• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. RENCANA MAKRO KAWASAN Karakteristik Fisik Topografi dan Kelerengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.1. RENCANA MAKRO KAWASAN Karakteristik Fisik Topografi dan Kelerengan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. RENCANA MAKRO KAWASAN 4.1.1. Karakteristik Fisik

4.1.1.1. Topografi dan Kelerengan

Keadaan topografi dan kelerengan Kecamatan Maritengngae relatif datar. Secara umum berada pada kisaran 0 - 2% dan 2 - 15% dengan ketinggian dari permukaan air laut ±500 Mdpl. Kemiringan lereng tersebut menjadi dasar dalam pengalokasian berbagai fasilitas, pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan

(2)

kawasan. Klasifikasi kelas lereng lapangan di Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel: 4.1.

Klasifikasi Kelas Lereng Lapangan di Kecamatan Maritengngae, Tahun 2012

NO NILAI KELAS LERENG KEMIRINGAN LERENG (%) KATEGORI

1 2 1 2 0 - 2 2 - 15 Datar Landai

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012

4.1.1.2. Geologi dan Struktur Tanah

Daya dukung tanah di Kota Pangkajene umumnya dalam kondisi baik, hal ini dapat terlihat dari struktur lapisan tanahnya, dimana struktur tanah umunya dalah berpasir. Jenis tanah yang terdapat di Kota Pangkajene adalah alluvial kelabu tua, coklat kelabu, gromosol kelabu tua, kompleks podsolid coklat kekuningan serta regosol coklat kelabu dengan kedalaman tanah efektif >90 cm, tekstur tanah yang halus.

4.1.1.3. Tata Guna Lahan

Kondisi tata guna lahan di Kecamatan Maritengngae secara umum terdiri atas; permukiman, perdagangan, jasa, dan lain-lain penggunaan. Pergesaran pemanfaatan lahan di Kecamatan Maritengngae secara umum telah mengalami perubahan, akibat terjadinya peningkatan pembangunan aktivitas sosial ekonomi. Perubahan fungsi lahan di Kecamatan Maritengngae mengalami perubahan fungsi lahan yang cukup dinamis, hal ini mengindikasikan pesatnya perkembangan aktifitas pembangunan di wilayah ini. Berikut ini tabel yang memperlihatkan jenis pemanfaatan lahan di Kecamatan Maritengngae.

(3)

Tabel: 4.2.

Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Maritengngae, Tahun 2012

NO JENIS PEMANFAATAN LAHAN LUAS PEMANFAATAN LAHAN (HA) 1 2 3 4 5 6 Persawahan Ladang/Tegalan Pekarangan/Bangunan Perkebunan Padang Rumput Kolam/Tambak 5.373,98 444,65 650,13 74,94 41,75 4,55 JUMLAH 6.590,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012

4.1.1.4. Daya Dukung Lahan

Daya dukung lahan adalah kemampuan lahan menerima kegiatan pembangunan. Daya dukung lahan di Kecamatan Maritengngae yang ada relatif tinggi disebabkan oleh kondisi topografi yang relatif datar, sehingga kemampuan lahan untuk menerima kegiatan pembangunan juga relatif tinggi. Kondisi daya dukung lahan di Kecamatan Maritengngae, sebagai berikut:

 Daya dukung lahan relatif tinggi;

 Kondisi struktur tanah tidak memerlukan perlakuan khusus untuk pembangunan; dan

 Kemampuan lahan untuk menerima kegiatan pembangunan

relatif tinggi.

4.1.1.5. Daya Tampung Ruang

Daya tampung ruang di Kecamatan Maritengngae dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bermukim dan kondisi infrastruktur yang telah terbangun. Berdasarkan fungsi yang diemban yakni; sebagai kawasan pengembangan permukiman, pemanfaatan lahan di Kecamatan Maritengngae masih dimungkinkan untuk pengembangan berbagai infrastruktur.

(4)

4.1.2. Kependudukan

4.1.2.1. Proyeksi Jumlah Penduduk

Keadaan demografi dan kependudukan hingga akhir tahun 2011

di Kecamatan Maritengngae menunjukkan Kecamatan

Maritengngae saat ini dihuni penduduk kurang lebih 46.268 jiwa. Angka tersebut memberikan indikator pesatnya kegiatan pembangunan yang perlu disiapkan dimasa yang akan datang. Secara umum kondisi demografi dan kependudukan Kecamatan Maritengngae dijelaskan pada kajian tabel berikut.

Tabel: 4.3.

Jumlah Penduduk Kecamatan Maritengngae Dirinci Menurut Kelurahan

NO KECAMATAN LUAS WILAYAH (KM2) PENDUDUK (JIWA) JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Takkalasi Allakuang Tanete Lautang Benteng Rijang Pittu Lakessi Pangkajene Wala Majelling Majelling Wattang Sereang Kanie 4,10 3,29 9,11 4,80 2,80 3,75 2,25 4,70 2,50 3,00 10,85 14,75 1.495 3.409 2.670 5.779 5.775 2.986 7.800 4.019 4.243 3.711 2.447 2.134 JUMLAH 65,90 46.468

Sumber: Kec. Maritengngae Dalam Angka, Tahun 2011

Berdasarkan hasil estimasi penduduk, dalam kurun waktu 20 (duapuluh) tahun ke depan, maka jumlah penduduk Kota Pangkajene sebanyak 52.358 Jiwa. Jumlah penduduk tersebut terdistribusi ke seluruh wilayah Kecamatan Maritengngae sebagai Kawasan Perkotaan Pangkajene.

(5)

4.1.2.2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk berdasarkan klasifikasinya dibedakan atas 3 (tiga) bahagian yaitu; kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan penduduk di Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada penjelasan tabel di bawah ini.

Tabel: 4.4.

Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Pangkajene, Tahun 2011 NO KECAMATAN LUAS WILAYAH (KM2) JUMLAH PENDUDUK (JIWA) KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/KM2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Takkalasi Allakuang Tanete Lautang Benteng Rijang Pittu Lakessi Pangkajene Wala Majelling Majelling Wattang Sereang Kanie 4,10 3,29 9,11 4,80 2,80 3,75 2,25 4,70 2,50 3,00 10,85 14,75 1.495 3.409 2.670 5.779 5.775 2.986 7.800 4.019 4.243 3.711 2.447 2.134 365 1.036 293 1.204 2.063 796 3.467 855 1.697 1.237 226 145 JUMLAH 65,90 46.468 705

Sumber: Kec. Maritengngae Dalam Angka, Tahun 2011 4.1.3. Rencana Kepadatan Bangunan

Jumlah bangunan adalah banyaknya bangunan yang telah terbangun, baik yang diusahakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Jumlah bangunan tersebut terdiri dari permanen, semi permanen dan temporer. Kepadatan bangunan adalah perbandingan jumlah rumah terbangun dengan luas wilayah. Kepadatan bangunan di Kecamatan Maritengngae ±141 unit/km2.

Kepadatan bangunan di Kecamatan Maritengngae dinilai dalam taraf sedang, dengan demikian untuk pengembangan perumahan dan permukiman ke depan dimungkinkan untuk pembangunan permukiman baru.

(6)

4.1.4. Rencana Prasarana dan Sarana Dasar 4.1.4.1. Rencana Jaringan Prasarana Jalan

Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan jalan dapat digunakan sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang mempunyai komposisi sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan.

Dengan demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan

penataan jaringan agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan. Sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di Kecamatan Maritengngae dikategorikan sebagai berikut; aspal, pengerasan/paving blok dan jalan tanah. Untuk pengembangan sistem jaringan prasarana jalan pada Kawasan Perkotaan Pangkajene, diprioritaskan untuk:

 Mengoptimalkan jaringan jalan eksisting di Kawasan

Perkotaan Pangkajene;

 Mengembangkan sistem jaringan dengan membuka akses

dari dan ke wilayah sekitarnya, dalam upaya mendukung kelancaran fungsi-fungsi ekonomi dan sosial-budaya, serta untuk mendukung pusat permukiman utama serta zona industri baru, dan zona ekonomi lainnya;

 Menghubungkan akses dari dan ke pusat-pusat kegiatan, khususnya dari sentra-sentra produksi ke sentra-sentra industri pengolahan dan distribusi/pemasaran; dan

 Mendukung kelancaran fungsi simpul-simpul transportasi antar kawasan dalam wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang.

Ketentuan mengenai penggunaan jaringan jalan dalam hal meliputi:

(7)

a. Lingkungan jalan umum

 Pada setiap badan jalan tidak dibenarkan adanya

bangunan-bangunan untuk kepentingan perorangan

(seperti bak sampah, papan reklame dsb), kecuali atas izin khusus dari Bupati;

 Penggunaan badan jalan hanya untuk kepentingan lalu lintas kendaraan dan orang; dan

 Tidak dibenarkan penggunaan pelataran jalan untuk

pemanfaatan pribadi, kecuali telah mendapat izin penggunaan pelataran dari Bupati.

b. Sirkulasi angkutan

Arah pengembangan sistem sirkulasi angkutan di Kawasan Perkotaan Pangkajene, bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan, terutama yang menuju ke pusat-pusat

pertumbuhan dan pusat-pusat kegiatan pelayanan ke permukiman penduduk serta antar kawasan-kawasan yang ada di dalam wilayah perencanaan. Sedangkan jenis moda angkutan yang ada pada saat ini dioperasikan mikrolet dan

ojek. Mengingat perkembangan Kawasan Perkotaan

Pangkajene pada masa mendatang maka perlu peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya agar dapat melayani pergerakan dari dan ke kawasan dan antar kawasan.

Rencana ini berdasarkan aksesibilitas yakni harus memberikan kemudahan-kemudahan jangkauan pelayanan bagi penduduk, sehingga dalam aktivitas penduduk selalu merasakan jarak yang dicapai relatif dekat ke semua lokasi kegiatan yang ada serta berdasarkan manajemen transportasi. Dengan demikian, arahan pengembangan sistem transportasi meliputi sarana dan prasarana

untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan kawasan

(8)

dalam perkembangan kawasan dan pengembangan struktur ekonomi kawasan. Pengembangan transportasi ini meliputi pengembangan sarana dan prasarana transportasi.

Pengembangan jaringan jalan yang terdiri dari peningkatan kondisi jalan yang baru dibangun dan peningkatan fungsi jalan baru dan seiring dengan peningkatan kondisi jalan. Sedangkan pengembangan prasarana transportasi meliputi moda angkutan

umum, rambu-rambu lalu lintas, pendistribusian, dan

perlengkapan lainnya.

4.1.4.2. Rencana Jaringan Prasarana Drainase

Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air buangan baik yang bersumber dari air hujan, air buangan rumah tangga dan air yang bersumber dari jalan. Jaringan drainase yang terdapat di Kecamatan Maritengngae terdiri dari drainase sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer (tanah).

Drainase harus diatur secara tegas agar tidak dikuasai oleh perumahan dan pembangunan sarana perkotaan lainnya. Pengembangan daerah tertekan seperti dataran banjir saluran, rawa dan lain-lain sebagai detensi alami untuk pengembangan permukiman tidak dibenarkan. Bentuk pola dan kebutuhan jaringan drainase selain ditentukan oleh volume limpasan buangan, juga sangat bergantung pada kondisi fisiografi kawasan. Pada dasarnya permasalahan dari sistem drainase ini, meliputi:

 Adanya genangan-genangan sebagai akibat tidak terpadunya

saluran sekunder dan tersier;

 Tidak terpilihnya saluran-saluran drainase yang telah ada; dan

(9)

 Tingkat kepedulian sosial yang masih rendah yaitu masih banyak terdapat penduduk yang membuang sampah di saluran drainase.

Perencanaan jaringan drainase dilakukan dengan

mempertimbangkan kondisi eksisting fisik Kawasan Perkotaan Pangkajene, diantaranya:

 Permukaan lahan yang relatif datar hingga bergelombang, menyebabkan Kawasan Perkotaan Pangkajene, terjadi genangan pada beberapa lokasi pada musim hujan;

 Kondisi lahan yang datar menyebabkan air permukaan

menyebar rata di seluruh kawasan perencanaan, maka diperlukan upaya untuk menjaga agar air dapat mengalir dan menyebar ke segala arah tanpa hambatan sehingga sistem drainase air permukaan dapat berfungsi dengan baik; dan

 Sifat tanah salah satunya adalah sulit untuk menyerapkan air, setiap hilangnya lahan tempat air menyerap tidak akan tergantikan oleh permukaan lahan lainnya. Diperlukan areal lahan pengganti yang berfungsi sebagai daerah tampungan air untuk menggantikan kapasitas tampungan yang telah hilang tersebut.

Dari paparan kondisi drainase di atas, maka penanganan drainase Kawasan Perkotaan Pangkajene, diantaranya:

 Konsep penanganan drainase adalah memastikan bahwa air

dapat mengalir ke segala arah tanpa hambatan;

 Sistem drainase diarahkan pada penanganan setempat/site sesuai dengan kondisi yang ada, untuk selanjutnya diintegrasikan dengan sistem drainase sekunder dan primer kota; dan

(10)

 Penanganan drainase secara lokal, meliputi 3 (tiga) hal, diantaranya:

 Mengalirkan aliran air permukaan pada lahan tertimbun dan permukaan tanah ke bagian bawah rumah sehingga tidak terjadi genangan air pada badan jalan dan pekarangan rumah;

 Menghubungkan aliran-aliran air dari kantung-kantung air pada blok-blok peruntukan yang terbentuk oleh jaringan jalan lingkungan, sehingga air dapat mengalir dengan lancar ke seluruh permukaan lahan dan proses pasang surut air dapat berlangsung secara optimal; dan

 Pembuatan kantung air yang berfungsi sebagai pengganti kapasitas tampungan air.

Rencana sistem drainase di Kawasan Perkotaan Pangkajene, diarahkan pada:

 Pengembangan sistem jaringan drainase mengikuti pola aliran drainase yang berinduk ke sungai;

 Pengembangan Jaringan drainase tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi tapi terintegrasi dan terpadu dengan memperhatikan arah dan sistem drainase serta topografi lahan;

 Jaringan drainase di desain mampu mengalirkan air hujan dengan kapasitas sesuai dengan periode ulang banjir yang direncanakan dan kecepatan aliran di dalam saluran tidak boleh merusak badan saluran karena dapat menimbulkan erosi; dan

 Pada daerah datar, kemiringan dasar saluran harus

(11)

Besaran atau volume drainase menyesuaikan pada klasifikasi atau hirarki masing-masing jaringan, dengan asumsi sebagai berikut:

 Drainase primer, mengikuti jaringan jalan utama (kolektor) dan memfungsikan sungai sebagai saluran pembuangan utama;

 Drainase sekunder, yaitu jaringan drainase yang bermuara pada drainase primer, penempatan jaringan pada kedua sisi jalan utama dan kolektor; dan

 Drainase tersier, yaitu drainase yang bermuara pada drainase sekunder dan berhubungan langsung pada saluran pembuangan rumah tangga. Penempatan jaringan diarahkan pada kedua sisi jalan kolektor sekunder dan jalan lokal.

4.1.4.3. Rencana Jaringan Prasarana Air Minum

Air minum merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air minum yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan tidak berwarna. Sumber air minum yang digunakan masyarakat Kecamatan Maritengngae bersumber dari PDAM dan air tanah dalam (artesis). Dalam upaya penyediaan kebutuhan air minum yang di peruntukan untuk Kawasan Perkotaan Pangkajene, dibutuhkan sumber air baku yang memadai. Sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk sistem penyediaan air bersih berasal dari air hujan, air tanah dan air permukaan (sungai, danau, mata air) serta sumur dalam.

Prioritas pemilihan sumber air baku didasarkan pada aspek teknis dan ekonomis, dimana pemilihan sumber diprioritaskan terhadap sumber dengan kualitas air yang baik untuk mengurangi biaya pengolahan, sumber degan kuantitas yang melebihi kebutuhan air

(12)

bersih daerah pelayanan, serta letak sumber yang cukup strategis ditinjau dari segi teknis.

4.1.4.4. Rencana Jaringan Prasarana Persampahan

Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan. Kondisi sistem pelayanan persampahan di Kecamatan Maritengngae ditunjang dengan tersediaanya tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir, sehingga umumnya pola pengolahan sampah menggunakan sistem pewadahan dengan ketersediaan bak sampah dan armada pengangkutan. Rencana pengelolaan persampahan di Kawasan Perkotaan Pangkajene, dilakukan dengan mekanisme:

a. Pewadahan Sampah

Sampah yang berasal dari sumber sampah dilakukan pewadahan dengan menggunakan bak-bak sampah yang tersedia pada tiap-tiap rumah penduduk.

b. Pengumpulan Sampah

Sistem pengumpulan sampah dengan menggunakan jasa petugas yang nantinya sampah-sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) untuk direduksi dan kemudian diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sistem pengumpulan dapat dilaksanakan dengan cara:

 Pola individual (door to door), yaitu:

 Pengumpulan sampah dari rumah dengan alat angkut jarak pendek (misalnya: gerobak sampah) untuk diangkut ke TPS dan atau TPST terdekat; dan

 Pengumpulan sampah dari TPS ke TPST untuk

(13)

 Pola komunal

 Pengumpulan sampah dari beberapa rumah yang

dilakukan pada suatu titik pengumpul; dan

 Pengumpulan sampah untuk beberapa lokasi pada satu

titik pengumpulan. Pola komunal ini dirasakan sangat tepat untuk daerah permukiman yang berpenghasilan menengah kebawah atau pada daerah permukiman yang tidak teratur dimana kondisi jalannya tidak dapat dilalui oleh alat pengumpul sampah (truk atau gerobak sampah).

c. Pemindahan dan pengolahan sampah sementara

Tahap pemindahan merupakan tahap antara yang dapat mengurangi ketergantungan antara tahap pengumpulan dengan tahap pengangkutan dengan tujuan meningkatkan efisiensi masing-masing.

 Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)

Tempat pembuangan sementara yang termasuk pula berfungsi sebagai titik pertemuan peralatan pengumpulan (gerobak) dengan peralatan pengangkutan dan dapat merupakan tempat penyimpanan alat kebersihan, bengkel sederhana dan kantor wilayah/pengendalian, luas: 200 m².

 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)

Merupakan tempat pembuangan dan pengolahan awal yang termasuk pula sebagai titik pertemuan peralatan pengumpulan gerobak dan peralatan pengangkutan, karena sulit didapatnya lahan untuk stasiun transfer tipe I, maka hanya merupakan tempat parkir gerobak-gerobak saja, luas 50 - 100 m².

Sebelum sampah diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dilakukan terlebih dahulu pengolahan sampah

(14)

dengan menggunakan alat-alat incinerator, recycling,

composting dan balling. Pengolahan sampah dimaksudkan

agar pada saat sampah sampai di TPA tidak terdapat sampah yang berbahaya bagi lingkungan.

Pengembangan sarana dan prasarana TPS dan TPST dikembangkan sebagai suatu sistem multi simpul yang terbagi dalam beberapa kawasan atau zona pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pengelolaan sampah serta mengurangi volume sampah yang harus dikirim ke TPA.

d. Pengolahan sampah

Sebelum sampah diangkut ke TPA dilakukan terlebih dahulu

pengolahan sampah dengan menggunakan alat-alat

incenerator, recycling (daur ulang), composting, maupun balling.

Pengolahan sampah dimaksudkan agar pada saat sampah sampai di TPA tidak terdapat sampah yang berbahaya bagi lingkungan. Dari TPS dan TPST, sampah diangkut menuju TPA, dengan:

 Peralatan yang digunakan untuk mengangkut sampah

adalah truk dengan bak terbuka, dump truck, arm roll truck

dan atau compaction truck;

 Pemilihan jenis truk ditentukan oleh kondisi jalan daerah operasi, jarak tempuh, karakteristik sampah, tingkat persyaratan sanitasi yang dibutuhkan, daya dukung pemeliharaan dan sebagainya; dan

 Daerah pelayanan tetap dan dilayani oleh peralatan angkutan yang tepat dan dalam kondisi bagus.

(15)

Gambar:

Skema Pelayanan Persampahan

4.1.4.5. Rencana Jaringan Prasarana Pengelolaan Air Buangan

Air limbah domestik merupakan air yang timbul dari sisa kegiatan di rumah tangga, seperti air bekas mandi, mencuci dan kakus serta juga kegiatan lainnya yang dilakukan di dalam rumah. Air hujan bukan merupakan bagian dari air limbah domestik, karenanya air hujan harus dipisahkan penanganannya dari air limbah domestik dengan menyalurkannya ke saluran drainase kota. Tujuan pengolahan air limbah domestik ini adalah dalam rangka untuk menjaga kualitas lingkungan badan air penerima, seperti sungai, sehingga air limbah domestik yang dibuang ke sungai tersebut telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.

a. Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat (On Site)

Teknologi dalam pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan pengguna fasilitas tersebut yaitu pengolahan air limbah domestik individual dan pengolahan air limbah domestik komunal. Arahan rencana pengembangan

(16)

sistem pembuangan air limbah setempat (on site) di Kawasan Perkotaan Pangkajene, meliputi:

 Pengumpulan air limbah (black water) melalui kakus ke bangunan tanki septik;

 Pengaliran cairan dari tangki septik/cubluk ke bidang resapan;

 Pengaliran air limbah (grey water) langsung ke saluran drainase kota, atau diresapkan ke tanah; dan

 Pengumpulan/penyedotan lumpur tinja dengan truk tinja untuk dibawa ke IPLT.

PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PEMBUANGAN AKHIR

TANGKI SEPTIK TRUK TINJA IPLT BADAN AIR

PENERIMA

Gambar: Skematik Pengelolaan Air Limbah

b. Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat (Off Site)

Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off-site System),

adalah suatu sistem pengolahan air limbah dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat untuk selanjutnya diolah. Arahan rencana pengembangan sistem pembuangan air limbah terpusat (off site) di Kawasan Perkotaan Pangkajene, difokuskan pada kegiatan Rumah Sakit dan Industri dan Laboratorium. Sistem pengelolaan limbah tersebut, diatur dengan cara:

(17)

 Air limbah yang dikumpulkan dari sambungan rumah adalah dari air mandi, cuci, dapur dan toilet (grey water dan black water);

 Pengumpulan air limbah domestik dari sambungan rumah

dialirkan ke pipa pengumpul dengan kecepatan aliran;

 Kedalaman Pemasangan pipa minimum 1,00 meter dan

maksimum 7,00 meter; dan

 Air limbah dari pipa pengumpul dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

4.2. RENCANA MIKRO PENGEMBANGAN KAWASAN

PRIORITAS

4.2.1. Karakteristik Wilayah

4.2.1.1. Administrasi dan Geografi Wilayah

Secara umum luas wilayah Kelurahan Rijang Pittu kurang lebih 2,80 km2 yang terdiri dari 8 RT dan 4 RW. Secara Administrasi

batas wilayah Kelurahan Rijang Pittu sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pangkajene;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Allakuang;

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lautang

Benteng; dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Lakessi.

4.2.1.2. Topografi dan Kelerengan

Topografi dan kelerengan Kelurahan Maritengngae berada pada ketinggian ±500 meter dari permukaan air laut. Bentuk permukaan datar, hal tersebut dapat terlihat dari kemiringan lereng dengan kisaran 0 - 2 % dan 2 - 15 %. Kemiringan lereng tersebut menjadi dasar dalam menetapkan dan mengalokasikan berbagai fasilitas, pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan kawasan.

(18)

4.2.1.3. Geologi dan Struktur Tanah

Daya dukung geologi dan struktur tanah di Kelurahan Rijang Pittu umumnya dalam kondisi baik, hal ini dapat terlihat dari struktur lapisan tanahnya, dimana struktur tanah umunya dalah berpasir. Jenis tanah yang terdapat di Kelurahan Rijang Pittu secara umum adalah alluvial kelabu tua,, coklat kelabu, gromosol kelabu tua, kompleks podsolid coklat kekuningan serta regosol coklat kelabu dengan kedalaman tanah efektif >90 cm dengan tekstur tanah yang halus.

Kondisi geologi dan struktur tanah tersebut, pada dasarnya sangat cocok untuk kegiatan pembangunan permukiman, selain bentuk dan struktur tanahnya yang kuat, juga kondisi morfologi lahan di Kelurahan Rijang Pittu yang datar, sehingga untuk pengembangan permukiman, tidak dibutuhkan pematangan lahan.

4.2.1.4. Hidrologi dan Sumberdaya Air

Sumberdaya air yang digunakan penduduk Kelurahan Rijang Pittu bersumber dari PDAM, air tanah dalam dengan memanfaatkan sumur gali dan sumur pompa (artesis). Kondisi hidrologi ini menunjukkan bahwa pada Kelurahan Rijang Pittu, memiliki ketersediaan air bersih yang cukup, sehingga untuk perencanaan

pembangunan kawasan permukiman perkotaan dapat

dimungkinkan. Selain itu, di Kelurahan Rijang Pittu juga dilalui oleh sistem jaringan irigasi.

4.2.1.5. Aspek Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di Kelurahan Rijang Pittu mengalami

perubahan setiap tahun, hal ini dipengaruhi oleh kegiatan dan pertumbuhan penduduk yang mendiami kawasan. Pemanfaatan lahan di Kelurahan Rijang Pittu terdiri dari; sawah, perumahan

(19)

dan permukiman, fasilitas sosial ekonomi, serta bangunan lainnya.

4.2.2. Kependudukan

Keadaan demografi dan kependudukan hingga akhir tahun 2011 di Kelurahan Rijang Pittu menunjukkan kenaikan angka yang cukup signifikan. Hasil catatan registrasi pada Biro Pusat Statistik menunjukkan Kelurahan Rijang Pittu saat ini dihuni penduduk kurang lebih 5.775 jiwa. Angka tersebut memberikan indikator pesatnya kegiatan pembangunan yang perlu disiapkan dimasa yang akan datang.

4.2.2.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Hasil pendataan yang dilakukan menunjukkan rata-rata jumlah penduduk Kelurahan Rijang Pittu selama 4 (empat) tahun terakhir dirinci berdasarkan kelurahan memperlihatkan pertumbuhan terus meningkat, dimana pada tahun 2008 sebanyak 4.559 jiwa, tahun 2009 sebanyak 4.556 jiwa, pada tahun 2010 sebanyak 4.677 jiwa dan pada tahun 2011 sebanyak 5.775 jiwa. Demikian pula halnya dengan pola penyebaran penduduk terjadi secara tidak merata.

4.2.2.2.Kepadatan Penduduk

Hasil catatan registrasi yang diperoleh, tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Rijang Pittu sebesar 2.063 jiwa/km2.

Kepadatan penduduk di Kelurahan Rijang Pittu ini tergolong tinggi dibandingkan dengan beberapa kelurahan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh letak Kelurahan Rijang Pittu yang berada pada Kawasan Perkotaan Pangkajene sebagai puast aktivitas ekonomi dan permukiman perkotaan.

(20)

4.2.3. Ketersediaan Fasilitas Pelayanan 4.2.3.1. Fasilitas Sosial

a. Jumlah dan jenis fasilitas perumahan

Karakteristik perumahan di Kelurahan Rijang Pittu meliputi; rumah permanen dan semi permanen. Fasilitas perumahan merupakan sarana pokok dalam membina keluarga, tempat hidup dan aktivitas keseharian penduduk. Jumlah dan banyaknya rumah berdasarkan di Kelurahan Rijang Pittu sebanyak 1.122 unit.

b. Jumlah dan jenis fasilitas pendidikan

Pelayanan fasilitas pendidikan sangat menentukan mutu dan tingkat pendidikan masyarakat, oleh sebab itu memerlukan ketersediaan pelayanan yang tidak hanya dari segi kuantitas

tetapi juga memperhatikan ketersediaan prasarana

pendidikan, tenaga pengajar serta kurikulum pendidikan yang disajikan.

c. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan

Upaya untuk memenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan, pelayanan, tenaga dan peralatan medis.

4.2.3.2. Fasilitas Ekonomi

Sektor-sektor ekonomi yang terdapat di Kelurahan Rijang Pittu merupakan orientasi kegiatan masyarakat yang memanfaatkan potensi wilayah, antara lain sub sektor perdagangan dan jasa serta kegiatan industri.

(21)

a. Sub Sektor Perdagangan dan Jasa

Sub sektor perdagangan dan jasa mempunyai peranan penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Kelurahan Rijang Pittu. Keberadaan sektor perdagangan dan jasa memegang peranan penting dalam perputaran ekonomi di dalam suatu wilayah, oleh karena itu peningkatan kegiatan ekonomi perlu ditingkatkan. Keberadaan fasilitas perdagangan dan jasa di Kelurahan Rijang Pittu saat ini meliputi; warung/kios, pertokoan, dll.

b. Sub Sektor Industri

Kegiatan industri yang ada di Kelurahan Rijang Pittu merupakan kategori industri kecil atau industri rumah tangga. Kegiatan pada sub sektor industri tidak terpusat pada kawasan melainkan menyebar di perumahan penduduk. Hasil pengamatan yang dilakukan, jenis kegiatan yang dilakukan masyarakat adalah: jenis industri makanan.

4.2.4. Ketersediaan Prasarana Kawasan

Aspek prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu kawasan. Prasarana yang dimaksud meliputi; prasarana jalan, jaringan irigasi, jaringan listrik dan jaringan telepon dipergunakan untuk mendukung kelancaran aktivitas atau kegiatan dalam rangka peningkatan pertumbuhan suatu wilayah.

4.2.4.1. Karakteristik dan Fungsi Jaringan Prasarana Jalan

Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan jalan dapat digunakan sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang mempunyai

(22)

komposisi sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan.

Dengan demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan

penataan jaringan agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan.

Hubungan utama antar kawasan internal dan eksternal Kelurahan Maritengngae dilakukan dengan menggunakan transportasi darat

dengan dukungan ketersediaan jaringan jalan. Sediaan sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di Kelurahan Rijang Pittu dikategorikan sebagai berikut; aspal, pengerasan dan jalan tanah.

4.2.4.2. Kondisi Jaringan Prasarana Drainase

Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air buangan baik yang bersumber dari air hujan, air

buangan rumah tangga dan air yang bersumber dari jalan. Jaringan drainase di Kelurahan Rijang Pittu terdiri dari drainase

(23)

sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer (tanah). Untuk panjang panjang dan lebar keseluruhan drainase tidak diperoleh data.

4.2.4.3. Kondisi Jaringan Prasarana Air Minum

Air bersih/minum merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air bersih yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus

bebas dari rasa, bau dan tidak

berwarna. Sumber air

bersih/minum yang digunakan

masyarakat Kelurahan Rijang

Pittu bersumber dari PDAM dan air tanah dalam (artesis). Dari

hasil survey lapangan, kondisi air bersih/minum yang ada sampai saat ini masih aman untuk dikomsumsi dan belum mengalami pencemaran, baik yang disebabkan oleh kegiatan industri rumah tangga maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya menggunakan air.

4.2.4.4. Kondisi Jaringan Prasarana Energi/Kelistrikan

Jaringan listrik merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang penerangan rumah tangga, kegitan industri dan kegiatan lainnya, oleh karena itu listrik memegang peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan penerangan. Pemenuhan kebutuhan akan jaringan listrik untuk Kelurahan Rijang Pittu dewasa ini sudah terlayani untuk keseluruhan wilayah/kawasan.

4.2.4.5. Kondisi Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Salah satu prasarana yang efisien dan cepat untuk mendapatkan akses pelayanan informasi dan komunikasi adalah penyediaan prasarana jaringan telepon. Penggunaan jaringan telepon sangat

(24)

penting dalam penerimaan informasi baik untuk kegiatan bisnis dan proses yang dilakukan masyarakat untuk berinteraksi. Ketersediaan prasarana telepon yang ada saat ini berupa telepon rumah tangga, dan penggunaan telepon seluler.

4.2.4.6. Kondisi Sistem Pelayanan Persampahan

Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan. Kondisi sistem pelayanan persampahan di Kelurahan Maritengngae ditunjang dengan

penyediaan tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir, sehingga umumnya pola pengolahan sampah saat ini menggunakan sistem pewadahan dengan tersedianya countainer

dan armada pengangkutan serta sebahagian kecil masyarakat mengolah sampah yang dihasilkan dengan jalan ditanam dan dibakar (sistem konvensional).

4.2.4.7. Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Air limbah merupakan air hasil buangan yang memerlukan pewadahan dan tempat, baik yang bersumber dari limbah domestik (rumah tangga) maupun dari industri. Kondisi pengolahan air limbah di Kelurahan Rijang Pittu untuk jangka pendek tidak membahayakan lingkungan oleh karena produksi limbah umumnya berasal dari aktivitas limbah hasil rumah tangga, namun untuk jangka panjang diperlukan suatu pewadahan untuk mengalirkan dan membuang hasil limbah tersebut. Sedangkan limbah yang berasal dari industri besar umumnya sudah tersedia tempat penampungan atau pengelolaan limbah yang dikelola oleh unit-unit industri.

(25)

4.2.5. Kelembagaan

Kelembagaan pemerintahan yang terdapat di Kelurahan Rijang Pittu terdiri dari; kelembagaan tingkat RT sebanyak 8 dan tingkat RW sebanyak 4. Kelembagaan masyarakat yang terdapat di

Kelurahan Rijang Pittu terdiri dari; LPM dan Pemuda.

Kelembagaan masyarakat pada dasarnya merupakan lembaga yang terbentuk dalam masyarakat untuk terlaksananya berbagai kegiatan kemasyarakatan dan membantu pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah kelembagaan masyarakat yang terdapat di Kelurahan Rijang Pittu untuk lembaga yang bergerak dalam bidang kepemudaan sebanyak 1 lembaga.

4.2.6. Rencana Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Untuk menjelaskan kondisi ketersedian prasarana lingkungan permukiman prioritas, pendekatan yang digunakan adalah

membandingkan ketersediaan prasarana dengan standar

pelayanan minimum (SPM) dan untuk mendapatkan penilaian terhadap prasarana digunakan penilaian kategori dari masing-masing indikator prasarana yang terlebih dahulu dibobot berdasarkan tingkat ketersediaannya. Adapun rekapitulasi hasil penilaian berdasarkan tingkat ketersediaan digunakan Skala Likert (Sugiono,2002), sebagai berikut:

 Kategori sesuai/terpenuhi diberi skor 5;

 Kategori cukup sesuai/terpenuhi diberi skor 3; dan

 Kategori kurang sesuai/terpenuhi diberi skor 1.

Dalam penentuan kawasan permukiman prioritas di Kota Pangkejene sebagaimana hasil kesepakatan yang didasarkan pada 12 variabel dan 38 indikator penilaian. Dalam penentuan nilai masing-masing kritteria dan sub kriteria tersebut ditetapkan

(26)

berdasarkan hasil penilaian yang telah diisi oleh stakeholder, dalam hal ini adalah masyarakat dan aparat yang mewakili masing-masing SKPD yang terkait.

Nilai prioritas yang diperoleh bagi masing-masing kriteria setelah dikalkulasi sesuai dengan prinsip AHP diperoleh bahwa kriteria prasarana mendapat nilai tertinggi, yakni sebesar 0,1242, kemudian diikuti oleh aspek legalitas, investasi masing-masing sebesar 0,1145, dan aspek kependudukan sebesar 0,1104. Adapun criteria dengan nilai prioritas terendah adalah aspek karakteristik fisik sebesar 0.0238 dan aspek sosial sebesar 0,0384. Dalam penentuan kawasan permukiman prioritas di Kota Pangkejene sebagaimana hasil kesepakatan yang didasarkan pada 12 variabel dan 38 indikator penilaian. Dalam penentuan nilai masing-masing kritteria dan sub criteria tersebut ditetapkan berdasarkan hasil penilaian yang telah diisi oleh stakeholder, dalam hal ini adalah masyarakat dan aparat yang mewakili masing-masing SKPD yang terkait.

Nilai prioritas yang diperoleh bagi masing-masing kriteria setelah dikalkulasi sesuai dengan prinsip AHP diperoleh bahwa kriteria prasarana mendapat nilai tertinggi, yakni sebesar 0,1242, kemudian diikuti oleh aspek legalitas, investasi masing-masing sebesar 0,1145, dan aspek kependudukan sebesar 0,1104. Adapun kriteria dengan nilai prioritas terendah adalah aspek karakteristik fisik sebesar 0.0238 dan aspek sosial sebesar 0,0384. Adapun rekapitulasi penilaian yang telah melalui suatu proses penilaian perbandingan berpasangan masing-masing kriteria yang diperoleh dari responden adalah seperti terlihat pada tabel berikut.

(27)

Matriks Perbandingan Semua Kriteria Penentuan Kawasan Permukiman Prioritas Kota Pangkejene KRITERIA 1 KRITERIA 2 KRITERIA 3 KRITERIA 4 KRITERIA 5 KRITERIA 6 KRITERIA 7 KRITERIA 8 KRITERIA 9 KRITERIA 10 KRITERIA 11 KRITERIA 12 JUMLAH Kriteria1 1.00 0.33 1.00 0.20 0.20 0.33 0.20 0.60 1.00 0.20 0.20 0.33 5.60 Kriteria2 3.00 1.00 0.20 1.00 1.00 1.00 1.00 0.10 0.20 1.00 1.00 0.33 10.83 Kriteria3 1.00 5.00 1.00 0.33 0.20 0.20 0.20 0.20 1.00 0.20 0.20 0.20 9.73 Kriteria4 5.00 1.00 3.00 1.00 1.00 1.00 1.00 3.00 5.00 1.00 1.00 3.00 26.00 Kriteria5 5.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 3.00 5.00 1.00 1.00 3.00 28.00 Kriteria6 3.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 3.00 3.00 1.00 1.00 3.00 24.00 Kriteria7 5.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 3.00 5.00 1.00 1.00 3.00 28.00 Kriteria8 5.00 3.00 5.00 0.33 0.33 0.33 0.33 1.00 0.20 3.00 3.00 1.00 22.53 Kriteria9 1.00 5.00 1.00 0.20 0.20 0.33 0.20 5.00 1.00 5.00 5.00 5.00 28.93 Kriteria1 0 5.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.33 0.20 1.00 1.00 3.00 20.53 Kriteria1 1 5.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.33 0.20 1.00 1.00 3.00 20.53 Kriteria1 2 3.00 3.00 5.00 0.33 0.33 0.33 0.33 1.00 0.60 0.33 0.33 1.00 15.60 Jumlah 42.00 23.33 41.20 8.40 8.27 8.53 8.27 20.57 22.40 15.73 15.73 25.87 240.30 Catatan:

Kriteria1 Karakteristik Fisik Kriteria8 Aspek Sarana Permukiman

Kriteria2 Ekonomi Kriteria9 Aspek Prasarana

Kriteria3 Aspek Sosial Kriteria10 Kondisi Bangunan Permukiman

Kriteria4 Aspek Kependudukan Kriteria11 Aspek Partisipasi

Kriteria5 Aspek Investasi Kriteria12 Kebijakan Pemerintah

Kriteria6 Aspek Pembiayaan Kriteria7 Aspek Legalitas

(28)

Aspek fisik lingkungan memiliki penilaian terendah dibandingkan dengan kriteria lainnya mengindikasikan bahwa pemelihan lokasi permukiman oleh penduduk tidak mempertimbangkan orientasi fisik lingkungan. Hal inilah yang kemudian melahirkan permasalahan lingkungan yang kemudian memberikan implikasi pada penyediaan prasarana dan sarana lingkungan, disamping karakteristik bentang alam Kota Pangkajene pada dasarnya sama, yakni geomorfologi yang datar.

Sementara itu aspek sosial yang juga memiliki penilaian prioritas terendah memberikan indikasi bahwa system sosial maupun struktur sosial yang berlaku tidak memberikan hubungan yang signifikan terhadap penentuan lokasi permukiman. Selengkapnya hasil analisis nilai prioritas kriteria dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel: 4.6.

Hasil Analisis Nilai Prioritas Manurut Kriteria

NO KRITERIA NILAI PRIORITAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Karakteristik Fisik Ekonomi Aspek Sosial Aspek Kependudukan Aspek Investasi Aspek Pembiayaan Aspek Legalitas

Aspek Sarana Permukiman Aspek Prasarana

Kondisi Bangunan Permukiman Aspek Partisipasi Kebijakan Pemerintah 0,0238 0,0626 0,0384 0,1104 0,1145 0,1031 0,1145 0,0838 0,1242 0,0858 0,0858 0,0531 JUMLAH 1,000

Sumber: Hasil Analisis, Th. 2012

Tingginya nilai aspek prasarana, legalitas, investasi dan aspek kependudukan mengindikasikan bahwa ketersediaan prasarana,

(29)

baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya masih belum memadai jika dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan perkotaan. Prasarana lingkungan hanya tertuju pada bagian-bagian kawasan yang sudah mulai berkembang maupun yang sudah berkembang, sementara perluasan cakupan kawasan yang semakin bertambah yang tidak didukung oleh ketersediaan prasarana yang memadai. Untuk aspek legalitas juga memperlihatkan bahwa kepemilikan lahan pada dasarnya sudah milik masyarakat, hanya saja tidak memberikan implikasi terhadap perkembangan wilayah perkotaan karena masyarakat akan melepaskan penguasaan lahannya jika kawasan perkotaan akan bertambah.

Untuk aspek investasi terkait dengan penyediaan dan pengembangan permukiman perkotaan tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan karena penyediaan permukiman masih dilakukan secara swadaya dan untuk pengembangan yang dilakukan oleh pihak swasta terekspansi ke bagian-bagian kawasan yang jauh dari pusat perkotaan. Sedangkan aspek

kependudukan dengan melihat pertambahan dan

pertumbuhannya juga tidak memperlihatkan adanya

permasalahan yang dapat menimbulkan adanya penduduk yang tidak memiliki tempat hunian, baik yang dimiliki secara pribadi maupun sewa.

Untuk memperoleh penentuan kawasan prioritas, maka dari 12 kriteria penilaian penentuan prioritas kawasan permukiman di Kota Pangkajene, diuraikan lagi menjadi 38 sub criteria. Subkriteria disusun berdasarkan elaborasi lebih rinci dari kriteria yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya ke 38 subkriteria ini mempunyai saling keterkaitan dengan 12 kriteria penentuan skala

(30)

prioritas kawasan permukiman di Kota Pangkajene. Analisis AHP untuk masing-masing subkriteria diperoleh nilai prioritasnya. Selanjutnya nilai prioritas subkriteria dikalikan dengan masing-masing nilai prioritas kriteria yang terkait, sehingga diperoleh nilai prioritas subkriteria secara global. Setelah dianalisis berdasarkan penilaian perbandingan yang diberikan responden diperoleh nilai prioritas masing-masing subkriteria secara global seperti pada tabel berikut.

(31)

Tabel: 4.7.

Nilai Prioritas Sub-Kriteria Dalam penentuan Kawasan Permukiman Prioritas di Kota Pangkejene

NO SUB SKRITERIA NILAI PRIORITAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Tofografi Kemiringan Lereng Ketersediaan Lahan Tata Guna Lahan

Daya Dukung Lingkungan Daya Tampung Ruang Lapangan Kerja/Usaha Pendapatan Sistem Sosial Struktur Sosial Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Pemerintah Swasta Masyarakat APBN APBD I APBD II Swasta Masyarakat

Kepemilikan lahan (HM,HGB,Hak Sewa) Status Lahan

Harga Lahan

Keterediaan Sarana Fasos dan Fasum) Jenis Sarana

Ketersediaan Jalan Pelayanan Air Minum Pelayanan Persampahan Ketersediaan Drainase

Ketersediaan Pengelolaan Limbah Permanen Semi Permanen Temporer Partisipasi Tinggi Partisipasi Sedang Partisipasi Rendah Spatial Plan Developmen Plan 0.0075 0.0071 0.0012 0.0038 0.0012 0.0029 0.0376 0.0250 0.0231 0.0154 0.0442 0.0663 0.0714 0.0158 0.0274 0.0054 0.0088 0.0137 0.0276 0.0476 0.0347 0.0103 0.0695 0.0335 0.0503 0.0480 0.0303 0.0112 0.0209 0.0138 0.0088 0.0181 0.0589 0.0543 0.0224 0.0091 0.0319 0.0212 JUMLAH 1.0000

Sumber: Hasil Analisis, Th. 2012

Dari 38 sub-kriteria, terdapat empat subkriteria yang cukup berpengaruh, berturut-turut subkriteria keterlibatan Pemerintah, Kepadatan Penduduk, dan Harga Lahan. Ketiga subkriteria

(32)

penanganan permukiman disebabkan oleh adanya pemusatan-pemusatan penduduk yang menimbulkan kepadatan penduduk

yang tidak merata. Sedangkan keterlibatan pemerintah

maksudnya adalah bahwa perwujudan kondisi lingkungan di Kota

Pangkejene masih sangat didominasi oleh

pembiayaan-pembiayaan yang dialokasikan oleh pemerintah, sementara keterlibatan swasta dan masyarakat belum memberikan hasil yang signifikan, kecuali pada pusat kota dengan orientasi pada bisnis oleh swasta.

Sub-kriteria harga lahan dengan melihat orientasi perkembangan dan pertumbuhan wilayah perkotaan dengan segala aktivitas yang berkembang mempengaruhi harga lahan, sehingga pengembangan dan pembangunan permukiman oleh swasta dan masyarakat semakin sulit dan memberikan implikasi pada ketidak terpaduan prasarana dan sarana lingkungan dalam wilayah perkotaan Kota Pangkajene. Adapun Nilai prioritas masing-masing subkriteria terhadap kawasan yang dinominasikan menjadi kawasan permukiman prioritas adalah seperti tabel berikut.

(33)

Tabel: 4.8.

Nilai Masing-Masing Subkriteria Terhadap Kawasan Permukiman Yang Diusulkan

NO SUBKRITERIA PANGKAJENE RIJANG

PITTU MAJELLING - MAJELLING WATTANG LAUTANG BENTENG LAKESSI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Tofografi Kemiringan Lereng Ketersediaan Lahan Tata Guna Lahan

Daya Dukung Lingkungan Daya Tampung Ruang Lapangan Kerja/Usaha Pendapatan Sistem Sosial Struktur Sosial Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Pemerintah Swasta Masyarakat APBN APBD I APBD II Swasta Masyarakat Kepemilikan lahan Status Lahan Harga Lahan

Keterediaan Fasos & Fasum Jenis Sarana

Ketersediaan Jalan Pelayanan Air Minum Pelayanan Persampahan Ketersediaan Drainase

Ketersediaan Pengelolaan Limbah Permanen Semi Permanen Temporer Partisipasi Tinggi Partisipasi Sedang Partisipasi Rendah Spatial Plan Developmen Plan 0.2500 0.2500 0.5505 0.5123 0.4132 0.5595 0.3058 0.5200 0.4237 0.4424 0.5011 0.5430 0.5329 0.5200 0.4552 0.4881 0.0935 0.1529 0.0674 0.5018 0.5856 0.4616 0.1251 0.4168 0.5237 0.5601 0.6013 0.5549 0.5667 0.5505 0.5549 0.5549 0.5767 0.3910 0.5938 0.1667 0.5430 0.5005 0.2500 0.2500 0.2351 0.2824 0.2882 0.0767 0.2567 0.2006 0.2987 0.2341 0.2630 0.2445 0.2729 0.0966 0.3033 0.1865 0.2416 0.3479 0.3725 0.2188 0.1707 0.2221 0.3756 0.3625 0.2629 0.1720 0.1619 0.0967 0.1740 0.1168 0.0967 0.0967 0.0898 0.2212 0.0938 0.1667 0.1360 0.2189 0.2500 0.2500 0.0976 0.1212 0.1169 0.1723 0.3237 0.1828 0.1572 0.1552 0.1591 0.1360 0.1276 0.2006 0.0849 0.2560 0.1662 0.2506 0.4261 0.1100 0.0993 0.1312 0.4173 0.1590 0.1525 0.1720 0.1619 0.0967 0.0916 0.0976 0.0967 0.0967 0.0847 0.2097 0.0938 0.1667 0.0765 0.2189 0.2500 0.2500 0.1168 0.0841 0.1816 0.1915 0.1138 0.0966 0.1204 0.1683 0.0768 0.0765 0.0667 0.1828 0.1566 0.0694 0.4987 0.2486 0.1341 0.1694 0.1444 0.1851 0.0819 0.0616 0.0609 0.0958 0.0748 0.2516 0.1677 0.2351 0.2516 0.2516 0.2487 0.1781 0.2188 0.5000 0.2445 0.0616 Sumber: Hasil Analisis, Th. 2012

Dengan mengalikan matriks nilai subkriteria terhadap kawasan yang dikategorikan dengan nilai prioritas subkriteria diperoleh peringkat perioritas kawasan permukiman prioritas dari 4 kawasan permukiman yang dinominasikan. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan memperlihatkan kawasan permukiman Pangkajene Rijang Pittu menduduki peringkat pertama diikuti kawasan Majelling-Majelling Wattang, Lautang Benteng, dan

Lakessi. Prioritas pertama pada kawasan permukiman

(34)

dengan berbagai aktivitas dan sekaligus sebagai embrio kawasan

permukiman penduduk. Peringkat penentuan kawasan

permukiman prioritas hasil analisis multikriteria ini ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel: 4.9.

Peringkat Lokasi Kawasan Permukiman Prioritas Kota Pangkajene Kabupaten Sidrap

NO KAWASAN PERMUKIMAN NILAI PRIORITAS PERINGKAT 1

2 3 4

Pangkajene - Rijang Pittu

Majelling-Majelling Wattang Lautang Benteng Lakessi 0.4553 0.2281 0.1755 0.1411 1 2 3 4 JUMLAH 1.0000

Sumber: Hasil Analisis, Th. 2012

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa Kawasan Pangkajene-Rijang Pittu dengan nilai prioritas sebesar 0,4553 jika dibandingkan dengan nilai prioritas kedua pada kawasan Majelling-Majelling Wattang memiliki selisih terpaut jauh, yakni mencapai 50,01%. Terpilihnya kawasan Pangkajene-Rijang Pittu

sebagai lokasi kawasan prioritas dalam pembangunan

permukiman di Kota Pangkajene disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi unsur penilaian sebagaimana yang diperlihatkan sebelumnya.

Guna lebih terarahnya pembangunan permukiman pada Kawasan Pangkajene-Rijang Pittu sebagai lokasi kawasan permukiman prioritas di Kota Pangkajene, maka perlu dirumuskan suatu kriteria dan indikator penanganan sebagaimana pada tabel berikut.

(35)

Tabel: 4.10.

Kriteria dan Indikator Lokasi Kawasan Permukiman Prioritas Kawasan Pangkajene-Rijang Pittu

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR

1 Urgenitas Penanganan Kedudukan kawasan dalam

konstelasi kawasan perkotaan Kestrategisan kawasan permukiman lokasi dalam struktur kota Kepadatan wilayah yang tinggi Kepadatan penduduk

yang tinggi dalam kawasan

2 Kontribusi Dalam

Penanganan Permasalahan Kota

Keefektifan dalam penanganan

permasalahan kota Multiplier effect dari penanganan kawasan permukiman terhadap kota tinggi

3 Kontribusi Dalam Stimulasi

Pembangunan dan Pengembangan Kota 4 Sesuai Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Kota 5 Dominasi Permasalahan Terkait Bidang Keciptakaryaan 6 Dominasi Penanganan Melalui Bidang Keciptakaryaan

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR

1 Urgenitas Penanganan Kedudukan kawasan dalam

konstelasi kawasan perkotaan Kestrategisan kawasan permukiman lokasi dalam struktur kota Kepadatan wilayah yang tinggi Kepadatan penduduk

yang tinggi dalam kawasan

2 Kontribusi Dalam

Penanganan Permasalahan Kota

Keefektifan dalam penanganan

permasalahan kota Multiplier effect dari penanganan kawasan permukiman terhadap kota tinggi

3 Kontribusi Dalam Stimulasi

Pembangunan dan Pengembangan Kota 4 Sesuai Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Kota 5 Dominasi Permasalahan Terkait Bidang Keciptakaryaan 6 Dominasi Penanganan Melalui Bidang Keciptakaryaan Sumber: Hasil Analisis, Th. 2012

4.3. RENCANA PROGRAM PENANGANAN KAWASAN

PRIORITAS KOTA PANGKAJENE

4.3.1. Lokasi Permukiman Prioritas Terpilih

Dari hasil analisis penentuan kawasan prioritas yang telah dilakukan Konsultan dan Tim Pokjanis diperoleh lokasi

(36)

permukiman prioritas terpilih untuk ditindak lanjuti dalam RPKPP. Kawasan prioritas terpilih untuk RPKPP Kota Pangkajene berlokasi di Kelurahan Rijang Pittu, Kecamatan Maritengngae. Dalam rangka merumuskan rencana aksi program penanganan kawasan prioritas Kota Pangkajene, terlebih dahulu dilakukan penentuan batas deliniasi kawasan perencanaan hingga 30 - 60 Ha. Selanjutkan melihat kondisi sarana dan prasarana lingkungan dan aspek-aspek lainnya dalam melakukan penanaganan kawasan permukiman prioritas dan indikasi program kegiatan. Berikut adalah peta lokasi kawasan permukiman prioritas Kota

Pangkajene berdasarkan hasil penyusunan SPPIP Kota

(37)
(38)

Tabel: 4.11.

Identifikasi Program Penanganan

PROGRAM KEGIATAN

1 Pengembangan Permukiman 1 Pengaturan GSB, KDB dan KLB (Bangkim) 2 Penyediaan sarana pendidikan

3 Penyediaan sarana perdagangan

4 Penyediaan sarana peribadatan

5 Penyediaan sarana kesehatan

2 Penataan Bangunan dan 1 Perbaikan sarana hunian Lingkungan (PBL) 2 Penyiapan RTH

3 Penataan Jalur Pedestrian

4 Peningkatan Permukiman penyehatan lingkungan

5 Penyiapan hidrant kebakaran

6 Sosialisasi masyaraat Peningkatan peranserta 3 Prasarana Lingkungan (bangkim) Jalan 1 Pembangunan dan pengembangan jalan baru

2 Peningkatan jaringan jalan

3 Pemeliharaan jaringan jalan

4 Peningkatan peranserta masyaraat

5 Perintisan Jalan

4 Prasarana Persampahan (PLP) 1 Tong Sampah

2 Pengadaan Gerobak Sampah

3 Peningkatan pengangkutan sampah kapasitas pelayanan 5 Prasarana Drainase (PLP) 1 Peningkatan Jaringan Drainase

2 Normalisasi Saluran Drainase

3 Pengadaan Pompa

6 Prasarana Air Limbah (PLP) 1 Peningkatan Sistem Pengelolaan Limbah Pasar

2 Pembangunan MCK

3 Peningkatan peranserta masyaraat

4 Pembangunan bak resapan air buangan

5 Optimalisasi IPLT yang ada

4 Peningkatan partisipasi masyarakat

7 Prasarana Air Minum (Air 1 Peningkatan pelayanan air minum

Minum) 2 Penambahan jaringan distribusi sistem perpipaan

3 Pengadaan hidran umum

4 Penambahan sambungan baru watermeter air dan

5 Peningkatan peranserta masyaraat

(39)

Dari hasil pelaksanaan FGD II, luasan deliniasi kawasan yang telah ditetapkan oleh tim pokjanis bersama tim konsultan serta pemangku kepentingan sebanyak 60 Ha (Sub Kawasan A), maka batasan deliniasi kawasan akan bertambah dengan memasukkan kawasan permukiman dengan kawasan permukiman lainnya, terutama pada penanganan bidang drainase. Dalam penentuan

rumusan rencana aksi program penanganan kawasan

permukiman prioritas Kota Pangkajene yang menjadi dasar penyusunan program kegiatan dimasa mendatang didasari pada hal-hal berikut:

 Pengembangan Permukiman dimaksudkan untuk

mewujudkan kondisi prasarana dan sarana perkotaan yang layak huni;

 Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan

serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan permukiman binaan;

 Bidang Jalan Lingkungan bertujuan untuk memenuhi

aksesibilitas dan mobilitas yang baik dalam rangka menunjang lingkungan permukiman dan mendorong kegiatan produktif kawasan maupun perkotaan;

 Bidang Persampahan bertujuan untuk mencapai

masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah;

 Bidang Air minum bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan air minum kepada masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan produktif kawasan dan wilayah kota;

 Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai masyarakat

hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan; dan

(40)

 Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman.

Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan hasil penilaian terhadap variabel program pengembangan kawasan prioritas, pada masing-masing lokasi sub kawasan.

Tabel: 4.12.

Penilaian Lokasi Sub Kawasan A

(41)
(42)

Tabel: 4.13.

Penilaian Lokasi Sub Kawasan B

(43)
(44)

Tabel: 4.14.

Penilaian Lokasi Sub Kawasan C

(45)
(46)

Tabel: 4.15.

Penilaian Lokasi Sub Kawasan D

(47)
(48)

Tabel: 4.16.

Skor Penilaian Lokasi Prioritas

NO SUB KAWASAN/BLOK SKORING PENILAIAN LOKASI PRIORITAS

1 2 3 4 Blok A Blok B Blok C Blok D 3,08 3,29 3,46 3,43 I II III IV

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012

4.3.2. Program Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas

Rencana program pengembangan kawasan permukiman prioritas Kota Pangkajene merupakan penjabaran hasil kegiatan yang akan dilakukan pada kurun waktu tertentu. Penjabaran pelaksanaan kegiatan yang diuraikan selama waktu 5 (lima) tahun, yakni dari tahun 2013 - 2017. Sedangkan jenis kegiatan yang terkait meliputi:

 Aspek Fisik, yaitu berkaitan dengan jenis kegiatan prasarana dan sarana permukiman yang akan dikembangkan berdasarkan skala prioritas pengembangannya;

 Aspek Ekonomi, yaitu kegiatan yang berkenaan dengan peluang dan peningkatan ekonomi masyarakat terkait pengembangan kegiatan;

 Aspek Sosial, yaitu suatu dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengembangan kawasan terhadap sosial masyarakat;

 Aspek Kelembagaan, yaitu upaya mengoptimalisasikan kelembagaan masyarakat dalam rangka pengembangan kawasan;

 Aspek Legal, yaitu suatu upaya untuk menyediakan kegiatan perencanaan yang akan menjadi pedoman atau dasar dalam pengembangan kawasan.

Berdasarkan rencana aksi program tersebut dan sebagai estimasi awal kebutuhan pendanaan pengembangan kawasan, dibutuhkan hingga tahun 2017, maka dibutuhkan pelibatan semua unsur masyarakat, swasta dan pemerintah. Adapun jenis program aksi yang akan

(49)

direncanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel: 4.19.

Rencana Program Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas Terpilih

PROGRAM KEGIATAN

1 Pengembangan Permukiman 1 Pengaturan GSB, KDB dan KLB (Bangkim) 2 Penyediaan sarana pendidikan

3 Penyediaan sarana perdagangan

4 Penyediaan sarana peribadatan

5 Penyediaan sarana kesehatan

2 Penataan Bangunan dan 1 Perbaikan sarana hunian Lingkungan (PBL) 2 Penyiapan RTH

3 Penataan Jalur Pedestrian

4 Peningkatan Permukiman penyehatan lingkungan

5 Penyiapan hidrant kebakaran

6 Sosialisasi masyaraat Peningkatan peranserta 3 Prasarana Lingkungan (bangkim) Jalan 1 Pembangunan dan pengembangan jalan baru

2 Peningkatan jaringan jalan

3 Pemeliharaan jaringan jalan

4 Peningkatan peranserta masyaraat

5 Perintisan Jalan

4 Prasarana Persampahan (PLP) 1 Tong Sampah

2 Pengadaan Gerobak Sampah

3 Peningkatan pengangkutan sampah kapasitas pelayanan 5 Prasarana Drainase (PLP) 1 Peningkatan Jaringan Drainase

2 Normalisasi Saluran Drainase

3 Pengadaan Pompa

6 Prasarana Air Limbah (PLP) 1 Peningkatan Sistem Pengelolaan Limbah Pasar

2 Pembangunan MCK

3 Peningkatan peranserta masyaraat

4 Pembangunan bak resapan air buangan

5 Optimalisasi IPLT yang ada

4 Peningkatan partisipasi masyarakat

7 Prasarana Air Minum (Air 1 Peningkatan pelayanan air minum

Minum) 2 Penambahan jaringan distribusi sistem perpipaan

3 Pengadaan hidran umum

4 Penambahan sambungan baru watermeter air dan

5 Peningkatan peranserta masyaraat

(50)

4.4. RENCANA PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN LOKASI TERPILIH

Dalam rangka merumuskan rencana aksi program penanganan kawasan prioritas Kota Pangkajene, terlebih dahulu dilakukan penentuan batas deliniasi kawasan perencanaan hingga 30-60 Ha. Selanjutkan melihat kondisi sarana dan prasarana lingkungan dan aspek-aspek lainnya dalam melakukan penanaganan kawasan permukiman prioritas dan indikasi program kegiatan.

Tabel: 4.20.

Rencana Lokasi Permukiman Prioritas Terpilih Kota Pangkajene Kabupaten Sidrap

NO KAWASAN PERMUKIMAN NILAI PRIORITAS PERINGKAT

1

2 3 4

Pangkajene - Rijang Pittu

Majelling-Majelling Wattang Lautang Benteng Lakessi 0.4553 0.2281 0.1755 0.1411 1 2 3 4 JUMLAH 1.0000

Sumber: Hasil Analisis, Th. 2012

Dari hasil pelaksanaan FGD II, dan III, luasan deliniasi kawasan yang telah ditetapkan oleh tim pokjanis bersama tim konsultan serta pemangku kepentingan sebanyak 60 Ha (Sub Kawasan A), maka batasan deliniasi kawasan akan bertambah dengan

memasukkan kawasan permukiman dengan kawasan

permukiman lainnya, terutama pada penanganan bidang drainase. Dalam penentuan rumusan rencana aksi program penanganan kawasan permukiman prioritas Kota Pangkajene yang menjadi dasar penyusunan program kegiatan dimasa mendatang didasari pada hal-hal berikut:

 Pengembangan Permukiman dimaksudkan untuk

mewujudkan kondisi prasarana dan sarana perkotaan yang layak huni;

(51)

 Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan permukiman binaan;

 Bidang Jalan Lingkungan bertujuan untuk memenuhi

aksesibilitas dan mobilitas yang baik dalam rangka menunjang lingkungan permukiman dan mendorong kegiatan produktif kawasan maupun perkotaan;

 Bidang Persampahan bertujuan untuk mencapai

masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah;

 Bidang Air minum bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan air minum kepada masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan produktif kawasan dan wilayah kota;

 Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai masyarakat

hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan; dan

 Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman.

(52)

Tabel: 4.21.

Rencana Program Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas, Kota Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012

4.4.1. Perumusan Rencana Aksi Program

Rencana aksi program pengembangan kawasan permukiman prioritas Kota Pangkajene merupakan penjabaran hasil kegiatan yang akan dilakukan pada kurun waktu tertentu. Penjabaran pelaksanaan kegiatan yang diuraikan selama waktu 5 (lima) tahun, yakni dari tahun 2013 - 2017. Sedangkan jenis kegiatan yang terkait meliputi:

 Aspek Fisik, yaitu berkaitan dengan jenis kegiatan

prasarana dan sarana permukiman yang akan

dikembangkan berdasarkan skala prioritas

(53)

 Aspek Ekonomi, yaitu kegiatan yang berkenaan dengan peluang dan peningkatan ekonomi masyarakat terkait pengembangan kegiatan;

 Aspek Sosial, yaitu suatu dampak yang ditimbulkan oleh

kegiatan pengembangan kawasan terhadap sosial

masyarakat;

 Aspek Kelembagaan, yaitu upaya mengoptimalisasikan

kelembagaan masyarakat dalam rangka pengembangan kawasan;

 Aspek Legal, yaitu suatu upaya untuk menyediakan

kegiatan perencanaan yang akan menjadi pedoman atau dasar dalam pengembangan kawasan.

4.4.2. Indikasi Program Pembangunan

Berdasarkan rencana aksi program tersebut dan sebagai estimasi awal kebutuhan pendanaan pengembangan kawasan, dibutuhkan hingga tahun 2017, maka dibutuhkan pelibatan semua unsur masyarakat, swasta dan pemerintah. Adapun jenis program aksi yang akan direncanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dapat dilihat pada tabel berikut.

(54)

Tabel: 4.22.

Rencana Program Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas, Kota Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang

(55)

Tabel: 4.23.

Rencana Program Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas, Kota Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang

Referensi

Dokumen terkait

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR  SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR  RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGANM. Nomor : Nomor

Dari hasil penilaian kelengkapan dan kebenaran dokumen administrasi atas peserta lelang yang memasukan dokumen penawaran diatas, dokumen administrasi yang dinyatakan memenuhi syarat

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan rekrutmen, seleksi dan penempatan tenaga kerja di koperasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruan lebih memprioritaskan para alumni

Namun pada perlakuan 50 kg N ha -1 dengan naungan respon tanaman terhadap penurunan jumlah tunas lebih cepat yaitu pada pengamatan minggu ketiga karena dosis N terendah pada

Dalam kurikulum Pendidikan Islam materi yang tersusun tidak hanya terbatas pada kehidupan keagamaan (spiritual), melainkan mencakup pada bidang kehidupan manusia yang

Meskipun demikian, kondisi ekonomi yang relatif kaya juga tidak sepenuhnya membuat seseorang menjadi konsumen bisnis cybersex.. Untuk menjadi pelanggan bisnis cybersex

Hal ini diperkuat dengan ungkapan Direktur Sanggar Origami Indonesia, Maya Hirai, dalam seminar „Bermain Origami Mengaktifkan Otak Anak, Melatih Motorik Halus dan

untuk pemenuhan air baku untuk Irigasi, Industri dan domestik Kab./Kota Bandung. - Sodetan Cibatarua Garut Membangun Waduk Cibatarua