Made Juliani1, Irma Pratiwi2, Ayu Desy3, Aanjar Triastuti4
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dismenore merupakan masalah ginekologi yang paling umum terjadi pada remaja perempuan dan wanita usia reproduksi (Abd El-Mawgod, Alshaibany, & Al- Anazi, 2016; Hu, Tang, Chen, Kaminga, & Xu, 2019).
Dismenore dapat dibagi menjadi Dismenore Primer dan Dismenore Sekunder. Dismenore Primer mengacu pada nyeri saat menstruasi dengan intensitas sedang hingga berat atau terjadinya kram pada perut bagian bawah yang menjalar kebeberapa tempat lain misalnya pada kaki sebelum dan atau saat menstruasi tanpa didasari kondisi patologi, sedangkan Dismenore
PEMBERDAYAAN DAN PERAN SERTA ANGGOTA PALANG MERAH
REMAJA (PMR) SMKN 2 SINGARAJA DALAM PENANGANAN
DISMENORE PRIMER MELALUI PELATIHAN YOGA
1234Prodi Kebidanan, FOK Undiksha
Email: nersmdjuliani@gmail.com
Dysmenorrhea is the most common gynecological problem in girls and women of reproductive age. In adolescents, Primary Dysmenorrhea can result in absence from school. Most women who experience Primary Dysmenorrhea can tolerate the symptoms and there are some women who take drugs such as analgesics. The alternative that can be offered to treat Primary Dysmenorrhea is conventional therapy, namely yoga. Today yoga is recommended as a conventional method with easy-to-perform pain relief interventions that are safe and cost-effective with minimal or no side effects. Yoga training specifically for treating primary dysmenorrhea was given to members of the Youth Red Cross (PMR) at SMKN2 Singaraja considering that PMR is an extracurricular activity engaged in youth. The training was held in three days in the form of providing material on dysmenorrhea, yoga concepts and yoga movements. The results obtained were changes in knowledge and skills about Yoga as seen from the results of the pre-test and posttest as well as the skills in implementing yoga movements as seen from the yoga movement videos displayed by the participants. With this service activity, it is hoped that PMR members as training participants can train other students about yoga for handling primary dysmenorrhea.
Keywords: red cross, primary dysmenorrhea, yoga training
Dismenore merupakan masalah ginekologi yang paling umum terjadi pada remaja perempuan dan wanita usia reproduksi. Pada remaja Dismenore Primer dapat mengakibatkan ketidak hadiran disekolah. Sebagian besar wanita yang mengalami Dismenore Primer dapat menahan gejalanya dan ada beberapa wanita yang mengkonsumsi obat-obatan seperti analgesik. Alternatif yang dapat ditawarkan untuk mengatasi Dismenore Primer adalah terapi konvensional yaitu yoga. Saat ini yoga direkomendasikan sebagai metode konvensional dengan intervensi yang mudah dilakukan untuk meringankan rasa nyeri yang aman dan hemat biaya dengan efek samping minimal atau tidak ada efek samping. Pelatihan Yoga khusus untuk penanganan dismenore primer diberikan kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR) di SMKN2 Singaraja mengingat PMR adalah salah satu ekstrakurikuler yang bergerak dibidang remaja. Pelatihan dilaksanakan dalam waktu tiga hari berupa pemberian materi tentang dismenore, konsep yoga dan gerakan yoga. Hasil yang didapatkan adanya perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang Yoga yang terlihat dari hasil pre-test dan posttest serta keterampilan dalam melaksanakan gerakan yoga yang terlihat dari video gerakan yoga yang ditampilkan para peserta. Dengan kegiatan pengabdian ini diharapkan anggota PMR sebagai peserta pelatihan dapat melatih siswa lain tentang yoga untuk penanganan dismenore primer.
Sekunder mengacu pada nyeri menstruasi yang disebabkan oleh kondisi anatomi dan atau patologi pada panggul yang jelas seperti misalnya endometriosis (Hu et al., 2019; Iacovides, Avidon, & Baker, 2015; Osayande A, 2014).
Dismenore juga disertai gejala sistemik seperti nyeri punggung bagian bawah, distensi perut, gangguan pencernaan, nyeri payudara, mual, muntah, diare, sakit kepala, kelelahan, dan gangguan emosional (Hu et al., 2019; Yang & Kim, 2016). Gejala sistemik yang menyertai menstruasi terjadi dalam 8-72 jam pertama (Abd El-Mawgod et al., 2016; Hu et al., 2019). Remaja biasanya mengalami Dismenore Primer dalam 4- 5 tahun dari haid pertama (Abd El-Mawgod et al., 2016).
Dismenore Primer adalah masalah kesehatan yang paling umum dan penting yang dialami oleh wanita usia reproduksi dengan tingkat morbiditas yang cukup besar. Prevalensinya diperkirakan 25% pada wanita usia subur dan hingga 90% pada remaja (Abd El-Mawgod et al., 2016; Yang & Kim, 2016).
Dismenore Primer dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi ektivitas sehari-hari, seperti kinerja akademik, pekerjaan rumah tangga, pekerjaan atau waktu kerja. Pada remaja Dismenore Primer dapat mengakibatkan ketidak hadiran disekolah (Abd El-Mawgod et al., 2016; Yang & Kim, 2016; Yonglitthipagon et al., 2017).
Menurut beberapa penelitian, berbagai faktor risiko yang mungkin terkait dengan Dismenore Primer antara lain faktor biologis, yaitu usia yang lebih dini mendapat haid pertama, banyaknya jumlah darah haid yang keluar, adanya keturunan dismenore dari keluarga (Hu et al., 2019). Factor psikologis yang menyebabkan dismenore antara lain kecemasan, stress dan depresi (Unsal, Ayranci, Tozun, Arslan, & Calik, 2010). Factor sosial yaitu rendahnya dukungan sosial (Faramarzi & Salmalian, 2014). Factor gaya hidup antara lain diet yang tidak sesuai dan kebiasaan merokok (Hu et al., 2019).
Pada remaja, Dismenore Primer menyebabkan terjadinya peningkatan layanan medis disekolah. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang efektif untuk mengatasi masalah ketidakhadiran di kelas pada saat jam sekolah (Cheng, 2011; Seven, Güvenç, Akyüz, & Eski, 2014).
Sebagian besar wanita yang mengalami Dismenore Primer dapat menahan gejalanya da nada beberapa wanita yang mengkonsumsi obat-obatan seperti analgesik (Yang & Kim, 2016). Obat analgesik bukan merupakan solusi jangka panjang karena dapat meningkatkan ketergantungan (Osayande A, 2014; Proctor & Farquhar, 2006).
Alternatif yang dapat ditawarkan untuk mengatasi Dismenore Primer adalah terapi konvensional seperti aroma terapi, akupuntur, pemberian panas topical, akupresur, dan yoga (Shirvani, Motahari-Tabari, & Alipour, 2017; Yang & Kim, 2016).
Yoga adalah latihan olah pikiran dan tubuh yang berasal dari filsafat Hindia pada zaman kuno. Yoga memuat gerakan fisik (asana), pengaturan pernafasan (pranayama), dan meditasi (dhyna). Yoga adalah intervensi harmonis yang terintegrasi dengan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan antara pikiran dan tubuh (Sakuma et al., 2012).
Yoga memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan fisik dan mental. Program yoga terpadu bermanfaat untuk mengelola Dismenore Primer. Selain itu, program yoga terpadu dapat membantu mengatasi masalah fisik, mental dan emosional. Masalah Dismenore Primer diatasi melalui yoga melalui menurunkan ketegangan, rasa takut dan nyeri (Yang & Kim, 2016). Saat ini yoga direkomendasikan sebagai metode konvensional dengan intervensi yang mudah dilakukan untuk meringankan rasa nyeri yang aman dan hemat biaya dengan efek samping minimal atau tidak ada efek samping (Yang & Kim, 2016).
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas maka kami tertarik untuk melakukan suatu pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan kegiatan pelatihan yoga dalam penanganan disminore primer pada remaja.
METODE
Tahap persiapan dimulai dengan pertemuan antara Tim Pengabdian kepada Masyarakat dangan Kepala Sekolah SMK N 2 Singaraja untuk mendapatkan ijin pelaksanaan kegiatan. Setelah mendapatkan ijin kegiatan, Tim Pengabdian kepada Masyarakat akan bertemu dengan bagian kesiswaan untuk menjelaskan maksud, tujuan dan sasaran kegiatan. Selain itu dilakukan pula diskusi dengan Pembina ekstrakulikuler yoga dan Palang Merah Remaja terkait kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada tahap persiapan ini juga dilakukan peninjauan tempat yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan dan persiapan sarana dan prasarana. Selanjutnya mengundangan peserta pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati Pada tahap pelaksanaan akan dilakukan pembagian peserta pelatihan menjadi dua kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 25 orang anggota Palang Merah Remaja. Pelatihan akan dilaksanakan selama 3 hari pada masing- masing kelompok, dengan mengundang fasilitator yang kompeten dibidang yoga khusunya pada penanganan dismenore primer.
Sebelum kegiatan dimulai akan dilakukan evaluasi awal (pretest) terlebih dahulu untuk menilai pengetahuan dan kemampuan peserta pelatihan mengenai yoga dan dismenore. Kegiatan pelatian dimulai dengan pemberian pengetahuan melalui seminar yang kemudian dilanjukan dengan pelatihan praktik yoga untuk penanganan dismenore primer.
Setelah pelatihan akan dilakukan evaluasi akhir
(posttest) untuk mengetahui kemampuan akhir
peserta pelatihan. Kemudian akan ada pendampingan oleh fasilitator dan Tim Pengabdian kepada Masyarakat terhadap anggota Palang Merah Remaja dalam pembentukan dan penyusunan jadwal yoga khusus penanganan dismenor
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengabdian kepada masyarakat dengan judul pemberdayaan dan peran serta anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMKN 2 Singaraja dalam penanganan dismenore primer melalui pelatihan yoga dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2020. Pelaksanaan kegiatan yang pada awalnya direncanakan menggunakan metode pelatihan yang berlangsung selama tiga hari, pada akhirnya dilaksanakan secara daring.
Proses pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan mengirimkan surat ijin pengabdian ke kepala sekolah SMKN 2 Singaraja yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha. Setelah mendapatkan ijin untuk melaksanakan kegiatan pengabdian, pengabdi kemudian melakukan pertemuan dengan pelatih ekstra kurikuler yoga di SMKN 2 Singaraa dan didapatkan kesepakatan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ditengah pandemi Covid-19 antalain: pengabdian dilakukan secara daring, jumlah peserta yang dapat mengikuti pelatihan berjumlah 11 orang yang berasal dari anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMKN 2 Singaraja dan setelah mengikuti pelatihan, peserta pelatihan akan memberikan informasi dan gerakan yoga terkait yoga sebagai penanganan dismenore primer kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMKN 2 Singaraja yang lainnya, dimana nantinya anggota palang merah yang sudah mendapatkan informasi dan gerakan yoga terkait yoga sebagai penanganan dismenore primer akan membagikannya kepada seluruh siswi yang ada di SMKN 2 Singaraja.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian dimulai dengan membuat WhatsApp Group (WAG) yang beranggoatakan panitia pengabdian dan peserta pelatihan. Langkah selanjutnya adalah melakukan perkenalan antara tim pengabdian dan peserta pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian informasi mengenai tujuan pelatihan, manfaat pelatihan, metode pelatihan, jadwal pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pelatihan. Pada tanggal dan hari yang telah
disepakati, peserta pelatihan diberikan link untuk dapat bergabung dalam pelatihan daring dengan menggunakan media google meet https://meet.google.com/dmc-xtta-sxb.Aetelah bergabung, peserta pelatihan diminta untuk menjawab soal post-test pada google form
dengan link
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSe GrCvoIePszugXBH21ACC51MEBKWE-u9eJyf14lOezXA1LQ/viewform?usp=sf_link terdapat 10 soal pretest dengan waktu menjawab soal yaitu 10 menit. Setelah menjawab soal pretest, dilanjutkan dengan pemberian materi dan praktek gerakan yoga sebagai penanganan dismenore primer oleh panitia pengabdian dan dilanjutkan dengan sesi diskusi. Setelah itu peserta peltihan diberikan informasi mengenai cara evaluasi pelatihan yaitu yang pertama dengan menjawab soal posttest pada google
form dengan link
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSc VLbGHHgqLoj0vl1M0GEvOiTndFGjMRUzB 6KtRB-fgHfcdHg/viewform?usp=sf_link dan mengirimkan video gerakan yoga sebagai penanganan dismenore primer dengan ketentuan: durasi video 10-15 menit, video dibagikan dalam google drive yang dikirimkan ke WhatsApp Group (WAG) paling lambat satu minggu setelah pelatihan (tanggal 12 Agustus 2020). Diakhir kegiatan peserta mengisi absensi kehadiran peserta pelatihan pada link https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdi
S-BhxflxyeT9rlkJpoMdxEZi-DShe7P2dcyWM6jAsj6okg/viewform?usp=sf_l ink Materi dan video pelatihan yoga sebagai penanganan dismenore primer ini dapat diakses kembali oleh peserta pelatihan pada youtube dengan alamat https://youtu.be/e6Gh3qp81NU . Pemberdayaan dan peran serta anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMKN 2 Singaraja dalam penanganan dismenore primer melalui pelatihan yoga yang dilaksanakan secara daring dengan menggunakan metode pelatihan diawali dengan pemberian materi kemudian melakukan praktek, didapatkan hasil dari pretest
Dari 11 orang peserta pelatihan pada pretest didapatkan hasil satu orang peserta pelatihan
mendapatkan nilai 50, satu orang peserta pelatihan mendapatkan nilai 90, empat orang peserta pelatihan mendapatkan nilai 60 dan lima orang peserta pelatihan mendapatkan nilai 70. Rata-rata nilai hasil pretest dari kesebelas orang peserta adalah 60. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan peserta pelatihan mengenai yoga sebagai penanganan dismenore primer ini masih tergolong rendah.
Setelah diberikan materi pelatihan kemudian ditambah dengan praktek gerakan yoga sebagai penanganan dismenore primer, didapatkan hasil posttest
Pada posttest dari 11 orang peserta pelatihan didapatkan hasil empat orang peserta pelatihan mendapatkan nilai 90, dan tujuh orang peserta pelatihan mendapatkan nilai 100. Rata-rata nilai hasil posttest dari kesebelas orang peserta adalah 96,36. Maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta pelatihan yoga sebagai penanganan dismenore primer. Dari hasil video yang dikirimkan oleh kesebelas peserta, rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil evaluasi praktikkum gerakan yoga sebagai penanganan dismenore primer adalah 80.
SIMPULAN
Pengabdian kepada masyarakat dengan judul pemberdayaan dan peran serta anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMKN 2 Singaraja dalam penanganan dismenore primer melalui pelatihan yoga dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2020. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara daring dengan jumlah peserta 11 orang yang berasal dari anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMKN 2 Singaraja dan setelah mengikuti pelatihan, peserta pelatihan akan memberikan informasi dan gerakan yoga terkait yoga sebagai penanganan dismenore primer kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMKN 2 Singaraja yang lainnya, dimana nantinya anggota palang merah yang sudah mendapatkan informasi dan gerakan yoga terkait yoga sebagai penanganan dismenore primer akan
membagikannya kepada seluruh siswi yang ada di SMKN 2 Singaraja.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian dimulai dengan membuat WhatsApp Group (WAG), pemberianinformasi mengenai tujuan pelatihan, manfaat pelatihan, metode pelatihan, jadwal pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pelatihan, pelatihan dilakukan dengan menggunakan media google meet, peserta menjawan pretest, mendapatkan materi dan praktek yoga, terhakhir evaluasi. Setelah seluruh kegiatan dan evaluasi dilaksanakan oleh peserta pelatihan, panitia mengirimkan kuota sebagai ucapan terimakasih karena telah berpartisipasi dalam pelatihan ini.
Hasil evaluasi pada pelatihan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan pada peserta pelatihan yoga sebagai penanganan dismenore primer dan adanya penambahan keterampilan dalam melakukan gerakan yoga sebagai upaya dalam penanganan dismenore primer dan diharapkan setelah pandemi berakhir siswa yang mengikuti pelatihan dapat melatih siswa lain tentang yoga sebagai penanganan dismenorea primer
DAFTAR RUJUKAN
& Al-Anazi, A. M. (2016). Epidemiology of dysmenorrhea among secondary-school students in Northern Saudi Arabia. Journal of the EgyptianPublic HealthAssociation, 91(3),115–119. https://doi.org/10.1097/01.EPX.0000489 884.20641.95
Aryanie, V. (2014). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Tingkat Dismenore Pada
Mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah
Yogyakarta. Skripsi. Dipublikasikan.
Stikes Aisyiah : Yogyakarta. 2014. Badan Pusat Statistik (BPS).( 2016). Statistik
Daerah Kecamatan Buleleng 2016:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng.
Cheng, H. F. (2011). Management of perimenstrual symptoms among young Taiwanese nursing students. Journal of
Clinical Nursing, 20(7–8), 1060–1067.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2010.03592.x
Faramarzi, M., & Salmalian, H. (2014). Association of psychologic and nonpsychologic factors with primary dysmenorrhea. Iranian Red Crescent
Medical Journal, 16(8).
https://doi.org/10.5812/ircmj.16307 Hu, Z., Tang, L., Chen, L., Kaminga, A. C., &
Xu, H. (2019). Prevalence and Risk Factors Associated with Primary Dysmenorrhea among Chinese Female University Students: A Cross-sectional Study. Journal of Pediatric and
Adolescent Gynecology, 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.jpag.2019.09.00 4
Iacovides, S., Avidon, I., & Baker, F. C. (2015). What we know about primary dysmenorrhea today: A critical review.
Human Reproduction Update, 21(6),
762–778.
https://doi.org/10.1093/humupd/dmv039 Kaminoff, L. (2011). YOGA Anatomy. Human
Kinetics : Taschenbuch
Kusmiran, Eni. (2011). Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta Selatan :
Salemba Medika
Lebang, E. (2010). Yoga Sehari-hari Untuk
Kesehatan. Semarang : Pustaka Bunda
Makhfudo, I. (2014). Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Dalam Menumbuhkan Sosial
Siswa SMA Negeri 1 Malang. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang. Vol 1, No.1
Ningsih, R. (2011). Efektifitas Paket Pereda Terhadap Intensitas Nyeri Pada Remaja Dengan Dismenore Di Sman Kecamatan
Curup. Tesis. Jurusan Ilmu Keperawatan
UI 2011
Octama, R; Hasyim, A; Adha, M. (2013).
Pengaruh Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Terhadap Sikap Sosial
Siswa SMA. Jurnal Kultur Demokrasi. Vol
Osayande A, M. S. (2014). Diagnosis and initial management of dysmenorrhea. Am Fam Physician, 89(5), 341–346
Prawirohardjo, S. (2011). ILMU KANDUNGAN. Jakarta : EGC
Proctor, M., & Farquhar, C. (2006). Diagnosis and management of dysmenorrhoea.
British Medical Journal, 332(7550),
1134–1138.
https://doi.org/10.1136/bmj.332.7550.11 34
Sakuma, Y., Sasaki-Otomaru, A., Ishida, S., Kanoya, Y., Arakawa, C., Mochizuki, Y., … Sato, C. (2012). Effect of a home-based simple yoga program in child-care workers: A randomized controlled trial.
Journal of Alternative and
Complementary Medicine, 18(8), 769–
776.
https://doi.org/10.1089/acm.2011.0080 Seven, M., Güvenç, G., Akyüz, A., & Eski, F.
(2014). Evaluating dysmenorrhea in a sample of Turkish nursing students. Pain
Management Nursing, 15(3), 664–671.
https://doi.org/10.1016/j.pmn.2013.07.00 6
Shirvani, M. A., Motahari-Tabari, N., & Alipour, A. (2017). Use of ginger versus stretching exercises for the treatment of primary dysmenorrhea: a randomized controlled trial. Journal of Integrative
Medicine, 15(4), 295–301.
https://doi.org/10.1016/S2095- 4964(17)60348-0
Unsal, A., Ayranci, U., Tozun, M., Arslan, G., & Calik, E. (2010). Prevalence of dysmenorrhea and its effect on quality of life among a group of female university students. Upsala Journal of
MedicalSciences,115(2),138–145.
https://doi.org/10.3109/03009730903457 218
Yang, N. Y., & Kim, S. D. (2016). Effects of a Yoga Program on Menstrual Cramps and Menstrual Distress in Undergraduate Students with Primary Dysmenorrhea: A Single- Blind, Randomized Controlled Trial. Journal of Alternative and
Complementary Medicine, 22(9), 732– 738. https://doi.org/10.1089/acm.2016.0058 Yonglitthipagon, P., Muansiangsai, S., Wongkhumngern, W., Donpunha, W., Chanavirut, R., Siritaratiwat, W., … Janyacharoen, T. (2017). Effect of yoga on the menstrual pain, physical fitness, and quality of life of young women with primary dysmenorrhea. Journal of
Bodywork and Movement Therapies,
21(4), 840–846.
https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2017.01.01 4