• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Metodologi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab III Metodologi Penelitian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III Metodologi Penelitian

III.1 Tahap-tahap kegiatan penelitian

Langkah penelitian identifikasi komposisi dan karakteristik sampah lampu listrik untuk menilai potensi daur ulang dan bahayanya terhadap lingkungan mengikuti diagram alir seperti dalam gambar 3.1 di bawah ini.

Studi literatur

Identifikasi masalah

Identifikasi komposisi sampah lampu listrik : 1. Penentuan sampel

2. Penanganan sampel 3. Penyiapan alat

4. Pemilahan lampu berdasarkan jenis, bentuk tabung, merk dagang dan daya lampu

5. Pemilahan komponen lampu berdasarkan bahan logam dan non logam, standarisasi komponen elektronik dan fungsi komponen elektronik 6. Pengambilan gambar

7. Penimbangan

Uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) :

- Penanganan sampel - Pemeriksaan pH

- Penyiapan larutan ekstraksi - Ekstraksi sampel

Kesimpulan dan saran Analisa data dan pembahasan Pengumpulan sampel lampu listrik :

- Lokasi pengumpulan sampel - Waktu pengumpulan sampel

Survey lokasi, penentuan jumlah sampel pelaku bisnis / daur ulang lampu

Pembagian kuisioner dan wawancara pada pelaku bisnis

yang menjual lampu dan pelaku daur ulang terhadap lampu

Pembuatan kuisioner Pekerjaan laboratorium

Pekerjaan lapangan

Analisa komposisi sampah lampu listrik

Observasi indikasi awal

Gambar III.1. Diagram alir langkah penelitian

(2)

III.1.1 Identifikasi masalah

Penulis mengidentifikasi hanya pada permasalahan sampah lampu listrik yang di dalamnya terdapat berbagai komponen elektronik dengan pertimbangan bahwa pemakaian lampu listrik di masyarakat lebih dominan daripada peralatan elektronik yang lain, jumlah dan permasalahan yang menyangkut sampah elektronik di lapangan sangat bervariasi, impor lampu listrik setiap tahun, produksi lampu dalam negeri dan masa pakai lampu yang terbatas.

Penekanan studi ini adalah pada identifikasi komposisi dan karakteristik sampah lampu listrik untuk menilai potensi daur ulang serta bahayanya terhadap lingkungan dengan wilayah studi Kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi sehingga berdampak pada tingkat konsumsi lampu listrik.

III.1.2 Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengetahui dan memahami konsep dari keseluruhan lingkup penelitian ini serta memperoleh informasi dan pustaka terkait yang berasal dari literatur di Indonesia maupun internasional yang dapat menunjang penelitian ini. Studi literatur ini juga merupakan data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer.

III.1.3 Observasi indikasi awal

Observasi indikasi awal dilakukan langsung di Kota Bandung dengan tujuan mengobservasi perlakuan yang diberikan oleh masyarakat dan pelaku daur ulang setelah lampu listrik menjadi sampah dan menentukan lokasi sampling terhadap pelaku bisnis yang menjual lampu untuk dilakukan wawancara.

III.1.4 Pekerjaan laboratorium

Pekerjaan laboratorium dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi komposisi sampah lampu dan komponennya serta untuk mengetahui besarnya kandungan senyawa berbahaya yang dapat terlarut jika sampah lampu dibuang ke landfill tanpa pengolahan yang baik.

(3)

a. Pengumpulan sampel lampu listrik

Lokasi pengumpulan sampel ditentukan berdasarkan kecamatan yang memiliki jumlah unit bangunan yang paling banyak di Kota Bandung dan perkiraan keberadaan timbulan sampah lampu listrik dimana sampel sampah lampu ini diperoleh dari masyarakat, pemulung keliling, petugas sampah gerobak, pemulung di TPS, pemulung di TPA, pedagang barang bekas keliling, tukang loak dan lapak.

Jumlah sampah lampu listrik yang dikumpulkan sebanyak 100 buah lampu tetapi yang diambil sebagai sampel sebanyak 44 buah lampu dengan pertimbangan daya lampu yang ada dalam wilayah studi untuk semua jenis lampu.

Dengan demikian dari 100 buah sampah lampu yang dikumpulkan kemudian dipilah untuk dikarakterisasi sebanyak 44 buah sampah lampu yang terdiri dari berbagai jenis, merk, bentuk tabung dan daya lampu.

b. Penanganan sampel lampu

Setelah dilakukan pemisahan terhadap sampah lampu yang dikumpulkan, selanjutnya dilakukan penanganan sampel dengan perlakuan sebagai berikut : - Pembersihan dari debu dan kotoran yang menempel.

- Pemilahan berdasarkan :

- Jenis lampu yaitu kategori lampu pijar (incandescent lamp) dan lampu tabung gas (discharge lamp). Lampu tabung gas dipilah lagi menjadi lampu merkuri, lampu natrium dan lampu TL (tube lamp) atau lampu fluorescent jenis tubular, compact dan single-capped.

- Bentuk tabung lampu misalnya panjang, bulat dan spiral serta ukuran tabung dari segi diameter yaitu yang berukuran kecil, sedang dan besar.

- Merk dagang lampu yang beredar di pasaran dalam wilayah studi. - Daya lampu yang beredar di pasaran dalam wilayah studi.

- Pengambilan gambar untuk masing-masing lampu dengan menggunakan kamera di atas kertas grafik.

- Penimbangan dan pencatatan berat untuk masing-masing lampu.

(4)

c. Identifikasi komposisi sampah lampu listrik

Untuk melakukan karakterisasi pada sampah lampu listrik yang telah dikumpulkan dan dipilah berdasarkan jenis, bentuk dan ukuran tabung, merek dan daya lampu, selanjutnya persiapan peralatan dan bahan. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan karakterisasi terhadap sampah lampu antara lain sebagai berikut :

- Timbangan untuk menimbang sampel lampu dan komponennya dengan berbagai tipe dan ketelitian yaitu :

- Tipe manual merek Ohaus dengan ketelitian 45 lb - 20 kg.

- Tipe E1B120 merek Explorer Ohaus dengan ketelitian 10 mg - 2,1 kg - Tipe AB 204 merek Mettertoledo dengan ketelitian 1 mg – 210 gr - Perlengkapan tambahan seperti martil, pisau, obeng, tang potong, tang jepit,

solder listrik, kertas label, kertas grafik dan plastik klip untuk mempreteli sampah lampu dan komponennya.

- Kamera untuk dokumentasi.

Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap sampah lampu indoor dengan langkah kerja sebagai berikut :

- Setelah dilakukan pemilahan terhadap lampu listrik maka lampu didismantling dalam sebuah wadah plastik untuk memisahkan bahan-bahan dan komponen yang terdapat di dalam lampu dengan menggunakan martil, pisau, obeng, tang potong, tang jepit dan solder listrik. Kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu pengelompokkan terhadap komponen lampu yang telah di’dismantling. - Selanjutnya dilakukan pengelompokkan terhadap komponen lampu yang telah

di’dismantling berdasarkan :

- bahan logam dan non logam yang terdapat pada lampu dan komponennya. - standarisasi komponen elektronik yang ditetapkan untuk bentuk, ukuran dan

warna masing-masing komponen elektronika.

- fungsi komponen elektronik pada suatu rangkaian listrik.

- Penimbangan dan pencatatan berat untuk masing-masing bahan dan komponen lampu kemudian dilakukan penyimpanan dalam wadah plastik klip.

(5)

d. Analisa komposisi sampah lampu listrik

Analisa komposisi bahan sampah lampu listrik dilakukan dengan cara memisahkan antara bahan logam dan non logam kemudian menghitung berat komposisi bahan masing-masing jenis lampu listrik yaitu berat bahan pada sebuah lampu dibagi dengan berat total bahan pada sebuah lampu sehingga dapat dilakukan kajian untuk menilai potensi daur ulangnya. Untuk analisa komposisi sampah lampu ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

100% x (gr) lampu sebuah pada bahan total Berat (gr) lampu sebuah pada bahan Berat (%) bahan Komposisi =

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 jun to Nomor 85 tahun 1999 maka komponen elektronik/peralatan elektronik digolongkan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (D219). Oleh karena dalam lampu listrik mengandung komponen elektronik maka dari analisa komposisi sampah lampu diharapkan akan dapat diketahui lebih lanjut komponen yang menyebabkan lampu berkategori sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun.

e. Uji toxicity characteristic leaching procedure (TCLP)

Analisa air hasil pelindian sampah lampu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan senyawa berbahaya yang dapat terlarut jika sampah lampu ini dibuang ke landfill tanpa pengolahan yang baik. Pelindian dilakukan dengan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) sesuai USEPA dengan parameter yang diperiksa adalah logam berat yang merupakan limbah bahan beracun dan berbahaya. Ekstraksi TCLP dilakukan di Laboratorium Buangan Padat dan B3 FTSL ITB dan analisa logam pada sampel lampu dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara (PPPTM) Bandung.

III.2 Pekerjaan lapangan

Pekerjaan lapangan meliputi pelaksanaan sampling terhadap pelaku bisnis dalam hal ini distributor, supplier, pedagang dan sektor informal yang berhubungan

(6)

dengan lampu dan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan daftar kuisioner dalam wilayah studi sehingga perolehan informasinya dapat mendukung penelitian ini.

Berdasarkan Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982:253) dicantumkan beberapa saran tentang ukuran sampel yang layak dalam penelitian yaitu antara 30 sampai dengan 500. Oleh karena itu, Penulis mengambil ukuran sampel terkecil yaitu sebanyak 30 pelaku bisnis baik distributor, supplier, pedagang baik besar maupun kecil yang menjual lampu listrik yang disampling agar data menjadi representatif dengan menggunakan simple random sampling dimana pengambilan sampel dari popolasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

Sampling terhadap pelaku bisnis yang menjual lampu ini dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner dan wawancara langsung seperti yang tercantum dalam Lampiran F untuk mendapatkan informasi antara lain :

- jumlah lampu yang masuk ke kota Bandung.

- berapa yang terjual ke konsumen juga data yang meliputi jenis, merk dan harga jual lampu listrik.

- lampu yang paling dominan diminati konsumen. - Merk dagang yang memeberikan garansi.

- Saran perlakuan yang diberikan terhadap sampah lampu.

- Penerapan konsep Extended Produces Responsibility (EPR) terhadap sampah lampu.

Sampling juga dilakukan terhadap pelaku daur ulang sampah lampu untuk melihat secara langsung perlakukan yang diberikan setelah lampu menjadi sampah dalam mengkaji potensi ekonomi dari sampah lampu. Sehubungan dengan jumlah pelaku daur ulang lampu yang belum terdata dalam wilayah studi kota Bandung maka penulis melakukan pendataan semua pelaku daur ulang lampu yang ada. Dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis seperti tercantum dalam

(7)

Lampiran F maka wawancara dilakukan secara langsung terhadap semua pelaku daur ulang/servis lampu untuk mendapatkan informasi :

- Sumber penerimaan sampah lampu. - Alasan melakukan daur ulang.

- Jenis lampu dan jumlah lampu yang dapat didaur ulang dalam sehari

- Komponen yang sering mengalami kerusakan dan dampaknya sebelum serta sesudah dipasangkan ke lampu.

- Cara dan wilayah pemasaran lampu hasil daur ulang. - Garansi yang diberikan.

- Harga beli sampah lampu dan komponennya serta dan harga jual lampu yang telah didaur ulang serta komponennya.

- Komplain dari perusahaan pembuat lampu/pabrik.

- Gangguan kesehatan akibat melakukan daur ulang terhadap sampah lampu untuk menilai potensi bahaya dari sampah lampu.

- Saran perlakuan yang diberikan terhadap sampah lampu.

- Penerapan konsep Extended Produces Responsibility (EPR) terhadap sampah lampu.

III.3 Analisa data dan pembahasan

Analisa data dan pembahasan dilakukan berdasarkan hasil observasi indikasi awal dan perolehan data primer maupun sekunder yang bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi yang dihasilkan dari sampah lampu listrik yang belum termanfaatkan di wilayah kota Bandung dan potensi daur ulang dengan konsep 3R pada sampah lampu listrik serta potensi bahaya dari sampah lampu listrik terhadap lingkungan.

III.4 Kesimpulan dan saran

Dari analisa data dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan mengenai hasil penelitian yang dilakukan tentang karakterisasi sampah lampu listrik untuk menilai potensi daur ulang dan bahayanya terhadap lingkungan.

(8)

46

Meskipun dalam surat edaran No. 439/PDN.6.1/6/2005 dari Departemen Perdagangan Direktorat Jendral Perdagangan Dalam Negeri yang ditujukan kepada para pengecer lampu hemat energi (LHE) bahwa berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perindag Provinsi dan kabupatena/kota di seluruh Indonesia telah teridentifikasi sebanyak 569 merek LHE yang ditemukan beredar di pasar baik produk dalam negeri maupun import.

(9)

Gambar

Gambar III.1. Diagram alir  langkah penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola, memberikan persetujuan atas strategi rumah sakit dan program yang terkait dengan pendidikan para profesional kesehatan

Secara umum dapat terlihat bahwa pada suhu 250C K0 memiliki rerata laju perkecambahan yang lebih besar dibandingkan dengan K1, hal ini menunjukkan bahwa pada suhu ini

Unjuk kerja protokol Spray and Wait di jaringan oportunistik dengan menggunakan logika fuzzy untuk pembobotan / perhitungan nilai kontak sebelum pembagian pesan dibandingkan

Terdapat korelasi positif namun tidak bermakna antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh dengan derajat nyeri sendi pada osteoartritis lutut.. Adanya kecenderungan

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan

Bab ini akan menjelaskan tentang saran dan rekomdasi sehingga dapat menjadi suatu arahan desain untuk Ruang Terbuka Bermain anak di Permukiman Tepi

Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya kesalahan morfosintaksis yang dilakukan siswa kelas X Seni Rupa SMKN 9 Surakarta adalah kaktor kebiasaan dan pengajaran

Hasil ini ber- beda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gerrard dan Cunningham (1997), dimana dalam kriteria seleksi, faktor pelayanan cepat dan efisien