• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HEPATOBILIARI ANJING (Canis lupus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN HEPATOBILIARI ANJING (Canis lupus)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS PENCITRAAN SONOGRAM KELAINAN ORGAN

HEPATOBILIARI ANJING (

Canis lupus)

Case Study Sonogram Interpretation of Hepatobiliary Organs Abnormalities of the Dogs

(Canis lupus)

Deni Noviana1, Budhy Jasa Widyananta1, I Wayan Widi Parnayoga1, dan Siti Zaenab2

1

Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik Patologi dan Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor

2

My Vets Animal Clinic Bukit Kemang, Jakarta Selatan E-mail: d_noviana@hotmail.com; deni@ipb.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menginterpretasikan sonogram dengan kelainan organ hepatobiliari pada anjing. Pemeriksaan dilakukan pada 17 ekor anjing dengan menggunakan brightness mode dan color flow Doppler ultrasonografi. Berdasarkan hasil interpretasi pada sonogram, ditemukan 7 kasus abnormalitas hati dan 10 kasus abnormalitas kantung empedu. Abnormalitas yang ditemukan pada hati, terdiri atas tumor, hepatitis, dan kongesti hati. Kasus tumor hati ditandai dengan hepatomegali, tekstur hati tidak homogen, dan adanya m assa pada parenkim hati. Sonogram kasus hepatitis ditunjukkan oleh adanya hepatomegali dan peningkatan akti vitas vaskularisasi hati. Sonogram kasus kongesti

hati ditunjukkan oleh pembesaran diameter dan peningkatan echogenicity dinding pembuluh darah hati. Abnormalitas kantung empedu yang

ditemukan antara lain cholecystitis, cholelithiasis dan mucocele. Penebalan dinding dengan atau tanpa edema merupakan citra yang

ditemukan pada kasus cholecystitis. Sonogram kasus cholelithiasis menunjukkan adanya massa hyperechoic di dalam lumen kantung

empedu disertai acoustic shadowing. Sonogram kasus mucocele menunjukkan adanya massa hypoechoic yang terdapat di dalam kantung empedu.

____________________________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: anjing, ultrasonografi, hepatobiliari, abnormalitas

ABSTRACT

The purpose of this study was to interpret the sonogram of hepatobiliary organs abnormalities in dogs. Two dimensional Brightness -mode and color flow Doppler ultrasonography was used for the examination of 17 dogs. Based on those interpretations, 7 cases were hepatic abnormalities and 10 cases were gall bladder abnormalities. Abnormalities on hepatic were tumour, hepatitis, and hepatic congestion. Hepatic tumours were indicated by hepatomegaly, inhomogeneous of the hepatic texture, and masses in the hepatic parenchyma. Sonograms of hepatitis were showed by hepatomegaly and increased of hepatic vascularisation. Sonograms of hepatic congestion were showe d by diameter enlargement and increased echogenicity of the hepatic blood vessels wall. Abnormalities on gall bladder were cholecystitis, cholelithiasis, and mucocele. Wall thickening with or without oedema were sonogram profiles in the cholecystitis cases. S onograms of cholelithiasis were shown by hyperechoic mass in gallbladder lumen with acoustic shadowing. Sonograms of mucocele cases were showed by hypoechoic mass inside the gall bladder.

____________________________________________________________________________________________________________________ Key words: dog, ultrasonography, hepatobiliary, abnormalities

PENDAHULUAN

Sistem hepatobiliari merupakan suatu sistem organ yang terdiri atas dua organ utama yaitu hati dan kantung empedu. Hati merupakan organ terbesar kedua di dalam tubuh dan memiliki 1500 fungsi biokimia esensial. Organ hepatobiliari berperan penting dalam proses pencernaan makanan, metabolisme nutrisi, detoksikasi, dan sintesis substansi penting bagi tubuh (Rothuizen dan Meyer, 2000; Silva et al., 2010). Kelainan pada organ hepatobiliari cukup sering ditemukan pada anjing. Kelainan-kelainan tersebut dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Beberapa kelainan yang sering muncul diantaranya hepatitis, portosystemic shunts, kongesti vena porta, tumor primer, metastasis, malignant lymphoma, cholangitis, cholecystitis, dan cholelithiasis (Twedt dan Meyer, 2001; Sharon, 2009).

Seiring dengan kemajuan teknologi, metode dalam mendiagnosis kelainan pada organ hepatobiliari menjadi lebih canggih sehingga pelaksanaan diagnosis menjadi lebih mudah dan akurat. Salah satu teknik diagnosis yang sering digunakan untuk mendeteksi kelainan pada

organ hepatobiliari adalah ultrasonografi (Cruz-Arambulo dan Wrigley, 2003; Gaschen, 2009). Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis

non-invasive yang mampu memberikan gambaran detail

mengenai struktur hati dan kantung empedu termasuk vaskularisasi sehingga dapat digunakan untuk mengetahui adanya berbagai jenis kelainan yang terjadi pada organ hepatobiliari anjing. Ultrasonografi dapat digunakan untuk mengevaluasi jaringan parenkim hati sehingga sangat berguna dalam membedakan kelainan fokal dengan kelainan difus(Gaschen, 2009; Kumar et al., 2012). Kombinasi USG dan pemeriksaan sitologi dengan teknik pengambilan biopsi menggunakan aspirasi jarum yang dipandu oleh USG akan semakin meningkatkan ketajaman diagnosis penyakit hati sekaligus memperkirakan prognosisnya (Guillot et al., 2009). Penggunaan color flow Doppler USG dapat memberikan gambaran mengenai lokasi buluh darah maupun kecepatan dan arah aliran darah sehingga sangat berguna dalam mengevaluasi vaskularisasi organ hepatobiliari (Molazem et al., 2007; Bhandal et al., 2009).

(2)

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di My Vets Animal Clinic Kemang dan Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2011. Alat-alat yang digunakan antara lain mesin USG dua dimensi tipe stasioner (Sonoscape SSI-1000) dengan probe tipe linear dan convex, acoustic

coupling gel sebagai media penghantar gelombang

ultrasound, flashdisk yang akan digunakan untuk

menyimpan data, kamera digital untuk dokumentasi, alat cukur, gunting, dan tisu. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah anjing yang didiagnosis mengalami kelainan pada organ sistem hepatobiliari. Persiapan Hewan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah

mendapatkan anamnesa serta pemeriksaan fisik terhadap anjing-anjing yang akan digunakan. Jika ditemukan gejala klinis yang menunjukkan adanya kelainan pada organ hepatobiliari maka dilakukan proses selanjutnya

yaitu pemindaian menggunakan USG. Untuk

mendapatkan hasil sonogram yang lebih baik maka dilakukan pencukuran rambut terlebih dahulu. Pencukuran rambut dilakukan pada seluruh bagian kranial abdomen antara xiphisternum sampai umbilikus dan juga termasuk satu atau dua intercostae terakhir pada teknik pemeriksaan USG (d’Anjou, 2008; Noviana et al., 2011). Acoustic cupling gel dioleskan pada daerah yang telah dicukur bertujuan meningkatkan kontak transduser dengan permukaan kulit. Penggunaan gel harus sesuai karena penggunaan gel yang berlebihan dapat menyebabkan artefak yang dapat mengganggu pengamatan.

Proses Pemindaian

Pemindaian dilakukan pada ruangan yang tenang, tanpa gangguan, dan pencahayaan yang tidak terlalu terang. Alat diletakkan sedemikian rupa sehingga operator dapat melihat monitor dengan baik tanpa mengganggu pergerakan dalam memindai. Alat USG diatur agar memiliki frekuensi yang sesuai yaitu 5-7 MHz untuk anjing sedang atau 3-5 MHz untuk anjing besar. Penyesuaian nilai gain dan titik fokus dilakukan setiap saat untuk mendapatkan visualisasi yang

optimal. Transducer dilapisi dengan gel akustik sebagai media yang meningkatkan penetrasi ultrasound pada kulit. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi hewan berbaring dorsal, berbaring kiri, atau berbaring kanan. Tranducer diposisikan tepat di kaudal xiphisternum dengan bidang pindaian diarahkan dorsokranial sampai gambaran hati tercitrakan dengan optimal. Pemindaian dilakukan dari sisi kiri ke kanan, dari sisi ventral ke dorsal sehingga pemeriksaan keseluruhan bagian hati dapat dipenuhi. Jika terjadi pembesaran hati, maka sebaiknya transducer diposisikan lebih jauh ke kaudal mendekati umbilicus untuk memastikan keseluruhan hati dapat teramati. Pada anjing kecil proses pemindaian hati dilakukan secara tranversal atau sagital dengan pendekatan subcostae sedangkan pada anjing besar proses pemindaian dilakukan melalui intercostae. Pemeriksaan kantung empedu dilakukan dengan pemindaian hati di sebelah kanan dari linea alba (d’Anjou, 2008; Noviana et al., 2011).

Interpretasi Sonogram

Interpretasi terhadap sonogram dilakukan pada saat yang sama dengan pemindaian (real time). Pengamatan dilakukan terhadap sonogram dengan memperhatikan adanya perubahan ukuran, perubahan bentuk, perubahan posisi, perubahan marginasi, dan

echogenicity kemudian dibandingkan dengan gambaran

sonogram normal (Noviana et al., 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan USG dilakukan terhadap 17 ekor anjing dengan kasus kelainan organ hepatobiliari. Berdasarkan interpretasi tersebut didapatkan 7 kasus kelainan pada hati dan 10 kasus kelainan pada kantung empedu.

Kelainan Pada Hati

Kelainan yang ditemukan pada hati berupa tumor, hepatitis, dan kongesti disajikan pada Tabel 1.

Kasus tumor

Pada sonogram kasus 1 (Gambar 1A) terlihat lobus kanan dan tengah memiliki tekstur yang tidak homogen dengan echogenicity berupa mixed hypo-hyperechoic. Selain itu, terlihat adanya massa multinodulus berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi yang

Tabel 1. Kasus-kasus kelainan yang didapat pada hati

Kasus Signalement

Nama/ras/umur Interpretasi USG Diagnosis USG

1 Bubu/Dalmatian/9 tahun Hepatomegali, massa multinodulus, tekstur tidak homogen Tumor Hati 2 Chubby/Shih Tzu/8 tahun Hepatomegali, massa pada parenkim, tekstur tidak

homogen

Tumor hati

3 Joy/Cocker spaniel/9 tahun Hepatomegali asimetris, massa multinodulus, tekstur tidak homogen

Tumor hati

4 Zigi/Mix Labrador/12 tahun Hepatomegali, massa multinodulus, tekstur tidak homogen Tumor hati 5 Chibby/Cocker spaniel/5 tahun Hepatomegali, pembuluh darah aktif Hepatitis 6 Bobby/Dacshund/15 tahun Hepatomegali, distensi dan peningkatan echogenicity

dinding vena hepatika menjadi lebih hyperechoic

Kongesti hati, hepatitis 7 Whisky/Golden retriever/7 tahun Distensi vena porta dan vena hepatika Kongesti hati

(3)

menyebar di bagian lobus kanan dan tengah. Di bagian kaudal lobus tengah terdapat suatu massa berbentuk bulat dengan permukaan yang tidak rata dan terlihat hypoechoic. Massa tersebut memiliki diameter 4,5-5,5 cm. Pemeriksaan dengan menggunakan color Doppler menunjukkan bahwa massa tersebut adalah jaringan lunak dengan vaskularisasi sangat aktif. Secara keseluruhan ukuran hati mengalami pembesaran.

Hasil interpretasi dari tekstur parenkim hati yang memiliki echogenicity mixed hypo-hyperechoic dan perbesaran ukuran hati secara menyeluruh merupakan tanda dari kasus limfoma atau metastasis tumor sedangkan massa di bagian kaudal lobus tengah yang memiliki echogenicity hypoechoic dapat didiagnosis sebagai kasus limfoma, metastasis, primary hepatic neoplasia, atau hematoma. Jika hasil interpretasi dari dua bagian tersebut digabungkan maka dapat disimpulkan bahwa jenis tumor pada kasus 1 adalah limfoma (d’Anjou, 2008). Menurut Mannion (2006), sonogram pada kasus limfoma hati akan menunjukkan peningkatan echogenicity parenkim hati secara menyeluruh disertai dengan perbesaran ukuran hati. Kealy et al. (2011) menyatakan bahwa sonogram kasus limfoma hati dapat menunjukkan penurunan echogenicity parenkim hati secara menyeluruh pada kondisi benign limfoma. Peningkatan echogenicity parenkim secara menyeluruh akan terlihat pada keadaan malignant limfoma.

Pada sonogram kasus 2 terlihat tekstur lobus kanan, kiri, dan tengah homogen dengan echogenicity mixed hypo-hyperechoic. Pada lobus tengah dan kiri ditemukan massa berbentuk elips dengan echogenicity

mixed an-hypoechoic. Massa I memiliki ukuran 5,0x2,3

cm sedangkan massa II memiliki ukuran 4,5x3,7 cm dengan echogenicity yang an-hypoechoic. Batas marginasi kedua massa tersebut terlihat dengan jelas. Pemeriksaan dengan menggunakan color Doppler menunjukkan vaskularisasi pada kedua massa tersebut sangat aktif. Ukuran hati mengalami pembesaran menyeluruh.

Pada kasus 2 terdapat 2 massa yang menempel pada hati. Massa I dan II memiliki echogenicity mixed

an-hypoechoic. Menurut d’Anjou (2008), keberadaan

suatu massa pada hati dengan echogenicity mixed dapat didiagnosis sebagai nodular hiperplasia, neoplasia primer, metastasis, dan hematoma. Dari diagnosis kedua massa tersebut dapat disimpulkan bahwa tumor pada kasus 2 merupakan neoplasia primer.

Pada sonogram kasus 3 terlihat tekstur lobus kanan, kiri, dan tengah tidak homogen dan terdapat bentukan massa multinodulus dengan echogenicity mixed (an-hypo-hyperechoic). Ukuran nodul bervariasi dengan diameter rata-rata 1 cm. Ukuran hati terkesan membesar dengan bentuk asimetris. Menurut d’Anjou (2008), adanya massa multinodulus dengan mixed

echogenicity dapat didiagnosis sebagai nodular

hiperplasia, neoplasia primer, metastasis, atau hematoma sedangkan pembesaran hati dengan bentuk asimetris dapat didiagnosis sebagai neoplasia primer, metastasis, granuloma, trombosis, atau hematoma. Jika

diambil irisan dari diferensial diagnosis dari kedua interpretasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis tumor pada kasus 3 adalah neoplasia primer.

Pada sonogram kasus 4 terlihat tekstur lobus kanan, kiri, dan tengah tidak homogen. Terdapat multinodulus hypoechoic dengan ukuran bervariasi pada lobus hati. Di bagian kaudal hati ditemukan massa hypoechoic berbentuk bulat, berdiameter sekitar 2 cm, dan memiliki batas kapsula yang jelas. Menurut d’Anjou (2008), terbentuknya multinodulus dan massa

hypoechoic pada lobus hati memiliki beberapa

diferensial diagnosis, yaitu nodular hiperplasia, metastasis, limfoma, hepatik neoplasia, atau hematoma. Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada abdomen ditemukan kondisi yang menunjukkan keberadaan tumor primer pada limpa sehingga disimpulkan bahwa jenis tumor pada kasus 4 merupakan metastasis dari tumor yang ada pada limpa. Kasus hepatitis

Kasus hepatitis ditemukan pada kasus 5 dan 6. Hasil sonogram dari kedua kasus tersebut menunjukkan adanya pembesaran ukuran hati dan meningkatnya aliran pembuluh darah. Menurut d’Anjou (2008), gambaran sonogram hepatitis ditandai dengan perubahan

echogenicity parenkim hati menjadi mixed

hypo-hyperecoic, diffuse hypoechoic (hepatitis akut) atau diffuse hyperechoic (hepatitis kronis). Pada sonogram kasus hepatitis juga ditandai dengan pembesaran ukuran hati secara menyeluruh dengan batas yang halus.

Pada kasus 5, sonogram menunjukkan tekstur parenkim hati homogen hypoechoic dengan kesan ukuran hati membesar (Gambar 1B). Pemeriksaan color Doppler menunjukkan aliran darah di dalam pembuluh darah pada hati sangat aktif sedangkan pada kasus 6, kasus hepatitis disertai dengan kondisi kongesti vena hepatika. Sonogram pada kasus hepatitis umumnya menunjukkan adanya pembesaran ukuran hati secara menyeluruh dan perubahan echogenicity dari parenkim hati. Hepatitis akut dapat dibedakan dengan hepatitis kronis melalui pemeriksaan ultrasonografi. Sonogram pada kasus hepatitis akut menunjukkan perubahan echogenicity parenkim hati menjadi lebih hypoechoic, sedangkan sonogram pada kasus hepatitis kronis akan memperlihatkan parenkim hati menjadi lebih

hyperechoic. Hepatitis kronis biasanya tidak

menyebabkan pembesaran ukuran hati meskipun terjadi infiltrasi neoplastik dalam jumlah besar (d’Anjou 2008). Kasus kongesti hati

Kongesti hati ditemukan pada kasus 6 dan 7. Hasil sonogram dari kedua kasus tersebut menunjukkan pelebaran diameter (distensi) dari pembuluh darah yang ada di hati. Menurut d’Anjou (2008), kongesti pembuluh darah di hati ditandai dengan membesarnya ukuran pembuluh darah, meningkatnya echogenicity dinding buluh darah, dan disertai pembesaran hati (hepatomegali). Perubahan pada vaskularisasi hati lebih sering diakibatkan efek sekunder dari kelainan lain (Mannion, 2006).

(4)

Pada kasus 6, kongesti terjadi pada vena hepatika. Pada sonogram terlihat echogenicity dinding vena hepatika meningkat menjadi lebih hyperechoic. Selain itu terlihat ukuran vena hepatika membesar (distensi) terutama bagian yang akan menuju vena kava kaudalis sedangkan pada kasus 7 kongesti terjadi pada vena hepatika sekaligus vena porta. Pada sonogram terlihat adanya pembesaran diameter vena porta dan vena hepatika (Gambar 1C).

Kelainan pada Kantung Empedu

Kelainan yang ditemukan pada kantung empedu berupa cholecystitis, cholelithiasis, mucocele, dan dilatasi disajikan pada Tabel 2.

Kasus cholecystitis

Kasus cholecystitis ditemukan pada kasus 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Pada kasus 2, 5, dan 6, terlihat dinding kantung empedu mengalami penebalan (hyperechoic) tanpa disertai dengan edema. Penebalan dinding kantung empedu tersebut merupakan salah satu tanda bahwa kantung empedu mengalami peradangan. Perubahan kantung empedu yang diikuti oleh pembesaran dari common bile duct berkorelasi langsung dengan kejadian hepatitis (Kemp et al., 2013). Pada kasus 1 dan 3, penebalan dinding kantung empedu disertai dengan edema (Gambar 2A). Hal ini terlihat pada sonogram berupa dua garis hyperechoic yang dipisahkan oleh suatu garis hypoechoic. Garis hypoechoic yang berada di antara garis hyperechoic

tersebut merupakan edema yang muncul akibat peradangan (Aissi dan Slimani, 2009) sedangkan pada kasus 4, penebalan dinding kantung empedu hanya terjadi pada bagian muara dekat duktus sistikus. Hal ini menunjukkan bahwa peradangan yang terjadi bersifat ascenden dengan sumber infeksi berasal dari saluran pencernaan.

Kasus cholelithiasis

Cholelithiasis ditemukan pada satu ekor anjing

Chow chow berumur 9 tahun. Hasil sonogram pada

kasus tersebut menunjukkan adanya massa hyperechoic yang menggumpal di dalam lumen kantung empedu (Gambar 2B). Newel dan Graham (2002) menyatakan, suatu massa atau struktur yang bersifat hyperechoic di dalam kantung empedu dengan atau tanpa acoustic

shadowing merupakan cholelith. Cholelith dapat

berukuran sangat kecil seperti pasir atau sangat besar dan tunggal. Cholelith dapat berada di bagian kantung empedu maupun di saluran empedu.

Cholelithiasis ditandai dengan penumpukan massa yang mengeras hingga membentuk kalkuli atau batu di dalam kantung empedu. Batu empedu dapat dengan mudah terdeteksi menggunakan ultrasonografi. Pada sonogram akan terlihat suatu struktur hyperechoic dan di bagian posterior akan terbentuk acoustic shadowing. Kalkuli yang berada di dalam buluh empedu sulit terdeteksi karena ukurannya yang kecil dan adanya gangguan dari gas yang berada di usus (Nyland et al., 2002).

b

l

Gambar 1. (A) Sonogram hati pada kasus tumor 1; (B) Sonogram hati pada kasus hepatitis 5; (C) Sonogram hati pada kasus kongesti 7.

Tabel 2. Kasus-kasus kelainan yang didapat pada kantung empedu

Kasus Signalement

Nama/ras/umur Interpretasi USG Diagnosis USG

1 Britney/Golden retriever/ Penebalan dinding, endapan di lumen Cholecystitis, mucocele 2 Stanley/Mixed/12 tahun Penebalan dinding, endapan di lumen Cholecystitis, mucocele

3 Funny/Mixed/5 tahun Penebalan dinding Cholecystitis

4 Mochi/Pom/5 tahun Penebalan dinding Cholecystitis

5 Bear/Chow chow/9 tahun Penebalan dinding, massa (hyperechoic) di lumen

Cholecystitis, Cholelithiasis 6 Baby/GR/1 tahun Penebalan dinding, endapan di lumen Cholecystitis, mucocele

7 Boncel/Dachshund/8 tahun Endapan di lumen Mucocele

8 Momo/Mix/15 tahun Endapan di lumen Mucocele

9 Mushu/Shih tzu/8 tahun Endapan di lumen Mucocele

10 Morgan/Mini snautzer/12 tahun Pembesaran lumen, endapan di lumen Mucocele,distensi kantung empedu

(5)

Kasus mucocele

Kasus mucocele ditemukan pada kasus 1, 2, 6, 7, 8, 9, dan 10. Hasil sonogram dari kasus ini menunjukkan adanya suatu bentukan massa hypoechoic di dalam kantung empedu. Mucocele merupakan suatu massa

hypoechoic yang berasal dari kumpulan endapan cairan

empedu (biliary sludge) yang mengendap pada kantung empedu (Newel dan Graham, 2002), dan merupakan kelainan yang paling sering ditemukan pada anjing (Aguirre et al., 2007).

Pada kasus 1, mucocele yang terbentuk belum terlihat jelas. Pada sonogram hanya terlihat peningkatan echogenicity cairan di dalam lumen menjadi lebih hypoechoic. Pada kasus 6, 7, 8, dan 9 mucocele yang terbentuk di lumen kantung empedu dapat terlihat jelas sedangkan pada kasus 10 (Gambar 2C), mucocele terlihat memenuhi lumen kantung empedu sehingga menyebabkan distensi kantung empedu.

Mucocele dapat dibedakan dengan endapan cairan empedu (biliary sludge) maupun debris meskipun memiliki echogenisitas yang hampir sama. Mucocele tidak terpengaruh oleh gravitasi sehingga saat dilakukan pemeriksaan melalui USG maka mucocele tidak akan bergerak sama sekali (Worley et al., 2004), sedangkan debris akan terpengaruh oleh gravitasi sehingga posisi dan bentuknya akan berubah saat hewan direposisi. Mucocele pada kantung empedu biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat

pemeriksaan karena kasus mucocele tidak

menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Mucocele dapat menyebabkan peritonitis lokal dan ruptur kantung empedu (Kealy et al., 2011).

KESIMPULAN

Secara umum gambaran sonogram yang dapat terlihat pada kasus tumor adalah hepatomegali, tekstur hati yang tidak homogen, dan adanya massa pada parenkim hati. Kasus hepatitis menunjukkan kondisi hepatomegali dan meningkatnya aktivitas pembuluh darah hati. Sonogram kasus kongesti hati menunjukkan perbesaran diameter dan meningkatnya echogenicity dinding pembuluh darah pada hati. Sonogram kasus

cholecystitis dicirikan dengan penebalan dinding

kantung empedu tanpa atau disertai edema. Kasus cholelithiasis ditandai dengan adanya bentukan massa hyperechoic di dalam kantung empedu yang disertai dengan acoustic shadowing. Sonogram kasus mucocele menunjukkan adanya suatu bentukan massa hypoechoic di dalam kantung empedu.

DAFTAR PUSTAKA

Aguirre, A.L., S.A. Center, J.F. Randolph, A.E. Yeager, A.M. Keegan, H.J. Harvey, and H.N. Erb. 2007. Gallbladder disease in Shetland sheepdags: 38 cases (1995-2005). J. Am. Vet. Med.

Assoc. 231(1):79-88.

Aissi, A. and C. Slimani. 2009. Ultrasound diagnosis of cholecystitis in a dog (A case report). Global Veterinaria3(6):514-515. Bhandal, J., L.L. Head, D.A. Francis, R.A. Foster, and A. Berrington.

2009. Use of color flow doppler ultrasonography to diagnose a bleeding neuroendocrine tumor in the gallbladder of a dog.

JAVMA.235(11):1326-1329.

Cruz-Arambulo, R. and R. Wrigley. 2003. Ultrasonography of the

acute abdomen.Clin. Tech. Small Anim. Pract. 18(1):20-31.

d’Anjou, A.M. 2008. Liver. In Atlas of Small Animal

Ultrasonography. Pennick, D. and A.M. d`Anjou (Eds.). Blackwell Publishing Ltd., Oxford.

Gaschen, L. 2009. Update on hepatobiliary imaging. Vet. Clin. North Am. Small Anim. Pract.39(3):439-467.

Guillot, M., M.A. Danjou, K. Alexander, C. Bѐdard, M. Desnoyers, G. Beauregard, and J.R. Del Castillo JR. 2009. Can sonographic finding predict the result of liver aspirates in dogs with suspected liver disease? Vet. Radiol. Ultrasound (5):513-518.

Kealy, J.K., H. McAllister, and J.P. Graham. 2011. Diagnostic Radiology and Ultrasonography of the Dog and Cat. 5th ed.

Saunders Elsevier, Missouri.

Kemp, S.D., D.L. Panciera, M.M. Larson, G.K. Saunders, and S.R. Werre. 2013. A Comparison of hepatic sonographic features and hispathologic diagnosis in canine liver disease : 138 cases. J. Vet. Intern. Med. May 6.doi:10.III/JVIM.12091.

Kumar, V., A. Kumar, A.C. Varshney, S.P. Tyagi, M.S. Kanwar, and S.K. Sharma. 2012. Diagnostic imaging of canine hepatobiliary affections: A review. Vet. Med. Int.24(6):254-258.

Mannion, P. 2006. The liver and Spleen. In Diagnostic Ultrasound in Small Animal Practice. Mannion, P. (Ed.). Blackwell Publishing, Oxford.

Molazem, M., A. Vajhi, S. Soroori, A. Veshkini, M. Masoudifard, and S. Pedram. 2007. Three-dimensional color doppler ultrasonography study of normal liver vascular pattern in dog.

IJVS. 2(3):49-58.

Newel, S.M. and J.P. Graham. 2002. The Liver and Spleen. In

Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology. 4th ed. W.B.

Saunders, Philadelphia.

Gambar 2. (A) Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis 1; (B) Sonogram kantung empedu pada kasus cholelithiasis 5; (C) Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele 10.

(6)

Noviana, D., S.H. Aliambar, M.F. Ulum, dan R. Siswandi. 2011.

Diagnosis Ultrasonografi pada Hewan Kecil. IPB Press, Bogor.

Nyland, T.G., J.S. Mattoon, E.J. Herrgesell, and E.R. Wisner. 2002.

Liver and Spleen. In Small Animal Diagnostic Ultrasound.

Nyland, T.G. and J.S. Mattoon (Eds.). 2nd ed. W.B. Saunders,

Philadelphia.

Rothuizen, J. and H.P. Meyer. 2000. History, Physical Examination,

and Signs of Liver Disease. In Textbook of Veterinary Internal

Medicine. Ettinger, S.J. and E.C. Feldman (Eds.). 4th ed. W.B.

Saunders, Philadelphia.

Sharon, A.C. 2009. Diseases of the gallbladder and billiary tree. Vet. Clin. North Am. Small Anim. Pract. 39(3):543-598.

Silva, S., C.A. Wyse, M.R. Goodfellow, P.S. Yam, T. Preston, K. Papasouliotis, and E.J. Hall. 2010. Assessment of liver function in dogs using the 13c-galactose breath test. Vet. J. 185(2):152-156.

Twedt, D.C. and H.P. Meyer. 2001. Liver Disease. In Veterinary Internal Medicine. Ettinger, S.J. and E.C. Feldman (Eds.). 4th

ed. W.B. Saunders, Philadelphia.

Worley, D.R., H.A. Hottinger, and H.J. Lawrence. 2004. Surgical management of gall-bladder mucoceles in dogs:22 cases (1999–

Gambar

Tabel 2. Kasus-kasus kelainan yang didapat pada kantung empedu
Gambar 2. (A) Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis 1; (B) Sonogram kantung empedu pada kasus cholelithiasis  5; (C) Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele 10.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol karang lunak ( Dendronephtya sp.) Fraksi karang n-heksan memiliki daya hambat sebesar 8 mm terhadap bakteri

Riset yang berjudul, “ Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi: Studi Pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta ” ini, sebetulnya

Lama pemaparan tersebut merupakan pemakaian efektif anti nyamuk elektrik maka hasil yang diperoleh menunjukkan rata-rata berat organ hepar yang lebih besar daripada

Jika temuan empirik pada penelitian ini dikaitkan dengan konsep teoretik berdasarkan komponen proses pembelajaran remedial tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

Makalah: Menyemai Karakter Bangsa Melalui Budaya Masyarakat Jawa Dalam Novel Centhini 3: Malam Ketika Hujan karya Gangsar R. Eva

[r]

Terdapat 2 orang siswa yang keluar masuk (izin keluar), sedangkan 16 siswa (88,89%) duduk dikelas mendengarkan penjelasan guru dalam proses pembelajaran. Terdapat 9 orang

Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-MU peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Penggunaan Capital Asset Pricing