• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia Kelas XI IPA SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia Kelas XI IPA SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ALI HASJMY KABUPATEN ACEH BESAR

Rizki Ramadhani, Hasanuddin, Asiah M.D, Program Studi Pendidikan Biologi FKIPUnsyiah,

e-mail: rizkiramadhani1994@gmail.com

Abstrak

Salah satu faktor yang menghambat proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri siswa adalah miskonsepsi. Penelitian ini berupaya mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada konsep sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar. Secara khusus penelitian ini bertujuan mengetahui (1) ada tidaknya miskonsepsi dan (2) subkonsep paling sering terjadi miskonsepsi pada siswa kelas XI IPA Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian adalah deskripstif. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Unggul Ali Hasjmy tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes diagnostik yang dilengkapi dengan CRI (Certainty of Response Index) dan wawancara. Wawancara bertujuan mengetahui bagaimana dan mengapa siswa berfikir seperti itu serta dari mana mendapatkan konsep dari jawaban yang telah dipilih. Pengolahan data menggunakan teknik perhitungan persentase. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata tingkat LG (Lucky Guess) sebanyak 15,59%, TK (Tahu Konsep) sebanyak 15,94%, TTK (Tidak Tahu Konsep) sebanyak 36,16%, dan jawaban M (Miskonsepsi) siswa sebanyak 32,27%. Persentase miskonsepsi tertinggi terdapat pada kelompok subkonsep alat kontrasepsi (48,66%). Faktor utama penyebab terjadinya miskonsepsi siswa bersumber dari pemikiran sendiri (intuisi) dan buku teks. Simpulan penelitian ini adalah (1) adanya miskonsepsi pada konsep sistem reproduksi manusia di SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar dan (2) subkonsep paling sering terjadi miskonsepsi adalah struktur dan fungsi organ reproduksi manusia, fertilisasi, dan alat kontrasepsi.

(2)

Rizki Rahmadhani dkk: Identifikasi Miskonsepsi Siswa...

PENDAHULUAN

Miskonsepsi dalam pembelajaran banyak terjadi mulai dari siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan mahasiswa di Perguruan Tinggi (PT). Miskonsepsi akan menghambat proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri siswa, sehingga akan menghalangi keberhasilan siswa dalam proses belajar. Miskonsepsi yang terjadi dalam pembelajaran biologi masih menjadi masalah utama dan titik fokus penelitian pendidikan beberapa tahun terakhir (Hidayati, 2013:1).

Miskonsepsi diakibatkan oleh pengetahuan awal siswa terhadap konsep awal yang keliru atau konsep awal siswa benar, tetapi siswa salah dalam menghubungkan konsep tersebut (Kusumaningrum, 2014:2-3). Konsep yang terdapat di dalam satu materi saling berhubungan dengan konsep pada materi selanjutnya, sehingga dibutuhkan pemahaman konsep yang benar.

Pada pembelajaran biologi sangat diperlukan pemahaman konsep. Jika pemahaman konsep sudah kuat, siswa dapat mengembangkan dan memahami konsep yang lebih tinggi. Konsep yang satu dengan konsep yang lain saling berhubungan sehingga pengetahuan awal diperlukan karena berperan untuk konsep selanjutnya. Sebagai contoh pada materi klasifikasi hewan, siswa sering menganggap semua hewan yang hidup di air adalah ikan dan hewan yang bisa terbang adalah burung Pada konsep yang sebenarnya tidak semua hewan air adalah pisces. Contohnya, paus yang merupakan mamalia dan tidak semua hewan yang bisa terbang adalah aves. Contohnya kelelawar yang juga merupakan kelas dari mammalia (Hidayati, 2013,1-2).

Beberapa penelitian tentang miskonsepsi telah dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferawati (2012), diperoleh data miskonsepsi yaitu 64% pada konsep pengertian neuron, 72% fungsi akson, 62% cara kerja saraf simpatik, 35% sistem saraf pusat manusia, 44% fungsi neuron. Penelitian lainnya dilakukan oleh Mustaqim (2014), yang diperoleh data sebanyak 37,99% siswa mengalami miskonsepsi pada materi Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mahardika (2014), diperoleh hasil, miskonsepsi masih ditemukan pada semua konsep sel, yang meliputi komponen kimiawi sel 61,3%, struktur dan fungsi sel 33,23%, organel sel tumbuhan dan hewan 31,78%, dan mekanisme transport pada membran 31,69%. Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2014), juga diperoleh 19% siswa mengalami miskonsepsi pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Suhermiati (2015), diperoleh 62,5% miskonsepsi terjadi pada konsep pengertian RNA, 60% kode genetik, 57,5% perbandingan antara DNA dan RNA, 52,5% pembentukan macam RNA, 52,5% dan 47,5% pengertian DNA.

Pada penelitian ini, penulis tertarik membahas topik tentang sistem reproduksi manusia yang merupakan salah satu konsep dalam biologi yang memerlukan tingkat pemahaman konsep tinggi serta sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya miskonsepsi serta subkonsep paling sering terjadi miskonsepsi pada konsep sistem reproduksi manusia di SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar.

(3)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena bertujuan menyelidiki responden berdasarkan pemahaman konsep (Nasution, 2012). Penelitian ini dilakukan di SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016 yaitu pada bulan Maret 2016. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 50 orang. Rancangan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

Teknik pengumpulan data atau instrumen yang digunakan yaitu berupa tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis dalam bentuk tes diagnostik ini dibuat dalam bentuk tes multiple choice dengan alasan (reasoning) terbuka dengan 4 options yang terdiri dari 1 jawaban benar dan 3 jawaban miskonsepsi. Untuk membedakan jawaban siswa yang tidak tahu (lack of knowledge) dengan siswa yang miskonsepsi digunakan metode Certainty of Response Index (CRI). siswa diminta untuk mengisi derajat kepastian (degree of certainty) mereka dengan memilih opsi skala 6 tingkatan, yaitu:

a. 0 untuk jawaban tebakan (totally guess answer).

b. 1 untuk jawaban hampir menebak (almost guess answer). c. 2 untuk jawaban yang ragu-ragu (not sure).

d. 3 untuk jawaban yang yakin (sure).

e. 4 untuk jawaban yang hampir pasti (almost certain). f. 5 untuk jawaban yang pasti (certain).

Jika derajat kepastiannya rendah (skala CRI 0-2), ini menunjukkan bahwa penentuan jawaban lebih signifikan dengan cara kira-kira (guesswork) baik jawaban itu benar atau salah. Jika derajat kepastiannya tinggi (skala CRI 3-5), ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap metode dan hukum yang digunakan sehingga sampai pada jawaban tersebut. Sedangkan wawancara digunakan untuk mengukur miskonsepsi siswa melalui jawaban siswa terhadap pertanyaan.

Setelah itu, data itu diolah dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arinkunto (2005:45), yaitu sebagai berikut:

%

100

x

n

f

P

Keterangan : P : Nilai persentase jawaban responden F : Frekuensi jawaban responden n : Jumlah responden

100% : Bilangan konstan

Selanjutnya dilakukan analisis pemahaman siswa pada masing-masing subkonsep dengan cara menjumlahkan persentase mahasiswa yang Lucky Guess (LG), Tidak Tahu Konsep (TTK), Tahu Konsep (TK), dan Miskonsepsi (M) . Untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi, dilakukan wawancara terhadap beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi.

(4)

Rizki Rahmadhani dkk: Identifikasi Miskonsepsi Siswa...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian melalui tes CRI (Certainty of Respone Index) menunjukkan adanya miskonsepsi pada siswa kelas XI IPA SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar. Dari hasil analisis tes CRI, ditemukan hampir semua siswa mengalami miskonsepsi. Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi adalah 32,27%. Persentase ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan jawaban siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah.

Selain miskonsepsi, hasil tes CRI juga menunjukkan kategori jawaban yang lain, yaitu Lucky Guess (LG), Tidak Tahu Konsep (TTK), dan Tahu Konsep (TK). Keempat kategori tersebut memiliki kategori yang berbeda-beda (Tabel 4.1).

Tabel4.1iiPersentase Lucky Guess, Tidak Tahu Konsep, Tahu Konsep, dan Miskonsepsi pada Lima Subkonsep Sistem Reproduksi

Subkonsep Persentase

LG TTK TK M

Struktur dan fungsi organ reproduksi manusia 13.17 27.52 19.05 40.23 Pembentukan gamet (gametogenesis) 18.37 48.12 12.12 21.37

Menstruasi 23.75 35.25 18.00 23.00

Fertilisasi, kehamilan, dan persalinan 15.37 40.62 15.87 28.12

Alat kontrasepsi 7.33 29.33 14.66 48.66

Berdasarkan Tabel 1, miskonsepsi terjadi pada keseluruhan sub konsep sistem reproduksi manusia. Persentase miskonsepsi tertinggi terdapat pada kelompok subkonsep alat kontrasepsi yaitu 48,66%. Selain itu, persentase tidak tahu konsep tertinggi juga terdapat pada kelompok subkonsep pembentukan gamet (gametogenesis) yaitu 48,12%. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPA SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar masih kurang memahami isi materi dari subkonsep pembentukan gamet (gametogenesis).

Berdasarkan data hasil tes CRI, perbandingan persentase miskonsepsi siswa kelas XI IPA SMA Unggul Ali Hasjmy Kabupaten Aceh Besar terhadap lima subkonsep pada konsep sistem reproduksi manusia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perbandingan Penguasaan Konsep Siswa pada Masing-masingI iSubkonsep Sistem Reproduksi Manusia

0

10

20

30

40

50

P

en

gu

as

aan

K

on

se

p

(%

)

L G

(5)

persentase miskonsepsi siswa sebesar 32,27%. Persentase miskonsepsi lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase siswa yang tahu konsep, yaitu sebesar 15,94%. Penelitian yang dilakukan oleh Chaniarosi (2014), juga diperoleh rata-rata miskonsepsi terhadap guru biologi SMA kelas XI IPA pada konsep sistem reproduksi manusia sebesar 11,89%. Hal ini menunjukkan konsep-konsep pada materi sistem reproduksi manusia masih sulit dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Prokop dan Fancovicova (2006:34) yang menyatakan bahwa pemahaman responden masih banyak yang rendah, terutama pada konsep pencernaan, pernafasan, endokrin, urinaria, reproduksi, dan saraf.

Secara umum, pada setiap soal masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi, terutama pada subkonsep struktur dan fungsi organ reproduksi manusia, fertilisasi, kehamilan dan pesalinan, dan alat kontrasepsi. Pada subkonsep struktur dan fungsi organ reproduksi manusia, terdapat tiga soal terbanyak miskonsepsi. Hampir semua siswa menganggap bahwa organ seksual primer pada pria adalah penis, dan organ seksual primer pada wanita adalah vagina, serta saluran pengeluaran terpanjang pada organ reproduksi pria adalah vas deferens. Pada subkonsep fertilisasi, kehamilan dan pesalinan, hampir semua siswa menganggap bahwa saat fertilisasi, bagian dari sel sperma yang masuk ke dalam oosit sekunder adalah kepala, bagian tengah dan ekor. Pada subkonsep terakhir siswa paling banyak mengalami miskonsepsi, yaitu alat kontrasepsi, hampir semua siswa menganggap bahwa metode kontrasepsi yang tidak memungkinkan terjadinya kehamilan lagi adalah pil KB.

Tingginya persentase miskonsepsi yang dialami siswa pada keseluruhan subkonsep disebabkan oleh dua faktor, yaitu pemikiran sendiri (intuisi) dan buku teks yang mereka gunakan di sekolah. Intuisi yang salah dapat menyebabkan miskonsepsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno dalamSianturi (2012:15), “Miskonsepsi disebabkan oleh prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan dan minat belajar siswa, guru, buku teks, serta metode belajar. Kesalahan dalam menganalisis soal seperti ini dapat memicu miskonsepsi bagi siswa. Sedangkan buku teks yang mereka gunakan berasal dari penerbit yang sama. Masing-masing siswa hanya memegang satu buku saja. Hal ini menyebabkan, siswa hanya mendapatkan informasi dari buku itu saja. Apalagi jika buku teks tersebut memang sudah mengandung unsur miskonsepsi dari awal. Disisi lain, hal ini juga didukung karena kurang efektifnya sebagian dari strategi pembelajaran sehingga siswa kurang memahami secara keseluruhan konsep-konsep dasar biologi yang pada akhirnya miskonsepsi tersebut masih tetap bertahan pada siswa.Kedua faktor tersebut diketahui dari alasan yang diberikan siswa pada saat tes CRI dan juga wawancara, dimana alasan-alasan tersebut ternyata masih terdapat banyak kekeliruan.

(6)

Rizki Rahmadhani dkk: Identifikasi Miskonsepsi Siswa...

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (Ed.). 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaniarosi, Lyanda Fitriani. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Guru Biologi SMA Kelas XI IPA pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Jurnal EduBio Tropika, Vol 2(2): 187-191.

Ferawati, Shelvy. 2012. Identifikasi Miskonsepsi pada Sistem Regulasi Manusia dan Faktor-Faktor Penyebabnya di SMA Negeri 2 Poso Kota Selatan. Jurnal Kependidikan, Vol V(1): 47-55. Hidayati, Irma. 2013. “Analisis Miskonsepsi Guru dan Buku Teks Biologi Kelas XI SMAN pada

Materi Sistem Saraf di Kabupaten Nagan Raya”. Tesis. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Khotimah, Fina Nurul. 2014. “Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan

Eubacteria dengan menggunakan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Beralasan”. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Kusumaningrum, Ratri. 2014. “Pengaruh Model Guided Discovery Learning terhadap Miskonsepsi siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar pada Konsep Sistem Imun”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Mahardika, Ria. 2014. “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Certainty of Respon Index (CRI) dan Wawancara Diagnosis pada Konsep Sel”. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Mustaqim, Tri Ade dkk. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Siswa dengan Menggunakan Metode Certainty of Response Index (CRI) pada Konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan. EDUSAINS, Vol. VI(02): 147-152.

Nasution, Lely Oktarina. 2012. “Analisis Miskonsepsi Siswa, Guru, Buku Biologi Kelas XI Pada

Materi Sistem Respirasi dan Sistem Eksresi di SMA se-Mandailinggodang Kabupaten

Mandailing Natal”.Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Medan.

Prokop, P dan Jfancovicova. 2006. Student’s Idea About The Human Body: Do They Really Draw

What They Know. Journal of Batic Science Education, 2(10), pp: 86-95.

Suhermiati, Ita. 2015. Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Sintesis Protein Ditinjau dari Hasil Belajar Biologi Siswa. BioEdu, Vol. IV(3): 985-990.

Suparno, Paul (Eds.). 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Grasindo.

Tayubi, Yuyu R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Jurnal Mimbar Pendidika, XXIV(3). Available at http://file.upi.edu.

Gambar

Gambar 1 Perbandingan Penguasaan Konsep Siswa pada Masing-masing I        i Subkonsep Sistem Reproduksi Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Catatan : Proses perencanaan tersebut harus dilakukan iterasi dengan mengganti asumsi- asumsi yang digunakan dengan data yang sebenarnya seperti berat sendiri gelagar

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Kebanyakan orang Kristen dapat memberikan sejumlah alasan mengapa mereka tidak dapat atau tidak seharusnya memuridkan orang lain: "Aku tidak merasa terpanggil untuk

ukuran perusahaan, debt to equity ratio dan bond terhadap yield obligasi korporasi di Indonesia yang menunjukan bahwa rating obligasi berpengaruh signifikan terhadap

Dalam hal ini, pembinaan yang dilakukan oleh pihak/lembaga WH di Tapaktuan juga sesuai dengan tugasnya yaitu: (a) Mengidentifikasi perbuatan yang termasuk kegiatan

Pem bukt ian Kualifikasi dilakukan oleh Direkt ur Ut ama/ Pim pinan Perusahaan, at au Penerim a kuasa dari Direkt ur Ut am a/ Pim pinan Perusahaan yang nam anya

Laporan tugas akhir ini juga disertakan lampiran yang berisi penurunan Reynold untuk pelumas non-Newtonian, parameter performansi, dan penurunan persamaan umum

Second , the different formulations setting legal standing of legal en- tities in the procedural law judicial review rights also push on delegitimation quality of