• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsentrasi Spasial Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sektor ISIC 16 dan ISIC 31 Kabupaten Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsentrasi Spasial Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sektor ISIC 16 dan ISIC 31 Kabupaten Sukoharjo"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONSENTRASI SPASIAL USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEKTOR ISIC 16 DAN ISIC 31 KABUPATEN SUKOHARJO

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh :

DHARU DWI HANUSWARA B300 140 102

PROGAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

2

(3)
(4)

4 III

(5)

1

KONSENTRASI SPASIAL USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEKTOR ISIC 16 DAN ISIC 31 KABUPATEN SUKOHARJO

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial industri kecil dan menengah sektor industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), barang anyaman dari bambu, rotan, sejenisnya dan furnitur Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan adalah data sekunder, seperti jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja, laba usaha dan jumlah penduduk. Penelitian ini menggunakan alat analisis identifikasi SIG dan konsentrasi tenaga kerja (CI). Analisis yang telah dilakukan adalah identifikasi industri UMKM Kabupaten Sukoharjo pada ISIC 16 berdasarkan jumlah usaha, industri yang dominan adalah stang dan gembung gitar di Desa Mancasan, Kecamatan Baki. Jumlah tenaga kerja dan laba usaha terkonsentrasi di Desa Luwang, Kecamatan Gatak. Hasil analisis indeks penyerapan tenaga kerja (CI) ISIC 16, menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi tenaga kerja berada di Desa Mancasan, Kecamatan Baki. Identifikasi ISIC 31 berdasarkan pola spasial, jumlah usaha, jumlah tenaga kerja dan laba usaha terkonsentrasi di Desa Bulakan, Kecamatan Sukoharjo dengan produk dominan adalah mebel. Hasil analisis indeks penyerapan tenaga kerja (CI) ISIC 31, menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi penyerapan tenaga kerja berada di Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol.

Kata Kunci : ISIC 16, ISIC 31, SIG, Konsentrasi tenaga kerja (CI)

ABSTRACT

This research aims to understand the spatial pattern of small and medium industries (SMEs) in wood industrial sector, wood and cork goods (excluding furniture), wicker goods from bamboo, rattan and the like and furniture in Sukoharjo Regency. The data used are secondary data, such as the number of business unit, the number of labour, business profit and the number of population. The study uses GIS identification and labour concentration (CI) as analysis tools. Analysis that has been conducted was SMEs industry identification in Sukoharjo Regency in ISIC 16 based on the number of business, the result shows that the dominant industries are of handlebar and guitar body in Mancasan Village, District of Baki. The highest concentration of number of labour and business profit was in Luwang Village, District of Gatak. Analysis result of employment index (CI) ISIC 16 explained that the highest concentration of labour located in Mancasan Village, District of Baki. ISIC 31 identification based on spatial pattern, number of business, number of labor and business profit concentrated in Bulakan Village, District of Sukoharjo, with furniture as the dominant product. Analysis result of employment index (CI) ISIC 31, explained that the highest concentration of employment occured in Pandeyan Village, District of Grogol.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara-negara-negara maju. Di negara-negara maju, usaha mikro, kecil dan menengah sangat penting, tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga konstribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan konstribusi dari usaha besar. Di negara sedang berkembang UMKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan dan pengurangan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi pedesaan. Namun, dilihat dari konstribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) dan ekspor non migas, khususnya produk-produk manufaktur, dan inovasi serta pengembangan teknologi, peran UMKM di negara sedang berkembang relatif rendah, dan ini sebenarnya perbedaan yang paling mencolok dengan UMKM di negara maju (Tulus, 2012).

Kasus Indonesia menawarkan “laboratorium” yang amat bagus dan menarik untuk mempelajari pola konsentrasi spasial di negara sedang berkembang. Pola spasial pembangunan industri di Indonesia menunjukkan ketimpangan industri distribusi industri secara geografis. Lebih lanjut, ditunjukkan bahwa daerah industri yang utama di Indonesia adalah berlokasi di Jawa. Menariknya, aglomerasi di Jawa hanya terjadi di bagian barat dan timur pulau yang paling padat penduduknya di Indonesia ini (Mudrajat, 2002).

Konsentrasi spasial didorong oleh ketersediaan tenaga kerja yang terspesialisasi dimana berkumpulnya perusahaan pada suatu lokasi akan mendorong berkumpulnya tenaga kerja yang terspesialisasi, sehingga menguntungkan perusahaan dan tenaga kerja. Selain itu, berkumpulnya perusahaan atau industri yang saling terkait akan dapat meningkatkan efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan input yang terspesialisasi yang lebih baik dan lebih murah. Jarak yang tereduksi dengan adanya konsentrasi spasial dapat

(7)

3

memperlancar arus informasi dan pengetahuan (knowledge spillover) pada lokasi tersebut (Mudrajad, 2002).

Spesialisasi industri menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi pada suatu wilayah dikuasai oleh beberapa industri tertentu. Suatu wilayah dapat diartikan sebagai wilayah yang terspesialisasi apabila dalam sebagian kecil industri pada wilayah tersebut memiliki pangsa yang besar terhadap keseluruhan industri. Struktur industri yang terspesialisasi pada industri tertentu menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki keunggulan berupa daya saing pada industri tersebut (OECD 2000).

2. Metode Penelitian

2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang bersumber dari laporan Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo, sumber internet, serta informasi berupa arsip-arsip dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukoharjo, serta data pendukung lain dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini data yang diolah secara kuantitatif adalah data jumlah unit industri kayu dan industri furnitur Kabupaten sukoharjo tahun 2016. 2.2 Alat dan Metode Alalisis

Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul akan dikelompokkan menjadi 2 sektor yaitu ISIC 16 dan ISIC 31, kemudian diolah dengan cara menghitung indeks penyerapan tenaga kerja (Concentration Indeks / CI) dan akan dilakukan Analisis spasial distribusi wilayah usaha mikro, kecil dan menengah sektor industri kayu dan furnitur menggunakan aplikasi ArcGis. Hasil olahan ArGis berupa pemetaan wilayah yang nantinya akan diinterpretasi. Cara menghitung CI adalah sebagai berikut:

(8)

4 Dimana:

CI = Concentration Index

Ep = Tenaga kerja industri kecil dan menengahKecamatan di Sragen En = Tenaga kerjaindustri kecil dan menengahSragen

Pp = Jumlah penduduk Kecamatan di Sragen Pn = Jumlah penduduk Sragen

Apabila hasil Indeks Konsentrasi (CI) :

CI>1: Desa yang bersangkutan memiliki peran lebih besar daripada peran Kecamatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil dan menengah. Berarti industri UMKM sebagai aktivitas basis perekonomian daerah tersebut.

CI=1: Desa yang bersangkutan memiliki peran sama dengan peran Kecamatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh UMKM.

CI<1: Desa yang bersangkutan memiliki peran lebih kecil daripada peran Kecamatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh industri UMKM. Berarti industri kecil dan menengah bukan merupakan aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Interpretasi hasil olahan data dengan sistem ArcGis dan Concentration Indeks adalah sebagai berikut:

3.1 Konsentrasi spasial jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 16 di Kabupaten Sukoharjo

Pada gambar olahan data melui ArcGis menjelaskan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah sektor ISIC 16 di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan jumlah unit usaha terkonsentrasi di Desa Mancasan, Kecamatan Baki dengan industri dominan yaitu industri stang dan gembung gitar.

3.2 Konsentrasi spasial jumlah tenaga kerja unit usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 16 di Kabupaten Sukoharjo

(9)

5

Peta spasial menunjukkan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah sektor ISIC 16 di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan jumlah tenaga kerja terkonsentrasi di Desa Luwang, Kecamatan Gatak.

3.3 Konsentrasi spasial jumlah laba usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 16 di Kabupaten Sukoharjo

Adanya sistem manajemen usaha yang sehat akan dapat meningkatkan laba usaha. Gambar 4.5 merupakan hasil olahan ArcGis yang menunjukkan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah sektor ISIC 16 di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan jumlah laba usaha terkonsentrasi di Desa Luwang, Kecamatan Gatak. Jumlah laba usaha tertinggi di ISIC 16 di kabupaten Sukoharjo. Total laba usaha yaitu sebesar Rp 1.040.000.000,00.

3.4 Konsentrasi spasial CI usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 16 di Kabupaten Sukoharjo

Hasil olahan ArcGis menunjukkan bahwa di Desa Mancasan, kecamatan Baki merupakan daerah dengan indeks penyerapan tenaga kerja di bidang usaha mikro, kecil dan menengah di sektor ISIC 16 terbesar di kabupaten Sukoharjo dengan nilai Concentration Index (CI) 28,18. Nilai tersebut lebih besar dari 1 dan merupakan desa yang memiliki peran lebih besar daripada peran Kecamatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil dan menengah. Berarti industri kecil dan menengah sebagai aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut.

3.5 Konsentrasi spasial jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 31 di Kabupaten Sukoharjo

Sektor ISIC 31 yang terdapat di Desa Bulakan merupakan sektor dominan di kabupaten Sukoharjo dengan jumlah unit usaha terbesar. Desa Bulakan sebelah barat berbatasan langsung dengan kabupaten Klaten, sebelah utara berbatasan dengan desa Dukuh, sebelah timur berbatasan dengan desa Kriwen dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Tambakboyo.

(10)

6

3.6 Konsentrasi spasial jumlah tenaga kerja unit usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 31 di Kabupaten Sukoharjo

Hasil olahan ArcGis menunjukkan bahwa jumlah di Desa Bulakan, Kecamatan Sukoharjo mempunyai jumlah tenaga kerja tertinggi yang bekerja di sektor ISIC 31 di Kabupaten Sukoharjo. Total tenaga kerja yaitu sebanyak 230 pekerja dengan rincian 185 tenaga kerja pria dan 45 tenaga kerja wanita. Tenaga kerja tersebut bekerja di sektor industri mebel.

3.7 Konsentrasi spasial jumlah laba usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 31 di Kabupaten Sukoharjo

Hasil input data pada sistem pengolahan ArcGis dalam gambar 4.10 menjelaskan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah sektor industri furnitur di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan jumlah laba usaha terkonsentrasi di banyak Desa. Antara lain yaitu di Desa Kartasura, Kecamatan Kartasura, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Desa Bulakan dan Desa Banmati, Kecamatan Sukoharjo, Desa Plesan, Desa Serut dan Desa Tanjungrejo di kecamatan Nguter dan desa Alasombo, kecamatan Weru.

3.8 Konsentrasi spasial CI usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 31 di Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan perhitungan Concentration Index (CI) sektor industri furnitur di Kabupaten Sukoharjo terkonsentrasi di 11 desa. Desa tersebut meliputi; desa kartasura, kecamatan Kartasura, desa Kagokan, kecamatan Gatak, desa Waru dan desa Gedongan, kecamatan Baki, desa Pandeyan dan desa Parangjoro, kecamatan Grogol, desa Bendosari, kecamatan Bendosari, desa Bulakan, kecamatan Sukoharjo, desa Godog, kecamatan Polokarto, desa Plesan, kecamatan Nguter, desa Grogol, kecamatan Weru.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(11)

7

1) Hasil analisis konsentrasi spasial berdasarkan jumlah usaha industri kerajinan kayu (ISIC 16) dan industri furnitur (ISIC 31) menunjukkan bahwa di Desa Mancasan, Kecamatan Baki merupakan daerah usaha mikro, kecil dan menengah yang unggul di Kabupaten Sukoharjo, sektor industri kerajinan kayu (ISIC 16) dengan produk unggulannya yaitu stang gitar dan gembung gitar. Di sektor industri furnitur Desa Bulakan, Kecamatan Sukoharjo merupakan daerah yang unggul di Kabupaten Sukoharjo dengan produk unggulannya yaitu mebel kayu. 2) Hasil analisis spasial berdasarkan jumlah tenaga kerja industri kerajinan

kayu (ISIC 16) dan industri furnitur (ISIC 31) menunjukkan bahwa Desa Luwang, Kecamatan Gatak merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja bidang kerajinan kayu (ISIC 16) di Kabupaten Sukoharjo. Di Desa Bulakan, Kecamatan Sukoharjo juga merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja bidang industri furnitur (ISIC 31) di Kabupaten Sukoharjo.

3) Hasil analisis konsentrasi spasial berdasarkan laba usaha mikro, kecil dan menengah sektor industri kerajinan kayu (ISIC 16) dan industri furnitur (ISIC 31) menunjukkan Desa Luwang, Kecamatan Gatak merupakan basis perekonomian dengan laba usaha tertinggi pada sektor industri kerajinan kayu (ISIC 16) di Kabupaten Sukoharjo. Pada sektor industri furnitur (ISIC 31) terdapat 9 desa dengan laba usaha lebih dari Rp400.000.000,-, Desa Bulakan, Kecamatan Sukoharjo merupakan unit usaha sektor industri furniture (ISIC 31) dengan laba usaha tertinggi di Kabupaten Sukoharjo.

4) Hasil analisis Indeks penyerapan tenaga kerja (CI) konsentrasi tenaga kerja industri kerajinan kayu (ISIC 16) dan industri furnitur (ISIC 31) menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi tenaga kerja industri kerajinan kayu (ISIC 16) terdapat pada Desa Mancasan, Kecamatan Baki. Konsentrasi tertinggi tenaga kerja industri furnitur (ISIC 31) terdapat pada Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

(12)

8 4.2 Saran

1) Bagi Pemerintah Daerah

Pengembangan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan kayu dan furnitur yang memiliki potensi penyerapan tenaga kerja tinggi dan laba usaha tinggi diberi wadah dan pelatihan peningkatan kreatifitas pengrajin. Wadah tersebut dapat membantu mengatasi permasalahan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan kayu dan furnitur seperti produksi dan distribusi. Wadah tersebut diharapkan dapat berguna dalam pengembangan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan kayu dan furnitur sehingga dapat memperluas jaringan usaha.

2) Bagi Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM

Pengembangan UMKM Kabupaten Sukoharjo perlu dilakukan secara merata pada seluruh desa di Kabupaten Sukoharjo melihat masih banyak desa yang belum terdapat industri kecil kreatif yang memiliki keuntungan di bidang finansial tinggi dan dapat mengurangi angka pengangguran.

3) Peneliti Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengembangkan analisis demi sempurnanya hasil penelitan.

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Masato. 2015. Financing Small and Mediumenterprises in Asia and the Pacific. JEPP. Vol. 4 Iss 1 pp. 2-32

Agustina. 2012 .Spesialisasi Dan Konsentrasi Spasial Industri Kecil Menengah Di Kota Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Aiginger, K. And Hansberg ,E. 2003. Specialization Versus Concentration: A Notes Of Theory And Evidence. Siepr Working Paper.

Akhmad Ignase Hariman S Badaruddin Dan Kasyful Mahalli.2013.Analisis Distribusi Spasial Sektor Unggulan Dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara.Universitas Sumatra Utara.

(13)

9

Amstrong, Harvey, And Jim Taylor. 2000. Regional Economics And Policy, New York: Harvester Wheatsheaf.

Arif, Muhammad; Utomo, Yuni Prihadi. 2016.Konsentrasi Spasial Industri-Industri Unggulan Kota Surakarta, The 3rd University Research Coloquium, Colloquium Lppm Ptm/Pta Se Jawa Tengah Dan Yogyakarta. Universitas Brawijaya Malang.

Bakiewicz, Anna. 2015. The SMEs during Economic Slowdown in Poland. The Experiences fromthe Latest Global Financial Crisis. International Journal of Small and Medium Enterprises and Business Sustainability. Vo.1. No.1 2015.

BPS Kabupaten Sukoharjo. (2017). BPS Provinsi Jawa Tengah. (2017).

BPS Sukoharjo. 2017. Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Baki Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Bendosari Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Bulu Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Gatak Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Grogol Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Kartasura Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Mojolaban Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Nguter Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Polokarto Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

(14)

10

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Tawangsari Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Weru Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

Damayanti, Novita. 2017. Identifikasi Konsentrasi Spasial Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.

Deny Ferdyansyah Dan Eko B. Santoso.2013.Pola Spasial Kegiatan Industri Unggulan Di Propinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit, Dan Alas Kaki) Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan.Institut Teknologi Sepuluh Nopember Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. DISPERINKOP dan UMKM Kab. Sukoharjo (2016).

Fujita, M., Krugman, P., And Venables, A.J. 1999. The Spatial Economy : Cities, Regions, And International Trade. Cambrige And London : The Mit Press. Hayter, Roger. 2000. The Dinamic Of Indusrial Location: The Factory, The Firm,

And The Production System. John Willey And Sons: New York.

K.O., Osotimehin, etc. 2012. An Evalution of the Challenges and Prospects of Micro and Small Scale Enterprises Development in Nigeria. American Internasional Journal of Contemporary research. Vol. 2 No. 4: April 2012. Kacung Marijan. 2005. Mengembangkan Industri Kecil Menengah Melalui

Pendekatan Kluster. Insan Vol. 3 No. 7.

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, KBLI, (2015).

Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional, Studi Aglomerasi & Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: AMP YKPN.

Kuncoro, Mudrajad. 2012. Ekonomika Aglomerasi, Dinamika & Dimensi Spasial Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

LPEM UI.Teknik Dan Metode-Metode Analisis Daerah, (2003)

Lutviati, Triamita.2012. Analisis Konsentrasi Regional Tenaga Kerja Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2004-2010. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Mankiw, N. Gregory, Euston Quah and Peter Wilson. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.

Murai, Shunji. 2007. Pengantar Gis. Gis Workbook Vol 1.Diterjemahkan Oleh Tri Agus Prayitno. Tokyo: University Of Tokyo.

(15)

11

Nadvi, K. And Schmitz, H. 1999. Clustering And Industrialization: Introduction. World Development 27(9):1503-14.

Oikawa, Tomoko. 2015. Collectivism and Innovation: Small and Medium-Sized enterprises as local/rural Industry in Some East Asian Countries. International Journal of Small and Medium Enterprises and Business Sustainability. Vo.1. No.1 2015.

Oppong, Moses, Alexander Owiredu and Ranford Quarmyne Churchill. 2014. Micro and Small Scale Enterprises Development In Ghana. European Journal of Accounting Auditing and Finance Research. Vol.2, No.6, pp 84-97, August 2014.

Organisation For Economic Co-Operation And Development (OECD). 2000. The Competitiveness Of European Industry : The 1999 Report. Working Document Of The Services Of The European Commision.

Porter, M.E. 1995. Cluster And New Economics Of Competition. Harvard Business Review, November-December (6).

Prayitno. 2000. Gis Workbook Terjemahan (Shunji Murai). Jakarta: Buana Khatulitiwa.

Subekti, M Agus. 2007. Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi, Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Genteng Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Fakultas Ekonomi Unnes.

Tambunan, Tulus TH. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting. Jakarta: LP3ES.

Wahyudin. 2004. Industri Dan Orientasi Ekspor: Dinamika Dan Analisis Spasial, Surakarta: Muhammadiyah University Pers.

Zainal Arifin Dan Nazaruddin Malik. 2001. Konsentrasi Spasial Pertumbuhan Industri Manufaktur Di Kawasan Timur Indonesia. Empirika, Vol. 11, No.1, 2002, Jogjakarta: BPFE-UGM.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pelepasan Kekayaan Desa berupa tanah atau bangunan kepada pihak lain, baik Pemerintah atau swasta dapat diproses apabila digunakan untuk kepentingan umum dan

Lahirnya bokong : garis pangkal paha (diameter bitrokanteriksa) masuk miring/melintang ke dalam pintu atas panggul. Trokanter depan biasanya lebih cepat turun dan lebih

tidak ditemukan sebuah keterkaitan yang dapat menjelaskan hubungan antara keduanya hal tersebut dikarenakan pada tahap menghitung responden lebih banyak menggunakan

Penyimpangan tersebut ditandai dengan berubahnya frekuensi yang diterima oleh beban mikrofon dan berubah pula jumlah sinyal gelombang yang ditampilkan oleh software

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) berpengaruh signifikan terhadap Prestasi kerja karyawan, oleh karena itu karyawan hendaknya dapat memanfaatkan pendidikan dan

Pada umumnya susu formula yang beredar saat ini tidak mengandung asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang dengan jumlah atom karbon lebih dari 18 sebaliknya ASI bukan hanya

SAPUTRA, TOMI SUGIARTA DANANG. “Bentuk Disfemisme dalam Berita Utama Surat Kabar Radar Tegal edisi Januari 2019 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa

Sistem Informasi Rekonsiliasi Keuangan Negara dapat mempermudah satuan kerja dalam melakukan rekonsiliasi dengan KPPN dan mempercepat proses pelaksanaan anggaran oleh satuan