1
Tafsir Maudhu’i
Tentang Produksi
Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Tafsir Ayat-Ayat Iqtishadi
Pada Prodi Perbankan Syariah Semester IV/C
Oleh:
Berto Yakoza (15631010)
Irma Yunita (15631035)
Reki Aji Sumantri (15631072)
Dosen:
Hardivizon, M.Ag
Prodi Perbankan Syariah
Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
STAIN CURUP
2 PRODUKSI
Oleh kelompok II (dua) PS IV/C
A. Pendahuluan
Kegiatan produksi menjadi tumpukan bagi ekonomi islam karena merupakan pondasi bagi aktivitas distribusi dan konsumsi. Pada prakteknya, produksi merupakan aktivitas mengelola dan mengkombinasikan beberapa faktor produksi sehingga menghasilkan output produk. Seperti mengelola bahan setengah jadi menjadi bahan jadi. Tujuan dari produksi tidak lain untuk mengoptimalkan faktor produksi, dengan itu produk yang dihasilkan dapat mempermudah terpenuhinya kebutuhan manusia. 1
Menurut ilmu ekonomi, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang. Produksi telah terjadi semejak manusia bergelut dengan bumi karena ia merupakan suatu hal yang primer dalam kehidupan.
Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Tujuan dari produksi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Orang atau perusahaan yang menjalankan suatu proses produksi disebut produsen.
Produksi dalam pandangan ekonomi islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat.
3
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu;
sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
c. Kata kunci
عنصٱ
(Ishna’) terambil dari kata shana’ yang mengandung makna menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan hidup yang sebelumnyabelum pernah ada, namun bahan untuk membuatnya telah tersedia. Demikian asy-Sya’rawi. Karena itu pula sehingga biasanya yang melakukannya adalah pelaku yang mahir, bukan sekedar melakukan yang adanya.
اننيعأب
)bi a’yunina( terambil dari kata shana’a yang merupakan bentuk jamak.
d. Penafsiran
Menurut riwayat ibnu abbas panjang bahtera itu seribu dua ratus hasta. Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan Nuh-as untuk membuat bahtera
yang akan dipergunakan untuk menyelamatkannya dan pengikutnya yang beriman dari taufan (air bah) yang akan melanda dan menenggelamkan permukaan bumi
sebagai azab di dunia ini kepada orang-orang kafir dan kaumnya yang sangat membangkang dan durhaka. Nabi Nuh-as diperintah untuk membuat bahtera penyelamat itu dengan petunjuk-petunjuk dan pengawasa dari Allah SWT.2
4
Menurut Qatabah bahwa panjang bahtera itu tiga ratus hasta dan lebarnya lima puluh hasta, ia tidak menyebutkan keterangan-keterangan lain
Pada ayat ini Allah memperingatkan kepada Nuh-as agar tidak lagi berbicara dengan kaumnya yang zalim (kafir) dan tidak lagi memohon supaya dosa mereka diampuni atau dihindarkan dari azab-Nya, karena sudah menjadi ketetapan Allah bahwa mereka akan ditenggelamkan dengan taufan. 3
Al-Maragi berpendapat, bahwa Allah mengutus Nuh-as untuk membuat sebuah kapal yang akan menyelamatkan kamu bersama orang yang beriman yang ikut naik kapal itu kelak, sedangkan kamu akan dipelihara dan diawasi dengan
perhatian kami. Maksudnya, sesungguhnya kami menjagamu pada setiap saat, sehingga tidak akan ada seorangpun yang menghalangimu dengan wahyu kami,
bagaimana cara kamu membuat kapal, sehingga kamu tidak akan salah dalam membuatnya, termasuk sifat kapal itu.
Dan janganlah kamu bicarakan lagi dengan-Ku tentang hasil mereka sedikitpun agar siksaan itu tidak jadi ditimpakan kepada mereka atau kamu meminta belas kasihan untuk mereka karena keputusan tentang siska benar-benar telah jatuh kepada mereka. Dan Allah telah memutuskan atas mereka untuk ditenggelamkan.4
2. Ayat kedua
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur
(kepada Allah).
3 Ibid, hlm.509
4 Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy, (semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1974),
5
Dalam menanggapi ayat di atas Al-Qurthubi menerangkan bahwa ayat ini mengandung tiga perkara terkait dengan produksi besi yang diajarkan Allah kepada Nabi Daud as. Pertama, pembuatan baju besi. Kedua, pembuatan alat-alat yang digunakan dalam perperangan, seperti pedang, anak panah, dan tobak. Ketiga, pembuatan alat-alat lain yang dibutuhkan oleh manusia selain untuk perperangan.5
Sedangkan Ath-Thabari, hanya menghususkan pada produksi besi yang diajarkan Allah kepada Nabi Daud as. Karena menurutnya besi yang dibahas dalam ayat tersebut hanya dapat dijadikan sebagai alat-alat perperangan.6
Dilihat juga dari sisi pemanfaatan besi, Sayyid Quthub menjelaskan bahwa setelah nabi Daud bisa membuat pedang yang lebar dan keras, maka Allah pun mengajarinya tentang pembuatan baju besi dari lapis baja yang kebal, mudah dipakai, dan mudah lentur.
Dilihat pada penafsiran Al-maragi bahwa dia menafsirkan, kami ajari dia bagaimana membuat baju dari lembaran-lembaran menjadi lingkaran-lingkaran, guna melindungi kalian apabila kalian memakainya dan bertemu dengan musuh . oleh sebab itu hendaklah kalian besyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang
dilimpahkan-Nya kepada kalian yaitu pembuatan baju besi yang melindungi kalian dari bahaya perang. 7
5 Abu Bakar Al-Qurthubi, al-ja i’ Li Ahka al-Qu ’a tah i : Abdullah ibn Abdul Muhsin at-Turky,
Beirut: Mussasah Ar-Risalah, 2006, juz. XVI, hlm. 253-254
6 Prof.DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Bayan tafsir penjelas Al-Qu ’a ul Ka i ,
(semarang: PT Pustaka Rizki Putra semarang, 2012) juz 17, hlm 328
7 Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy, Tafsir al-maraghiy, (semarang: CV, Toha Putra Semarang, 1974),
6
Zakat merupakan refleksi kepedulian terhadap sesama muslim dan menjadi ikatan sosial kemanusiaan, semua itu berpotensi dapat membangun persatuan di tengah umat. Oleh karena itu bagi setiap orang yang dikenakan kewajiban untuk mengeluarkan zakat, maka wajib atasnya untuk membayarkannya. Begitu juga hendaknya ada di antara manusia yang bergerak untuk mengumpulkan dan membagikannya sesuai aturan dalam Islam. Pengumpulan zakat ini juga telah
dilaksanakan pada masa Rasululullah SAW. Beliau melibatkan petugas negara dalam mengumpulkan serta membagikan zakat. Hal ini lebih populer disebut dengan al
-Amilatau amil zakat8
C. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkam bahwa ayat-ayat tentang produksi tersebut menyatakan atau menjelaskan bahwa produksi berarti kegiatan manusia dalam mengeksplorasi atau memanfaat kan sumber-sumber ekonomi yang ada
dimuka bumi ini untuk mewujudkan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan umat manusia dalam kemaslahatan manusia dunia akhirat yang telah disediakan oleh Allah SWT.
8 HENDRIANTO, Hendrianto. Kepuasan Muzakki Terhadap Kualitas Pelayanan Zakat Pada
BAZ (Badan Amil Zakat) Kabupaten Kerinci. AL-FALAH : Journal of Islamic Economics, [S.l.],
v. 1, n. 2, p. 163-186, dec. 2016. ISSN 2548-3102. Available at:
<http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alfalah/article/view/99/48>. Date accessed: 14
7
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mushthafa Al-maraghiy, Tafsir al-maraghiy, (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1974).
Abu Bakar Al-Qurthubi, al-jami’ Li Ahkam al-qur’an Tahqiq: (Abdullah ibn Abdul Muhsin at-Turkiy, Beirut: Mussasah Ar-Risalah, 2006).
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 2010).
Hardi Vizon, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi, (Curup: LP2 STAIN CURUP, 2013)
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Bayan tafsir penjelas Al-Qur’anul
Karim, (semarang: PT Pustaka Rizki Putra semarang, 2012)
HENDRIANTO, Hendrianto. Kepuasan Muzakki Terhadap Kualitas Pelayanan Zakat Pada BAZ (Badan Amil Zakat) Kabupaten Kerinci. AL-FALAH : Journal of