• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Sambungan AL/CFRP Menggunakan Adhesif Epoksi/Serbuk-AL dengan Variasi Pressure Level

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kekuatan Sambungan AL/CFRP Menggunakan Adhesif Epoksi/Serbuk-AL dengan Variasi Pressure Level"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kekuatan Sambungan AL/CFRP Menggunakan Adhesif

Epoksi

/

Serbuk-AL dengan Variasi

Pressure Level

Bi Asngali

Mesin Otomotif, Jurusan Teknik Politeknik Negeri Madiun

Madiun, Indonesia biasngalimt@gmail.com

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh pressure level terhadap kekuatan geser sambungan single lap joint (SLJ) antara Al 2024 dan CFRP dengan adesif epoksi/serbuk Al. Variasi pressure level yang digunakan adalah 0,6; 0,7; 0,8; 0,9 dan 1 MPa. Pembuatan dan pengujian spesimen uji geser mengacu pada ASTM D 1002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pressure level dapat meningkatkan kekuatan geser sambungan. Pada variabel pressure level terbaiknya yaitu 0,9 MPa menghasilkan kekuatan geser tertinggi (8,59 MPa). Pada kondisi tersebut, penampang patahan menunjukkan jenis kegagalan kombinasi antara kegagalan cohesive, light fiber tear dan fiber-tear.

Kata kunci— pressure level; epoksi/serbuk-Al; kekuatan geser; single lap joint .

I. PENDAHULUAN

Industri transportasi darat, udara dan laut membutuhkan inovasi material yang memenuhi kuat dan ringan. Penggunaan bahan-bahan aluminium dan komposit sudah banyak menjadi alternatif pengganti baja pada kendaraan karena memiliki massa jenis yang lebih ringan dan tidak mudah terkorosi. Penggunaan bahan yang lebih ringan pada kendaraan berdampak penghematan bahan bakar. Sambungan carbon

fiber reinforced polymers (CFRP) dengan logam digunakan

pada industri pesawat (misalnya bagian lambung pesawat), industri mobil (misalnya struktur atap mobil) [1].

Proses penyambungan yang sering digunakan adalah dengan paku keling atau baut, karena sederhana dan mudah untuk pembongkaran. Apabila sambungan tersebut menerima beban tinggi atau benturan, kerusakan akan terjadi pada lubang karena terjadi konsentrasi tegangan [2]. Lubang untuk sambungan tersebut sering menjadi penyebab retak sehingga membahayakan kontruksi. Kebutuhan struktur yang kuat dan ringan, mendorong banyak peneliti dan insinyur desain untuk mencari bahan dan pola sambungan alternatif. Penggunaan aluminium dan komposit yang disambung dengan adhesive

menjadi alternatif dalam rekayasa struktur yang ringan. Resin epoksi digunakan sebagai perekat antara logam karena kemampuannya yang tidak mudah menguap dan penyusutan yang rendah (kurang dari 0,5%) pada curing [3]. Perekat epoksi memiliki afinitas yang baik untuk permukaan paduan aluminium dan lapisan oksida yang dihasilkan selama

persiapan permukaan [4]. Epoksi dapat mengikat dengan baik ke berbagai permukaan logam dengan perlakuan atau tanpa perlakuan [5]. Filler berupa serbuk aluminium dapat memperkuat epoksi yang digunakan pada single lap joint

antara aluminium dan aluminium [6].

Kontruksi mesin pasti membutuhkan sistem sambungan yang kuat dan efisien seperti sambungan adhesive. Penggunaan adhesive, harus dipilih adhesive yang dapat memberikan ikatan yang baik pada kedua permukaan dalam jangka waktu yang panjang pada sebuah struktur. Epoxy resin dibentuk lewat reaksi kimia, dimana resin dengan hardener

atau resin dengan katalis dicampur dalam satu tempat kemudian terjadilah proses pengerasan (polimerisasi) [7]. Sekali terjadi pengerasan, epoxy ini tidak bisa mencair lagi sekalipun dilakukan pemanasan sehingga resin ini memiliki karakteristik mekanik yang bagus, daya penyusut yang rendah, perekat yang bagus untuk banyak bahan logam, dan tahan terhadap kelembaban udara serta tahan terhadap tekanan.

Penambahan filler serbuk aluminium pada epoksi dapat meningkatkan kualitas perekat (adhesive). Penerapan beda tekanan penyambungan pada single-lap joint (SLJ) menarik untuk diteliti. Pengaturan besarnya penekanan (pressure level

/PL) akan diperoleh kekuatan sambungan yang optimal.

Gambar 1. Grafik hubungan antara kekuatan sambungan terhadap kandungan serbuk aluminium (filler) [8]

Kekuatan sambungan adhesif epoksi dengan filler nano

silika/serbuk aluminium [8]. Gambar 1 menunjukkan grafik

hasil pengujian sambungan. Kandungan 12.5 wt% serbuk aluminium pada adhesif menghasilkan tegangan geser 6.92

(2)

MPa. Tipe kegagalan yang terjadi pada sambungan ini adalah

cohesive failure. Dibandingkan dengan adhesive failure,

cohesive failure memiliki tegangan geser yang lebih baik [2].

Beberapa jenis kegagalan yaitu kegagalan adhesive, kegagalan cohesive, kegagalan thin-layer cohesive, kegagalan

fiber-tear, kegagalan light fiber-tear dan kegagalan

stock-break yang ditunjukkan dalam Gambar 2. Kegagalan adhesive

adalah kegagalan antarmuka antara perekat dan salah satu

adherend. Kegagalan ini merupakan indikasi dari batas lapisan

perekat yang lemah. Kegagalan cohesive terjadi ketika hasil rekahan pada lapisan perekat tersisa pada kedua permukaan

adherend.

Gambar 2 Jenis kegagalan yang mungkin terjadi pada sambungan adhesive

yang melibatkan komposit [2]

Tipe kegagalan adhesive menunjukkan ikatan yang lemah antara perekat dan adherend, sehingga kekuatan tarik geser sambungan rendah. Kegagalan cohesive merupakan kegagalan yang bisa diterima pada industri penerbangan. Ikatan yang sama kuat antara perekat dan adherend diperlihatkan pada kegagalan cohesive. Tipe kegagalan light fiber-tear atau

interlaminar menghasilkan kekuatan tarik geser yang tinggi.

Kerusakan pada salah satu adherend menunjukkan ikatan yang sangat kuat pada perekat dengan adherend tersebut [9].

Kegagalan fiber tear terjadi ketika kekuatan perekat mampu merobek fiber. Kegagalan stock break terjadi jika salah satu adherend patah. Jenis kegagalan pada adhesive

dapat menjadi indikasi tegangan geser dari spesimen uji. Dibandingkan dengan adhesive failure, cohesive failure

memiliki tegangan geser yang lebih baik.

Perkembangan teknologi sambungan kususnya sambungan yang menggunakan adhesive joint telah banyak dipelajari. Pengujian sambungan adhesive joint yang paling sering digunakan adalah single-lap joint (SLJ) [10]. Umumnya, sambungan adhesive joint dapat dikategorikan sebagai berikut [11], [1]:

- Polimer / polimer (misalnya CFRP / CFRP, GFRP / GFRP)

- Logam / logam (misalnya Al / Al)

- Polimer / logam (misalnya CFRP / Al, GFRP / Al) Bahan carbon fiber reinforced polymers (CFRP) dan logam semakin banyak digunakan. Contoh umum untuk struktur hibrida antara CFRP dan logam tersebut dapat

ditemukan di industri kedirgantaraan (misalnya segmen lambung), industri mobil (misalnya struktur atap CFRP), dan permesinan umum [1].

Pengaruh ketebalan adhesive dan kandungan serbuk aluminium pada adhesive joint antara aluminium dan aluminium. Kekuatan joint tertinggi didapatkan pada ketebalan adhesive 0.5 mm [6]. Filler berupa serbuk aluminium dapat memperkuat ikatan single lap joint pada sambungan antara aluminium dan aluminium. Kekuatan sambungan epoksi dengan serbuk aluminium lebih baik dibandingkan dengan sambungan tanpa serbuk aluminium.

Penielitian ini dilakukan untuk mengetahui besar tekanan

(Pressure Level) yang memberikan kekuatan paling besar

yang ditunjukkan dengan jenis kerusakan sambungan. II. METODOLOGI

Perekat epoxy/serbuk Al dipoles pada salah satu sisi Aluminium. Satu sisi dari Aluminium yang sudah ada perekatnya akan ditempel di atasnya CFRP. Ketebalan perekat akan diatur dengan plat tipis 0,5 mm, overlep diatur sepanjang 25,4 mm. Lama waktu mulai penekanan (start time to

pressure/STP) pada penelitian ini adalah sebesar 20 menit

[12]. Pengujian sambungan mekanik antara dua bahan dilakukan dengan pengujian geser. Pada pengujian ini, bentuk spesimen adalah mengacu pada ASTM D-1002 yang ditunjukkan dalam Gambar 3. Hasil tes uji geser akan baik ketika tumpahan perekat dibersihkan termasuk kontrol fillet

sekitar sambungan.

Gambar 3. Spesimen pengujian geser berdasarkan ASTM D-1002 (dalam mm)

Metode sambungan ditunjukkan dalam Gambar 4. Aluminium berada di bawah diberi adhesive epoksi/serbuk-Al setebal 0,5 mm. Di atas adhesive epoksi/serbuk-Al diletakkan CFRP sesuai Pressure Level. Pressure Level yang optimal dalam proses penyambungan antara Aluminium dengan CFRP divariasikan antara 0,6 MPa sampai 1 MPa. Tahapan proses penekanan sesuai dengan penyambungan Al 2024 dan CFRP

Bahan Al 2024 memiliki karakteristik machinability yang baik dan kemampuan permukaan akhir. Aluminium ini unggul karena tegangan tinggi dan kemampuan kerja yang memadai. Bahan Al 2024 adalah aluminium paduan yang menjadi material utama yang digunakan industri pesawat terbang komersial. Aluminium juga memiliki sifat konduktivitas

76.2 25, 4 L=25, 4 101,6

(3)

termal dan listrik yang baik, dan non-magnetik, tidak menimbulkan bunga api dan non-toksik.

Bakan komposit yang digunakan adalah carbon fiber

reinforced polymers (CFRP) dengan tebal 3 mm dengan

jumlah 8 lapis serat karbon. Perbandingan massa serat karbon-resin poliester bisfenolik yaitu 40:60.

Gambar 4. Sambungan Aluminium / Carbon Fiber Reinforced Polymer

(CFRP) dan tebal adhesive Epoxy/Al Powder 0,5 mm

Bahan perekat (adhesive) yang digunakan adalah Epoksi resin yang diproduksi dari reaksi epichlorohydrin dan

bisphenol-A (epoxy A). Sedangkan hardener terbuat dari

polyaminoamide (epoxy B). Epoxy A ditimbang dengan

perbandingan berat 44% dicampur dengan serbuk Al 12% dan

epoxy B dengan perbandingan berat 44% diaduk dengan

kecepatan putaran pengadukan 60 rpm dengan lama waktu pengadukan 4-6 menit [13].

Proses penyambungan Al 2024 dan CFRP dengan ketebalan perekat 0,5 mm, overlep diatur sepanjang 25,4 mm. Pengujian sambungan mekanik antara dua bahan dilakukan dengan pengujian geser. Hasil tes uji geser akan baik ketika tumpahan perekat dibersihkan termasuk kontrol fillet sekitar sambungan.

Variasi pressure level sebanyak 5 variasi : 0,6 MPa; 0,7MPa; 0,8MPa; 0,9MPa dan 1MPa. Masing-masing variasi sebanyak 5 sample.

III. HASIL DAN ANALISA

Pengaruh besar penekanan (Pressure Level /PL) memberikan hasil yang berbeda pada kekuatan sambungan Al/CFRP. Hasil pressure level ditunjukkan dalam Gambar 5.

Pressure Level (PL) 0,6 MPa mengasilkan kekuatan

sambungan Al/CFRP yang masih rendah yaitu 7,24 MPa. Kegagalan yang terjadi pada spesimen dengan Pressure Level

0,6 MPa adalah kegagalan adhesive dan cohesive. Kegagalan tipe adhesive menghasilkan tegangan tarik geser terendah dibandingan dengan kegagalan tipe yang lain, hal ini sesuai dengan pendapat [2].

Gambar 5. Tegangan geser sambungan Al/CFRP dengan variasi Pressure Level

Pressure Level (PL) 1 MPa sesuai hasil uji geser

menunjukkan hasil paling rendah. Pressure Level 1 MPa terjadi kegagalan mengikat pada aluminium dengan tipe kegagalan adhesive failure dan cohesive failure. Besar penekanan 1MPa memberikan pengaruh bonding yang kurang baik. Adhesive failure terjadi karena antara adhesive dengan

adherend aluminium tidak terjadi ikatan yang baik, sehingga

sebagian besarnya terlepas pada permukaan aluminium [2]. Gambar 6 menunjukkan PL 0,6 MPa, perekat epoksi/serbuk-Al gagal mengikat aluminium pada sebagian bidang lekat (adhesive failure). Sebagian yang lain kegagalan sambungan pada perekat (cohesive failure).

Gambar 6. Foto Makro pada permukaan kerusakan spesimen Al, Pressure Level 0,6MPa

Gambar 7. Foto makro pada permukaan kerusakan sambungan CFRP,

(4)

Pressure Level (PL) 0,7; 0,8 dan 0,9 MPa memiliki tegangan geser di atas 8 MPa foto makronya menunjukkan kerusakan light fiber tear. Kerusakan light fiber tear

merupakan ikatan yang lebih baik dari pada kerusakan

adhesive. Permukaan kerusakan sambungan CFRP, Start Time

to Pressure 20 menit, Pressure Level 0,7 MPa menunjukkan

kegagalan light fiber tear [12]. Permukaan kerusakan CFRP bagian luar terangkat ditunjukkan dalam Gambar 7. Sedikit

adhesive yang tertinggal pada adherend CFRP.

Gambar 8. Foto SEM pada permukaan kerusakan sambungan CFRP,

Pressure Level 0,7 MPa

Gambar 8 menunjukkan hasil foto SEM bahwa permukaan patah sambungan pada PL 0,7 MPa berupa patahan serat karbon. Serat karbon terlihat jelas akibat kerusakan permukaan komposit yang melekat pada perekat epoksi. Kegagalan light fiber tear ditunjukkan dengan sebagian serat karbon terangkat dan sebagian putus.

Gambar 9. Permukaan kerusakan sambungan Al/CFRP, Pressure Level 0,7 MPa: (a) adherend CFRP; (b) adherend aluminium

Permukaan kerusakan sambungan Al/CFRP, PL 0,7 MPa. Gambar 8 menunjukkan jenis kegagalan light fiber tear yang

terjadi pada CFRP PL 0,7 MPa. Gambar 9 menunjukkan hasil dari foto SEM. Gambar 9 (a) menunjukkan serat karbon yang terangkat. Serat karbon yang terangkat menunjukkan retakan sebagai akibat gaya adhesi dengan adherend karena proses perlawanan saat pengujian geser. Beberapa serat karbon melekat kuat pada adherend aluminium.

Adherend aluminium PL 0,7 MPa terlihat void atau rongga

yang terdapat pada spesimen akan menyebabkan initial crack

yang ditunjukkan dalam Gambar 9 (b), penyebab terjadinya konsentrasi tegangan saat diberi pembebanan. Konsentrasi tegangan akibat retakan dan void pada perekat yang cukup dalam [14].

Foto makro permukaan kerusakan specimen variasi

Pressure Level (PL) 0,9 MPa yang ditunjukkan dalam Gambar

10a menunjukkan kerusakan yang dialami sebagian besar pada

adherend CFRP. Gambar 10b memperjelas kegagalan

sambungan terjadi pada CFRP adalah serat karbon yang tegak lurus dengan arah tegangan geser merupakan kegagalan fiber tear.

Gambar 10. Foto Makro pada permukaan kerusakan spesimen Al dan CFRP,dengan perekat epoxy/serbuk Al, Pressure Level 9

(5)

Hasil uji geser Pressure Level 0,7 MPa memiliki satu data yang mengalami penguatan diatas rata-rata. Penguatan satu data ini terjadi diperkirakan karena jumlah void yang lebih sedikit. Sedangkan uji geser pada Pressure Level 0,9 MPa menunjukkan tercapainya penguatan dari Pressure Level 0,7 MPa seperti ditunjukkan dalam Gambar 11. Kurva uji geser PL 0,7 MPa dan PL 0,9 MPa. Kurva uji geser menunjukkan perbedaan elongasi yang menunjukkan juga kekuatannya

(tonghness). Pressure Level 0,7 MPa sebagian besar memiliki

elongasi mencapai 2 mm. Pressure Level 0,9 MPa terjadi

penambahan kekuatan (tonghness) ditunjukkan dengan

elongasi menacai 3mm lebih.

Tipe kegagalan pada Pressure Level 0,9 MPa adalah kegagalan fiber tear yang terjadi pada adherend komposit, ditunjukkan dalam Gambar 12.

Gambar 12.Permukaan kerusakan sambungan Al/CFRP, Pressure Level 0,9 MPa

Gambar 13. Permukaan kerusakan sambungan Al/CFRP, Start Time to Pressure 20 menit, Pressure Level 0,9 MPa: (a) adherend aluminium; (b) adherend CFRP

Serat karbon melakat pada adherend aluminium dan diatasnya lagi masih ada lapisan resin sebagai bagan penyusun komposit CFRP. Serat karbon yang terkelupas merupakan serat dengan arah horisontal maupun vertikal ditunjukkan dalam Gambar 13a. Adherend CFRP yang ditunjukkan dalam Gambar 13b merupakan hasil SEM dari adherend CFRP yang menunjukkan ada beberapa bagian dari CFRP yang terurai.

Gambar 14. Foto SEM pressure level 0,9 MPa sisi potongan

Pressure level (PL) 0,9 MPa terjadi kegagalan fiber tear

lebih jelas ketika dilakukan pengamatan pada adherend aluminium pada bagian samping. Gambar 14 dan Gambar 15 menunjukkan ketebalan serat karbon yang terbawa adherend

aluminium. Potongan adherend aluminium ditunjukkan dalam Gambar 14 hasil foto SEM terlihat ada tiga lapis. Urutan lapisan dari bawah, lapis pertama merupakan adherend

aluminium, bagian tengah lapisan perekat epoksi/serbuk-Al dan bagin atas lapisan serat karbon yang terbawa adherend

aluminium. Hasil SEM ditunjukkan dalam Gambar 15. Ketebalan serat karbon pada gambar mencapai 190m.

Gambar 15. foto SEM pressure level 0,9 MPa sisi potongan

Hasil dan analisa dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan pressure level berpengaruh terhadap tegangan sambungan. Pressure level tertentu merupakan pekanan yang mampu mengurangi void yang terjadi. Apabila penyambungan dilakukan pada tekanan itu, akan menghasilkan tegangan geser maksimal dari Single Lap Joint antara alumunium dan komposit.

(6)

IV. KESIMPULAN

Perekat epoksi/serbuk-Al dengan variasi pressure level

(besar tekanan) terbaik adalah 0,9 MPa. Tegangan geser rata-rata mencapai 8,59 MPa. Foto makro dan SEM menunjukkan tipe kegagalan fiber tear mencapai dengan tebal serat komposit terbawa adherend aluminium mencapai 190m.

Penggunaan perekat epoksi/serbuk-Al sangat dianjurkan melakukan penekanan antara 0,7-0,9 MPa. Jika dilakukan diluar itu kekuatan lekatnya akan menurun.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Möller, F., Thomy, C., Vollertsen, F., Schiebel, P., Hoffmeister, C., Herrmann, A. S. 2010. Novel method for joining CFRP to aluminium. Physics Procedia 5:37–45

[2] Banea, M.D. dan Silva, L.F.M., 2009. Adhesively Bonded Joints in Composite Materials: An Overview. Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers, Part L: Journal of Materials Design and Applications 223: 1 DOI: 10.1243/14644207JMDA219

[3] Tai, R.C.L. dan Szklarska-Smialowska, Z., 1993. Absorption of Water by Different Fillers-Incorporated Automotive Epoxy Adhesives. J. Mater. Sci. 28, 6199–6204.

[4] Chasser, A.M., Makhlouf, J.M., dan Schneider, J.R., 1993. Rubber-Based Structural Adhesive is A New Option for Metal Bonding. Adhes. Age, 36-39 March 1993.

[5] Mohan, R., February 1990. Analyzing adhesively bonded joints for automotive applications. Plast. Eng., 47–51.

[6] Kahraman, R., Sunar, M., dan Yilbas, B., 2008. Influence of adhesive thickness and filler content on the mechanical performance of aluminium single-lap joints bonded with aluminium powder filled epoxy adhesive. Journal of materials processing technology. Vol. 205, Issues 1-3:183– 189.

[7] Firmansyah, Astuti 2013, Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Bahan Nanokomposit Epoxy-Titanium Dioksida. Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2. ISSN 2302-8491

[8] Diharjo, K., Afandi, R., Agus Purwanto, Neng Sri Suharty, Bagus Hayatul Jihad, Syah Johan A Nasiri, Yohanes Firdaus, D. Danardono D. P. Tjahjana. 2013. Adhesive Nanosilica/Aluminium Powder - Epoxy for Joint Application on Composite Car Body of Electrical Vehicle. Joint International Conference on Rural Information & Communication Technology and Electric-Vehicle Technology 978-1-4799-3363-1. [9] Flinn, D., dan Phariss, M., 2009. The Effect of Peel-Ply Surface

Preparation Variables on Bond Quality. Department of Material Science and Engineering University of Washington Seattle, WA 98103. DOT/FAA/AR-06/28, Federal Aviation Administration August 2006. [10] Adams, R.D., 2005. In: Adams, R.D. (Ed.), Adhesive Bonding: Science,

Technology and Application. Woodhead Publising Limited, Cambridge. [11] Matsuzaki Ryosuke, Motoko Shibata, Akira Todoroki., 2008. Improving performance of GFRP/aluminium single lap joints using bolted/co-cured hybrid method. Composites.: Part A 39:154–163.

[12] Asngali, B., September 2015. Pengaruh waktu penempelan (start time to pressure) sambungan Single lap joint (SLJ) antara Al 2024 dan CFRP terhadap kekuatan geser. Politeknosains, vol XIV, no. 2. ISSN: 1829-6181

[13] Ghosh, P.K., dan Nukala, S.K., 2008. Properties of Adhesive Joint of Inorganic Nano-Filler Composite Adhesive. Indian journal of engineering & materials science. Vol. 15, pp. 68-74.

[14] Adams, R. D., and Peppiatt, N. A., 1974. Stress analysis of adhesive-bonded lap joints. J. Strain Anal. 9, 185–196.

Gambar

Gambar 1. Grafik hubungan antara kekuatan sambungan terhadap kandungan  serbuk aluminium (filler) [8]
Gambar  2  Jenis  kegagalan  yang  mungkin  terjadi  pada  sambungan  adhesive  yang melibatkan komposit [2]
Gambar  6  menunjukkan  PL  0,6  MPa,  perekat  epoksi/serbuk-Al  gagal  mengikat  aluminium  pada  sebagian  bidang lekat (adhesive failure)
Gambar 15. foto SEM pressure level 0,9 MPa sisi potongan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pra perlakuan basa pada karakterisasi pulp ampas tebu serta gula pereduksi yang dihasilkan dengan metode hidrolisis enzimatis

1) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama. Kegiatan belajar dengan strategi CIRC lebih bermakna karena

Sebelum pelaksanaan PPL, mahasiswa memperoleh pembekalan yang dilaksanakan dikampus UNY. Pelmbekalan PPL ini termasuk persiapan mahasiswa sebelum diterjunkan di

Sebaliknya pada inventarisasi untuk penyusunan rencana penebangan (rencana eksploitasi) diperlukan informasi-informasi rinci tentang kondisi topografi, kondisi prasarana dan

Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan menurut metode Penman-Monteith memerlukan data iklim dan letak stasiun klimatologi sehingga pengolahan data harus

Dari tujuh kelompok pengeluaran barang dan jasa yang menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 2 kota di Kepulauan Riau Oktober 2017, Inflasi gabungan dua kota IHK di Kepulauan