• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PATROLI POLISI DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN (Studi Pada Polres Gowa Tahun 2012-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN PATROLI POLISI DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN (Studi Pada Polres Gowa Tahun 2012-2014)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERANAN PATROLI POLISI DALAM UPAYA PENCEGAHAN

DAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN

(Studi Pada Polres Gowa Tahun 2012-2014)

OLEH

ISMAIL RAHMATURYADI

B111 11 423

BAGIAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

(2)

i HALAMAN JUDUL

PERANAN PATROLI POLISI DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN

(Studi Pada Polres Gowa Tahun 2012-2014)

OLEH :

ISMAIL RAHMATURYADI B111 11 423

Skripsi

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian Studi Program Sarjana Bagian Hukum Pidana Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

BAGIAN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

(3)
(4)

iii PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa : Nama : ISMAIL RAHMATURYADI Nomor Induk : B111 11 423

Bagian : HUKUM PIDANA Judul : TINJAUAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian Skripsi di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

.

Makassar, November 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Andi Sofyan, S.H., M.H. Dr. Amir Ilyas, S.H, M.H.

NIP. 1962 0105 1986 011 001 NIP.1980 0710 2006 041 001 PERANAN PATROLI POLISI DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN (STUDI PADA POLRES GOWA TAHUN 2012-2014)

(5)

iv PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa : Nama : ISMAIL RAHMATURYADI Nomor Induk : B111 11 423

Bagian : HUKUM PIDANA Judul : TINJAUAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian Skripsi di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

.

Makassar, November 2015 A.n. Dekan

Wakil Dekan Bidang Akademik

Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H. NIP. 19610607 198601 1 003

PERANAN PATROLI POLISI DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN

(6)

v ABSTRAK

ISMAIL RAHMATURYADI. ”Peranan Patroli Polisi Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan (Studi Pada Polres Gowa Tahun

2012-2014)”. Dibawah bimbingan dan arahan Andi Sofyan selaku Pembimbing I dan

Amir Ilyas selaku Pembimbing II.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif, yaitu dengan mengurai, menjelaskan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat dengan penilitian ini. Penelitian ini dilaksanakan di Polres Gowa, dengan mewawancarai pihak Kepolisian khusunya Satuan Lantas dan Satuan Sabhara. Penggunaan teknik analisis kualitatif mencakup semua data yang telah diperoleh, sehingga mendukung kualifikasi kajian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk patroli yang dilaksanakan polisi Polres Gowa ada 4 yaitu patroli jalan kaki, patroli sepeda, patroli motor, dan patroli mobil. Patroli yang paling rutin dilaksanakan adalah patroli motor dan mobil karena lebih efektif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Faktor yang menjadi penghambat yaitu kurangnya personil lapangan, semakin meningkatnya angka kejahatan dari tahun ke tahun, sarana dan prasarana yang masih kurang serta masyarakat kurang berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

(7)

vi KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Shalawat serta salam juga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan seluruh muslim di dunia ini.

Penulis sebagaimana manusia biasa tentunya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan serta keterbatasan akan pengetahuan, sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini, baik materi, teknis maupun penyusunan kata-katanya belum sempurna sebagaimana diharapkan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT Tuhan semesta alam, yang dengan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayahanda Hardiman Hasanuddin, Ibunda Wahyuni, adikku tercinta Nur Azizah beserta keluarga lainnya yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan motivasi agar penyelesaian penulisan skripsi ini tepat pada waktunya.

(8)

vii 4. Ibu Prof. Dr. Farida Pattitingi, S.H.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin dan segenap jajarannya.

5. Bapak Prof. Dr. Muhadar S.H.,M.S selaku Ketua Bagian Hukum Pidana di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

6. Bapak Prof. Dr. Andi Sofyan, S.H., M.H selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Amir Ilyas, S.H., M.H.. selaku Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk bimbingan dan nasehat-nasehat yang sangat berharga yang telah diberikan kepada Penulis sehingga Penulis mampu menyusun skripsi ini dengan baik.

7. Ibu Dr. Nur Azisa S.H., M.H., Bapak Prof. Dr. Slamet Sampurno, S.H., M.H, dan bapak Prof. Dr. Muhadar, S.H.,M.H. selaku Tim Penguji dalam pelaksanaan ujian skripsi Penulis. Terima kasih atas segala masukan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Muhammad Hasrul, S.H. M.H., selaku Penasehat Akademik Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis haturkan atas waktu, nasehat-nasehat, dan tuntunannya. Semoga Penulis dapat merasakan segala kebaikan tersebut, walaupun telah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

9. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu dalam skripsi ini. Terima

(9)

viii kasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama ini. Engkaulah para Pelita, Penerang dalam Gulita, Jasamu Tiada Nilai dan Batasnya.

10. Bapak dan Ibu Pegawai Akademik, Petugas Perpustakaan, dan segenap Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang telah memberikan pelayanan administrasi yang baik serta bantuan yang lainnya.

11. Pegawai di Polres Gowa, Bapak Polisi Herman, Bapak Firman Qalbi, Bapak Muh Yusuf Arsyad, Bapak Rio Indrawan, Ibu Yuyun Indrawati atas bantuan dan kerjasamanya sehingga Penulis dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. 12. Sahabat yang setia menemani dalam penyusunan skripsi ini Adriany Ramadhani dan Nur Annisa Syuaib serta Saudara Mediasi 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

13. Seluruh sahabat dan saudara, kakanda dan adinda Pengurus serta dewan kehormatan UKM CAREFA UNHAS. Viva CAREFA Forever.

14. Keluarga KKN Kel. Pekkabata, Kec. Duampanua, Kab. Pinrang. Bapak Aris Mangopo, S.E. selaku pak lurah beserta keluarga dan masyarakat desa. Sahabat Posko Duampanua Bersatu, Romanus Risal, Andi Mega Rezkia, Indira, Vieka Savrilla, Yusriani, dan Ijong. Terima kasih sudah mau menjadi saudara tanpa ikatan darah. 15. Dewi Nurzani, yang tak henti hentinya memberikan semangat kepada

(10)

ix 16. Sahabat ZHACO, Abho, Iwan, Ulla, Buna, Wahyu, Bule, Aco, Radi, Rifqi,

Moldy, dan Komeng.

17. Teman-teman IPS 2 Bersatu

18. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan motivasi, dukungan, sumbangan pemikiran, bantuan materi maupun non-materi, Penulis haturkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran juga masih diperlukan namun tetap berharap mampu memberikan manfaat bagi dunia keilmuan dan kepada semua yang sempat membaca skripsi ini pada umumnya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, November 2015

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... Halaman pengesahan ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PERSETUJUAN MENEMPUH SKRIPSI ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ... 6

D. MANFAAT PENULISAN ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Polisi ... 8

1. Pengertian Polisi ... 8

2. Tugas dan Wewenang Kepolisian ... 11

3. Struktur Organisasi Polisi ... 17

B. Patroli ... 22

1. Pengertian Patroli Polisi ... 22

2. Tujuan Patroli ... 25

C. Kejahatan ... 27

1. Pengertian Kejahatan ... 27

2. Upaya Penanggulangan Kejahatan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi Penelitian ... 40

B. Jenis dan Sumber Data ... 40

C. Metode Penelitian ... 41 D. Analisis Data ... 41 i ii iii iv v vi x

(12)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Peranan Patroli Polisi Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan... B. Hambatan Yang Dihadapi Patroli Polisi Dalam Mencegah dan Menanggulangi Kejahatan... BAB V PENUTUP ... 65 A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 67 43 57

(13)

xii DAFTAR TABEL

TABEL 1 Jumlah Personil Kepolisian Resort Gowa ... 59 TABEL 2 Jenis Gangguan Kamtibmas di Kab. Gowa ... 61 TABEL 3 Sarana dan Prasana Polres Gowa ... 62

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara hukum, hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Berdasarkan bunyi pasal undang-undang tersebut, maka masyarakat Indonesia harus tunduk pada aturan-aturan hukum.

Istilah hukum identik dengan istilah law dalam bahasa Inggris, droit

dalam bahasa Perancis, recht dalam bahasa Jerman, recht dalam bahasa Belanda, atau dirito dalam bahasa Italia. Hukum dalam arti luas dapat disamakan dengan aturan, kaidah, atau norma, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam kehidupan bermasyarakat dan apabila dilanggar akan dikenakan sanksi.1

Salah satu hukum yang berlaku di negara Indonesia adalah hukum publik (dalam hal ini hukum pidana), dimana hukum pidana itu sendiri dibagi menjadi hukum pidana formil (hukum acara pidana) dan hukum pidana materil (hukum pidana). Hukum pidana materil itu memuat

1 Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika Aditama, Bandung:

(15)

2 ketentuan dan rumusan-rumusan dari tindak-tindak pidana, peraturan-peraturan mengenai syarat-syarat tentang bilamana seseorang itu menjadi dapat dihukum, penunjukan dari orang-orang yang dapat dihukum dan ketentuan mengenai hukuman-hukumannya sendiri. Hukum pidana formil itu mengatur bagaimana caranya negara dengan perantaraan alat-alat kekuasaannya menggunakan haknya untuk menghukum dan menjatuhkan hukuman dengan demikian ia membuat acara pidana. 2

Pada era globalisasi ini, aktivitas kehidupan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu dimana dengan didukung oleh derasnya arus informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, kualitas dan kuantitas kejahatan semakin meningkat dengan modus operandi yang lebih bervariasi dan canggih serta sulit pembuktiannya mulai dari kejahatan kerah putih sampai pada kejahatan yang aktivitasnya lintas negara (kejahatan transnasional).

Situasi dan kondisi tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi Polri sebagai institusi yang dipercaya masyarakat dalam melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, menegakkan hukum, memelihara keamanaan dan ketertiban masyarakat. Terkait dengan hal tersebut berbagai pola perpolisisan terus dikembangkan, hingga diharapkan mampu menekan terjadinya setiap permasalahan kehidupan masyarakat agar tidak terjadi kejahatan atau gangguan kamtibmas lainnya.

2 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung:2013,

(16)

3 Kepolisian Republik Indonesia mengemban dua tugas pokok antara lain Tugas Preventif dan Tugas Represif. Tugas Preventif berupa patroli-patroli yang dilakukan secara terarah dan teratur, menjaga ketertiban dan memelihara ketertiban umum, termasuk usaha pencegahan kejahatan.3

Sedangkan Tugas Represif dilakukan dengan menghimpun bukti-bukti sehubungan dengan pengusutan perkara dan bahkan berusaha untuk menemukan kembali barang-barang hasil curian, melakukan penahanan untuk kemudian diserahkan kepada kejaksaan yang akan meneruskannya ke Pengadilan.

Dari semua penjabaran tugas Kepolisian diatas, tugas kepolisian yang dinilai paling efektif untuk menanggulangi terjadinya kejahatan dalam penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak pidana adalah tugas preventif karena tugas yang luas tanpa batas, dirumuskan dengan kata-kata berbuat apa saja boleh asal keamanan terpelihara dan asal tidak melanggar hukum itu sendiri. Preventif itu dilakukan dengan 4 kegiatan pokok; mengatur, menjaga, mengawal dan patroli (TURJAWALI). Patroli merupakan kegiatan yang dominan dilakukan, karena berfungsi untuk mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan.

Setiap wilayah mempunyai keadaan sosial, budaya dan kultur yang berbeda, hal itu menyebabkan kejahatan disatu tempat berbeda dengan tempat lainnya, kejahatan di Kab.Gowa belum tentu sama cara dan

3 Peraturan Kapolri No.1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian,

(17)

4 penyebab yang melatarbelakangi bila dibandingkan dengan kejahatan di kota lain. Masyarakat senantiasa berproses dan kejahatan senantiasa mengiringi proses tersebut, sehingga diperlukan pengetahuan untuk mempelajari kejahatan tersebut, mulai dari pengetahuan tentang pelaku, sebab-sebab pelaku tersebut melakukan kejahatan, sampai dengan melakukan kejahatannya tersebut. Pengetahuan itupun dikenal dengan nama kriminologi. Kriminologi pertama kali dikemukakan oleh P.Topinard (1830-1911), seorang ahli antropologi Perancis.Kriminologi terdiri dari dua suku kata yakni crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan.4

Patroli polisi dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana keadaan sosial masyarakat dan budayanya sehingga diketahuilah rutinitas masyarakat disatu tempat yang akhirnya apabila suatu hari ditemukan hal-hal yang diluar kebiasaan daerah tersebut maka akan segera diketahui, dan mudah menanggulangi kejahatan diwilayah tersebut. Dengan demikian masyarakat dapat merasa lebih aman dan merasakan adanya perlindungan dan kepastian hukum bagi dirinya.

Disamping itu kita juga harus menyadari dan mengakui bahwa masyarakat juga harus turut berperan serta aktif untuk menciptakan keamanan dan ketentraman ditengah-tengah masyarakat. Pada daerah tertentu seperti traffic light (lampu merah), tempat hiburan dan tempat rawan kejahatan lainnya merupakan sasaran utama bagi petugas patroli

(18)

5 polisi tersebut. Fungsi patroli di dalam kepolisian diemban oleh Satuan Sabhara, dan Satuan Lalu Lintas. Satuan-satuan tersebut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan keamanan dan ketertiban, baik di jalan, di sekolah, kantor-kantor, objek pemerintahan, dan tempat umum lainnya.

Patroli, pengaturan, penjagaan, dan pengamanan serta pelayanan masyarakat adalah tugas-tugas esensial dalam tindakan preventif, yang sasaran utamanya adalah menghilangkan atau sekurang-kurangnya meminimalisir bertemunya niat dan kesempatan terjadinya pelanggaran atau kejahatan. Satuan Sabhara yang bertugas 24 jam merupakan divisi terbesar dalam kesatuannya baik di Indonesia maupun didunia. Satuan Lalu Lintas yang bertugas dalam lingkup lalu lintas, adalah satuan-satuan yang dengan cara hampir sama dalam pelaksanaannya memiliki fungsi patroli.5

Satuan tersebut mengemban tugas dan tanggung jawab berat yaitu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Dalam rangka pelaksanaan operasi rutin kepolisian maka tugas patroli diarahkan dan digunakan untuk menekan jumlah terjadinya kejahatan yang dikaitkan analisa anatomi kejahatan yang meliputi antara lain jam rawan, tempat rawan, dan cara melakukan kejahatan yang sangat efektif mampu mencegah kejahatan dan menghadirkan ketertiban umum, yang merupakan syarat mutlak peningkatan kualitas hidup dan ketentraman

5 Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Lembaga Pendidikan, Pedoman

(19)

6 masyarakat. Kemudian bila nantinya dengan keputusan Kepala Satuan berdasarkan saran dan perkiraan staf maka diadakan operasi khusus.

Dari uraian fakta diatas mendorong penulis sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin untuk meneliti dan menulis skripsi perihal. “Peranan Patroli Polisi Dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagaimanakah peranan patroli polisi dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan kejahatan ?

2. Hambatan apakah yang dihadapi Polisi Republik Indonesia dalam melakukan fungsi patroli di masyarakat ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan patroli polisi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan.

2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi Polisi Republik Indonesia dalam melakukan fungsi patroli di masyarakat.

(20)

7

D. Manfaat Penulisan

Dari hasil penulisan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada bidang Hukum Pidana dalam hal penanggulangan dan pencegahan suatu tindak pidana secara preventif yaitu dengan Patroli Polisi. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah literatur bagi dunia akademis

Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan dan para pelaksana di bidang hukum pidana, khususnya aparat kepolisian dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.

(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Polisi

1. Pengertian Polisi

Pertama kali istilah Polisi ditemukan pada abad sebelum masehi di Yunani yaitu “Politeia” yang berarti seluruh pemerintahan negara kota. Karena pada masa itu kota-kota merupakan negara-negara yang berdiri sendiri yang disebut juga dengan polis. Dari istilah politeia dan polis itulah kemudian timbul istilah lapolice (Perancis), politeia (Belanda), police

(Inggris), polzei (Jerman) dan Polisi (Indonesia).6 Dalam kamus besar

bahasa Indonesia Polisi adalah badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam UU no. 2 tahun 2002 tentang kepolisian republik Indonesia “polisi adalah aparat penegak hukum yang bertugas sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat”.

Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan. Bagi mereka yang tidak mematuhinya akan dihukum dan diberi nasehat. Untuk melaksanakan peraturan tersebut, pemerintah mengangkat beberapa pegawai untuk

(22)

9 menjaga keamanan dan ketertiban umum, untuk melindungi penduduk dan harta bendanya serta untuk menjalankan peraturan-peraturan yang diadakan oleh pemerintah. Mereka yang diberi tugas tersebut disebut polisi. Istilah polisi biasa dipergunakan sebagai pemeliharaan ketertiban umum dan perlindungan orang-orang serta miliknya dari keadaan yang menurut perkiraan dapat merupakan suatu bahaya atau gangguan umum dan tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Dengan kata lain Polisi di seluruh penjuru dunia senjatanya adalah hukum (peraturan perundang-undangan) dan pelurunya adalah pasal-pasalnya sehingga musuh yang dilawan mudah dilumpuhkan karena polisi paham benar senjata apa yang harus digunakan dan kapan dapat melumpuhkan lawan (penjahat), serta bagaimana melumpuhkan dengan menggunakan peluru hukum agar terpenuhi unsur-unsur kejahatan yang dilakukan oleh penjahat berdasarkan pasal-pasal yang dituduhkan.7

Polri diawali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April 1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah dipandang dan disikapi secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri sebagai abdi negara yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman, tertib, adil dan sejahtera. Kemandirian Polri dimaksud bukanlah untuk menjadikan institusi yang tertutup dan berjalan serta bekerja sendiri, namun tetap dalam kerangka ketatanegaraan dan pemerintahan negara kesatuan

(23)

10 Republik Indonesia yang utuh. Pengembangan kemampuan dan kekuatan serta penggunaan kekuatan Polri dikelola sedemikian rupa agar dapat mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Polri sebagai pengemban fungsi keamanan dalam negeri. Tugas dan tanggung jawab tersebut adalah memberikan rasa aman kepada negara, masyarakat, harta benda dari tindakan kriminalitas dan bencana alam

POLRI merupakan institusi pemerintah yang memiliki tugas dan tanggungjawab penegakan keamanan dan ketertiban masyarakat sipil di Indonesia. Dasar hukum dari Polri adalah Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang Undang ini merupakan bentuk reformasi kepolisian, dimana lembaga Polri dipisahkan dari lembaga TNI. Setelah dipisah dari TNI, Polri berubah menjadi lembaga sipil. Sifat ini sesuai dengan asal usul kata polisi itu sendiri, yaitu politea.

Dalam rangka menuju Polri yang mandiri dan otonomi maka organisasi Polri diletakkan dibawah Departemen Pertahanan dan Keamanan pada masa transisinya. Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 89 tahun 2000, kompetensi Polri dalam kedudukan langsung dibawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Hal tersebut juga mengakibatkan perpindahan peradilan bagi polisi. Semenjak pisahnya TNI dan POLRI kedudukan polisi sudah berada dibawah peradilan umum, namun disiplinnya diproses oleh Provost.

(24)

11

2.Tugas dan Wewenang Kepolisian

Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan Polri dalam kaitannya dengan Pemerintahan adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Agar dalam melaksanakan fungsi dan perannya diseluruh wilayah negara Republik Indonesia atau yang dianggap sebagai wilayah negara Republik Indonesia tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka wilayah negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23

(25)

12 tahun 2007 tentang Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia pada pasal 4 ayat (1) dan pasal 7 yang berbunyi:

Pasal 4

1. Daerah hukum kepolisian meliputi:

a. daerah hukum kepolisian markas besar untuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. dareah hukum kepolisian daerah untuk wilayah provinsi;

c. daerah hukum hukum kepolisian resort untuk wilayah kabupaten/kota;

d. daerah hukum kepolisisan sektor untuk wilayah kecamatan. Pasal 7

Penanggungjawab daerah hukum kepolisian adalah:

a. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Kepala Kepolisian Daerah untuk wilayah provinsi;

c. Kepala Kepolisian Resort untuk wilayah kabupaten/kota; d. Kepala Kepolisian Sektor untuk wilayah kecamatan.

Fungsi Kepolisian seperti diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2002 adalah menjalankan salah satu fungsi pemerintahan negara dalam tugas penegakan hukum selain perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 14 ayat(1) huruf g UU Kepolisian bahwa polisi berwenang melakukan penyidikan terhadap semua tindak pidana. Hal demikian menyatakan bahwa polisi adalah penyidik dan berwenang melakukan penyidikan yang sebelumnya didahului oleh tindakan peyelidikan oleh penyidik.

Dalam menjalankan fungsi sebagai aparat penegakan hukum, polisi wajib memahami asas-asas hukum yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan tugas, yaitu sebagai berikut :

(26)

13 1. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum

wajib tunduk pada hukum

2. Asas kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani permasalahan dalam masyarakat yang bersifat diskresi, karena belum diatur dalam hukum

3. Asas partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan masyarakat polisi mengkordinasikan pengamanan swakarsa untuk mewujudkan ketaatan hukum di kalangan masyarakat.

4. Asas preventif, selalu mengedepankan tindakan pencegahan daripada penindakan (represif) kepada masyarakat.

5. Asas subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar sebelum ditangani oleh instansi yang membidangi.8

Pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan kemampuan kepolisian dilaksanakan oleh seluruh fungsi kepolisian secara berjenjeng mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah yang terendah yaitu pos polisi, dan tanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenang kepolisian secara hierarki dari tingkat paling bawah ke tingkat pusat yaitu Kapolri, selanjutnya Kapolri mempertangungjawabkannya kepada Presiden Republik Indonesia. Hal ini mengingat karena Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR-RI.

Tugas pokok Kepolisin Negara Republik Indonesia adalah: 1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 2. menegakan hukum, dan

3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Polri melakukan:

1. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;

(27)

14 3. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

7. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

8. menyelenggarakan identifiksi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

9. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

10. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

11. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkungan tugas kepolisian; serta

12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang dalam pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Agar dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian sebagaimana tersebut di atas dapat berjalan dengan baik, pelaksanaan tugasnya itu dapat dipatuhi, ditaati, dan dihormati oleh masyarakat dipatuhi dalam rangka penegakan hukum, maka oleh Undang-undang Polri diberi kewenangan secara umum yang cukup besar antara lain;

1. menerima laporan dan/atau pengaduan;

2. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangu ketertiban umum;

3. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyekit masyarakat;

4. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

5. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

6. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

(28)

15 8. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; 9. mencari keterangan dan barang bukti;

10. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

11. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

12. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; 13. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Selain kewenangan umum yang diberikan oleh Undang-Undang sebagaimana tersebut di atas, maka berbagai Undang-Undang yang telah mengatur kehidupan masyarakat, bangsa dan negara ini dalam Undang-Undang itu juga telah memberikan kewenangan kepada Polri untuk melaksanakan tugas sesuai dengan perundangan yang mengaturnya tersebut antara lain;

1. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;

2. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; 3. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

4. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

5. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;

6. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

7. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengaman swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; 8. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik

dan memberantas kejahatan internasional;

9. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; 10. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian

internasional;

11. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Dalam bidang penegakan hukum publik khususnya yang berkaitan dengan penanganan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam KUHAP, Polri sebagai penyidik utama yang menangani setiap kejahatan

(29)

16 secara umum dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri, maka dalam proses penanganan perkara pidana Pasal 16 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, telah menetapkan kewenangan sebagai berikut;

1. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; 2. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

3. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

4. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

7. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

8. mengadakan penghentian penyidikan;

9. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

10. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

11. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab, yaitu tindakan penyelidik dan penyidik yang dilaksankan dengan syarat sebagai berikut;

 tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

 selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;

 harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

 pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa, dan

 menghormati hak asasi manusia.

Untuk tindakan-tindakan yang tidak tercantum dalam undang-undang, asas yang berlaku bagi POLRI adalah asas wewenang kepolisian yang tersimpul dalam Putusan Hoge Read (Mahkamah Agung) Belanda tanggal 19 Maret 1917 yang menetapkan suatu tindakan dapat dianggap sah menurut hukum sekalipun tanpa pemberian kuasa secara khusus oleh undang-undang, asal berdasarkan kewajiban menurut undang-undang.

(30)

17

3. Struktur Organisasi Polisi

Polisi sebagai aparat pemerintah, maka organisasinya berada dalam lingkup pemerintah. Dengan kata lain organisasi polisi adalah bagian dari organisasi pemerintah. Dari segi bahasa organisasi kepolisian adalah suatu alat atau badan yang melakukan tugas-tugas kepolisian. Agar organisasi tersebut dapat terkordinir dan mencapai sasaran yang diinginkan maka diberikan pembagian pekerjaan dan ditampung dalam suatu wadah yang biasa disebut organisasi. Dengan demikian maka keberadaannya, tumbuh dan berkembang, bentuk dan strukturnya ditentukan oleh visi pemerintah yang bersangkutan terhadap pelaksanaan tugas polisinya. Diseluruh dunia organisasi polisi itu berbeda-beda. Ada yang membawah pada Departemen Dalam Negeri, ada yang membawah pada Departemen Kehakiman, ada yang dibawah kendali Perdana Menteri, Wakil Presiden, dikendalikan oleh Presiden sendiri, bahkan ada yang merupakan Departemen yang berdiri sendiri.9

Di Indonesia, kedudukan organisasi polisi juga mengalami rangkaian perubahan setelah kemerdekaan. Pada tanggal 1 Juli 1946 kepolisian menjadi jawatan tersendiri bernama “Jawatan Kepolisian” dibawah pimpinan Perdana Menteri, pada tahun 1948 jawatan tersebut untuk sementara dipimpin Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat Nomor 22 tahun 1950 menjadikan

(31)

18 Kepolisian Negara disesuaikan dengan bentuk negara Republik Indonesia Serikat menjadi jawatan Kepolisian Republik Indonesia Serikat dan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan perantaraan Jaksa Agung.

Pada tahun 1950 Berdasarkan Penetapan Perdana Menteri nomor: 3/PM/tahun 1950 Pimpinan Kepolisian Negara diserahkan kepada Menteri Pertahanan dengan maksud pimpinan Polisi dan Tentara dalam satu tangan untuk kemudahan mengatasi kekacauan situasi akibat gangguan pada saat itu dan hal ini hanya berlaku 9 bulan. Tahun 1950 juga dibentuk Komisi Kepolisian yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Republik Indonesia nomor: 154/1950, nomor : 1/pm/1950 dengan tugasnya yaitu menyusun dalam waktu singkat suatu rencana Undang-undang Kepolisian. Namun komisi itu gagal dalam usahanya dan bubar dengan sendirinya setelah pembentukan negara kesatuan. Tahun 1959 merupakan tonggak baru karena telah mempunyai status sebagai Kementerian Kepolisian, proses Integrasi Angkatan Kepolisian yang dimulai dengan Militerisasi Polisi Negara nomor: 112 tahun 1947, kemudian peraturan pemerintah nomor 10/1958, menjadi kenyataan dengan dicantumkannya persoalan tersebut dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara nomor: 1 dan 2/MPR/1960 dan kemudian dalam Undang-undang Pokok Kepolisian Negara nomor : 13 tahun 1961, pasal 3 dinyatakan :“Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata”

Penyempurnaan organisasi dalam rangka integrasi ABRI ini diadakan lagi dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri/Hankam/Pangab

(32)

19 No:Kep/A/385/VIII/1970 yang menetapkan tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan ditambah lagi Intruksi Menhankam/Pangab nomor:Ins/A/43/XI/1973, tentang penyusunan kembali Organisasi Angkatan dan Polri melalui keputusan Menhankam/Pangab nomor : Kep/15/IV/1976 tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Kepolisian Negara Republik Indonesia.10

Rangkaian perubahan terus menyusul hingga kepolisian menjadi mandiri dan langsung dibawah Presiden berdasarkan Pasal 8 UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam proses negara yang semakin demokratis, menunjukkan arah Perilaku Organisasi Kepolisian yang semakin modern, semakin menghormati dan menegakkan HAM. Polri harus menyadari bahwa dalam setiap kegiatannya tidak boleh sembarangan karena masyarakat melakukan kontrol. Modernisasi Kepolisian dan demokratisasi negara merupakan condition sine quanon, keduanya saling berpengaruh bahkan saling membutuhkan. Karenanya modernisasi kepolisian dan pemuliaan HAM serta demokratisasi dapat digambarkan sebagai tolak ukur kemajuan dan/atau keberhasilan pembangunan suatu negara/bangsa. Artinya perubahan perilaku organisasi polisi yang semakin demokratis dan semakin berbudaya HAM merupakan gambaran semakin majunya peradaban dan keberhasilan pembangunannya.11

10 Warsito Hadi Utomo, Op.Cit, hal. 125 11Ibid, hal.100

(33)

20 Bentuk organisasi yang diwujudkan dengan ketentuan-ketentuan tentang struktur organisasi dan prosedurnya, selalu dimaksudkan sebagai arah dan aturan permainan (rules of the game) dari upaya-upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian juga organisasi POLRI yang terus dan selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu memang bertujuan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi optimal dalam melandasi pelaksanaan tugas POLRI.

Keuntungan bila Polri dibawah langsung oleh Presiden Republik Indonesia adalah :

a. Komitmen dan Konsisten Polri dalam melaksanakan kompetensi yang ditetapkan oleh Undang-undang serta misi arah kebijakan hukum yang ditetapkan dalam GBHN akan lebih mandiri tanpa adanya intervensi dari manapun.

b. Polri akan semakin profesional dalam melaksanakan kompetensi baik proses penyidikan tindak pidana secara hukum maupun berdasarkan atas kewajiban.

Organisasi sendiri sebenarnya hanyalah merupakan sarana atau wahana kegiatan untuk mencapai tujuan. Karenanya eksistensi organisasi sangat dipengaruhi bahkan ditentukan oleh kondisi lingkungan, baik yang berlingkup ruang, waktu, tantangan dan situasi. Organisasi yang baik berarti harus memenuhi persyaratan, serasi dan sesuai dengan kondisi lingkungannya. Berubahnya pola pikir masyarakat tradisional menjadi pola

(34)

21 pikir masyarakat industri, akan mendorong dan mengharuskan perubahan organisasi. Berikut ini adalah struktur organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia:

(35)

22

B. Patroli

1. Pengertian Patroli Polisi

Polisi adalah organisasi yang memiliki fungsi sangat luas sekali. Polisi sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai aparat negara dengan kewenangannya yang mencerminkan suatu kekuasaan yang luas menjadi penjaga tiranianisme, sehingga mempunyai citra simbol penguasa tirani. Sedemikian rupa citra polisi dan kepolisian pada masa itu maka negara yang bersangkutan dinamakan “negara polisi” dan dalam sejarah ketatanegaraan pernah dikenal suatu negara “Politeia”. Pada masa kejayaan ekspansionisme dan imprealisme dimana kekuasaan pemerintah meminjam tangan polisi dan kepolisian untuk menjalankan tugas tangan besi melakukan penindasan terhadap rakyat pribumi untuk kepentingan pemerasan tenaga manusia, keadaan ini menimbulkan citra buruk bagi kepolisian itu sendiri. Di Indonesia, Sebenarnya tujuan dari Organisasi POLRI adalah mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, hal ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

(36)

23 Identitas polisi sebagai abdi hukum itu memang seharusnya demikian, Polisi yang memberikan pengabdian, perlindungan, penerang masyarakat serta berjuang mengamankan dan mempertahankan kemerdekaan dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan semangat tri brata serta jiwa yang besar. Polisi yang memiliki hati nurani yang bersih, bersikap tenang, mantap dan tidak tergoyahkan dalam situasi dan kondisi apapun serta selalu tepat dalam mengambil keputusan.

Tugas Pokok Kepolisian Republik Indonesia terdapat dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 yang berbunyi:

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

 Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

 Menegakkan hukum; dan

 Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Sedangkan mengenai penjabaran tugas tersebut diatur pada Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 yaitu:

(Ayat 1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan ; 2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan ;

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional ;

(37)

24 6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa ;

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya ;

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia ;

10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang ;

11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian ; serta

12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dari kesemua penjabaran tugas Kepolisian diatas, tugas Kepolisian yang dinilai paling efektif untuk menanggulangi terjadinya kejahatan dalam penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak pidana adalah tugas preventif karena tugas yang luas hampir tanpa batas; dirumuskan dengan kata-kata berbuat apa saja boleh asal keamanan terpelihara dan asal tidak melanggar hukum itu sendiri. Dengan begitu pada tugas ini yang digunakan adalah asas oportunitas, utilitas dan asas kewajiban. Preventif itu dilakukan dengan 4 kegiatan pokok; mengatur, menjaga, mengawal dan patroli (TURJAWALI).

Patroli merupakan kegiatan yang dominan dilakukan, karena berfungsi untuk mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan agar tidak terjadi gangguan Kamtibmas/pelanggaran Hukum dalam rangka upaya memelihara/meningkatkan tertib hukum dan upaya membina

(38)

25 ketentraman masyarakat guna mewujudkan/menjamin Kamtibmas. Tentunya dalam pencegahan suatu tindak kejahatan diperlukan pengetahuan tentang bagaimana kejahatan tersebut terjadi, bagaimana keadaan lingkungan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial, budaya dan kultur sehingga dalam penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak kejahatan diperlukan personel yang mempelajari hal itu dan selanjutnya mendapatkan cara yang tepat dalam penanggulangannya.

2. Tujuan Patroli

Tujuan Patroli adalah mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan agar tidak terjadi gangguan kamtibmas/pelanggaran hukum, dalam rangka upaya memelihara/meningkatkan tertib hukum dan upaya membina ketentraman masyarakat guna mewujudkan/menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat.

Tujuan, fungsi, peran dan prinsip patroli;

1. Patroli bertujuan untuk meningkatkan kehadiran polisi di tengah-tengah masyarakat, mencegah bertemunya niat dan kesempatan yang memungkinkan timbulnya kriminalitas, mencegah terjadinya gangguan kamtibmas, memberikan perlindungan, pengayoman, dan rasa aman serta rasa tentram kepada masyarakat, mejalin hubungan sebagai mitra masyarakat untuk mendapatkan informasi dan partisipasi masyarakat serta pembatasan gerak provokator dan separatis di tengah-tengah masyarakat.

2. Patroli berfungsi untuk melaksanakan pencegahan dan penindakan kejahatan, melakukan penangkapan dan penahanan (dalam hal tertangkap tangan), memelihara keamanan serta menjaga jiwa dan harta benda dari ancaman kejahatan.

3. Patroli berperan sebagai tulang punggung (backbone) Polri dalam upaya mencegah segala bentuk kejahatan/gangguan kamtibmas, sebagai sumber informasi, mata dan telinga bagi kesatuan, sebagai perwujudan kehadiran Polri di tengah masyarakat dan mitra masyarakat, sebagai sarana penyampaian pesan kamtibmas terhadap masyarakat, sebagai cerminan kesiapsiagaan Polri setiap saat dan waktu dalam

(39)

26 upaya pemeliharaan dan menjamin kamtibmas, melakukan tindakan pertama di tempat kejadian, sebagai petugas pertolongan dan penyelamatan korban bencana alam dan kecelakaan.

4. Prinsip-prinsip patroli merupakan keterpaduan tugas yang dilakukan dan dikoordinasikan dengan kegiatan operasional untuk saling tukar menukar informasi pada titik temu sesuai dengan sasaran kerawanan daerah, selektif prioritas dengan banyaknya objek dan keterbatasan kekuatan maka perlu menentukan objek yang paling rawan sebagai sasaran patroli, tindakan represif terbatas dalam hal menentukan gangguan kamtibmas (tindak pidana) petugas patroli berhak untuk melakukan penindakan (represif terbatas) dan merupakan ketanggap segeraan bagi petugas patroli.12

Fungsi patroli polisi sangat diharapkan sebagai salah satu ujung tombak dari POLRI yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya untuk mengantisipasi segala tipu daya dan kemampuan penjahat yang semakin hari juga semakin meningkat.13 Berdasarkan

Kamus Bahasa Indonesia Patroli memiliki arti yang sangat singkat yaitu perondaan. Patroli adalah salah satu kegiatan Kepolisian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih anggota Polri sebagai usaha mencegah bertemunya niat dan kesempatan, dengan jalan mendatangi, menjelajahi, mengamati, mengawasi, memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk gangguan Kamtibmas, serta menuntut kehadiran Polri untuk melakukan tindakan kepolisian guna memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum masyarakat. Patroli polisi dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana keadaan sosial masyarakat dan budayanya sehingga diketahuilah rutinitas masyarakat disatu tempat yang akhirnya apabila suatu hari ditemukan hal-hal yang

12 Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Lembaga Pendidikan, Op. Cit, hal.167 13Ibid, hal 170

(40)

27 diluar kebiasaan daerah tersebut maka akan segera diketahui, dan mudah menanggulangi kejahatan di wilayah tersebut. Dengan demikian masyarakat dapat merasa lebih aman dan merasakan adanya perlindungan dan kepastian hukum bagi dirinya. Disamping itu kita juga harus menyadari dan mengakui bahwa masyarakat juga harus turut berperan serta aktif untuk menciptakan keamanan dan ketentraman ditengah-tengah masyarakat.

C. Kejahatan

1. Pengertian Kejahatan

Secara etimologi kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan. Kejahatan merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku yang sangat ditentang oleh masyarakat dan paling tidak disukai oleh rakyat.14 Kejahatan merupakan suatu fenomena

yang komplek yang dapat dipahami dari berbagai sisi berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam pengalaman kita ternyata tak mudah untuk memahami kejahatan itu sendiri.15

Pengertian kejahatan sangat relative (selalu berubah). Pertama, dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view), batasan

14 Didik M. Arif Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan antara

Norma dan Realita, Rajawali Pers, Jakarta:2007, hal.56

(41)

28 kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum pidana. Bagaimanapun jeleknya suatu perbuatan sepanjang perbuatan itu tidak dilarang di dalam perundang-undangan pidana perbuatan itu tetap sebagai perbuatan yang bukan kejahatan.16 Kedua, dari

sudut pandang masyarakat (a crime from the sociological point of view),

batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap perbuatan yang melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam masyarakat.17 Adapun

pengertian kejahatan dalam kamus hukum adalah suatu tindakan yang masuk dalam tindak pidana berat atau lebih berat dari sekedar pelanggaran, perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan dilakukan dengan sadar dengan maksud tertentu untuk menguntungkan diri sendiri yang merugikan orang lain atau masyarakat.18

Dalam kriminologi dikenal rumusan-rumusan kejahatan yang berasal dari beberapa ahli:

 Garofalo, merumuskan kejahatan sebagai pelanggaran perasaan-perasaan kasih

 Thomas melihat kejahatan dari sudut pandangan psikhologi sosial sebagai suatu tindakan yang bertentangan dengan solidaritas kelompok dimanas pelaku menjadi anggotanya

 Radeliffe-Brown merumuskan kejahatan sebagai sebagai suatu pelanggaran usage (tata cara) yang menimbulkan dilakukannya sanksi pidana

 Sutherland menekankan bahwa ciri pokok dari kejahatan adalah perilaku yang dilarang oleh negara karena merupakan perbuatan yang merugikan negara dan terhadap perbuatan itu negara bereaksi, dengan hukuman sebagai suatu upaya untuk mencegah dan memberantasnya19

16 A.S. Alam , Op. Cit, hal.16 17Ibid, hal.17

18 Charlie Rudyat, Kamus Hukum, Pustaka Mahardika, hal. 251

(42)

29 Untuk menyebut sesuatu perbuatan sebagai kejahatan ada tujuh unsur pokok yang saling berkaitan yang harus dipenuhi. Ketujuh unsur tersebut adalah;

1. Ada perbuatan yang menimbulkan kerugian (harm).

2. Kerugian yang ada tersebut telah diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Contoh, misalnya orang dilarang mencuri, dimana larangan yang menimbulkan kerugian tersebut telah diatur dalam pasal 362 KUHP (asas legalitas).

3. Harus ada perbuatan (criminal act).

4. Harus ada maksud jahat (criminal intent = mens rea).

5. Ada peleburan antara maksud jahat dan perbuatan jahat.

6. Harus ada perbauran antara kerugian yang telah diatur di dalam KUHP dengan perbuatan.

7. Harus ada sanksi pidana yang mengancam perbuatan tersebut.20

Kejahatan secara formal yuridis yaitu perbuatan itu harus memenuhi unsur delik (kejahatan dan pelanggaran) yang dirumuskan dalam undang-undang hukum pidana dan apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka itu dikategorikan bukan termasuk delik atau perbuatan pidana (kejahatan dan pelanggaran). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian kejahatan secara formal yuridis adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum atau perbuatan yang bertentangan dengan hukum, yang diancam pidana oleh undang-undang. 21

Kejahatan secara sosiologis adalah perbuatan yang anti sosial yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum pidana sehingga negara ditentang dengan penjatuhan pidana. Jadi jelasnya secara sosiologis kejahatan merupakan suatu bentuk tingkah laku, ucapan, perbuatan yang

20 A.S.Alam, Op. Cit, hal.18-19

21 Muhadar, Korban Pembebasan tanah prespektif viktimologis, Rangkang Education,

(43)

30 nginjak nilai-nilai, norma-norma atau adat istiadat yang hidup di dalam masyarakat yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan umum.22

Kejahatan adalah perbuatan pidana yang berat. Ancaman hukumannya dapat berupa denda, hukuman penjara, hukuman mati, dan kadangkala masih ditambah dengan hukuman penyitaan barang-barang tertentu, pencabutan hak tertentu, serta pengumuman putusan hakim.

Semua jenis kejahatan diatur dalam Buku II KUHP. Namun demikian, masih ada jenis kejahatan yang diatur diluar KUHP, dikenal dengan pidana khusus, misalnya tindak pidana korupsi, subversi, psikotropika, atau tindak pidana ekonomi.23

Dewasa ini seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat yang pesat, kejahatan ikut mengiringi dengan cara-cara yang telah berkembang pula. Kejahatan senantiasa ada dan terus mengikuti perubahan, pengaruh modernisasi tidak dapat dielakkan disebabkan ilmu pengetahuan yang telah mengubah cara hidup manusia dan akhirnya hanya dapat untuk berusaha mengurangi jumlah kejahatan serta membina penjahat tersebut secara efektif dan intensif. Maka sulit kalau dikatakan negara akan melenyapkan kejahatan secara total. Emile Durkheim menyatakan bahwa kejahatan adalah suatu gejala normal di dalam setiap masyarakat yang bercirikan heterogenitas dan perkembangan sosial, dan

22Ibid, hal.29

(44)

31 karena itu tidak mungkin dapat dimusnahkan sampai tuntas.24 Radcliff

Brown telah mendefenisikan kejahatan sebagai suatu pelanggaran terhadap sesuatu kebiasaan yang mendorong dilaksanakannya sanksi pidana.

Adapun cara mengetahui jumlah kejahatan yang terjadi pada suatu daerah yaitu dengan statistik kejahatan. Statistik kejahatan adalah angka-angka kejahatan yang terjadi di suatu tempat dan waktu tertentu. Statistik kejahatan mengacu kepada angka-angka kejahatan yang dilaporkan kepada polisi (crime known to the police). Sebenarnya instansi-instansi penegak hukum lainnya seperti kejaksaan, kehakiman, dan Lembaga Pemasyarakatan juga memiliki statistik kejahatan tetapi statistik kepolisianlah yang dianggap paling lengkap karena kepolisian merupakan tombak awal penanganan kejahatan. Misalnya bila di kepolisian dilaporkan 20 kasus kejahatan maka yang sampai di kejaksaan tinggal hanyalah separuhnya saja dan begitu seterusnya, sehingga betul-betul yang masuk di Lembaga Pemasyarakatan tinggal beberapa orang saja. “Tercecer”nya perkara disebabkan berbagai faktor antara lain, kurangnya bukti petugas yang tidak jujur, adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dan lain-lainnya.

Berbicara kejahatan tentunya tidak telepas dari pelaku kejahatan itu, pelaku kejahatan atau biasa disebut penjahat. Seseorang belum dapat

(45)

32 dikatakan sebagai penjahat walaupun ia telah mengaku melakukan suatu kejahatan, ia dipandang sebagai seorang penjahat apabila kejahatannya telah dibuktikan menurut proses peradilan yang sudah ditetapkan. Di dalam hukum pidana pun tidak ditentukan sampai kapan waktunya seorang penjahat dikatakan sebagai penjahat, apakah berakhir setelah melakukan kejahatan dan dipenjara, atau terus menerus. Begitupula para kriminologi tidak dapat secara benar-benar dapat dipertanggungjawabkan menetapkan sebagai penjahat kepada orang-orang yang bertingkah laku secara antisosial tetapi tidak melanggar suatu undang-undang pidana.

Kata “penjahat” pada beberapa kriminolog dibatasi pada kepada orang yang cocok dengan sejenis kelompok masyarakat yang dianggap oleh mereka (para ahli kriminologi) oleh masyarakat umumnya sebagai penjahat. Istilah itu menunjukkan kepada si pelanggar undang-undang yang mempunyai sejumlah keahlian, sikap dan hubungan pergaulan yang menandakan kematangan beradat kebiasaan jahat.

2. Upaya penanggulangan kejahatan

Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat di dunia ini. Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan, disamping itu juga mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Polisi berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulangi kejahatan tersebut.

(46)

33 Menurut saya ada beberapa hal yang menyebabkan orang berbuat jahat kepada orang lain, yaitu;

1. Dalam Kondisi Terpaksa

Orang yang dalam situasi dan kondisi yang serba sulit dapat mengubah seseoang yang tadinya tidak ada keinginan berbuat jahat menjadi pelaku tindak kejahatan. Contoh kondisi sulit yang bisa mengubah perilaku orang yaitu seperti merasa lapar yang amat sangat, sedang dalam kondisi gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang, dalam kondisi bencana alam parah dan lain sebagainya di mana tidak ada orang lain yang datang secara sukarela memberi bantuan.

2. Adanya Kesempatan Berbuat Jahat

Ada orang-orang yang bisa berubah menjadi seorang penjahat jika muncul suatu peluang besar dalam melakukan tindak kejahatan. Jika dihitung-hitung resiko tertangkap tangan ketika melakukan aksi kejahatan kecil, serta kecilnya peluang untuk tertangkap setelah dilakukan penyidikan dapat memperbesar dorongan seseorang untuk berbuat jahat. Seorang penjahat kambuhan akan menjadi gelap mata ketika melihat sebuah handphone mahal tergeletak tanpa pengawasan. Seorang penjambret dan perampok akan memiliki niat jahat ketika melihat nenek-nenek memakai banyak perhiasan mahal di tempat yang sepi.

(47)

34 3. Dalam Suatu Tekanan Pihak Tertentu

Seseorang yang dipaksa untuk melakukan suatu tindak kejahatan, bisa saja melakukan perbuatan jahat kepada orang lain. Misalnya saja seseorang yang anaknya diculik penjahat bisa saja melakukan tindak kriminal sesuai yang diperintahkan oleh penjahat yang menculik anaknya. Atau para pelajar yang harus ikut tawuran antar pelajar sekolah jika ingin diakui sebagai teman yang setiakawan oleh teman-teman jahatnya. Biasanya orang yang berbuat jahat karena alasan ini merasa tekanan batin dan ingin menolak berbuat jahat pada orang lain. Pelaku kejahatan yang satu ini kemungkinan gagal dalam melakukan aksi kejahatan bisa cukup besar.

4. Sudah Sifat Dasar Seseorang

Seseorang yang sudah memiliki sifat dasar yang jahat biasanya akan selalu berbuat jahat kapan dan di mana pun ia berada. Orang yang seperti ini biasanya sangat tidak nyaman menjadi orang baik-baik. Para penjahat ini akan lebih suka berteman dengan orang-orang yang sama-sama jahat walaupun ada kemungkinan besar teman-temannya akan mencelakakan dirinya suatu saat nanti. Meskipun orang ini diberi hukuman penjara, tetap saja orang ini akan melanjutkan aksi jahatnya setelah keluar dari

(48)

35 penjara. Orang semacam ini memang sulit untuk dibina untuk menjadi orang yang baik dan dapat berbaur dalam masyarakat. Kita sebagai orang yang baik harus bisa membedakan tabiat jahat seseorang. Orang yang melakukan perbuatan jahat belum tentu hatinya jahat. Orang yang memiliki penampilan yang sangar belum tentu berhati jahat, dan sebaliknya orang yang berpenampilan baik, rapi, cakep dan sopan belum tentu mempunyai hati yang baik dan bisa saja berbuat jahat di luar dugaan kita. Mari kita selalu waspada terhadap para penjahat yang bisa melakukan aksi bejatnya kepada kita dan orang-orang yang kita sayangi.

Upaya penanggulangan kejahatan telah dan terus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus menerus mencari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal. Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat.

Dalam usaha untuk menanggulangi kejahatan mempunyai dua cara yaitu preventif (mencegah sebelum terjadinya kejahatan) dan tindakan

(49)

36 represif (usaha sesudah terjadinya kejahatan). Berikut ini diuraikan pula masing-masing usaha tersebut :

a. Tindakan Preventif

Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan. Menurut A. Qirom Samsudin M, dalam kaitannya untuk melakukan tindakan preventif adalah mencegah kejahatan lebih baik daripada mendidik penjahat menjadi baik kembali, sebab bukan saja diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih mudah dan akan mendapat hasil yang memuaskan atau mencapai tujuan.

Selanjutnya Bonger berpendapat cara menanggulangi kejahatan yang terpenting adalah :

1. Prevensi kejahatan dalam arti sempit meliputi :

a). Moralistik yaitu menyebarluaskan sarana-sarana yang dapat memperteguhkan moral seseorang agar dapat terhindar dari nafsu berbuat jahat.

b). Abalionistik yaitu berusaha mencegah tumbuhnya keinginan kejahatan dan meniadakan faktor-faktor yang terkenal sebagai penyebab timbulnya kejahatan, Misalnya memperbaiki ekonmi (pengangguran, kelaparan, mempertinggi peradapan, dan lain-lain);

2. Berusaha melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kejahatan dengan berusaha menciptakan;

a). Sistem organisasi dan perlengkapan kepolisian yang baik, b). Sistem peradilan yang objektif

c). Hukum (perundang-undangan) yang baik.

3. Mencegah kejahatan dengan pengawasan dan patroli yang teratur;

4. Pervensi kenakalan anak-anak sebagai sarana pokok dalam usaha prevensi kejahatan pada umumnya.

b. Tindakan Represif

Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya tindakan pidana.

(50)

37 Tindakan respresif lebih dititikberatkan terhadap orang yang melakukan tindak pidana, yaitu antara lain dengan memberikan hukum (pidana) yang setimpal atas perbuatannya. Tindakan ini sebenarnya dapat juga dipandang sebagai pencegahan untuk masa yang akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparat penegak hukum dalam melakukan penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan pidana, pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai pembinaan narapidana.

Penangulangan kejahatan secara represif ini dilakukan juga dengan tekhnik rehabilitas, menurut Cressey terdapat dua konsepsi mengenai cara atau tekhnik rehabilitasi, yaitu :

1. Menciptakan sistem program yang bertujuan untuk menghukum penjahat, sistem ini bersifat memperbaiki antara lain hukuman bersyarat dan hukuman kurungan.

2. Lebih ditekankan pada usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang biasa, selama menjalankan hukuman dicarikan pekerjaan bagi terhukum dan konsultasi psikologis, diberikan kursus keterampilan agar kelak menyesuaikan diri dengan masyarakat. Tindakan represif juga disebutkan sebagai pencegahan khusus, yaitu suatu usaha untuk menekankan jumlah kejahatan dengan memberikan hukuman (pidana) terhadap pelaku kejahatan dan berusaha pula melakukan perbuatan dengan jalan memperbaiki si pelaku yang berbuat kejahatan. Jadi lembaga permasyarakatan bukan hanya tempat untuk mendidik narapidana untuk tidak lagi menjadi jahat atau melakukan kejahatan yang pernah dilakukan.

(51)

38 Upaya penanggulangan secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur nonpenal (bukan/diluar hukum pidana). Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represivve (penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur nonpenal lebih menitikberatkan pada sifat preventive (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas.25

Kemudian upaya penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Sistem dan operasi Kepolisian yang baik.

 Peradilan yang efektif.

 Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.

 Koordinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah yang serasi.

 Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.

 Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan timbulnya kejahatan.

 Pembinaan organisasi kemasyarakatan.

Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dan heterogin, misalnya masyarakat urban, kota-kota besar dan metropolitan perangai anti sosial dan kejahatan itu berkembang dengan cepatnya. Kondisi lingkungan dengan perubahan-perubahan yang cepat, norma-norma dan sanksi sosial

25 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana: (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP

(52)

39 yang semakin longgar serta macam-macam subkultur dan kebudayaan asing yang saling berkonflik, semua faktor itu memberikan pengaruh yang mengacau, dan memunculkan disorganisasi dalam masyarakatnya, muncullah banyak kejahatan. Maka, adanya kejahatan tersebut merupakan tantangan berat Polri. Sebabnya ialah:

1. Kejahatan yang bertubi-tubi itu memberikan efek yang merusak terhadap kehidupan sosial.

2. Menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, ketakutan dan kepanikan di tengah masyarakat.

3. Banyak materi dan energi terbuang dengan sia-sia oleh gangguan-gangguan kejahatan.

4. Menambah beban ekonomis yang semakin besar kepada sebagian besar masyarakat.

Semua ini dapat disebut sebagai disfungsi sosial dari kejahatan. Selain itu ada juga fungsi sosial dari kejahatan yang dapat memberikan dampak positif, yaitu:

1. Menumbuhkan rasa solidaritas dalam kelompok-kelompok yng tengah diteror oleh para penjahat.

2. Muncullah kemudian tanda-tanda baru, dengan norma-norma susila yang lebih baik, yang diharapkan mampu mengatur masyarakat dengan cara yang lebih baik dimasa-masa mendatang.

3. Orang berusaha memperbesar kekuatan hukum, dan menambah kekuatan fisik lainnya untuk memberantas kejahatan.

(53)

40

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian di Kabupaten Gowa. Pengumpulan data dan informasi terkait penulisan skripsi ini akan dilakukan di Kepolisian Resort Kabupaten Gowa.

B. Jenis dan Sumber Data

Dalam pengumpulan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan ini, maka data yang diperoleh digolongkan ke dalam dua jenis yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan atau yang diperoleh melalui cara penelitian lapangan, terutama dengan menggunakan metode wawancara yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan ini. Dalam hal ini yang menjadi subjek dalam wawancara adalah pejabat dari instansi yang terkait

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur, dokumen- dokumen serta peraturan perundang – undangan lainnya yang relevan dengan materi penulisan. Data jenis ini diperoleh melalui perpustakaan atau dokumentasi pada instansi yang terkait.

Gambar

Tabel 1: Jumlah Personil
Tabel 2: Jenis Gangguan Kamtibmas
Tabel 3: Sarana dan Prasarana Polres Gowa

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dilakukan analisa pemodelan sistem thermal solar apparatus panel dan mensimulasi fenomena fisis yang terjadi menggunakan pendekatan Computational Fluid

Blake mengapa memilih kata the virgins di dalam puisi tersebut karena kata tersebut mempunyai makna yang mendalam untuk mengungkapkan wanita apakah dan siapakah yang menjadi

Mitigasi metana adalah kegiatan yang bertujuan meminimumkan metana yang dihasilkan ternak dengan berbagai cara antara lain mengkonsumsi bahan pakan berupa tanaman pakan,

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa peningkatan berat kering akar tanaman akibat pemberian pupuk kandang ayam lebih baik daripada pemberian pupuk hijau maupun kapur

Berdasarkan matriks SWOT di atas maka dapat diambil 4 bagian alternatif strategi adalah sebagaimana terurai sebagai berikut 1) Alternatif strategi pertama –

Penelitian mengenai perencanaan arsitektur enterprise sistem informasi untuk perguruan tinggi menggunakan metode Zachman Framework (kerangka kerja Zachman) telah

Misalkan saja nisbahnya adalah 70% (tujuh puluh persen) untuk nasabah dan 30% (tiga puluh persen) untuk bank. Berbeda sekali dengan deposito di bank konvensional, dimana

Hubungan tersebut dijelaskan sebagai suatu hubungan yang digunakan untuk membangun perantara dengan publik, perantara antara public relations dan media merupakan