• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Xerostomia Terhadap Kesehatan Gigi Dan Mulut Terkait Kualitas Hidup Pada Usila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Xerostomia Terhadap Kesehatan Gigi Dan Mulut Terkait Kualitas Hidup Pada Usila"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH XEROSTOMIA TERHADAP KESEHATAN GIGI

DAN MULUT TERKAIT KUALITAS HIDUP PADA USILA

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

AMELIA KUSUMA WARDANI MANURUNG G2A008017

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2012

(2)

HALAMAN PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PENGARUH XEROSTOMIA TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERKAIT KUALITAS HIDUP PADA USILA

Disusun oleh:

AMELIA KUSUMA WARDANI MANURUNG G2A008017

Telah disetujui: Semarang, 1 Agustus 2012

Pembimbing

drg. Gunawan Wibisono, M.Si Med. 19660528 199903 1 001

Ketua Penguji Penguji

Dr. drg. Oedijani Santoso, M.S. drg. Kuswartono Mulyo B., Sp.BM

(3)

THE IMPACT OF XEROSTOMIA TO ORAL HEALTH RELATED QUALITY OF LIFE IN ELDERLY

Amelia Kusuma Wardani Manurung1 , Gunawan Wibisono2

ABSTRACT

Background : With the increase of the age, the organ function will have reduced and it could raise various health complaints like xerostomia. Xerostomia is caused by a reduction of a saliva secretion that can cause a discomfort in the oral cavity, increased pain, increase of dental caries levels, oral infections, speaking difficulities, and swallowing food difficulities that leading to decreased nutrient intake followed by weight loss. These complaints can influence the oral health andlater would predictly influence the quality of life.

Aim: This research is to describe the influence of xerostomia on oral

health-related quality of life in elderly.

Methods :Type of study is an analytical observational with cross sectional design approach. Samples are selected by purposive sampling method. Subjects are

elderly • \HDUVold; there were 59 respondents for each group. Data consists of

xerostomia status (xerostomia diagnosed subjectively) and oral health-related quality of life (by questionnaireOHIP-14). Normality data is tested by Kolmogrov-Sminov then followed by Mann Whitney U-test.

Results: Mean score of OHIP-14 in elderly group with xerostomia is higher than elderly group without xerostomia. This suggests that the quality of life related to oral health in elderly group with xerostomia tends to be lower than in elderly group without xerostomia. Kolmogrov-Sminov test showed an abnormal data distribution, thus Mann Whitney U-test is conducted then itgave a significant difference (p <0.05)

Conclusion: Xerostomia influence the oral health-related quality of life in elderly.

Keywords: Xerostomia, Oral Health-Related Quality of Life, Elderly

1.

Medical Faculty Student of Diponegoro University,Semarang

2.

Dentistry Medicine Staff of Medical Faculty of Diponegoro University,

(4)

PENGARUH XEROSTOMIA TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERKAIT KUALITAS HIDUP PADA USILA

Amelia Kusuma Wardani Manurung1 , Gunawan Wibisono2

ABSTRAK

Latar Belakang: Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun sehingga menimbulkan berbagai keluhan, salah satunya xerostomia. Xerostomia disebabkan berkurangnya sekresi saliva yang dapat mengakibatkan rasa ketidaknyamanan pada rongga mulut, nyeri, peningkatan tingkat karies gigi dan infeksi mulut, serta kesulitan berbicara dan menelan makanan, sehingga asupan gizi pun menurun diikuti dengan penurunan berat badan. Keluhan-keluhan yang muncul ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan rongga mulut yang nantinya diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup.

Tujuan: Menjelaskan pengaruh xerostomia terhadap kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup pada usila.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional design. Pengambilan sampel dengan metode

purposive sampling. Subjek penelitian adalah usila berumur • WDKXQ GHQJDQ

besar sampel minimal 59 responden untuk masing-masing kelompok. Data yang diperoleh berupa status xerostomia (diagnosa xerostomia secara subjektif) dan data kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup (dengan kuesioner OHIP-14).Uji statistik menggunakan uji normalitas Kolmogrov-Sminov dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

Hasil:Diperoleh rata-rata skor OHIP-14 pada kelompok usila dengan xerostomia lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usila tanpa xerostomia. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut kelompok usila dengan xerostomia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usila tanpa xerostomia. Uji Kolmogrov-Sminov menunjukkan sebaran data yang tidak normal, karena itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Mann-Whitney dan diperoleh perbedaan yang signifikan (p<0,05)

Kesimpulan: Xerostomia berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup pada usila.

Kata Kunci: Xerostomia, kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup, usila

1.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2.

Staf pengajar di Bagian Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

(5)

PENDAHULUAN

Populasi penduduk umur lanjut (usila) di Indonesia terus meningkat tanpa disadari.menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, populasi umur lanjut di Indonesia telah mencapai 52.094.585 jiwa dari 237.641.326 jiwa total populasi (22%) dan pada tahun 2025, menurut Badan Pembangunan Nasional dan Badan Pusat Statistik, diperkirakan akan menjadi 85.321.800jiwa dari 270.538.400 jiwa total populasi (32%).1,2

Pada usila terjadi proses penuaan dimana akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, hal ini dikarenakan dengan semakin bertambahnya umur, fungsi organ tubuh akan semakin menurun (degenerasi organ) baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.3Salah satu hal yang terkait dengan degenerasi pada usila adalah keluhan mulut kering (xerostomia). Keadaan ini disebabkan karena terjadi atropi pada kelenjar saliva yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya.4

Seiring dengan meningkatnya umur, akan terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim akan hilang dan digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan lemak Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.4,5 Selain itu, penyakit- penyakit sistemis yang diderita pada umur lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk perawatan penyakit sistemis dapat memberikan pengaruh mulut kering pada umur lanjut.6

Saliva berperan penting bagi kesehatan rongga mulut.Fungsi saliva yang penting dan sangat jelas yaitu saat makan, untuk mengecap dan menjadi pelumas

(6)

bagi makanan dan melindungi mukosa dan gigi. Air, musin, dan glikoprotein kaya-proline menjadi pelumas bagi makanan dan membantu proses menelan. Saliva juga penting untuk persepsi rasa yang normal. Saliva berfungsi protektif melalui berbagai komponen antimikrobial seperti musin, histatin, lisozim, dan laktoferin, dan melalui antibodi spesifik terhadap mikroorganisme.7

Lebih dari 30% populasi ber 65 tahun mengalami gejala ini dan 14-40% orang dewasa juga mengalaminya.8,9Berkurangnya sekresi air liur/saliva ini dapat mengakibatkan rasa ketidaknyamanan pada rongga mulut, nyeri, peningkatan tingkat karies gigi dan infeksi mulut, serta kesulitan berbicara dan menelan makanan, sehingga asupan gizi pun menurun diikuti dengan penurunan berat badan. Keluhan-keluhan yang muncul akibat xerostomia ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan rongga mulut yang nantinya akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup pula.10

Berdasarkan uraian diatas, dengan adanya populasi usila yang terus meningkat, diharapkan kualitas hidup juga tetap optimal.Akan tetapi penelitian mengenai pengaruh xerostomia terhadap kualitas hidup pada usila di Indonesia belum pernah diungkap sehingga penulis tertarik untuk meneliti pengaruh xerostomia terhadap kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup pada usila.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para dokter dan praktisi kesehatan lain, pembuat kebijakan, masyarakat dan para peneliti lain mengenai besar pengaruh xerostomia terhadap kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup pada usila; juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan kepada pemerintah selaku pembuat kebijakan dan praktisi

(7)

kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat umur lanjut yang mengalami xerostomia serta usaha promotif dan preventifnya. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada usila yang mengalami xerostomia.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan belah lintang (cross sectional).Populasi target adalah usila di Panti Wredha Wening Wardoyo, panti Wredha Pucang Gading, dan Instalasi Geriatri RSUP dr. Kariadi Semarang, sedangkan populasi terjangkaunya adalah populasi target periode Maret sampai Juni 2012. Seratus empat puluh dua (142) usila direkrut dalam penelitian ini terdiri dari 61 xerostomia dan 81 non xerostomia; yang dianggap memenuhi kriteria sampel minimal yaitu 59 usila untuk tiap-tiap kelompok pada tingkat kemaknaan 95% dan proporsi kejadian xerostomia 0,27.11Usila yang direkrut adalah yang mampu membaca dan berkomunikasi dengan baik, bersedia menandatangani informed consent, kooperatif, dan menjawab lebih dari tiga pertanyaan dalam kuesioner OHIP-14.

Xerostomia didefinisikan sebagai keluhan mulut kering yang dirasakan oleh pasien secara subjektif yang dalam penelitian ini diidentifikasi pertanyaan

³6HEHUDSD VHULQJ $QGD PHUDVD PXOXW $QGD NHULQJ"´ GHQJDQ SLOLKDQ MDZDEDQ

³VHODOX VHULQJ NDGDQJ-NDGDQJ WLGDN SHUQDK´ 8QWXN UHVSRQGHQ \DQJ PHPEHULNDQ

MDZDEDQ ³VHODOX´ GDQ ³VHULQJ´ GLNDWHJRULNDQ [HURVWRPLD NRGH VHGDQJNDQ \DQJ

(8)

Kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup didefinisikan sebagai penilaian seeseorang tentang bagaimana permasalahan rongga mulut dalam mempengaruhi faktor fungsional, psikologis dan sosial seseorang. Kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan tujuh dimensi dalam Oral Health Impact Profile - 14(OHIP ± 14) dimana tujuh dimensi tersebut (keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial, dan handikap) merupakan dampak akibat dari kelainan atau permasalahan pada rongga mulut yang nantinya akan berpengaruh pada kualitas hidup. Setiap dimensi terdiri dari dua pertanyaan dan ditanyakan seberapa sering dialami dalam satu bulan terkahir dengan menggunakan lima skala likert,yaitu : 0 = tidak pernah, 1 = sangat jarang, 2 = kadang ± kadang, 3 = sering, dan 4 = sangat sering. Total skor yang tinggi menunjukkan kualitas hidup yang rendah begitu pula sebaliknya.13,14

Analisis deskriptif dilakukan untuk menghitung mean± SD serta median dari skor OHIP±14 menurut status xerostomia. Data juga disajikan dalam bentuk

box-plot. Uji Mann ± Whitney U-test dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor

OHIP-14 baik secara keseluruhan maupun per dimensi kualitas hidup menurut status xerostomia.Uji ini dilakukan karena distribusi normal data yang diuji dengan uji Kolmogov - Smirnov tidak terpenuhi.

(9)

HASIL PENELITIAN

Rata-rata umur subjek penelitian 71,47 (SD 7,700) tahun.Sebagian besar subjek penelitian adalah responden yang termasuk pada kelompok usila tua (75-90 tahun).Sedangkan untuk jenis kelamin, responden mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 99 responden. Untuk xerostomia sendiri lebih banyak terjadi pada usila tua (26,8%) dan lebih banyak terjadi pada usila perempuan (26,8%)(Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi usia dan jenis kelamin subjek penelitian menurut status xerostomia

(tahun) Xerostomia Total

Ya Tidak

Usila (60-75) Usila tua (75-90) Usila sangat tua (>90)

23 (16,2%) 38 (26,8%) 0 (0,0%) 44 (31,0%) 35 (24,6%) 2 (1,4%) 67 (47,2%) 73 (51,4%) 2 (1,4%) Min-Max= 60-92 MeanrSD= 71,47r7,700 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 23 (16,2%) 38 (26,8%) 20 (14,1%) 61 (43,0%) 43 (30,3%) 99 (69,7%)

Terkait dengan data skor OHIP-14 yang merupakan variabel kontinyu, maka perlu diketahui distribusi normalitas data. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov

diperoleh p-value untuk skor OHIP-14 secara keseluruhan atau total dan per dimensi kualitas hidup (Tabel 2 dan Tabel 3).

Tabel 2. Hasil perhitungan uji normalitas Kolmogrov ± Smirnovberdasarkan total skor OHIP-14

Skor OHIP-14 total N (orang) P

Xerostomia 61 0,200

Tidak Xerostomia 81 0,000

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogrov ±

Smirnov (n 50), diperoleh distribusi data skor OHIP-14 total yang normal pada

kelompok usila dengan xerostomia (p = 0,200) dan distribusi data skor OHIP-14 total yang tidak normal pada kelompok usila tanpa xerostomia (p = 0,000).

(10)

Tabel 3.Hasil perhitungan uji normalitas Kolmogrov ± Smirnov berdasarkan skor OHIP-14 per dimensi kualitas hidup

Dimensi Kualitas Hidup Skor OHIP-14 per dimensi N (orang) P

Keterbatasan fungsi Xerostomia 61 0,008

Tidak Xerostomia 81 0,000

Rasa sakit fisik Xerostomia 61 0,009

Tidak Xerostomia 81 0,000

Ketidaknyamanan psikis Xerostomia 61 0,007

Tidak Xerostomia 81 0,000

Ketidakmampuan fisik Xerostomia 61 0,007

Tidak Xerostomia 81 0,000

Ketidakmampuan psikis Xerostomia 61 0,007

Tidak Xerostomia 81 0,000

Ketidakmampuan social Xerostomia 61 0,001

Tidak Xerostomia 81 0,000

Handikap Xerostomia 61 0,002

Tidak Xerostomia 81 0,000

Hasil distribusi skor OHIP-14 per dimensi kualitas hidup masing-masing juga tidak normal (p < 0,05). Sebaran data skor OHIP-14 baik total maupun per dimensi kualitas hidup yang tidak normal ini telah diupayakan agar dapat berdistribusi normal dengan cara transformasi, namun hasilnya tetap saja tidak normal (p < 0,05). Oleh karena distribusi data tidak normal, maka analisis perbedaan skor OHIP-14pada menurut status xerostomia diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

Rata-rata skor OHIP-14 dalam tiap dimensi kualitas hidup pada kelompok usila dengan xerostomia lebih tinggi dibandingkan skor OHIP-14 pada kelompok usila tanpa xerostomia dan berbeda secara signifikan (p < 0,05) (Tabel 4).

(11)

Tabel 4. Distribusi skor OHIP-14 per dimensi kualitas hidup menurut status xerostomia

Dimensi Kualitas Hidup Mean ± SD

Xerostomia Non Xerostomia p-value

Keterbatasan fungsi 2,70 ± 1,94 0,65 ± 0,88 0,000*

Rasa sakit fisik 3,34 ± 2,06 1,53 ± 1,34 0,000*

Ketidaknyamanan psikis 2,98 ± 1,78 0,98 ± 0,99 0,000* Ketidakmampuan fisik 3,13 ± 2,05 1,10 ± 1,08 0,000* Ketidakmampuan psikis 2,31 ± 1,85 0,78 ± 0,92 0,000* Ketidakmampuan social 1,92 ± 1,65 0,57 ± 0,82 0,000* Handikap 2,84 ± 1,86 0,95 ± 0,92 0,000* * Signifikan p < 0,05

Rata-rata skor OHIP-14 kelompok usila dengan xerostomia dan tanpa xerostomia masing-masing 19,23 r 10,390 dan 6,56 r 3,808 dengan p < 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan.(Tabel 5 dan Gambar 1).

Tabel 5. Distribusi skor OHIP-14 total menurut status xerostomia

Status Mean r SD p-value

Xerostomia 19,23 r 10,390

0,000* Tanpa xerostomia 6,56 r 3,808

* Signifikan p < 0,05

Gambar 1.Box-plot total skor OHIP-14 menurut kelompok status xerostomia Diagnosis Tidak Xerostomia Xerostomia OH IP 60 50 40 30 20 10 0 37

(12)

PEMBAHASAN

Perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva terjadi seiring dengan meningkatnya umur, dimana kelenjar parenkim akan hilang dan digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva4,5yang merupakan salah satu etiologi dari xerostomia. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian ini yang menemukan prevalensi xerostomia lebih tinggi pada usila tua (75-90 tahun) yaitu sebanyak 26,8% dibandingkan dengan pada usila (60-75 tahun) yaitu sebanyak 16,2%.Temuan ini juga menunjukkan kesesuaian dengan teori yang menyatakan 14-40% orang dewasa mengalami xerostomia.8,9Insiden xerostomia meningkat 15% pada umur65 tahun.15

Temuan penelitian ini dapat membuktikan teori yang menyatakan bahwa pada umur lanjut, xerostomia merupakan masalah umum yang banyak terjadi.16 Xerostomia terjadi karena perubahan atropi pada kelenjar saliva terkait dengan degenerasi akibat proses aging. Kemunduran fungsi kelenjar saliva terjadi akibat hilangnya kelenjar parenkim yang digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.17Pertambahan umur juga berdampak pada atropik pada kelenjar submandibula yang juga berkontribusi pada penurunan produksi dan perubahan komposisi saliva.18

Sekresi air liur/saliva yang berkurang dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada rongga mulut, nyeri, peningkatan tingkat karies gigi dan infeksi mulut, serta kesulitan berbicara dan menelan makanan. Keluhan-keluhan yang muncul akibat xerostomia ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan rongga mulut yang selanjutnya berpengaruh terhadap tingkat kualitas hidup.10

(13)

Secara statistik, penelitian ini menunjukkan perbedaan yang bermakna pada skor OHIP-14 menurut status xerostomia dan non-xerostomia, yang artinya xerostomia memberikan kontribusi pengaruh pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada usila. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Thomson et.al (2006) yang menunjukkan ada hubungan kuat antara xerostomia dan OHRQoL (di semua domain OHIP-14).12Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian ini, yaitu didapatkan perbedaan yang signifikan pada semua dimensi kualitas hidup dalam index OHIP-14 terhadap kelompok usila dengan xerostomia dan tanpa xerostomia. Kualitas hidup per dimensi pada kelompok usila dengan xerostomia pun cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kualitas hidup kelompok usila tanpa xerostomia.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan pada 142 subjek penelitian, diperoleh hasil adanya perbedaan bermakna dari uji analisis statistik terhadap skor OHIP-14 menurut status xerostomia.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa xerostomia berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup pada usila.

Selain itu, dari penelitian ini juga diketahui rata-rata skor OHIP-14 pada kelompok usila dengan xerostomia lebih tinggi dibandingkan dengan skor OHIP-14 pada kelompok usila tanpa xerostomia.Hal ini menunjukkan bahwa kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut kelompok usila dengan xerostomia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usila tanpa xerostomia.

(14)

Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk lebih menyempurnakan penelitian ini, yaitu dalam mendiagnosa xerostomia dengan lebih akurat menggunakan laju aliran saliva total dengan saliva collection. Lalu bisa dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan variabel lain yang juga merupakan etiologi dari xerostomia, misalnya jenis obat yang dikonsumsi oleh usila, tingkat radiasi dari terapi yang pernah dijalani oleh usila, dan tingkat stress usila. Selain itu perlu juga diteliti pengaruh xerostomia pada populasi yang lebih muda agar dapat dibandingkan prevalensi xerostomia pada usila dengan umur yang lebih muda.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. BAPPENAS. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population

Projection) 2005 - 2025. Jakarta: BAPPENAS. 2008.

2. Sensus Penduduk 2010 [Internet]. Jakarta: Badan Pusat Statistik; c2009 [updated 2011 Nov 11. cited 2012 Jan 10]. Available from:

http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=336&wid=0.

3. Kemeneg.pp, Penduduk Umur Lanjut. online at:

www.menegpp.go.id/.../index.php?...task..., dikutip 27 Januari 2012

4. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and Practice or Oral Medicine Ed. Ke-2. W.B. Philadelphia:Saunders Company. 1995:4C7,462, 465-466.

5. Pedersen PH, Loe H, Geriatric Dentistry. Ed. Ke-1. Copenhagen: Munksgard. 1986:94-120.

6. Ernawati, D.S. Kelainan Jaringan Lunak Rongga Mulut Akibat Proses Menua.

Majalah Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 1997. 30(3).113.

7. Scully C, Felix DH. Oral medicine : update for dental practitioners. [internet]. Available at: URL: http://www.bdj.org. accessed on 19 September 2010. accessed on 27 Januari 2012.

8. Diaz Arnold Ana M, Marek Cindy A. The Impact of Saliva on patient care : a literature review. J Prosthet Dent. 2002. 88:337-342

9. Ship JA, Xerostomia in Older Adults: Diagnosis and Management, Geriatrics

& Aging. September 2003: 6(8)

10.Eugene NM, Robert LF. Salivary gland disorders. New York: Springer Berlin Heidenberg. 2007.

11.Wangsarahardja K, Dharmawan OV, Kasim E. Hubungan antara status kesehatan mulut dan kualitas hidup pada umur lanjut. Universa Medicina. 2007; 26(4):186-194.

12.Thomson WM, Lawrence HP , Broadbent JM, Poulton R.The impact of xerostomia on oral-health-related quality of life among younger adults.Health

and Quality of Life Outcomes.2006; 4:86,

(16)

13.GD, Slade and AJ, Spencer. NCBI. PubMed.hov. [Online] [Cited: Januari 18, 2012.] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8193981.

14.NCBI. PubMed.gov. [Online] [Cited: Januari 18, 2012.]

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9332805.

15.Johansson AK, Johansson A, Unell L, et al. A 15-yr longitudinal study of xerostomia in a Swedish population of 50-yr-old subjects. Eur J Oral Sci. 2009; 117 (1) :13-19.

16.Pajukoski H, Meurman JH, Halonen P, Sulkava R. Prevalence of subjective dry mouth and burning mouth in hospitalized elderly patients and outpatients in relation to saliva, medication, and systemic diseases. Oral Surg Oral Med

Oral Pathol Oral Radiol Endod; 2001. 92: 641-9.

17.Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab manifestasi dan penanggulannya. http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-sayuti.pdf (15Februari 2012)

18.Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-Dasar Karies. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1992: 67-70.

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  usia  dan  jenis  kelamin  subjek  penelitian  menurut  status  xerostomia   (tahun)  Xerostomia  Total  Ya  Tidak  Usila (60-75)  Usila tua (75-90)  Usila sangat tua ( &gt;90)
Tabel 3.Hasil perhitungan uji normalitas Kolmogrov ± Smirnov berdasarkan skor  OHIP-14 per dimensi kualitas hidup
Tabel  4.  Distribusi  skor  OHIP-14  per  dimensi  kualitas  hidup  menurut  status  xerostomia

Referensi

Dokumen terkait

This research focused on the flushing of high water surface or pressure flushing to know in what height the water surface will produce the most effective flushing from

Kualitas tidur berhubungan secara negatif dengan kecenderungan munculnya simtom- simtom postpartum blues, semakin baik kualitas tidur maka semakin minimal simtom-simtom

Semakin besar tekanan discharge kompresor maka semakin kecil nilai dari. kapasitas isap kompresor dan kecepatan

Hasil eksplorasi yang dilakukan pada tanah tercemar minyak bumi di Bojonegoro diperoleh tujuh genus spora mikoriza, antara lain Glomus sp 1, Glomus sp 2, Gigaspora sp 1,

In the same year, 2009, Sitor’s 85th Birthday was celebrated with a collection of essays on his work, Menimbang Sitor Situmorang (Weighing Sitor Situmorang). A year before, in

Pengaruh Tekanan dan Penambahan Cu Terhadap Kekerasan Hasil Coran Aluminium Paduan Pada Proses Squeeze Casting.. Diajukan

[r]

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi untuk menerapkan teori- teori yang didapatkan baik dari bangku kuliah maupun dari luar dan memperdalam pengetahuan serta menambah