlah kerang (ekor) yang berisi mutiara (Mt) dibandingkan dengan jumlah

pengelolaan karyawan sebagai sumberdaya dalam menggerakkan operasional kebun, maka menarik di teliti pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kinerja perusahaan pada sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan hasil dari analisa rasio

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya dengan judul “ Pengaruh

Para dosen Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini dan telah mendidik penulis selama menempuh ilmu di Universitas

Dengan adanya hasil penelitian terdahulu yang kontradiktif dan minimnya penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia, maka topik

It’s convenient to work with DBI when you have to access a database product that you haven’t worked with before, but you shouldn’t assume that you can easily replace your

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk meningkatkan jumlah sampel dan melakukan randomisasi, juga disarankan untuk meneliti lebih lanjut terkait faktor-faktor yang